Professional Documents
Culture Documents
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
I.
Nama pasien
: An.Ag
Usia
: 7 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Nama orangtua
: Ny. S
Alamat
: Cikadongdong, Banjar
Pemeriksaan
: 21 Januari 2015
PEMERIKSAAN FISIK
TTV
Suhu : 36,5 C
nadi
RR
: 20 x/menit
Status generalis
Kepala : Normocephal, Rambut hitam, tidak rontok, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
Mata :
Cekung (-)/(-)
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
: tidak dilakukan
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
:tidak dilakukan
Perkusi
:tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: nyeri tekan (-), turgor cepat kembali, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
Ekstremitas atas
Akral
: Hangat
Edema
: (-/-)
RCT
: < 2 detik
Sianosis
: (-)
Ekstremitas bawah
Akral
: Hangat
Edema
: (-/-)
Petekie
:(-/-)
RCT
: < 2 detik
Sianosis
:(-)
Genitalia: Laki-laki
Status THT
Pemeriksaan Telinga
Deformitas
Nyeri tekan tragus
Nyeri tarik
Serumen
Sekret
Membran timphani
Refleks cahaya
Telinga Kanan
intak
+
Telinga Kiri
intak
+
Pemeriksaan Hidung
Deformitas
Concha
Sekret
Nyeri Tekan Sinus
- Frontalis
- Ethmoidalis
- Maxilaris
Kanan
Eutrofi
-
Kiri
Eutrofi
-
Pemeriksaan Tenggorokan
Bagian
Mukosa bukal
Mukosa gusi
Palatum Mole dan Palatum
Keterangan
Warna merah muda, hiperemi (-), massa (-)
Warna merah muda, hiperemi (-), massa (-)
Hiperemi (-), edema (-), fistula (-)
durum
Mukosa faring
Tonsil
: Hiperemis +/+
- Kripta
: Melebar +/+
- Detritus
: Ada +/+
- Permukaan
+/+
Gambar
Tonsil
Dekstra:
Detritus
(+),
hiperemis (+)T2b
Tonsil
sinistra:
detritus
(-),
hiperemis (+) T2a
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: Darah lengkap, bleeding time, cloting time dan Gol. Darah untuk
persiapan operasi
IV.
RESUME
Pasien An. Laki-laki umur 7 tahun diantar ibunya ke poli THT RSUD Banjar mengeluh
nyeri saat menelan sejak sebulan, , nyeri awalnya dirasakan pasien sejak minum es dan
makan gorengan, lama kelamaan nyeri tersebut menetap. Pasien merasa ada yang
mengganjal saat menelan. Nyeri menelan ini sering disertai demam. Nafsu makan
menurun sejak sakit, lemas dan tenggorokan terasa kering.Ibu OS mengatakan bahwa
pasien sering mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun terakhir, keluhan dirasakan
hilang timbul, menurut ibu OS hingga saat ini sakit sudah kambuh sebanyak 3 kali. Bila
gejala demam dan nyeri menelan ini muncul, biasanya hilang sendiri, tapi kambuh lagi
bila pasien sering minum es dan kelelahan.
Pasien sering membeli jajanan es dan gorengan di pinggir jalan.
Pada pemeriksaan tonsil didapatkan :
- Besar
: T2b / T2a
- Warna
: Hiperemis +/+
- Kripta
: Melebar +/+
- Detritus
: Ada +/+
- Permukaan
: Tidak rata +/+, berbenjol-benjol +/+
V.
VI.
VII.
VIII.
DIAGNOSIS
- Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
DIAGNOSIS BANDING
Abses Peritonsilar
PENATALAKSANAAN
- Os di konsulkan ke Dokter Spesialis THT
- Amoxyclav syrup forte (3 kali 4 cc)
- Pro tonsilektomi
-
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior(otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masingmasing tonsilmempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak
selalu mengisiseluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa
supratonsilar. Tonsilterletak di lateral orofaring.1,2 Dibatasi oleh:
Lateral muskulus konstriktor faring superior
Anterior muskulus palatoglosus
Posterior muskulus palatofaringeus
Superior palatum mole
Inferior tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjangkriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular
dan jaringan limfatikdifus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme
pertahanan tubuh yang tersebar diseluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik.
Noduli sering saling menyatu dan umumnyamemperlihatkan pusat germinal.1,2
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding
luarnya adalah ototkonstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis
ini, pada bagian luardinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.2
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arterikarotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arterifasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteripalatina
asenden; 2) arteri maksilaris interna dengancabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri
lingualisdengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arterifaringeal asenden. Kutub
bawah tonsil bagian anteriordiperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagianposterior
oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh
arteritonsilaris.Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri
palatinedesenden.Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan
pleksus darifaring.Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah
dan pleksusfaringeal.2
TONSILITIS KRONIK
A. DEFINISI
Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil palatina lebih dari 3 bulan, setelah
serangan
akut
yang
terjadiberulang-ulang
atau
infeksi
subklinis.
Terjadinya
B. ETIOLOGI
Tonsilitis kronik yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh karena sering
menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau karena tonsilitis akut yang tidak
diobati dengan tepat atau dibiarkan saja. Tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang
sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram
positif. Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli (1995) : Streptokokus alfa merupakan
penyebab tersering dan diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup
A, Stafilokokus epidermis dan kuman gram negatif yaitu enterobakter, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella dan E. coli yang didapat ketika dilakukan kultur apusan
tenggorok.1
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis1, yaitu :
Rangsangan kronis (rokok, makanan)
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)
ulang,
adanya
rasa
sakit
(nyeri)
yang
terus-menerus
pada
H. DIAGNOSIS
Tidak
semua
orang
yangterinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin
dalamdarah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup
memberikandasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum,
lokal dan gejalaakibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu
demam subfebris,nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan
keluhan nyeri menelan.
Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat
padadasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin
dapatmenimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat
terjadimiokarditis
sampai
dekompensasi
kordis,
pada
saraf
kranial
dapat
menyebabkankelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat
menimbulkanalbuminuria.
bilateral.Membran
semu
yang
ini
dapat
terjadi
ulserasi
superfisial
yang
sembuh
disertai
diatas
umumnya
memiliki
keluhan
berhubungan
dengan
nyeri
Indikasi Relatif3
Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik
berat
sehingga
boleh
Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.
Abses Parafaringeal ,Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal,
adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia
3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
Kista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini
menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan,
biasanya kecil dan multipel.
Glomerulonefritis
REFERENSI
1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007..
2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT.. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1997..
3. Johnson, Jonas T. , Rosen, Clark A.. Baileys Head and Neck Surgery Otolaryngology.
2010.Wolters Kluwer.