You are on page 1of 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN ALAM PERASAAN : DEPRESI DAN MANIAK

MAKALAH

oleh
KELOMPOK 9B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN ALAM PERASAAN: DEPRESI DAN MANIAK

MAKALAH
disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIII
Dosen Pengampu: Ns. Erti Ikhtiarini, M. Kep, Sp.J

oleh
Desi Rahmawati
Alifia Rizqi Pratama D.
M. Tutus Prasetyo

122310101021
122310101025
122310101071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alam perasaan didefinisikan sebagai watak emosi seseorang yang menetap, yang
secara signifikan memengaruhi perilaku, kepribadian, dan persepsi. Gangguan pada
alam perasaan merupakan tanda gangguan alam perasaan yang paling dominan (APA,
1994). Alam perasaan (mood) adalah perpanjangan emosional yang memengaruhi
seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang (Stuart, 2006). Alam perasaan ini
meliputi emosi seseorang yang kuat dan menyebar dan mempunyai arti yang sama
dengan afek, keadaan perasaan, dan emosi. Sama halnya dengan aspek lain dari
kepribadian, emosi atau alam perasaan memberikan suatu peran adaptif terhadap
individu. Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang
mempengaruhi seluruh kepribadiandan fungsi kehidupan seseorang. (Wahyu P. 2010).
Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang umum dijumpai hampir
seluruh dunia. WHO memperkirakan 121 juta orang kini menderita depresi : 5,8 % pria
dan 9,5 % wanita mengalami episode depresi pada tahun tertentu. Diperkirakan
depresi akan menempati peringkat ke 2 dari penyebab utama kecacatan, setelah
penyakit jantung pada th 2020. Wanita berpeluang dua kali lebih tinggi didiagnose
kan memperoleh terapi karena depresi. Meskipun demikian diduga bahwa pria yang
menderita depresi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang terangkat melalui datadata statistik, oleh karena pria biasanya yang mencari bantuan dokter dan dokter
cenderung kurang mendeteksi gejala gejala yang berhubungan dengan depresi. Studi di
Finlandia bahwa indikator yang berhubungan dengan bunuh diri meliputi: tingkatan
depresi (ringanberat, sementaramenetap, tipe depresinya), penyalahgunaan Napza,
menderita penyakit fisik yang kronis tau yang berat/tidak mempunyai pasangan hidup,
kecemasan dan gangguan kepribadian. Tingginya angka kejadian /prevalensi depresi di
masyarakat, dan tingginya angka bunuh diri pada penderita dengan depresi maka terapi
perlu ditujukan untuk depresi dan kemungkinan bunuh dirinya.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:


1.2.1

Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan di
lapangan mengenai asuhan keperawatan klien dengan gangguan alam

perasaan
1.2.2 Tujuan khusus:
1.2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar mengenai
gangguan alam perasaan: depresi
1.2.2.2 Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan alam perasaan: depresi yang mengacu pada teori Stuart

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Contoh Kasus


Tuan A seorang pekerja yang baru saja di PHK. Ia sudah merasa sedih
berkepanjangan di mana hampir tak ada satu haripun ia merasa bahagia selama 1 bulan
terakhir dan aktivitasnya terbatas di dalam rumah saja. Rasa sedihnya disertai dengan
penurunan berat badan yang nyata sekitar 3-4 kg karena hilangnya nafsu makan, sulit
untuk jatuh tidur atau kalau pun bisa ia mudah sekali terbangun dari tidurnya, ia
menjadi mudah menangis tanpa sebab-sebab yang jelas dan ia merasa pesimis dengan
masa depannya serta keluarganya. Akhir-akhir ini, ia berpikir bahwa hidupnya tidak
berharga dan lebih baik ia mati saja. Tuan A juga tidak pernah lagi mencoba mencari
pekerjaan baru karena merasa putus asa dengan hidupnya selain itu saat ini dia menjadi
menarik diri dari pergaulan padahal dahulu ia dikenal sebagai orang yang aktif di
lingkungannya.
2.2 Pengertian Depresi
Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan alam perasaan yang
ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan

tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak
berminat pada ADL sampai ada ide bunuh diri (Yosep, 2009).
Depresi merupakan salah satu diantara bentuk sindrom gangguan-gangguan
keseimbangan mood (suasana perasaan). Mood adalah kondisiperasaan yang terus ada
yang mewarnai kehidupan psikologis kita.Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal
yang abnormal dalam konteksperistiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang
dengan gangguan mood (mood disorder) yang luar biasa parah atau berlangsung lama
dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung
jawab secara normal (Semiun, 2006).
Depresi adalah suatu keadaan yang berkelanjutan dari suatu kesedihan. Kesedihan
yang berkelanjutan dan berujung pada keputusasaan, putus harapan, merasa lemas, dan
juga cemas. Dimana ada perbedaan antara depresi emosi yang disebabkan oleh faktor
kejiwaan dan sosial, dan depresi pikiran yang disebabkan oleh pembentukan pola pikir.
Depresi emosi adalah salah satu goncangan kejiaan, dan depresi pikiran adalah
goncangan akal pikiran (Taufiq, 2006).
2.3 Psikopatologi/Psikodinamika
a. Faktor predisposisi
1. Faktor biologis:
Secara genetik, gangguan depresi 1,5-3 kali lebih sering terjadi di antara
kerabat tingkat pertama individu yang menderita depresi dibanding pada
populasi umum. Teori biokimia mengaitkan amina biogenik norepinefrin,
dopamin dan serotonin. Kadar zat kimia ini ditemukan tidak memadai pada
individu yang mengalami penyakit depresi. Faktor kognitif menunjukkan
adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran
menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif,
pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan
perasaan depresi (Kaplan, 2010)
2. Faktor psikososial:
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah
kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor

psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia
yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial
tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman
atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan
finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010). Peristiwa kehidupan
yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan
mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa
kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan
bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset
depresi. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya
bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau
depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan
harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan
mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian. Pada
teori kognitif, Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi.
Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut
sebagai triad kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan,
pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak
mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, dan pandangan negatif terhadap
pengalaman hidup (Sadock & Sadock, 2010).
3. Faktor Sosiokultural:
Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang
menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood
dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan
memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa
peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi.
Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode
depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010).

b. Faktor presipitasi

1. Stressor biologis:
Tidak seimbangnya zat norepinefrin, dopamin dan serotonin di dalam
tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya depresi.
2. Stressor psikologis:
Adanya kehilangan keterikatan yang dirasa seperti kehilangan cinta,
seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri.

c. Respon terhadap stressor


1. Kognitif: merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan
sulit mengingat informasi; sulit membuat keputusan dan selalu menghindar;
kurang percaya diri; merasa bersalah dan tidak mau dikritik; pada kasus berat
sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi; adanya pikiran untuk bunuh
diri.
2. Fisiologis: penurunan nafsu makan; gangguan tidur; kelelahan dan kurang
energy; nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab fisik.
3. Afektif: penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan
suami istri; merasa bersalah, tak berdaya; putus asa ingin bunuh diri; tidak
adanya perasaan; merasa sedih; sering menangis tanpa alasan yang jelas;
iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.
4. Perilaku: menghindari membuat keputusan; menunda pekerjaan rumah;
penurunan aktivitas fisik dan latihan; penurunan perhatian terhadap diri sendiri.
5. Sosial: menjauhkan diri dari lingkungan sosial dan pekerjaan.

d. Sumber Koping
Sumber koping meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan
interpersonal, dan organisasi sekunder yang dinaungi oleh lingkungan sosial

yang lebih luas. Klien dengan depresi membutuhkan dukungan dari lingkungan
sekitarnya yang akan mengurangi terjadinya depresi yang lebih berat.
Dukungan yang diberikan dapay berupa dukungan emosional dengan
meyakinkan orang tersebut bahwa dia adalah orang yang berharga yang sangat
diperhatikan oleh lingkungannya.

e. Mekanisme koping
Reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan mekanisme
pertahan penyangkalan dan supresi yang berlebihan dalam upaya menghindari
distress hebat yang berhubungan dengan duka. Depresi adalah suatu perasaan
berduka abortif, yang menggunakan mekanisme represi, supresi, penyangkalan
dan disosiasi.

Gambar 2.1 Rentang Respon Emosional

Skema Psikopatologi/Psikodinamika Depresi


Faktor predisposisi
-

Biologis
Psikososial
Kognitif
Sosiokultural

Faktor presipitasi

Perubahan biokimia

Ketidakseimbangan kadar nerepineefrin, dopamine, dan


serotonin

Kehilangan keterikatan yang dirasa


seperti:kehilangan cinta, seseorang,
fungsi fisik,kedudukan atau harga diri

Rentang respon emosional maladaptif


Gangguan alam perasaan: depresi

Kognitif
- Merasa bingung,
- lambat dalam berfikir,
- penurunan konsentrasi dan

Afektif

Fisiologis
Penurunan
nafsu makan

gg.
tidur

Tidak
berdaya

Perilaku
Perasaan putus
asa, ingin
bunuh diri

Penurunan
aktivitas fisik dan
latihan

- sulit mengingat informasi

Gangguan proses
pikir

Gangguan
proses pikir

Ketiakseimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

Gangguan
pola tidur

Ketidakberdaya
an

Resiko
bunuh diri

Intoleransi
aktivitas

Sosial
Menjauhkan
diri dari
lingkungan
sosial
Isolasi sosial

f. Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


a. Diagnosa medis: gangguan depresif unipolar
b. Diagnosa keperawatan:
1. Gangguan proses pikir
2. Ketidakberdayaan
3. Isolasi sosial
4. Gangguan pola tidur
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Intoleransi aktivitas
7. Resiko bunuh diri

g. Penatalaksanaan
a. Farmakologi: anti depresan trisiklik (ATS), inhibitor monoamin oksidase
(MAOI), inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), dan sekelompok
antidespresan lain yang tidak termasuk tiga kelas utama. Indikasi klinis
utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor.
Mekanisme kerja ATS adalah dengan mengatur penggunaan neurotransmiter
norepinefrindan serotonin pada otak. Sebagai perawat harus memperhatikan
efek samping umum dari obat antidepresan seperti letal jika diberikan dalam
dosis yang berlebihan, mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi
urin, hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan
fotosensitivitas

b. Terapi elektrokonvulsif (ECT): menginduksi kerja grand mal secara bulatan


dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu
atau kedua pelipis. Indikasi pemasangan ECT adalah pasien dengan
penyakit depresif mayor yang tidak berespons terhadap antidepresan atau
yang tidak dapat meminum obat.
c. Terapi deprivasi tidur: telah dilaporkan bahwa sebanyak 60% pasien depresi
membaik segera setelah dilakukan satu malam deprivasi tidur total.
d. Stimulasi saraf vagus (SSV): Penelitian ini menunjukkan penurunan gejala
depresif 40%-50% dengan menggunakan SSV membuktikan sebagai terapi
yang menjanjikan dalam bidang psikiatri.

h. Intervensi Keperawatan

Diagnosa

o.

Keperawatan

1.

Gangguan proses pikir

Tujuan

individu

mengalami

gangguan pada aktivitas

Kriteria

Intervensi

Rasional

Hasil
Tujuan jangka pendek: 1. Sampaikan kepada klien bahwa
klien

Definisi: kondisi ketika

dan

akan

menyebutkan

mengenali

dan

ketidakakuratan

interpretasi terhadap lingkungan

1. Respons positif

anda menerima keyakinan klien

akan menunjukkan kepada

yang

klien

salah,

tetapi

tidak

membenarkan waham klien.

dalam satu minggu

bahwa

menerima

waham

anda
sebai

realitas

dan fungsi kognitiv


Tujuan jangka panjang:
klien tidak mengalami pemikiran
delusional dan distorsi pikiran saat
perawatan berakhir.
Kriteria
pikir

klien

hasil:

2.
atau

Jangan

mendebat

menyangkal

keyakinan

tersebu.

2. Berdebat
dengan

menggambarkan

atau

menyangkal keyakinannya
sama

proses

klien
skali

tidak

bermanfaat karena pikiran


delusional

tidak

hilang

melalui pendekatan ini dan

interpretasi

akurat

terhadap

terbinanya

lingkungan, klien dapat mengenali

akan

terhalang

pikiran negatif atau irasional dan


menghentikan perkembangannya

BHSP

3.

Gunakan

teknik

3. Teknik

ini

validasi dan klarifikasi saat

menunjukkan kepada klien

komunikasi

pandangan

merefleksikan

proses pikir
4.

orang

lain

terhadap dirinya.
Beri penguatan dan

4. Membantu klien

fokuskan klien pada realitas.

menerima kenyataan dan

Bicarakan mengenai kejadian

bangkit dari keterpurukan

orang-orang yang nyata.


5.
positif

Berikan penguatan
bila

membedakan

5. Penguatan

klien

mampu

positif menignkatkan harga

antara

pikiran

diri

dan

mendorong

berdasarkan realitas dan tidak

pengulangan perilaku yang

realitas

diharapkan
6.

Ajari

klien

6. Suara keras atau

memutus pikiran menggunakan

perintah ini mendistraksi

teknik menghentikan pikiran

individu

dari

pikiran

saat pikiran irrasional muncul

merugikan yang sering kali

atau negatif muncul. Seperti

memicu

emosi

atau

penggunaan

perilaku

yang

tidak

perintah,hentikan!!

diharapkan

7.
dengan

Gunakan sentuhan
hati-hati,

7. Klien

yang

khususnya

curiga dapat menganggap

bila klien tampak berpikiran

sentuhan sebagai ancaman

bahwa

dan

orang

menyiksa klien.

lain

ingin

dapat

ddengan agresi.

berespon

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.4 Contoh Kasus
Tn. K berumur 26 tahun, dirawat di unit psikiatri rumah sakit. Dia dirawat di
rumah sakit 3 tahun sebelumnya untuk masalah berkaitan dengan alkoholisme. Klien
didampingi dengan Ibunya. Ibunya mengatakan bahwa selama 2 bulan terakhir akibat
kebangkrutan usahnya Tn. K kembali pada kebiasaan buruknya mengonsumsi alkohol,
selain itu dia bertingkah laku aneh, perilakunya bertambah kasar, jarang tidur, makan
sedikit, berbicara terus-menerus, terkadang pembicaraannya tidak jelas, mudah marah,
dan tersinggung. Perawat kemudian mencoba menggali informasi dari klien. Klien
mengungkapkan bahwa dua bulan lalu kekasihnya yang sudah 7 tahun memiliki
hubungan dengan meninggalkannya demi pria lain yang jauh lebih mapan darinya. Hal
tersebut membuat dia kecewa ditambah dengan kebangkrutan yang dialaminya
membuatnya merasa tidak berharga. Klien merasa tertekan karena harta bendanya sudah
habis, klien harus bekerja lebih keras untuk menghidupi Ibu dan ketiga adiknya yang
masih bersekolah. Klien beranggapan menjadi orang baik justru tidak menyenangkan,
sering disakiti dan tidak dihargai, maka klien melampiaskan kekesalannya dengan
tindakan anarkis dan arogan. Namun terkadang klien gemar melukai dirinya sendiri
karena

marah

sekaligus

menyesal,

kehidupannya

sudah

berantakan,

untuk

melampiaskan kekesalannya tersebut klien sering mengonsumsi alkohol dan klien


menjadi lepas kendali terhadap orang lain maupun diri sendiri.
2.5 Pengertian
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan alam perasaan
yang meningkat, bersemangat atau mudah terganggu. Respon mania dapat ditunjukkan
dengan kegembiraan yang berlebih/ euforia, perilaku hiperaktif, banyak bicara, ide-ide
meloncat, terlalu optimistik, kebutuhan tidur berkurang, agresif, serta mudah
tersinggung (Stuart, 2007).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meluas, meningkat, bersemangat, atau mudah tersinggung. Respon diri

dapat ditunjukkan dengan perilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan dan
penyimpangan seksual (Riyadi, 2009).
Mania adalah suatu kondisi yang memiliki karakteristik afek meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental dalam berbagai
derajat keparahan. Mania dapat dibagi menjadi empat macam yakni : hipomania,
episode manik, mania tanpa gejala psikotik, mania dengan gejala psikotik (Maslim,
2013).
Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali melalui intensitas
dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial (Purwaningsih, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan maniak adalah suatu suatu
gangguan alam perasaan ditandai dengan meningkatnya afek/perasaan yang dapat
diiringi dengan peningkatan jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental yang
cenderung diwujudkan dengan perilaku berlebihan berupa peningkatan kegiatan
motorik, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, agresif serta mudah tersinggung yang
berpengaruh terhadap fungsi fisik dan sosial individu.

Gambar 2.2 Rentang respon emosional

2.6 Psikopatologi/Psikodinamika
A. Faktor predisposisi
a. Fisiologis. Faktor genetik dianggap mempengaruhi trasnmisi gangguan afektif
melaluli riwayat keluarga dan keturunan. Risiko seseorang

untuk mengalami

gangguan anlam perasaan maniak secara umum dalam populasi adalah 6%.
Seseorang yang memiliki kembar identik (monozigot) dengan gangguan afektif

memiliki dua sampai empat kali risiko yang lebih besar untuk gangguan daripada
jika saudara yang adalah persaudaraan (dizigotik) kembar atau nontwin. Sedangkan
faktor biokimia diakibatkan kelebihan hormon norefinefrin, serotonin dan dopamin
di otak, selain itu induvidu mania diperkirakan mengalami peningkatan natrium dan
kalsium intraseluler. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan abnormalitas
fungsi membran sel. Perbahan fisiologis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan
dan penyakit fisik seperti ketidakseimbangan metabolik.
b. Psikososial
Teori dinamika keluarga. Induvidu yang mengalami gangguan mania kebanyakan
memulai hidupnya di dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan asuhan.
Semua kebutuhan fisik dan emosi terpenuhi. Pada saat induvidu tersebut semakin
berkembang dan mandiri makan perhatian tersebut diberhentikan. Induvidu yang
belum juga memahami konsep baik buruk akan cenderung memenuhi harapan
pengasuh demi mendapatkan kasih sayang bahkan dengan mengorbankan
kebutuhan dan keinginan sendiri. Pada beberapa keluarga harapan yang berupa
tuntutan atau bahkan tekanan pada induvidu mungkin sering tidak realistis dan
kehidupan sosial serta psikologis induvidu sangat terkekang sehingga pola
perilakunya menjadi kaku sehingga pertumbuhan ego induvidu terhambat. Karena
perkembangan ego yang lemah tidak mampu mengendalikan perilaku impulsif dan
berlebihan yang didominasi id sehingga muncul gejala mania.
c. Teori kehilangan objek. Teori kehilangan objek mengacu pada traumatis akibat
pemisahan induvidu dari hal-hal yang signifikan mengandung makna atau arti
mendalam misalnya kasih sayang, kehilangan tersebut terutama terjadi selama masa
kanak-kanak merupakanfaktor predisposisi maniak pada induvidu dewasa.
d. Pengaturan kepribadian. Gangguan malam perasaan mania berfokus pada
psikososial utama variabel harga diri yang rendah. Konsep diri induvidu dengan
mania dinyatakan sebagai kekesalan atau sebagai overcompensasi dengan
kompetensi yang tinggi. Ancaman terhadap harga diri timbul dari kinerja peran
yang burukdalam menjalankan perandanfungsisehari-hari dan tidak adanya
identitas diri yang jelas.
e. Teori perilaku. Model perilaku memandang orang sebagai yang mampu
menjalankan kontrol atas perilaku mereka sendiri. Induvudi manik tidam mampu
mengendalikan id, ego dan superego mereka. Keadaan manik mungkin terjadi
akibat kritik-diri yang kemudian digantikan oleh euforia kepuasan diri. Perilaku

mania muncul sebagai reaksi defensif terhadap depresi dengan menggunakan


pertahanan manik seperti kemahakuasaan dan sikap egoisme yang tinggi.
B. Faktor pencetus
Gangguan alam perasaan dapat menjadi respon spesifik terhadap stres. Terdapat dua
jenis utama stres. Pertama, stres peristiwa besar dalam hidup, adalah stress yang jelas
bagi orang lain. Jenis kedua adalah stres ringan dari kehidupan sehari-hari bahwa
seseorang mungkin merasa tapi itu mungkin tidak jelas/dirasakan bagi orang lain, hal
tersebut dapat berupa kekecewaan kecil, frustrasi, kritik, dan argumen yang terjadi
setiap hari. Namun, ketika akumulasi dari waktu ke waktu dan tidak adanya peristiwa
positif, hal tersebut dapat membuat rentan terhadap mania. Faktor pencetus mania
antara lain
a.
b.
c.
d.

Kehilangan perhatian, penghargaan


Kajadian dalam hidup
Peran pengekangan
Perubahan fisiologi yang juga berhubungan dengan perubahan hormon, penyakit
fisik ataupun pengobatan.

e. Skema Psikopatologi/Psikodinamika
f.

Faktor predisposisi

g.
h.

Faktor Presipitasi

i.
j.

k.
l.

Stress, Kehilangan
perhatian/penghargaan,
Kejadian hidup, pengekangan

Ketidak
m. seimbangan
elektrolit dalam
n.

Perubahan biokimia

Peningkatan kadar
nerepineefrin,
dopamine, dan
serotonin

Rentang respon
emosional
maladaptif

Perubahan
o. natrium
dan kalium dalam
p.
neuron
q.

Fisiologis
Psikososial
Teori kehilangan
objek
Pengaturan
kepribadian

Keadaan
aktivitas
mental yang
berlebihan

r.
s.
t.

Gangguan alam perasaan:


Maniak

u.
v.
Kognitif

w.

Afektif
Fisik

x.

y.
Flight of idea
Ide meloncatz.
loncat
Ambisi mudah
aa.
terpengaruh
Mudah beralih
ab.
perhatian
Waham ac.
kebosanan

Hambatan interaksi
sosial

Gambaran
diri
berlebihan
Harga diri
meningkat
Tidak tahan
kritik
Arogan

Gangguan
tidur
Nutrisi tidak
adekuat
Aktivitas
meningkat
dehidrasi

Gangguan Alam
Perasaan:
Koping Individu
Maladaptif

Tingkah laku

PerubahPola
Tidur

Agresif
Aktivitas motorik
meningkat
Seks berlebihan
Bicara bertele-tele
Hiperaktif

Risiko
perilaku
kekerasan:
terhadap diri
sendiri atau
orang lain

ad. 2.7 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan


ae. A.Diagnosa Medis: Bipolar I Disorder : manic
af. B.Diagnosa Keperatawan (Carpenito, 2006) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gangguan alam perasaan: koping individu maladaptif (mania)


Risiko perilaku kekerasan: terhadap diri sendiri atau orang lain
Risiko cidera
Hambatan Interaksi sosial
Gangguan Pola tidur
Perubahan Nutrisi kurag dari Kebutuhan Tubuh
ag. 2.8 Penatalaksananan (Terapi Medis dan Keperawatan)
ah.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita mania yaitu: obati

segera dengan antipsikotik (dosis besar mungkin dibutuhkan misal, haloperidol 10-40
mg, selama 24 jam pertama). Pertimbangkan penggunaan tambahan benzodiazepin pada
tahap awal. Dan bila dengan obat tidak berhasil, ECT (Electro Convulsive Therapy)
merupakan terapi yang efektif untuk mania. Arus tersebut menimbulkan kejang grand
mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan
listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Selain itu penatalaksanaan mania dapat dilakukan memaluai farmakoterapi dan
psikoterapi.
ai. A. Penatalaksanaan Medis
aj. Antimania yang juga disebut sebagai mood modulator atau mood stabilizer
merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gejala sindrom mania dan mencegah
berubah-ubahnya suasana hati induvidu.
a. Lithium
ak.

Lithium merupakan pengobatan yang paling sering digunakan pada

gangguan manik. Angka keberhasilannya pada remisi pasien dengan fase manik
dilaporkan mencapai 60-80%. Indikasinya untuk mengatasi episode mania. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat. Lithium juga
digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien
bipolar dengan riwayat mania. Dosis yang diberikan berkisar antara 600-2400 mg
per hari dan pada mania akut diberikan dosis 1800 mg per hari, dengan dosis
terbagi. Namun efek sampingnya telah mengganggu kepatuhan klien terhadap

pengobatan. Efeksamping tersebut misalnya efek neurologis, efek pada fungsi


tiroid, efek pada ginjal, efek pada jantung.
b. Asam Valproat (valproic acid; valproate)
al.
Valproate efektif untuk pasien-pasien yang gagal memberikan respon
terhadap lithium. Volparat terah terbukti efektif dalam mengurangi gejala maniak
akut pada gangguan bipolar I. Dosis yang diberikan: 3 x 250 mg/hari.
c. Carbamazepine
am.
Carbamazepine telah dianggap sebagai alternatif yang pantas untuk
lithium jika lithium kurang optimal. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati
mania akut dan juga untuk terapi profilaksis. Efek samping carbamazepine pada
umumnya tidak lebih besar dari lithium dan kadang bahkan lebih rendah. Cara kerja
carbamazepine tidak jelas, tetapi dapat mengurangi sensitisasi otak terhadap
perubahan

mood.

Mekanisme

tersebut

mungkin

serupa

dengan

efek

antikonvulsinya. Indikasinya antara lain untuk epilepsi, gangguan bipolar


(mania,depresi), skizofrenia dan gangguan skizoafektif, gangguan depresif, dan
gangguan pengendalian impuls. Dosis 200-400 mg per hari dalam 3 atau 4 dosis
dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu pertama
pengobatan.
d. Natrium divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam terapi
mania dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Indikasinya untuk
penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan mencegah sakit
kepala migrain. Dan juga merupakan alternatif terapi yang penting sebagai
pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk kasuskasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengan siklus berulang), penderita
dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit
otak organik. Untuk penanganan mania, terapi diawali dengan dosis harian 750 mg.
pada beberapa pasien dosis harus ditingkatkan sampai 1000 mg per hari.
e. Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai
antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania.
Indikasinya untuk psikosis akut dan kronis, halusinasi pada skizofrenia, dan
kelainan sikap dan tingkah laku pada anak. Besarnya dosis tergantung kepada umur,
keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya.
f. Clonazepam and lorazepam
an.Keduanya berasal dari golongan benzodiazepine dan sangat berguna untuk
mengobati gangguan mania akut.Cara kerja antipsikotik ini adalah dengan

menghalang inhibitory action GABA dengan mengikat dirinya dengan reseptor


GABA di sistem saraf pusat.
ao.

ap. B. Penatalaksanaan keperawatan


aq.

Selain pengobatan, psikoterapi dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk

gangguan alam perasaan seperti mania. Hal ini dapat memberikan dukungan,
pendidikan, dan bimbingan untuk orang dengan gangguan mania dan keluarga mereka.
Beberapa perawatan psikoterapi digunakan untuk mengobati gangguan mania meliputi:
a. Terapi perilaku kognitif (CBT) membantu orang dengan gangguan mania belajar
untuk mengubah pola pikir berbahaya atau negatif dan perilaku.
b. Keluarga yang berfokus pada terapi termasuk anggota keluarga. Ini membantu
meningkatkan strategi koping keluarga, seperti mengenali episode baru awal dan
membantu mereka cintai. Terapi ini juga meningkatkan komunikasi dan pemecahan
masalah.
c. Terapi irama interpersonal dan sosial membantu orang dengan gangguan bipolar
meningkatkan hubungan mereka dengan orang lain dan mengelola rutinitas seharihari. Rutinitas sehari-hari yang teratur dan jadwal tidur dapat membantu
melindungi terhadap episode manik.
d. Psychoeducation mengajarkan orang dengan gangguan mania tentang penyakit dan
pengobatannya. Perawatan ini membantu orang mengenali tanda-tanda kambuh
sehingga mereka dapat mencari pengobatan awal, sebelum episode-besaran terjadi.
Biasanya dilakukan dalam kelompok, psychoeducation juga dapat membantu untuk
anggota keluarga dan pengasuh.
ar.
as.
at.
au.

av. C. Rencana Penatalaksanaan keperawatan


aw.
ax.

iagnosa
keperawatan
bg.
G
angguan
alam
perasaan: koping
individu
maladaptif
(mania)
bh.

ay.
bc.

Perencanaan
Tujua

n
bi.
Tujuan
Umum: Mengajarkan
klien untuk dapat
berespons emosional
yang
adaptif
dan
meningkatkan
rasa
puas serta kesenangan
yang dapat diterima
oleh lingkungan.
bj.
bk.
Tujuan
Khusus 1:
bl. Klien
dapat
membina
hubungan
saling percaya.
bm.

bd.

Kriteria

Hasil
bn. Setelah
.x
melakukan
pertemuan, klien
dapat menerima
kehadiran
perawat.
- Klien mau menjawab
salam
- Ada kontak mata
- Klien mau berjabat
tangan
- Klien mau berkenalan
- Klien mau menjawab
pertanyaan
- Klien mau duduk
berdamping dengan
perawat
bo.

az.

Intervensi

a. Sapa klien dengan ramah, baik


verbal maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
bp.
bq.
br.
c. Tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang
disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
bs.
bt.
e. Buat kontrak interaksi yang
jelas.
bu.
f. Jujur dan tepati janji.
bv.
bw.
bx.
g. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya.
by.
bz.

ba.

Rasional

a. Memberikan kesan awal


yang baik.
cd.
b. Untuk memperkenalkan diri
perawat pada klien sehingga
tercapai hubungan saling
percaya.
c. Untuk mengenal klien dan
membuat
klien
merasa
nyaman
d. Agar klien dapat mengetahui
maksud
dan
tujuan
kedatangan perawat
e. Agar klien dapat mengerti
dengan jelas pada kontrak
tersebut
f. Kejujuran dan rasa saling
membutuhkan menimbulkan
suatu
hubungan
saling
percaya.
g. Sikap menerima dari orang
lain akan meningkatkan
harga diri pasien dan
memfasilitasi rasa percaya

ca.

cf.

Tujuan

Khusus 2:
cg.
Klien

dapat

mengendalikan
aktivitas motorik
ch.
-

cn. Risiko
perilaku
kekerasan
: terhadap

cp.

Tujua

n umum:
cq.

Klien

tidak akan menciderai

kepada orang lain


h. agar klien merasa percaya
dan nyama saat berikteraksi
dengan kita.
klien
tidak

cb.
cc.
h. Tanggapi pembicaraan
dengan
sabar
dan
menyangkal.
ci. Setelah
.x a. Kurangi stimulus lingkungan a. Dalam keadaan hiperaktif
melakukan
(berikan ruang pribadi dengan
pasien
sangat
mudah
pertemuan, klien
sinar lampu yang lembut,
bingung,
dan
berespon
dapat
tingkat kebisingan yang rendah,
terhadap stimulus yang
mengendalikan
jika memungkinkan).
sangat sedikitpun secara
b. Batasi
aktifitas-aktifitas
aktivitas
berlebihan.
kelompok.
b.
Klien
merasa
nyaman
motoriknya.
cj.
dengan berhubungan satu
Klien terlihat tenang
c. Singkirkan benda-benda dan
persatu.
Klien
mampu
zat-zat
berbahaya
dari c. Keamanan
pasien
mengotrol emosinya
lingkungan sekitar pasien
merupakan
prioritas
Tidak ada tanda-tanda
d. Temani
pasien
untuk
keperawatan
cidera pada klien
memberikan dukungan dan d. Meminimalkan resiko cidera
memberikan rasa aman untuk
saat agitasi muncul dan
pasien.
hiperaktivitas meningkat.
e. Kolaborasi: pemberian obat- e. Untuk mengotrol pasien.
obat
penenang
(obat
ck.
antipsikotik).
cl.
cm.
cv. Setelah
.x a. Sapa klien dengan ramah, baik a. Memberikan kesan awal
yang baik.
melakukan
verbal maupun non verbal.
b.
Perkenalkan
diri
dengan
sopan.
dk.
pertemuan, klien
b. Untuk
memperkenalkan
cw.
dapat menerima
diri
perawat
pada klien
cx.
kehadiran

diri

diri sendiri dan orang

sendiri

lain
cr.
cs.
ct.

atau
orang lain
co.

Tujua

n khusus 1: klien
dapat

menerima

kehadira orang lain


cu.

perawat.
Klien mau menjawab
salam
Ada kontak mata
Klien mau berjabat
tangan
Klien mau berkenalan
Klien mau menjawab
pertanyaan
Klien mau duduk
berdamping dengan
perawat
Klien
mau
berinteraksi
dengan
perawat

c.

d.

e.

f.

g.

h.

dl.

dm.

Tujua

n Khusus 2:
dn.

Klien

dapat

mengendalikan

dp. Setelah
.x
melakukan
pertemuan, klien
dapat
mengendalikan

cy.
sehingga
tercapai
hubungan saling percaya.
Tanyakan nama lengkap klien
c.
Untuk mengenal klien dan
dan nama panggilan yang
membuat klien merasa
disukai klien.
nyaman
Jelaskan tujuan pertemuan.
d. Agar
klien
dapat
cz.
mengetahui
maksud
dan
da.
tujuan
kedatangan
perawat
Buat kontrak interaksi yang
e. Agar klien dapat mengerti
jelas.
dengan jelas pada kontrak
db.
tersebut
Jujur dan tepati janji.
f. Kejujuran dan rasa saling
dc.
membutuhkan
dd.
menimbulkan
suatu
de.
hubungan saling percaya.
Tunjukan sikap empati dan g. Sikap menerima dari orang
menerima klien apa adanya.
lain akan meningkatkan
df.
harga diri pasien dan
dg.
memfasilitasi rasa percaya
dh.
kepada orang lain
di.
h. agar klien merasa percaya
dj.
dan
nyama
saat
Tanggapi pembicaraan klien
berikteraksi dengan kita.
dengan
sabar
dan
tidak
menyangkal.
a. Kurangi stimulus a. Dalam keadaan hiperaktif
lingkungan (berikan ruang
pasien
sangat
mudah
pribadi dengan sinar lampu
bingung,
dan
berespon
yang lembut, tingkat kebisingan
terhadap stimulus yang
yang
rendah,
jika
sangat sedikitpun secara

aktivitas motorik
do.
-

dt.
du.
dv.

aktivitas
motoriknya.
Klien terlihat tenang
Klien
mampu
mengotrol emosinya
Tidak ada tanda-tanda
cidera pada klien dan
orang sekitar klien

memungkinkan).
b. Singkirkan bendabenda dan zat-zat berbahaya
dari lingkungan sekitar pasien.
c. Temani
pasien
untuk memberikan dukungan
dan memberikan rasa aman
untuk pasien.
d. Upayakan
mengarahkan
perilaku
kekerasan dengan lain
e. Batasi
aktivitas
kelompok.
Bantu
klien
membina hubungan dengan satu
dua orang.
f. Kolaborasi:
pemberian obat-obat penenang
(obat antipsikotik).

b.

c.

d.

e.

f.

ds.

berlebihan.
Keamanan
pasien
merupakan
prioritas
keperawatan
Klien mampu mempercayai
orang
lain
dan
mau
memceritakan yang dialami
Meminimalkan resiko cidera
saat agitasi muncul dan
hiperaktivitas meningkat.
Klien
merasa
nyaman
dengan berhubungan satu
persatu.
Untuk mengotrol pasien.
dq.
dr.

dw.
dx.
dy.
dz.

3.1

BAB 3. PENUTUP

Kesimpulan

ea. Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan alam
perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak
bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa
dirinya gagal, tidak berminat pada ADL sampai ada ide bunuh diri (Yosep, 2009).
Depresi merupakan salah satu diantara bentuk sindrom gangguan-gangguan
keseimbangan mood (suasana perasaan). Mood adalah kondisiperasaan yang terus
ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita.Perasaan sedih atau depresi bukanlah
hal yang abnormal dalam konteksperistiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun
orang dengan gangguan mood (mood disorder) yang luar biasa parah atau
berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam
memenuhi tanggung jawab secara normal (Semiun, 2006). Faktor penyebab
terjadinya depresi adalah tidak seimbangnya zat norepinefrin, dopamin dan
serotonin di dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya depresi serta adanya
kehilangan keterikatan yang dirasa seperti kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik,
kedudukan atau harga diri.
eb.
ec.

Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali melalui

intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial. Maniak dapat
disebabkan oleh berbagai hal baik dari faktor predisposisi maupun faktor presipitasi
misalnya stress dan persaan tidak dihargia. Mania daapat menimbulkan permaslahan
bagi diri penderita dan orang disekitarnya danpenatalaksaan yang dapat dilakukan
antara lain terapi neurofarmaka serta psikoterapi
ed.
ee.
ef.

3.2

Saran

eg. Saran untuk mahasiswa keperawatan dan perawat jiwa adalah dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan depresi. Pendekatan dan
membina hubungan saling percaya adalah faktor pendukung yang dapat membantu

klien dengan depresi cara menyelesaikan masalahnya. Perawat juga harus melakukan
pendekatan kepada keluarga klien agar keluarga dapat memberikan motivasi kepada
klien. Perawat juga harus memperhatikan penggunaan obat jika dilakukan intervensi
kolaborasi pemberian obat kepada klien dengan depresi.
eh.

Penting bagi kita sebagai calon perawat untuk mengetahui konsep dasar

asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan mania agar dapat menurunkan
presentase angka kejadian gangguan alam perasaan dan dapat mengembalikan penderita
gangguan alam perasaan kembali ke kondisi semula
ei.
ej.
ek.
el.
em.
en.
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff.
fg.

fk.
fl.
fm.
fn.

fh. DAFTAR PUSTAKA


fi.
fj.
Capernito, Lnyda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan
oleh Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan jiwa Rujukan Singkat PPDGJ III.
Jakarta: Penerbit Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

fo.
fp. Purwaningsih W, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
fq.
fr.
fs.
ft.
fu.
fv.

Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
fw. Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
fx.
fy. Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

fz.
ga.
gb.

Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi


Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
gc.
gd.

ge.
gf.
gg.

Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi


Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Towsend, Mary C. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri: Rencana
Asuhan dan Medikasi Psikotropik, Ed. 5. Jakarta: EGC

gh.
gi.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT
Refrika Aditama

gj.
gk.

Wahyu. 2010. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa.


Jakarta : FIK-UI

You might also like