You are on page 1of 8

ASKEP RHINITIS

BAB I
KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien-pasien
yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau terpapar dengan allergen
(zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama serta meliputi mekanisme pelepasan
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986).
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan
dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen yang
mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA tahun 2001).Rhinitis adalah suatu inflamasi
( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ).
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 ).
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi
mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 ).
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki
yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh
alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi
dua:
a.
Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung
dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat
mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin
dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b.
Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan
oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
B. Etiologi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti
oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction
Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
Late Phase Allergic Reaction
Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan
dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya
bahan kosmetik atau perhiasan.
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
1.
Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2.
Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral,
system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil

dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga
mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3.
Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan
C.
Klasifikasi
Berdasarkan waktunya Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
1.
Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar
rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu
dan polusi udara atau asap.
2.
Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan))
diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu
rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat
D. Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung.
Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang
kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan
mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta
limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen
hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan
yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan
nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
Histamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di hidung. Histamine bekerja langsung
pada reseptor histamine selular, dan secara tidak langsung melalui refleks yang berperan pada
bersin dan hipersekresi. Melalui saraf otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal,
serta vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala beringus
encer dan edema local reaksi ini timbul segera setelah beberapa menit pasca pajanan allergen.
Kurang lebih 50% Rhinitis alergik merupakan manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe I fase
lambat, gejala Gejala rhinitis alergik fase lambat seperti hidung tersumbat, kurangnya
penciuman, dan hiperreaktivitas lebih diperankan ooleh eosinofil.
E.
Manifestasi Klinis
1.
Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih
dari 6 kali).
2.
Hidung tersumbat.
3.
Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya
bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika
berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4.
Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5.
Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang terutama pada
pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme
normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari
lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi. Gejala
lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan
kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.
F. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium.
Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga atopi atau bila ada
keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci penting dalam
membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor.
Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total,
IgE spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi nasal masih
terbatas pada bidang penelitian.
G.
Penatalaksanaan
1.
Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen penyebab
2.
Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat yang sering dipakai sebagai lini
pertama pengobatan rhinitis alergi atau dengan kombinasi dekongestan oral. Obat Kortikosteroid
dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat repon fase lambat tidak berhasil diatasi oleh
obat lain
3.
Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil dengan cara diatas
4.
Penggunaan Imunoterapi.
Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain :
1.
Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang.
2.
Tidak menimbulkan takifilaksis.
3.
Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun demikian
pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.
4.
Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya
efek samping sistemik.
Penatalaksanaan rinitis alergika meliputi edukasi, penghindaran alergen, farmakoterapi dan
imunoterapi. Intervensi tunggal mungkin tidak cukup dalam penatalaksanaan rinitis alergika,
penghindaran alergen hendaknya merupakan bagian terpadu dari strategi penatalaksanaan,
terutama bila alergen penyebab dapat diidentifikasi. Edukasi sebaiknya selalu diberikan
berkenaan dengan penyakit yang kronis, yang berdasarkan kelainan atopi, pengobatan
memerlukan waktu yang lama dan pendidikan penggunaan obat harus benar terutama jika harus
menggunakan kortikosteroid hirupan atau semprotan. Imunoterapi sangat efektif bila
penyebabnya adalah alergen hirupan. Farmakoterapi hendaknya mempertimbangkan keamanan
obat, efektifitas, dan kemudahan pemberian. Farmakoterapi masih merupakan andalan utama
sehubungan dengan kronisitas penyakit. Tabel 3 menunjukkan obat-obat yang biasanya dipakai
baik tunggal maupun dalam kombinasi. Kombinasi yang sering dipakai adalah antihistamin H1
dengan dekongestan. Medikamentosa diberikan bila perlu, dengan antihistamin oral sebagai obat
pilihan utama. Imunoterapi pada anak diberikan secara selektif dengan tujuan pencegahan. Jenisjenis terapi medikamentosa akan diuraikan di bawah ini
1.
Antihistamin-H1 oral
Antihistamin-H1 oral bekerja dengan memblok reseptor H1 sehingga mempunyai aktivitas anti
alergi. Obat ini tidak menyebabkan takifilaksis. Antihistamin-H1 oral dibagi menjadi generasi
pertama dan kedua. Generasi pertama antara lain klorfeniramin dan difenhidramin, sedangkan
generasi kedua yaitu setirizin/levosetirizin dan loratadin/desloratadin.
Generasi terbaru antihistamin-H1 oral dianggap lebih baik karena mempunyai rasio
efektifitas/keamanan dan farmakokinetik yang baik, dapat diminum sekali sehari, serta bekerja
cepat (kurang dari 1 jam) dalam mengurangi gejala hidung dan mata, namun obat generasi
terbaru ini kurang efektif dalam mengatasi kongesti hidung.

Efek samping antihistamin-H1 generasi pertama yaitu sedasi dan efek antikolinergik. Sedangkan
antihistamin-H1 generasi kedua sebagian besar tidak menimbulkan sedasi, serta tidak
mempunyai efek antikolinergik atau kardiotoksisitas.
2.
Antihistamin-H1 lokal
Antihistamin-H1 lokal (misalnya azelastin dan levokobastin) juga bekerja dengan memblok
reseptor H1. Azelastin mempunyai beberapa aktivitas anti alergik. Antihistamin-H1 lokal bekerja
sangat cepat (kurang dari 30 menit) dalam mengatasi gejala hidung atau mata. Efek samping obat
ini relatif ringan. Azelastin memberikan rasa pahit pada sebagian pasien.
3.
Kortikosteroid intranasal
Kortikosteroid intranasal (misalnya beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason,
dan triamsinolon) dapat mengurangi hiperreaktivitas dan inflamasi nasal. Obat ini merupakan
terapi medikamentosa yang paling efektif bagi rinitis alergik dan efektif terhadap kongesti
hidung. Efeknya akan terlihat setelah 6-12 jam, dan efek maksimal terlihat setelah beberapa hari.
Kortikosteroid topikal hidung pada anak masih banyak dipertentangkan karena efek sistemik
pemakaian lama dan efek lokal obat ini. Namun belum ada laporan tentang efek samping setelah
pemberian kortikosteroid topikal hidung jangka panjang. Dosis steroid topikal hidung dapat
diberikan dengan dosis setengah dewasa dan dianjurkan sekali sehari pada waktu pagi hari. Obat
ini diberikan pada kasus rinitis alergik dengan keluhan hidung tersumbat yang menonjol.
4.
Kortikosteroid oral/IM
Kortikosteroid oral/IM (misalnya deksametason, hidrokortison, metilprednisolon, prednisolon,
prednison, triamsinolon, dan betametason) poten untuk mengurangi inflamasi dan
hiperreaktivitas nasal. Pemberian jangka pendek mungkin diperlukan. Jika memungkinkan,
kortikosteroid intranasal digunakan untuk menggantikan pemakaian kortikosteroid oral/IM. Efek
samping lokal obat ini cukup ringan, dan efek samping sistemik mempunyai batas yang luas.
Pemberian kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak. Pada anak
kecil perlu dipertimbangkan pemakaian kombinasi obat intranasal dan inhalasi.
5.
Kromon lokal (local chromones)
Kromon lokal (local chromones), seperti kromoglikat dan nedokromil, mekanisme kerjanya
belum banyak diketahui. Kromon intraokular sangat efektif, sedangkan kromon intranasal kurang
efektif dan masa kerjanya singkat. Efek samping lokal obat ini ringan dan tingkat keamanannya
baik.
Obat semprot hidung natrium kromoglikat sebagai stabilisator sel mast dapat diberikan pada
anak yang kooperatif. Obat ini biasanya diberikan 4 kali sehari dan sampai saat ini tidak
dijumpai efek samping.
6.
Dekongestan oral
Dekongestan oral seperti efedrin, fenilefrin, dan pseudoefedrin, merupakan obat simpatomimetik
yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung. Penggunaan obat ini pada pasien dengan
penyakit jantung harus berhati-hati. Efek samping obat ini antara lain hipertensi, berdebar-debar,
gelisah, agitasi, tremor, insomnia, sakit kepala, kekeringan membran mukosa, retensi urin, dan
eksaserbasi glaukoma atau tirotoksikosis. Dekongestan oral dapat diberikan dengan perhatian
terhadap efek sentral. Pada kombinasi dengan antihistamin-H1 oral efektifitasnya dapat
meningkat, namun efek samping juga bertambah.
7.
Dekongestan intranasal
Dekongestan intranasal (misalnya epinefrin, naftazolin, oksimetazolin, dan xilometazolin) juga
merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung. Obat ini
bekerja lebih cepat dan efektif daripada dekongestan oral. Penggunaannya harus dibatasi kurang

dari 10 hari untuk mencegah terjadinya rinitis medikamentosa. Efek sampingnya sama seperti
sediaan oral tetapi lebih ringan.
Pemberian vasokonstriktor topikal tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak di bawah usia
l tahun karena batas antara dosis terapi dengan dosis toksis yang sempit. Pada dosis toksik akan
terjadi gangguan kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
8.
Antikolinergik intranasal
Antikolinergik intranasal (misalnya ipratropium) dapat menghilangkan gejala beringus
(rhinorrhea) baik pada pasien alergik maupun non alergik. Efek samping lokalnya ringan dan
tidak terdapat efek antikolinergik sistemik. Ipratropium bromida diberikan untuk rinitis alergik
pada anak dengan keluhan hidung beringus yang menonjol.
9.
Anti-leukotrien
Anti-leukotrien, seperti montelukast, pranlukast dan zafirlukast, akan memblok reseptor CystLT,
dan merupakan obat yang menjanjikan baik dipakai sendiri ataupun dalam kombinasi dengan
antihistamin-H1 oral, namun masih diperlukan banyak data mengenai obat-obat ini. Efek
sampingnya dapat ditoleransi tubuh dengan baik.
H.
Pencegahan
Beberapa langkah/tips berikut ini dapat membantu anda bahkan jika anda tidak tahu jenis
pollen apa yang membuat anda alergi. Jika anda tahu tipe pollen apa yang membuat anda alergi
itu lebih bagus lagi.
Tetaplah berada di dalam ruangan/rumah pada waktu pollen sangat banyak di udara.
Umumnya pollen sedikit di udara hanya beberapa saat setelah matahari terbit. Mereka kemudian
jumlahnya makin banyak dan paling banyak pada tengah hari dan sepanjang siang. Jumlahnya
kemudian berkurang menjelang matahari terbenam.
Tutuplah jendela dan pintu, baik pada siang maupun malam hari. Gunakan AC untuk
membantu mengurangi jumlah pollen yang masuk ke dalam rumah anda. Jangan gunakan kipas
dengan buangan keluar (exhaust fan) karena dapat membawa lebih banyak pollen masuk ke
dalam rumah anda.
Potonglah rumput di halaman rumah sesering mungkin.
Cegah membawa pulang pollen masuk ke rumah setelah anda bepergian:
- Segeralah mandi dan ganti baju dan celana yang anda pakai di luar.
- Keringkan pakaian anda dengan mesin pengering, jangan jemur di luar.
Berliburlah ke tempat lain pada saat musim pollen sedang berlangsung di tempat anda ke
tempat di mana tanaman yang membuat anda alergi tidak tumbuh.
Jangan keluar rumah pada saat hujan atau hari berangin.
Hindari aktivitas yang membat anda terpapar dengan mold, seperti berkebun (terutama saat
bekerja dengan kompos), memotong rumput.
Buanglah jauh-jauh dari rumah anda daun-daun yang berguguran, potongan rumput, dan
kompos.
Di daerah yang berudara lembab mold di dalam rumah dapat mencetuskan serangan asthma,
rhinitis alergika dan dermatitis alergika. Beberapa langkah berikut dapat membantu:
Bersihkan kamar mandi, bathtubs, shower stalls, shower curtains, dan karet-karet jendela
paling sedikit sebulan sekali dengan disinfektan atau cairan pemutih. Gunakan pemutih dengan
hati-hati, karena dapat membuat hidung anda teriritasi. Jika hidung anda teriritasi, gejala alergi
anda dapat memburuk.
Rumah harus ada aliran udara yang baik dan kering.
Gunakan exhaust fan di kamar mandi dan dapur.

Jangan gunakan karpet.


Oleh karena orang dewasa menghabiskan 1/3 waktu mereka dan anak-anak menghabiskan dari
waktu mereka di kamar tidur, maka penting agar tidak ada alergen di kamar tidur. Jangan
gunakan kasur, bantal dan guling yang diisi dengan kapuk.
I.
Komplikasi
1.
Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip
hidung.
2.
Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan
terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
3.
Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya
sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
KASUS :
Nn. R umur 18 tahun dirawat di ruang THT Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi hari
kedua, ketika dilakukan pengkajian oleh perawat didapat data hidung meler, bersin-bersin, mata
merah berair yang tidak berhenti-henti, lapisan hidung membengkak warna merah kebiruan,
mudah tersinggung, nafsu makan menurun, dan susah tidur, klien bernafas melalui mulut.
A. Pengkajian
DS :
Nn. R mudah tersinggung
Nn. R mengatakan nafsu makan menurun
Nn. R mengatakan susah tidur
DO :
Hidung meler
Bersin-bersin
Lapisan hidung membengkak, warna merah kebiruan
Klien bernapas melalui mulut
B. Analisa data
SIGN & SYMPTOM
DS : DO :
hidung meler, bersin-bersin, klien bernafas
melalui mulut
DO :
klien mengatakan susah tidur.
DO :
bersin-bersin
hidung meler
DS :
klien mengatakan nafsu makan menurun
Do : C. NCP

ETIOLOGI

PROBLEM

Akumulasi mucus

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

Susah tidur, hidung


meler

Gangguan pola tidur

Nafsu makan
menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

n Diagnosa
o keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Obstruksi jalan napas dan


Auskultasi bunyi
dapat atau tak di
napas. Catat adanya bunyi
manevestasikan adanya bunyi
napas, mis ; mengi,
napas adventisius.
krekels, ronki
Adanya beberapa derajat
Kaji/pantau frekuensi
Bersihan jalan Bersihan jalan
dan dapat ditemukan pada
pernapasan
nafas tidak
nafas kembali
penerimaan atau selama stres
Kaji pasien untuk
efektiif b.d
efektif
atau adanya infeksi akut.
posisi yang nyaman mis :
akumulasi
Kh : menujukkan
Penafasan dapat melambat dan
peninggian kepala tempat
mucus
perilaku untuk
frekunsi ekspirasi memanjaga
tidur, duduk pada
1 DS : memperbaiki
inspirasi memendek.
persandaran tempat tidur.
DO : hidung
bersihan jalan
Peningian kepala tempat
Pertahankan polusi
meler, bersinnafas.
tidur mempermudah fungsi
lingkungan minimum
bersin, klien
Mis :
pernapasan dengan mengunakn
mis : debu asap dan bulu
bernapas melalui mengeluarkan
grafitasi
bantal yang berhubunggan
mulut.
sekret
Pencetus tipe reaksi alergi
dengan kondisi individu
pernapasan yang dapat
tingkatkan masukan
mentreger episode akut
caian 3000 /hari sesuai
hidrasi membantu
jantung, memberikan air
menurunkan kekentalan sekret,
hangat.
mempermudah pengeluaran.
Tentukan kebiasan
Mengakaji perlunya dan
Gangguan pola
tidur biasanya dan
mengidentifikasi intervensi
istirahat b.d
perubahan yang terjadi
yang tepat
penyumbatan
Berikan tempat tidur Meningakatkkan
pada hidung
Perbaikan pola yang nyaman dan
kenyamanan tridur serta
DS :
tidur atau
beberapa milik pribadi mis dukungan fisiologis/psikologis
klien
istirahat
: bantal, guling.
bila rutinitas
mengatakan
Kh :
Buat rutinitas tidur barumenggandung aspek
susah tidur.
2
Klien tampak
baru yang dimasukkan
sebanyak kebiasaan lama,stres
Klien
bisa tidur
dalam pola lama dan ling dan ansietas yang berhubungan
mengatakan
Tidak sering
kungan baru.
dapat berkurang
mata berair tak
terbangun pada Tingkatkan regimen Meningkatkan efek
ada hentimalam hari
kenyamanan waktu tidur . relaksasi.
hentinya
instruksikan tindakan Membantu menginduksi
DO :
relaksasi.
tidur
bersin-bersin
Berikan sedative
Membantu pasien agar
hidung meler
sesuai indikasi
mudah beristirahat
3 Gangguan
Nutrisi terpenuhi Jelaskan tentang
Dengan pemahaman klien
nutrisi kurang sesuai dengan
manfaat makan bila
akan lebih kooperatif
dari kebutuhan kebutuhan tubuh dikaitkan dengan kondisi mengikuti aturan
b.d Nafsu makan Kh :
klien saat ini
Untuk menghindari
menurun
- Nafsu makan Anjurkan agar klien makanan yang justru dapat

Ds : klien
mengatakan
nafsu makan
menurun
Do : -

memakan makanan yang


tersedia di RS
Lakukan dan ajarkan
perawatan mulut sebelum
dan sesudah makan serta
sebelum dan sesudah
intervensi/periksaan
peroral.
membaik
tingkakan lingkungan
- Keadaan
yang menenangkan untuk
umum membaik makan dengan teman jika
- Klien tampak memungkinkan.
mau makan
Berikan makanan
dalam keadaan hangat
berikan makanan
selingan (mis; keju,
biskuit, sup, buahbuahan)yang tersedia
dalam 24 jam
Kolaborasi tentang
pemenuhan diet klien

mengganggu proses
penyembuhan klien.
Higiene oral yang baik
akan meningkatkan nafsu
makan klien
makana adalah bagian dari
peristiwa sosial, dan nafsu
makan dapat meningkat
dengan sosialisasi
Makanan hangat dapat
meningkatkan nafsu makan.
membantu memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan
pemasukan
Meningkatkan pemenuhan
sesuai dengan kondisi klien

You might also like