Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh
KELOMPOK 9B
MAKALAH
disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIII
Dosen Pengampu: Ns. Erti Ikhtiarini, M. Kep, Sp.J
oleh
Desi Rahmawati
Alifia Rizqi Pratama D.
M. Tutus Prasetyo
122310101021
122310101025
122310101071
BAB 1. PENDAHULUAN
Tujuan umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami dengan baik dan menerapkan di
lapangan mengenai asuhan keperawatan klien dengan gangguan alam
perasaan
1.2.2 Tujuan khusus:
1.2.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai konsep dasar mengenai
gangguan alam perasaan: depresi
1.2.2.2 Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan alam perasaan: depresi yang mengacu pada teori Stuart
tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak
berminat pada ADL sampai ada ide bunuh diri (Yosep, 2009).
Depresi merupakan salah satu diantara bentuk sindrom gangguan-gangguan
keseimbangan mood (suasana perasaan). Mood adalah kondisiperasaan yang terus ada
yang mewarnai kehidupan psikologis kita.Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal
yang abnormal dalam konteksperistiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang
dengan gangguan mood (mood disorder) yang luar biasa parah atau berlangsung lama
dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung
jawab secara normal (Semiun, 2006).
Depresi adalah suatu keadaan yang berkelanjutan dari suatu kesedihan. Kesedihan
yang berkelanjutan dan berujung pada keputusasaan, putus harapan, merasa lemas, dan
juga cemas. Dimana ada perbedaan antara depresi emosi yang disebabkan oleh faktor
kejiwaan dan sosial, dan depresi pikiran yang disebabkan oleh pembentukan pola pikir.
Depresi emosi adalah salah satu goncangan kejiaan, dan depresi pikiran adalah
goncangan akal pikiran (Taufiq, 2006).
2.3 Psikopatologi/Psikodinamika
a. Faktor predisposisi
1. Faktor biologis:
Secara genetik, gangguan depresi 1,5-3 kali lebih sering terjadi di antara
kerabat tingkat pertama individu yang menderita depresi dibanding pada
populasi umum. Teori biokimia mengaitkan amina biogenik norepinefrin,
dopamin dan serotonin. Kadar zat kimia ini ditemukan tidak memadai pada
individu yang mengalami penyakit depresi. Faktor kognitif menunjukkan
adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran
menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif,
pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan
perasaan depresi (Kaplan, 2010)
2. Faktor psikososial:
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah
kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor
psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia
yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial
tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman
atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan
finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010). Peristiwa kehidupan
yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan
mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa
kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan
bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset
depresi. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya
bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau
depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan
harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan
mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian. Pada
teori kognitif, Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi.
Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut
sebagai triad kognitif, yaitu pandangan negatif terhadap masa depan,
pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak
mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, dan pandangan negatif terhadap
pengalaman hidup (Sadock & Sadock, 2010).
3. Faktor Sosiokultural:
Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang
menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood
dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan
memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa
peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi.
Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode
depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010).
b. Faktor presipitasi
1. Stressor biologis:
Tidak seimbangnya zat norepinefrin, dopamin dan serotonin di dalam
tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya depresi.
2. Stressor psikologis:
Adanya kehilangan keterikatan yang dirasa seperti kehilangan cinta,
seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri.
d. Sumber Koping
Sumber koping meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan
interpersonal, dan organisasi sekunder yang dinaungi oleh lingkungan sosial
yang lebih luas. Klien dengan depresi membutuhkan dukungan dari lingkungan
sekitarnya yang akan mengurangi terjadinya depresi yang lebih berat.
Dukungan yang diberikan dapay berupa dukungan emosional dengan
meyakinkan orang tersebut bahwa dia adalah orang yang berharga yang sangat
diperhatikan oleh lingkungannya.
e. Mekanisme koping
Reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan mekanisme
pertahan penyangkalan dan supresi yang berlebihan dalam upaya menghindari
distress hebat yang berhubungan dengan duka. Depresi adalah suatu perasaan
berduka abortif, yang menggunakan mekanisme represi, supresi, penyangkalan
dan disosiasi.
Biologis
Psikososial
Kognitif
Sosiokultural
Faktor presipitasi
Perubahan biokimia
Kognitif
- Merasa bingung,
- lambat dalam berfikir,
- penurunan konsentrasi dan
Afektif
Fisiologis
Penurunan
nafsu makan
gg.
tidur
Tidak
berdaya
Perilaku
Perasaan putus
asa, ingin
bunuh diri
Penurunan
aktivitas fisik dan
latihan
Gangguan proses
pikir
Gangguan
proses pikir
Ketiakseimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Gangguan
pola tidur
Ketidakberdaya
an
Resiko
bunuh diri
Intoleransi
aktivitas
Sosial
Menjauhkan
diri dari
lingkungan
sosial
Isolasi sosial
g. Penatalaksanaan
a. Farmakologi: anti depresan trisiklik (ATS), inhibitor monoamin oksidase
(MAOI), inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), dan sekelompok
antidespresan lain yang tidak termasuk tiga kelas utama. Indikasi klinis
utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor.
Mekanisme kerja ATS adalah dengan mengatur penggunaan neurotransmiter
norepinefrindan serotonin pada otak. Sebagai perawat harus memperhatikan
efek samping umum dari obat antidepresan seperti letal jika diberikan dalam
dosis yang berlebihan, mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi
urin, hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan
fotosensitivitas
h. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
o.
Keperawatan
1.
Tujuan
individu
mengalami
Kriteria
Intervensi
Rasional
Hasil
Tujuan jangka pendek: 1. Sampaikan kepada klien bahwa
klien
dan
akan
menyebutkan
mengenali
dan
ketidakakuratan
1. Respons positif
yang
klien
salah,
tetapi
tidak
bahwa
menerima
waham
anda
sebai
realitas
klien
hasil:
2.
atau
Jangan
mendebat
menyangkal
keyakinan
tersebu.
2. Berdebat
dengan
menggambarkan
atau
menyangkal keyakinannya
sama
proses
klien
skali
tidak
tidak
hilang
interpretasi
akurat
terhadap
terbinanya
akan
terhalang
BHSP
3.
Gunakan
teknik
3. Teknik
ini
komunikasi
pandangan
merefleksikan
proses pikir
4.
orang
lain
terhadap dirinya.
Beri penguatan dan
4. Membantu klien
Berikan penguatan
bila
membedakan
5. Penguatan
klien
mampu
antara
pikiran
diri
dan
mendorong
realitas
diharapkan
6.
Ajari
klien
individu
dari
pikiran
memicu
emosi
atau
penggunaan
perilaku
yang
tidak
perintah,hentikan!!
diharapkan
7.
dengan
Gunakan sentuhan
hati-hati,
7. Klien
yang
khususnya
bahwa
dan
orang
menyiksa klien.
lain
ingin
dapat
ddengan agresi.
berespon
marah
sekaligus
menyesal,
kehidupannya
sudah
berantakan,
untuk
dapat ditunjukkan dengan perilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan dan
penyimpangan seksual (Riyadi, 2009).
Mania adalah suatu kondisi yang memiliki karakteristik afek meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental dalam berbagai
derajat keparahan. Mania dapat dibagi menjadi empat macam yakni : hipomania,
episode manik, mania tanpa gejala psikotik, mania dengan gejala psikotik (Maslim,
2013).
Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali melalui intensitas
dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial (Purwaningsih, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan maniak adalah suatu suatu
gangguan alam perasaan ditandai dengan meningkatnya afek/perasaan yang dapat
diiringi dengan peningkatan jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental yang
cenderung diwujudkan dengan perilaku berlebihan berupa peningkatan kegiatan
motorik, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, agresif serta mudah tersinggung yang
berpengaruh terhadap fungsi fisik dan sosial individu.
2.6 Psikopatologi/Psikodinamika
A. Faktor predisposisi
a. Fisiologis. Faktor genetik dianggap mempengaruhi trasnmisi gangguan afektif
melaluli riwayat keluarga dan keturunan. Risiko seseorang
untuk mengalami
gangguan anlam perasaan maniak secara umum dalam populasi adalah 6%.
Seseorang yang memiliki kembar identik (monozigot) dengan gangguan afektif
memiliki dua sampai empat kali risiko yang lebih besar untuk gangguan daripada
jika saudara yang adalah persaudaraan (dizigotik) kembar atau nontwin. Sedangkan
faktor biokimia diakibatkan kelebihan hormon norefinefrin, serotonin dan dopamin
di otak, selain itu induvidu mania diperkirakan mengalami peningkatan natrium dan
kalsium intraseluler. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan abnormalitas
fungsi membran sel. Perbahan fisiologis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan
dan penyakit fisik seperti ketidakseimbangan metabolik.
b. Psikososial
Teori dinamika keluarga. Induvidu yang mengalami gangguan mania kebanyakan
memulai hidupnya di dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan asuhan.
Semua kebutuhan fisik dan emosi terpenuhi. Pada saat induvidu tersebut semakin
berkembang dan mandiri makan perhatian tersebut diberhentikan. Induvidu yang
belum juga memahami konsep baik buruk akan cenderung memenuhi harapan
pengasuh demi mendapatkan kasih sayang bahkan dengan mengorbankan
kebutuhan dan keinginan sendiri. Pada beberapa keluarga harapan yang berupa
tuntutan atau bahkan tekanan pada induvidu mungkin sering tidak realistis dan
kehidupan sosial serta psikologis induvidu sangat terkekang sehingga pola
perilakunya menjadi kaku sehingga pertumbuhan ego induvidu terhambat. Karena
perkembangan ego yang lemah tidak mampu mengendalikan perilaku impulsif dan
berlebihan yang didominasi id sehingga muncul gejala mania.
c. Teori kehilangan objek. Teori kehilangan objek mengacu pada traumatis akibat
pemisahan induvidu dari hal-hal yang signifikan mengandung makna atau arti
mendalam misalnya kasih sayang, kehilangan tersebut terutama terjadi selama masa
kanak-kanak merupakanfaktor predisposisi maniak pada induvidu dewasa.
d. Pengaturan kepribadian. Gangguan malam perasaan mania berfokus pada
psikososial utama variabel harga diri yang rendah. Konsep diri induvidu dengan
mania dinyatakan sebagai kekesalan atau sebagai overcompensasi dengan
kompetensi yang tinggi. Ancaman terhadap harga diri timbul dari kinerja peran
yang burukdalam menjalankan perandanfungsisehari-hari dan tidak adanya
identitas diri yang jelas.
e. Teori perilaku. Model perilaku memandang orang sebagai yang mampu
menjalankan kontrol atas perilaku mereka sendiri. Induvudi manik tidam mampu
mengendalikan id, ego dan superego mereka. Keadaan manik mungkin terjadi
akibat kritik-diri yang kemudian digantikan oleh euforia kepuasan diri. Perilaku
e. Skema Psikopatologi/Psikodinamika
f.
Faktor predisposisi
g.
h.
Faktor Presipitasi
i.
j.
k.
l.
Stress, Kehilangan
perhatian/penghargaan,
Kejadian hidup, pengekangan
Ketidak
m. seimbangan
elektrolit dalam
n.
Perubahan biokimia
Peningkatan kadar
nerepineefrin,
dopamine, dan
serotonin
Rentang respon
emosional
maladaptif
Perubahan
o. natrium
dan kalium dalam
p.
neuron
q.
Fisiologis
Psikososial
Teori kehilangan
objek
Pengaturan
kepribadian
Keadaan
aktivitas
mental yang
berlebihan
r.
s.
t.
u.
v.
Kognitif
w.
Afektif
Fisik
x.
y.
Flight of idea
Ide meloncatz.
loncat
Ambisi mudah
aa.
terpengaruh
Mudah beralih
ab.
perhatian
Waham ac.
kebosanan
Hambatan interaksi
sosial
Gambaran
diri
berlebihan
Harga diri
meningkat
Tidak tahan
kritik
Arogan
Gangguan
tidur
Nutrisi tidak
adekuat
Aktivitas
meningkat
dehidrasi
Gangguan Alam
Perasaan:
Koping Individu
Maladaptif
Tingkah laku
PerubahPola
Tidur
Agresif
Aktivitas motorik
meningkat
Seks berlebihan
Bicara bertele-tele
Hiperaktif
Risiko
perilaku
kekerasan:
terhadap diri
sendiri atau
orang lain
segera dengan antipsikotik (dosis besar mungkin dibutuhkan misal, haloperidol 10-40
mg, selama 24 jam pertama). Pertimbangkan penggunaan tambahan benzodiazepin pada
tahap awal. Dan bila dengan obat tidak berhasil, ECT (Electro Convulsive Therapy)
merupakan terapi yang efektif untuk mania. Arus tersebut menimbulkan kejang grand
mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan
listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Selain itu penatalaksanaan mania dapat dilakukan memaluai farmakoterapi dan
psikoterapi.
ai. A. Penatalaksanaan Medis
aj. Antimania yang juga disebut sebagai mood modulator atau mood stabilizer
merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi gejala sindrom mania dan mencegah
berubah-ubahnya suasana hati induvidu.
a. Lithium
ak.
gangguan manik. Angka keberhasilannya pada remisi pasien dengan fase manik
dilaporkan mencapai 60-80%. Indikasinya untuk mengatasi episode mania. Gejala
hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat. Lithium juga
digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien
bipolar dengan riwayat mania. Dosis yang diberikan berkisar antara 600-2400 mg
per hari dan pada mania akut diberikan dosis 1800 mg per hari, dengan dosis
terbagi. Namun efek sampingnya telah mengganggu kepatuhan klien terhadap
mood.
Mekanisme
tersebut
mungkin
serupa
dengan
efek
gangguan alam perasaan seperti mania. Hal ini dapat memberikan dukungan,
pendidikan, dan bimbingan untuk orang dengan gangguan mania dan keluarga mereka.
Beberapa perawatan psikoterapi digunakan untuk mengobati gangguan mania meliputi:
a. Terapi perilaku kognitif (CBT) membantu orang dengan gangguan mania belajar
untuk mengubah pola pikir berbahaya atau negatif dan perilaku.
b. Keluarga yang berfokus pada terapi termasuk anggota keluarga. Ini membantu
meningkatkan strategi koping keluarga, seperti mengenali episode baru awal dan
membantu mereka cintai. Terapi ini juga meningkatkan komunikasi dan pemecahan
masalah.
c. Terapi irama interpersonal dan sosial membantu orang dengan gangguan bipolar
meningkatkan hubungan mereka dengan orang lain dan mengelola rutinitas seharihari. Rutinitas sehari-hari yang teratur dan jadwal tidur dapat membantu
melindungi terhadap episode manik.
d. Psychoeducation mengajarkan orang dengan gangguan mania tentang penyakit dan
pengobatannya. Perawatan ini membantu orang mengenali tanda-tanda kambuh
sehingga mereka dapat mencari pengobatan awal, sebelum episode-besaran terjadi.
Biasanya dilakukan dalam kelompok, psychoeducation juga dapat membantu untuk
anggota keluarga dan pengasuh.
ar.
as.
at.
au.
iagnosa
keperawatan
bg.
G
angguan
alam
perasaan: koping
individu
maladaptif
(mania)
bh.
ay.
bc.
Perencanaan
Tujua
n
bi.
Tujuan
Umum: Mengajarkan
klien untuk dapat
berespons emosional
yang
adaptif
dan
meningkatkan
rasa
puas serta kesenangan
yang dapat diterima
oleh lingkungan.
bj.
bk.
Tujuan
Khusus 1:
bl. Klien
dapat
membina
hubungan
saling percaya.
bm.
bd.
Kriteria
Hasil
bn. Setelah
.x
melakukan
pertemuan, klien
dapat menerima
kehadiran
perawat.
- Klien mau menjawab
salam
- Ada kontak mata
- Klien mau berjabat
tangan
- Klien mau berkenalan
- Klien mau menjawab
pertanyaan
- Klien mau duduk
berdamping dengan
perawat
bo.
az.
Intervensi
ba.
Rasional
ca.
cf.
Tujuan
Khusus 2:
cg.
Klien
dapat
mengendalikan
aktivitas motorik
ch.
-
cn. Risiko
perilaku
kekerasan
: terhadap
cp.
Tujua
n umum:
cq.
Klien
cb.
cc.
h. Tanggapi pembicaraan
dengan
sabar
dan
menyangkal.
ci. Setelah
.x a. Kurangi stimulus lingkungan a. Dalam keadaan hiperaktif
melakukan
(berikan ruang pribadi dengan
pasien
sangat
mudah
pertemuan, klien
sinar lampu yang lembut,
bingung,
dan
berespon
dapat
tingkat kebisingan yang rendah,
terhadap stimulus yang
mengendalikan
jika memungkinkan).
sangat sedikitpun secara
b. Batasi
aktifitas-aktifitas
aktivitas
berlebihan.
kelompok.
b.
Klien
merasa
nyaman
motoriknya.
cj.
dengan berhubungan satu
Klien terlihat tenang
c. Singkirkan benda-benda dan
persatu.
Klien
mampu
zat-zat
berbahaya
dari c. Keamanan
pasien
mengotrol emosinya
lingkungan sekitar pasien
merupakan
prioritas
Tidak ada tanda-tanda
d. Temani
pasien
untuk
keperawatan
cidera pada klien
memberikan dukungan dan d. Meminimalkan resiko cidera
memberikan rasa aman untuk
saat agitasi muncul dan
pasien.
hiperaktivitas meningkat.
e. Kolaborasi: pemberian obat- e. Untuk mengotrol pasien.
obat
penenang
(obat
ck.
antipsikotik).
cl.
cm.
cv. Setelah
.x a. Sapa klien dengan ramah, baik a. Memberikan kesan awal
yang baik.
melakukan
verbal maupun non verbal.
b.
Perkenalkan
diri
dengan
sopan.
dk.
pertemuan, klien
b. Untuk
memperkenalkan
cw.
dapat menerima
diri
perawat
pada klien
cx.
kehadiran
diri
sendiri
lain
cr.
cs.
ct.
atau
orang lain
co.
Tujua
n khusus 1: klien
dapat
menerima
perawat.
Klien mau menjawab
salam
Ada kontak mata
Klien mau berjabat
tangan
Klien mau berkenalan
Klien mau menjawab
pertanyaan
Klien mau duduk
berdamping dengan
perawat
Klien
mau
berinteraksi
dengan
perawat
c.
d.
e.
f.
g.
h.
dl.
dm.
Tujua
n Khusus 2:
dn.
Klien
dapat
mengendalikan
dp. Setelah
.x
melakukan
pertemuan, klien
dapat
mengendalikan
cy.
sehingga
tercapai
hubungan saling percaya.
Tanyakan nama lengkap klien
c.
Untuk mengenal klien dan
dan nama panggilan yang
membuat klien merasa
disukai klien.
nyaman
Jelaskan tujuan pertemuan.
d. Agar
klien
dapat
cz.
mengetahui
maksud
dan
da.
tujuan
kedatangan
perawat
Buat kontrak interaksi yang
e. Agar klien dapat mengerti
jelas.
dengan jelas pada kontrak
db.
tersebut
Jujur dan tepati janji.
f. Kejujuran dan rasa saling
dc.
membutuhkan
dd.
menimbulkan
suatu
de.
hubungan saling percaya.
Tunjukan sikap empati dan g. Sikap menerima dari orang
menerima klien apa adanya.
lain akan meningkatkan
df.
harga diri pasien dan
dg.
memfasilitasi rasa percaya
dh.
kepada orang lain
di.
h. agar klien merasa percaya
dj.
dan
nyama
saat
Tanggapi pembicaraan klien
berikteraksi dengan kita.
dengan
sabar
dan
tidak
menyangkal.
a. Kurangi stimulus a. Dalam keadaan hiperaktif
lingkungan (berikan ruang
pasien
sangat
mudah
pribadi dengan sinar lampu
bingung,
dan
berespon
yang lembut, tingkat kebisingan
terhadap stimulus yang
yang
rendah,
jika
sangat sedikitpun secara
aktivitas motorik
do.
-
dt.
du.
dv.
aktivitas
motoriknya.
Klien terlihat tenang
Klien
mampu
mengotrol emosinya
Tidak ada tanda-tanda
cidera pada klien dan
orang sekitar klien
memungkinkan).
b. Singkirkan bendabenda dan zat-zat berbahaya
dari lingkungan sekitar pasien.
c. Temani
pasien
untuk memberikan dukungan
dan memberikan rasa aman
untuk pasien.
d. Upayakan
mengarahkan
perilaku
kekerasan dengan lain
e. Batasi
aktivitas
kelompok.
Bantu
klien
membina hubungan dengan satu
dua orang.
f. Kolaborasi:
pemberian obat-obat penenang
(obat antipsikotik).
b.
c.
d.
e.
f.
ds.
berlebihan.
Keamanan
pasien
merupakan
prioritas
keperawatan
Klien mampu mempercayai
orang
lain
dan
mau
memceritakan yang dialami
Meminimalkan resiko cidera
saat agitasi muncul dan
hiperaktivitas meningkat.
Klien
merasa
nyaman
dengan berhubungan satu
persatu.
Untuk mengotrol pasien.
dq.
dr.
dw.
dx.
dy.
dz.
3.1
BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan
ea. Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan alam
perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak
bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa
dirinya gagal, tidak berminat pada ADL sampai ada ide bunuh diri (Yosep, 2009).
Depresi merupakan salah satu diantara bentuk sindrom gangguan-gangguan
keseimbangan mood (suasana perasaan). Mood adalah kondisiperasaan yang terus
ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita.Perasaan sedih atau depresi bukanlah
hal yang abnormal dalam konteksperistiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun
orang dengan gangguan mood (mood disorder) yang luar biasa parah atau
berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam
memenuhi tanggung jawab secara normal (Semiun, 2006). Faktor penyebab
terjadinya depresi adalah tidak seimbangnya zat norepinefrin, dopamin dan
serotonin di dalam tubuh sehingga mengakibatkan terjadinya depresi serta adanya
kehilangan keterikatan yang dirasa seperti kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik,
kedudukan atau harga diri.
eb.
ec.
Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali melalui
intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial. Maniak dapat
disebabkan oleh berbagai hal baik dari faktor predisposisi maupun faktor presipitasi
misalnya stress dan persaan tidak dihargia. Mania daapat menimbulkan permaslahan
bagi diri penderita dan orang disekitarnya danpenatalaksaan yang dapat dilakukan
antara lain terapi neurofarmaka serta psikoterapi
ed.
ee.
ef.
3.2
Saran
eg. Saran untuk mahasiswa keperawatan dan perawat jiwa adalah dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan depresi. Pendekatan dan
membina hubungan saling percaya adalah faktor pendukung yang dapat membantu
klien dengan depresi cara menyelesaikan masalahnya. Perawat juga harus melakukan
pendekatan kepada keluarga klien agar keluarga dapat memberikan motivasi kepada
klien. Perawat juga harus memperhatikan penggunaan obat jika dilakukan intervensi
kolaborasi pemberian obat kepada klien dengan depresi.
eh.
Penting bagi kita sebagai calon perawat untuk mengetahui konsep dasar
asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan mania agar dapat menurunkan
presentase angka kejadian gangguan alam perasaan dan dapat mengembalikan penderita
gangguan alam perasaan kembali ke kondisi semula
ei.
ej.
ek.
el.
em.
en.
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff.
fg.
fk.
fl.
fm.
fn.
fo.
fp. Purwaningsih W, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
fq.
fr.
fs.
ft.
fu.
fv.
fz.
ga.
gb.
ge.
gf.
gg.
gh.
gi.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT
Refrika Aditama
gj.
gk.