You are on page 1of 12

PENGAWETAN IKAN DENGAN CARA PENGGARAMAN

MAKALAH
untuk memenuhi tugas matakuliah
IPA Terapan yang dibimbing oleh Bapak Drs. Ridwan Joharmawan M, Si.
dan Ibu Safwatun Nida, S.Si, M.Pd

Oleh
Yunia Kartikawati Subagiyo
120351410914
Off A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Maret, 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya berupa perairan. Sehingga
Indonesia memiliki jumlah dan keragaman potensi perikanan. Salah satu bentuk potensi
perikanan adalah ikan. Ikan adalah semua jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari
siklus hidupnya berada di lingkungan perairan. Ikan memiliki kandungan gizi yang beragam
dan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seperti vitamin, protein,
omega-3, zat besi, seng, dan flour. Berdasarkan kandungan gizi penting yang dimiliki ikan,
maka ikan digunakan sebagai bahan pangan bagi makhluk hidup salah satunya manusia.
tetapi ikan sebagai bahan pangan memiliki kelemahan yaitu ikan sangat mudah rusak atau
membusuk. Faktor-faktor yang menyebabkan ikan cepat membusuk antara lain, pH ikan
mendekati netral, sehingga sangat mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang
menyebabkan ikan cepat rusak atau membusuk, tubuh ikan mengandung air dengan kadar
yang tinggi (80%), sehingga sangat mendukung pertumbuhan bakteri pada ikan, daging ikan
mengandung asam lemak tek jenuh berkadar tinggi yang sifatnya sangat mudah mengalami
proses oksidasi, sehingga gampang menimbulkan ikan berbau tengik, tubuh ikan
mengandung sedikit jaringan ikat, sehingga menyebabkan daging ikan menjadi sangat lunak
dan mikroorganisme cepat berkembang, serta aktivitas enzim yang terdapat di dalam tubuh
ikan, pada dasarnya ikan memiliki anti enzim yang dapat mencegah proses hidrolisis dan
dekomposisi dari bagian-bagian tubuhnya. Setelah ikan mati, maka anti enzim tersebut tidak
aktif lagi dan terjadilah autolysis oleh enzim-enzimproteilik pada daging ikan, terutama
proteinnya, menghasilkan asam amino, dan daging buah lembek. Oleh sebab itu dibutuhkan
suatu teknologi sains yang mampu meminimalisir kerusakan ikan yaitu dengan cara
pengawetan.
Pengawetan tradisional yang sering digunakan adalah dengan cara penggaraman.
Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan di berbagai Negara,
termasuk Indonesia. Proses ini menggunakan garam sebagai media pengawet baik berbentuk
Kristal maupun larutan. Selain disebut penggaraman, teknik pengawetan ikan menggunakan
garam juga disebut sebagai pengasinan. Garam dapat dijadikan sebagai pengawet ikan karena
garam memiliki osmotik yang tinggi sehingga selain dapat menarik air dari daging ikan
sekaligus menarik cairan sel mikroorganisme sehingga sel mengalami plasmolisis dan mati,
garam juga dapat menyebabkan denaturasi dan koagulasi protein dan enzim, sehingga terjadi

pengerutan daging ikan, akibatnya air akan terperas keluar, konsentrasi garam yang tinggi
akan mengakibatkan kematian bakteri patogen dan pembusukan yang pada umumnya sangat
sensitif terhadap garam, garam memasuki tubuh ikan dan masuk ke dalam jaringan. Garam di
dalam jaringan akan mengurangi atau menghilangkan oksigen dari jaringan ikan, sehingga
pertumbuhan jasad renik yang membutuhkan oksigen akan terhambat, dan garam juga akan
terurai menjadi ion natrium dan ion klorida, dimana ion klorida ini bersifat racun bagi
mikroorganisme. Sehingga garam mampu mengawetkan ikan. Dengan cara penggaraman
maka ikan akan lebih awet dan mudah untuk dikonsumsi sehingga nutrisi dapat terpenuhi di
dalam tubuh. Dari penjelasan di atas menarik kiranya menulis makalah dengan judul
PENGAWETAN IKAN DENGAN CARA PENGGARAMAN.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah definisi ikan?
b. Bagaimana kandungan gizi ikan sebagai bahan pangan?
c. Bagaimana kelemahan ikan sebaagi bahan pangan?
d. Bagaimana teknik pengawetan ikan dengan cara penggaraman?
e. Bagaimana manfaat dan dampak dari penggaraman ikan?
f. Bagaimana keterkaitan pengawetan ikan dengan penggaraman terhadap konsep sains?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian
yang dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui definisi ikan
b. Untuk mengetahui kandungan gizi ikan sebagai bahan pangan
c. Untuk mengetahui kelemahan ikan sebagai bahan pangan
d. Untuk mengetahui teknik pengawetan ikan dengan cara penggaraman
e. Untuk mengetahui manfaat dan dampak dari penggaraman ikan
f. Untuk mengetahui keterkaitan pengawetan ikan dengan penggaraman terhadap
konsep sains

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Definisi Ikan
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air

dan bernafas menggunakan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beragam jumlah spesiesnya, yaitu lebih dari 27.000 di seluruh dunia. Berdasarkan ketentuan
perikanan (Undang-Undang No 31 Tahun 2004), ikan didefinisikan sebagai semua jenis
organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di lingkungan perairan.
Secara sempit ikan adalah semua jenis hewan yang termasuk dalam kelas Pisces. Kelompok
ini sering disebut dengan istilah Ikan Bersirip atau Finfish (Sutarni, 2013).
2.2

Ikan sebagai Bahan Pangan


Ikan memiliki adsorpsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan dengan produk

hewani lain seperti daging sapi dan ayam. Hal ini dikarenakan ikan memiliki serat protein
yang lebih pendek daripada serat protein pada daging sapi dan ayam. Dalam 100 gram ikan
segara mengandung kurang lebih 18 gram protein. Kandungan gizi yang terdapat di dalam
ikan adalah (Sutarni, 2013):
a. Omega 3 untuk proses perkembangan otak pada janin dan penting untuk perkembangan
b.
c.
d.
e.

fungsi syaraf dan penglihatan bayi


Mengandung serat protein yang pendek sehingga mudah dicerna
Kaya akan asam amino seperti taurin untuk merangsang pertumbuhan sel otak bayi
Vitamin A dalam minyak hati ikan mampu mencegah kebutaan pada anak
Vitamin D dalam daging dan minyak hati ikan memiliki manfaat untuk pertumbuhan dan

kekuatan tulang
f. Vitamin B6 untuk untuk membantu metabolisme asam amino dan lemak serta mencegah
anemia dan kerusakan syaraf
g. Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah, membantu metabolism lemak, dan
melindungi jantung juga kerusakan syaraf.
h. Zat besi yang mudah diserap oleh tubuh
i. Yodium untuk mencegah terjadinya penyakit gondok dan hambatan pertumbuhan anak
j. Selenium untuk membantu metabolism tubuh dan sebagian anti oksidan yang melindungi
tubuh dari radikal bebas
k. Seng yang membantu kerja enzim dan hormone
l. Flour yang berperan dalam menguatkan dan menyehatkan gigi anak
Dengan kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh sehingga ikan sering dijadikan
sebagai bahan pangan.

2.3

Kelemahan Ikan sebagai Bahan Pangan


Ikan adalah bahan pangan yang sangat mudah rusak. Ikan akan mulai mengalami

proses pembusukan sejak pertama kali ditangkap. Faktor-faktor yang menyebabkan ikan
cepat membusuk antara lain (Aliza, 2013):
a. Ikan memiliki pH mendekati netral, sehingga sangat mendukung pertumbuhan
mikroorganisme yang menyebabkan ikan cepat rusak atau membusuk.
b. Tubuh ikan mengandung air dengan kadar yang tinggi (80%), sehingga sangat
mendukung pertumbuhan bakteri pada ikan.
c. Daging ikan mengandung asam lemak tek jenuh berkadar tinggi yang sifatnya sangat
mudah mengalami proses oksidasi, sehingga gampang menimbulkan ikan berbau tengik.
d. Faktor lain adalah tubuh ini mengandung sedikit jaringan ikat, sehingga menyebabkan
daging ikan menjadi sangat lunak dan mikroorganisme cepat berkembang.
e. Aktivitas enzim yang terdapat di dalam tubuh ikan, pada dasarnya ikan memiliki anti
enzim yang dapat mencegah proses hidrolisis dan dekomposisi dari bagian-bagian
tubuhnya. Setelah ikan mati, maka anti enzim tersebut tidak aktif lagi dan terjadilah
autolysis oleh enzim-enzimproteilik pada daging ikan, terutama proteinnya, menghasilkan
asam amino, dan daging buah lembek.
2.4

Teknik pengawetan Ikan dengan Cara Penggaraman


Ikan memiliki kandungan gizi yang menunjang pertumbuhan tubuh, tetapi ikan

memiliki kelemahan yaitu gampang membusuk. Sehingga dibutuhkan suatu cara berupa
pengawetan yang betujuan untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan dengan cara
menghambat atau menghentikan penyebab pembusukan. Salah satu cara untuk menjadikan
ikan awet adalah dengan cara penggaraman. Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan
yang banyak dilakukan di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Proses ini menggunakan
garam sebagai media pengawet baik berbentuk Kristal maupun larutan. Selain disebut
penggaraman, teknik pengawetan ikan menggunakan garam juga disebut sebagai pengasinan.
Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakuan yang baik selama
proses pengawetan seperti (Maryono, 2009):
a. Menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan
b. Menggunakan ikan yang masih segar
c. Menggunakan garam yang bersih
Pengawetan ikan dengan cara penggaraman terdiri dari 3 proses yaitu (Maryono, 2009):
a. Proses persiapan

Sebelum melakukan penggaraman maka yang harus dilakukan pertama adalah persiapan ikan
dengan cara sebagai berikut:
1. Persiapan ikan berdasarkan ukuran
a. Ikan ukuran besar: buang sisik dan potong insangnya, ikan dibelah menjadi dua bagian
sepanjang garis punggung ke arah perut, isi perut dikeluarkan dan jaga agar empedu
tidak pecah, dan bagian kepala dibuang.
b. Ikan ukuran sedang: buang sisiknya, ikan bisa dibelah menjadi dua bagian atau tidak,
jika ikan dibelah menjadi dua bagian maka insang dan isi perut dikeluarkan dengan
menarik insang secara perlahan sehingga isi perut ikut keluar melalui rongga insang
c. Ikan ukuran kecil: sisik, insang, maupun isi perut tidak perlu dihilangkan, tetapi ikan
cukup dicuci dengan air bersih
2. Cuci ikan dengan air bersih, agar semua kotoran yang masih melekat terutama di bagian
rongga perut dan sisa pembuluh darah dapat dibersihkan
3. Untuk meniriskan air dari ikan, susun ikan pada wadah dengan posisi bagian perut
menghadap ke bawah agar tidak ada air yang menggenang di rongga perut.
4. Setelah agak kering, timbang berat ikan guna mengitung jumlah garam yang dibutuhkan
untuk proses penggaraman.
b. Proses Penggaraman
Proses penggaraman ikan dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu:
1. Penggaraman kering (Dry Salting)
Penggaraman kering dilakukan baik untuk ikan yang berukuran besar maupun kecil di
dalam bak kedap air. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk kristal. Teknik
pengasinan dengan penggaraman kering antara lain:
a. Timbang garam yang dibutuhkan sebagai berikut:
Ikan ukuran besar

: 20-30% dari berat ikan

Ikan ukuran sedang : 15-20% dari berat ikan


Ikan ukuran kecil

: 5% dari berat ikan

b. Tabur garam di dasar wadah yang dapat berupa bak semen, wadah plastic, atau
wadah dari tanah liat. Susun ikan secara teratur di atas lapisan garam tersebut.
Usahakan agar perut ikan menghadap ke dasar wadah. Kemudian di atas ikan ditabur
kembali garam sehingga seluruh permukaan ikan ditutupi garam. Lapisan garam ini
merupakan dasar dari lapisan ikan berikutnya. Demikian seterusnya sampai di
permukaan wadah. Pada lapisan atas taburkan kembali garam sampai menutupi
seluruh permukaan ikan supaya ikan tidak dihinggapi lalat.

c. Tutup bagian atas wadah dengan menggunakan papan yang diberi pemberat. Lama
proses penggaraman ikan tergantung jenis, tingkat kesegaran, dan ukuran ikan.
Secara umum lama proses penggaraman berdasarkan ukuran ikan adalah:
Ikan ukuran besar

: 2-3 hari

Ikan ukuran sedang : 24 hari


Ikan ukuran kecil

: 12-24 hari

d. Selesainya proses penggaraman ditandai dengan perubahan tekstur ikan menjadi


kencang dan padat.
Garam akan menyerap keluar cairan di dalam tubuh ikan, sehingga Kristal garam akan
berubah menjadi larutan garam yang merendam seluruh tubuh ikan. Secara garis besar
selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi garam ke dalam tubuh ikan
dan keluarnya cairan di dalam tubuh ikan karena perbedaan konsentrasi. Bersamaan
dengan keluarnya cairan dari dalam tubuh ikan atau disebut osmosis, partikel garam juga
memasuki tubuh ikan.
2. Penggaraman basah (Wet Salting)
Proses penggaraman dengan sistem ini menggunakan larutan garam sebagai media untuk
merendam ikan. Teknik pengasinan dengan penggaraman basah antara lain:
a. Buat larutan garam jenuh yang akan digunakan sebagai media penggaraman
b. Susunlah ikan yang akan diproses di dalam wadah yang tidak bocor. Tambahkan
larutan garam ke dalam bak berisi ikan hingga seluruh ikan terendam di dalam air
garam
c. Tutuplah garam dengan papan yang diberi pemberat dan bairkan hingga proses
penggaraman selesai yang ditandai dengan perubahan tekstur daging ikan menjadi
lebih kencang dan padat
d. Cucilah ikan yang telah selesai digarami dengan air bersih untuk menghilangkan
kotoran yang mungkin berasal dari garam
e. Tiriskan ikan yang telah dicuci hingga benar-benar kering
f. Jemur ikan di bawah sinar matahari hingga kering. Pada waktu penjemuran
sebaiknya bagian tubuh ikan yang dibelah diletakan menghadap ke atas agar dapat
terkena sinar matahari. Ikan harus sering dibolak-balik agar proses pengeringan lebih
cepat. Hindarkan ikan dari kemungkinan terkena debu dan kotoran
g. Periksa derajat kekeringan dengan cara berikut:
1. Tekan tubuh ikan dengan jari tangan. Jika pada bagian ikan tidak meninggalkan
bekas, maka ikan dapat dianggap cukup kering.

2. Untuk ikan berukuran besar maka tutup bagian ikan yang dibelah. Jika tidak patah
berarti ikan sudah dianggap cukup kering
h. Kemas ikan asin yang telah diperoleh ke dalam kantong plastik
Akibat perbedaan konsentrasi maka larutan garap akan menyerap cairan tubuh ikan.
Sehingga ion-ion garam akan masuk ke dalam tubuh ikan.
3. Penggaraman kombinasi
Penggaraman kombinasi adalah gabungan dari penggaraman basah dan penggaraman
kering. Teknik pengasinan ikan dengan penggaraman kombinasi antara lain:
1. Cuci ikan hingga bersih dan menghilangkan jerohan ikan hingga bersih. Jika
menginginkan proses pengeringan yang lebih cepat maka ikan dapat dibelah pada
bagian perutnya dan bagian punggung tetap melekat, sehingga diperoleh saat dibelah
bagian punggung tidak terputus.
2. Setelah dicuci, masukan ikan ke dalam ember/tong perendaman yang telah diberi
butir-butir garam di dalamnya sebagai lapisan pertama. Kemudian susun ikan-ikan
tersebut berlapis-lapis dimana diantara lapisan-lapisan ditaburi garam sehingga semua
ikan tertutup garam.
3. Ikan yang telah disusun ke dalam ember atau tong disiram dengan larutan garam 40%
supaya proses penggaraman lebih sempurna. Jumlah garam yang digunakan dan
lamanya perendaman tergantung dari jenis ikan asin yang dikehendaki, yaitu:
1. Setengah asin
Berat garam
: ikan adalah 1:8 dengan lama perendaman 1-2 jam
2. Asin
Berat garam
: ikan adalah 1:4 dengan lama perendaman minimal 12 jam
4. Setelah perendaman selesai, pisahkan ikan dan atur di atas anyaman bamboo untuk
dikeringkan di bawah sinar matahari yang terik. Selama penjemuran ikan dibalikbalik supaya penjemuran berlangsung merata.
Jumlah penggunaan garam menentukan tingkat keasinan dan daya simpan ikan asin.
Akan tetapi supaya garam meresap rata ke dalam daging maka sebaiknya penggunaan garam
disesuikan keperluan yaitu sekitar 20-30% dari berat total ikan. Dalam jumlah yang cukup
garam dapat mencegah terjadinya autolisis (kerusakan). Peranan garam di dalam tubuh ikan
antara lain:
1. Garam memiliki osmotik yang tinggi sehingga selain dapat menarik air dari daging ikan
sekaligus menarik cairan sel mikroorganisme sehingga sel mengalami plasmolisis dan
mati.
2. Garam juga dapat menyebabkan denaturasi dan koagulasi protein dan enzim, sehingga
terjadi pengerutan daging ikan, akibatnya air akan terperas keluar.

3. Konsentrasi garam yang tinggi akan mengakibatkan kematian bakteri patogen dan
pembusukan yang pada umumnya sangat sensitif terhadap garam.
4. Garam memasuki tubuh ikan dan masuk ke dalam jaringan. Garam di dalam jaringan
akan mengurangi atau menghilangkan oksigen dari jaringan ikan, sehingga pertumbuhan
jasad renik yang membutuhkan oksigen akan terhambat.
5. Garam juga akan terurai menjadi ion natrium dan ion klorida, dimana ion klorida ini
bersifat racun bagi mikroorganisme.
c. Proses Pengeringan
Selain adanya garam, proses lain yang mendukung pengawetan adalah dengan cara
pengeringan. Pengeringan akan mengurangi kandungan air pada ikan sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Pengeringan yang biasa dilakukan adalah menggunakan
sinar matahari. Proses pengeringan ini dilakukan untuk membantu menurunkan kadar cairan
di dalam tubuh bakteri. Dengan demikian aktivitas bakteri yang tahan terhadap garam
berkonsentrasi tinggi dapat dihambat atau dimatikan. Menurut SNI 01-2721-1992 kadar air
ikan asin kering adalah 35-45% dari berat ikan.
2.5 Manfaat dan Kelemahan Penggaraman Ikan
Manfaat dari penggaraman ikan adalah dengan penggaraman maka mikroorganisme
tidak gampang hidup di tubuh ikan yang lembek, sehingga ikan menjadi tidak gampang
membusuk, ikan menjadi lebih awet, sehingga ikan dapat dikonsumsi dengan baik oleh
konsumen. Kelemahan dari penggaraman ikan terletak pada produk ikan yang diolah dengan
cara pengasinan adalah karena kandungan garamnya yang tinggi, maka rasanya asin.
Sehingga hanya dapat dikonsumsi dalam jumlah terbatas. Keadaan ini mengakibatkan ikan
asin tidak dapat digunakan sebagai sumber makanan protein hewani.

2.6

Konsep Sains yang Terkait dengan Penggaraman Ikan

Konsep sains yang terkait pada penggaraman ikan antara lain:


a. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermeable selektif dari
bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat
ditembus oleh pelarut. Pada teknik pengawetan melalui penggaraman konsep osmosis
terjadi ketika ikan dimasukan ke dalam air garam, maka air garam lebih pekat

dibandingkan cairan di dalam tubuh ikan, sehingga cairan di dalam tubuh ikan akan keluar
atau terjadi peristiwa osmosis.
b. Ionisasi
Ionisasi adalah proses fisik mengubah atom atau molekul menjadi ion dengan
menambahkan atau mengurangi partikel bermuatan seperti elektron atau lainnya. Pada
teknik pengawetan melalui penggraman konsep ionisasi terjadi ketika garam atau NaCl
dilarutkan ke dalam air maka akan membentuk ion natrium (Na+) dan ion klorida (Cl-).
c. Nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharan kesehatan. Pada teknik pengawetan
melalui penggaraman konsep nutrisi terdapat pada ikan yang memiliki beragam nutrisi
penting seperti protein, vitamin, seng, fosfor, dan lain sebagainya yang penting bagi tubuh.
Karena nutrisi itulah maka ikan diawetkan dengan cara penggaraman supaya ikan dapat
dikonsumsi dengan baik.
d. Morfologi
Pada teknik pengawetan melalui penggaraman konsep morfologi yang dimaksud adalah
ketika persiapan proses penggaraman ada proses yang pembelahan ikan berdasarkan
sumbu tubuh yaitu bilateral.
e. Penguapan
Penguapan adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair secara spontan
menjadi gas. Pada teknik pengawetan melalui proses penggaraman konsep penguapan
terjadi ketika ikan selesai proses penggaraman mengalami proses pengeringan di bawah
terik matahari. Ketika proses pengeringan maka cairan di dalam ikan akan menguap dan
terjadi peristiwa penguapan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ikan adalah semua jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya
berada di lingkungan perairan. Ikan dijadikan sebagai bahan pangan karena ikan mengandung
beragam nutrisi penting bagi tubuh, seperti protein, zat besi, seng, vitamin, dan fosfor. Tetapi
ikan mudah sebagai bahan pangan memiliki kelemahan yaitu mudah membusuk, hal ini
dikarenakan kondisi tubuh ikan yang memiliki pH mendekati netral, ikan memiliki kondisi
tubuh yang lembek, tubuh ikan hanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan akibat aktivitas
enzim pada tubuh ikan. Sehingga memudahkan mikroorganisme hidup di dalamnya dan
mengakibatkan ikan mudah membusuk. Untuk mengatasi supaya ikan tidak mudah
membusuk adalah dengan cara pengawetan. Salah satu teknologi pengawetan yang dapat
diterapkan adalah dengan cara penggaraman. Penggaraman adalah proses menggunakan
garam sebagai media pengawet baik berbentuk kristal maupun larutan. Ada 3 proses
penggaraman yaitu proses persiapan yang mempersiapkan ikan untuk digarami, proses
penggaraman yang menambahkan garam ke dalam ikan baik secara penggaraman kering,
basah, maupun penggaraman kombinasi, dan terakhir adalah proses pengeringan yaitu dengan
cara memanaskan ikan hasil penggaraman di bawah terik matahari. Dengan cara ini maka
ikan akan lebih awet dan tahan lama. Tetapi hasil penggaraman berupa ikan asin yang
memiliki rasa asin sehingga dalam pengonsumsiannya hanya terbatas. Pengawetan ikan
dengan cara penggaraman merupakan suatu teknologi yang berkaitan dengan sains yaitu
osmosis, ionisasi, nutrisi, morfologi, dan penguapan.
3.2 Saran
Berdasarkan percobaan di atas, penulis menyampaikan saran sebagi berikut:
a. Dalam penggaraman ikan harus memperhatikan jumlah garam dan kondisi garam dengan
teliti supaya menghasilkan ikan asin dengan tampilan menarik dan tidak terlalu asin
b. Perlu diinformasikan kepada masyarakat tentang pengawetan ikan melalui proses
penggaraman.

DAFTAR RUJUKAN
Aliza, Dwinna. 2011. Pengaruh Ikan yang Diasinkan, Jurnal Kedokteran (2011) 5:1.
Maryono. 2009. Ikan Asin, Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi. (2009) 1: 8.
Sutarni. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Pengawetan Ikan Asin, Jurnal
Ilmiah, (2013) 7:1.

You might also like