You are on page 1of 20

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ
tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3
macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang
membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris
diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki
virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut,
tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut
dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk
antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan
infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus
ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis
kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi
klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis
beserta keluarganya

BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

I.

Nama pasien

: An.Ag

Usia

: 7 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Nama orangtua

: Ny. S

Alamat

: Cikadongdong, Banjar

Pemeriksaan

: 21 Januari 2015

AUTOANAMNESIS DAN ALOANAMNESIS


Keluhan
Nyeri menelan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli THT RSUD Banjar diantar oleh ibunya mengeluh nyeri saat menelan
sejak sebulan, nyeri awalnya dirasakan pasien sejak minum es dan makan gorengan, namun
lama kelamaan nyeri tersebut menetap. Pasien merasa ada yang mengganjal saat menelan.
Nyeri menelan ini sering disertai demam.Saat ini pasien tidak demam.
Nafsu makan menurun sejak sakit, os merasa lemas, adanya rasa kering pada tenggorokan,
pasien menyangkal panas pada tenggorokan, gatal, dan keluhan suara serak, tidur ngorok (-),
nafas berbau (-). Pasien mengaku tidak ada keluhan batuk, pilek dan riwayat infeksi telinga
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Ibu OS mengatakan bahwa pasien sering mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun
terakhir, keluhan dirasakan hilang timbul, menurut ibu OS hingga saat ini sakit sudah kambuh
sebanyak 3 kali. Gejala demam dan nyeri menelan biasanya hilang sendiri, tapi kambuh lagi
bila pasien sering minum es, keluhan juga dapat timbul apabila pasien merasa kelelahan..
Riwayat Asma, TB, Kejang disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap debu dan udara dingin. Alergi makanan dan
obat-obatan (-).
Riwayat Pengobatan
Pasien belum menerima pengobatan atau menjalani pengobatan.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
ANC teratur ke bidan, lahir spontan, oleh bidan, usia 40 minggu, PB tidak ingat, BB 3000
gram, langsung menangis.
Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan imunisasi dasar anak lengkap sesuai jadwal.
Riwayat makanan
Sehari-hari mengkonsumsi nasi, sayur, lauk, minum susu. Namun pasien sering membeli
jajanan es dan gorengan di pinggir jalan.
.
II.

PEMERIKSAAN FISIK

KU : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

TTV
Suhu : 36,5 C

nadi

: 80x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup.

RR

: 20 x/menit

Status generalis
Kepala : Normocephal, Rambut hitam, tidak rontok, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
Mata :

Cekung (-)/(-)

Konjungtiva : anemis (-)/(-)

Sclera: ikterus (-)/(-)

Edema palpebra (-)/(-)

Reflex cahaya (+)/(+)

Pupil : isokhor (+)/(+)

Leher : pembesaran KGB (-), Kelenjar Tiroid (-)


-

Thorax

Paru
Inspeksi

: Simetris,retraksi dinding dada (-), Bagian dada tertinggal (-)

Palpasi

: tidak dilakukan

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi

: Vesikuler (+/+), Wheezing(-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung
Inspeksi

:Iktus cordis terlihat

Palpasi

:tidak dilakukan

Perkusi

:tidak dilakukan

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II murni,gallop (-), murmur (-)

Abdomen

Inspeksi

: Abdomen datar, tidak ada bekas luka, distensi (-)

Auskultasi

: peristaltik usus normal

Palpasi

: nyeri tekan (-), turgor cepat kembali, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani seluruh regio abdomen

Ekstremitas atas

Akral

: Hangat

Edema

: (-/-)

RCT

: < 2 detik

Sianosis

: (-)

Ekstremitas bawah
Akral

: Hangat

Edema

: (-/-)

Petekie

:(-/-)

RCT

: < 2 detik

Sianosis

:(-)

Genitalia: Laki-laki

Status THT

Pemeriksaan Telinga

Deformitas
Nyeri tekan tragus
Nyeri tarik
Serumen
Sekret
Membran timphani
Refleks cahaya

Telinga Kanan
intak
+

Telinga Kiri
intak
+

Pemeriksaan Hidung

Deformitas
Concha
Sekret
Nyeri Tekan Sinus
- Frontalis
- Ethmoidalis
- Maxilaris

Kanan
Eutrofi
-

Kiri
Eutrofi
-

Pemeriksaan Tenggorokan
Bagian
Mukosa bukal
Mukosa gusi
Palatum Mole dan Palatum

Keterangan
Warna merah muda, hiperemi (-), massa (-)
Warna merah muda, hiperemi (-), massa (-)
Hiperemi (-), edema (-), fistula (-)

durum
Mukosa faring
Tonsil

Hiperemi (-), edema (-), granula (-), ulkus (-)


- Besar
: T2b / T2a
- Warna

: Hiperemis +/+

- Kripta

: Melebar +/+

- Detritus

: Ada +/+

- Permukaan

: Tidak rata +/+, berbenjol-benjol

+/+
Gambar

Tonsil
Dekstra:
Detritus
(+),
hiperemis (+)T2b
Tonsil
sinistra:
detritus
(-),
hiperemis (+) T2a

III.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium: Darah lengkap, bleeding time, cloting time dan Gol. Darah untuk

persiapan operasi
IV.

RESUME
Pasien An. Laki-laki umur 7 tahun diantar ibunya ke poli THT RSUD Banjar mengeluh
nyeri saat menelan sejak sebulan, , nyeri awalnya dirasakan pasien sejak minum es dan
makan gorengan, lama kelamaan nyeri tersebut menetap. Pasien merasa ada yang
mengganjal saat menelan. Nyeri menelan ini sering disertai demam. Nafsu makan
menurun sejak sakit, lemas dan tenggorokan terasa kering.Ibu OS mengatakan bahwa
pasien sering mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun terakhir, keluhan dirasakan
hilang timbul, menurut ibu OS hingga saat ini sakit sudah kambuh sebanyak 3 kali. Bila
gejala demam dan nyeri menelan ini muncul, biasanya hilang sendiri, tapi kambuh lagi
bila pasien sering minum es dan kelelahan.
Pasien sering membeli jajanan es dan gorengan di pinggir jalan.
Pada pemeriksaan tonsil didapatkan :
- Besar
: T2b / T2a
- Warna
: Hiperemis +/+
- Kripta
: Melebar +/+
- Detritus
: Ada +/+
- Permukaan
: Tidak rata +/+, berbenjol-benjol +/+

V.
VI.
VII.

VIII.

DIAGNOSIS
- Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
DIAGNOSIS BANDING
Abses Peritonsilar
PENATALAKSANAAN
- Os di konsulkan ke Dokter Spesialis THT
- Amoxyclav syrup forte (3 kali 4 cc)
- Pro tonsilektomi
-

Anjurkan untuk menjaga hygene mulut

Mengurangi konsumsi makanan yang dapat memperberat

PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL


Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyermerupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsilpalatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba Eustachius.1

Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior(otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masingmasing tonsilmempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak

selalu mengisiseluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa
supratonsilar. Tonsilterletak di lateral orofaring.1,2 Dibatasi oleh:
Lateral muskulus konstriktor faring superior
Anterior muskulus palatoglosus
Posterior muskulus palatofaringeus
Superior palatum mole
Inferior tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjangkriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular
dan jaringan limfatikdifus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme
pertahanan tubuh yang tersebar diseluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik.
Noduli sering saling menyatu dan umumnyamemperlihatkan pusat germinal.1,2
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding
luarnya adalah ototkonstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis
ini, pada bagian luardinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.2
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arterikarotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arterifasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteripalatina
asenden; 2) arteri maksilaris interna dengancabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri
lingualisdengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arterifaringeal asenden. Kutub
bawah tonsil bagian anteriordiperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagianposterior
oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh
arteritonsilaris.Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri
palatinedesenden.Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan
pleksus darifaring.Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah
dan pleksusfaringeal.2

Aliran getah bening


Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus,
selanjutnya kekelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya
mempunyai pembuluhgetah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak
ada.2
Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.2

TONSILITIS KRONIK
A. DEFINISI
Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil palatina lebih dari 3 bulan, setelah
serangan

akut

yang

terjadiberulang-ulang

atau

infeksi

subklinis.

Terjadinya

perubahanhistologi pada tonsil, dan terdapatnya jaringan fibrotik yangmenyelimuti


mikroabses dan dikelilingi oleh zona sel-selradang.1
Mikroabses pada tonsilitis kronik menyebabkan tonsildapat menjadi fokal infeksi bagi
organ-organ lain, seperti sendi, ginjal, jantung dan lain-lain. Fokal infeksi adalah sumber
bakteri / kuman di dalam tubuh dimana kuman atau produkproduknya dapat menyebar
jauh ke tempat lain dalam tubuh itu dan dapat menimbulkan penyakit. Kelainan ini hanya
menimbulkan gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala sama sekali, tetapi akan
menyebabkan reaksi atau gangguan fungsi pada organ lain yang jauh dari sumber infeksi.3
Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang
tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai
dengan hiperemi rigan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar
detritus.3

B. ETIOLOGI
Tonsilitis kronik yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh karena sering
menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau karena tonsilitis akut yang tidak
diobati dengan tepat atau dibiarkan saja. Tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang
sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram
positif. Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli (1995) : Streptokokus alfa merupakan
penyebab tersering dan diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup
A, Stafilokokus epidermis dan kuman gram negatif yaitu enterobakter, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella dan E. coli yang didapat ketika dilakukan kultur apusan
tenggorok.1
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis1, yaitu :
Rangsangan kronis (rokok, makanan)
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)

Alergi (iritasi kronis dari allergen)


Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat
D. EPIDEMIOLOGI
Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dan
jarang ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun.1,2
E. PATOFISIOLOGI
Fungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik
melaluihidung atau mulut. Kuman yang masuk disitu akan dihancurkan oleh makrofag
yang merupakan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi akibat
dari penjagaan higiene mulut yang tidak memadai serta adanya faktor-faktor lain, maka
pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman semuanya, akibat kuman
yang bersarang ditonsil dan akan menimbulkan peradangan tonsil yang kronik. Pada
keadaan inilah fungsipertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi atau
fokal infeksi.1
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses radang
berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan
mengerut sehingga kripta akan melebar. Secara klinis kripta ini akan tampak diisi oleh
Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi
kripta berupa eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga menembus
kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Sewaktuwaktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan imun yang
menurun.3
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut
yangberulang

ulang,

adanya

rasa

sakit

(nyeri)

yang

terus-menerus

pada

tenggorokan(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di


kerongkongan bilamenelan, terasa kering dan pernafasan berbau.1

Tonsila akan memperlihatkan berbagai derajat hipertrofi dan dapat bertemu di


garistengah. Nafas penderita bersifat ofensif dan kalau terdapat hipertrofi yang hebat,
mungkinterdapat obstruksi yang cukup besar pada saluran pernafasan bagian atas yang
dapatmenyebabkan hipertensi pulmonal.1,2
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang
atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak
jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak
terdapat nyeri tekan.1
Ukuran Tonsil
T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah

H. DIAGNOSIS

Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:


1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosedapat
ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakitpada
tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di
tenggorok,nafas bau, malaise, kadang-kadang ada demam dan nyeri padaleher.2
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut,permukaan
tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi olehdetritus.Sebagian
kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapatdiperlihatkan dari kriptakripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yangsering adalah dari tonsil yang kecil,
biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemisdan sejumlah kecil sekret purulen yang
tipis terlihat pada kripta.2
3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus
tonsil.Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat
keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans,
Stafilokokus, atau Pneumokokus.2
I. DIAGNOSIS BANDING
Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut2 :
1. Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran
semuyang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)
a. Tonsilitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae.

Tidak

semua

orang

yangterinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin
dalamdarah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup
memberikandasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum,
lokal dan gejalaakibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu
demam subfebris,nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan
keluhan nyeri menelan.
Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat
padadasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin
dapatmenimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat
terjadimiokarditis

sampai

dekompensasi

kordis,

pada

saraf

kranial

dapat

menyebabkankelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat
menimbulkanalbuminuria.

b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)


Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), nyeri di mulut, gigi dan kepala,
sakittenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi.Pada
pemeriksaantampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan
prosesusalveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau (foetor ex
ore) dankelenjar submandibula membesar.
c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa

bilateral.Membran

semu

yang

menutupulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar


limfeleher, ketiak dan regio inguinal.Gambaran darah khas, yaitu terdapat
leukositmononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan
serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).
2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus3
a. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah buruk
karena anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri
di telinga(otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.
b. Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada
penyakit

ini

dapat

terjadi

ulserasi

superfisial

yang

sembuh

disertai

pembentukanjaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi


palatum mole dan pilartonsil.
c. Lepra (Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian
menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya
jaringan ikat.
d. Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami
ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring
yangireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak. Penyakitpenyakit

diatas

umumnya

memiliki

keluhan

berhubungan

dengan

nyeri

tenggorokan(odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa pasti berdasarkan


pada pemeriksaanserologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray dan biopsi
jaringan.
J. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa

Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik.


Obat kumur,analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala-gejala yang
timbul biasanya akanhilang sendiri. Tonsilitis yang disebabkan oleh streptokokus
perlu diobati dengan penisilin secara oral, cefalosporin, makrolid, klindamicin, atau
injeksi secara intramuskular penisilinbenzatin G. Terapi yang menggunakan penisilin
mungkin gagal (6-23%), oleh karena itupenggunaan antibiotik tambahan mungkin
akan berguna.1,2
Operatif
Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pasa
pasiendengan tonsilitis kronik, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsila palatina
darifossa tonsilaris. Tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko
menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun
infeksi.1
Indikasi Tonsilektomi
Menurut American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAO-HNS)
(1995)3, indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti berikut:
Indikasi Absolut3

Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia

berat,gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner


Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

Indikasi Relatif3

Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik

denganpemberian antibiotik beta-laktamase resisten


Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan
Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan
apakahmereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat.
Dugaankeganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk

tonsilektomi.Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas

indikasi tersebut, kebanyakan karena infeksi kronik


Obstruksi nasofaringeal dan orofaringeal yang

berat

sehingga

boleh

mengakibatkanterjadinya gangguan apnea ketika tidur merupakan indikasi absolute


untuk surgery.Pada kasus yang ekstrim, obstructive sleep apnea ini boleh
menyebabkan hipoventilasialveolar, hipertensi pulmonal dan kardiopulmoner.
K. KOMPLIKASI
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah
sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun
berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut 3:
Komplikasi sekitar tonsila
a

Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.

Abses Peritonsilar (Quinsy)


Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari
penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan
penjalaran dari infeksi gigi.

Abses Parafaringeal ,Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal,
adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.

Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia
3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.

Kista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini
menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan,
biasanya kecil dan multipel.

Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)


Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang
membentuk bahan keras seperti kapur.

Komplikasi Organ jauh


a

Demam rematik dan penyakit jantung rematik

Glomerulonefritis

Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura

Artritis dan fibrositis.

REFERENSI
1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007..
2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT.. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1997..
3. Johnson, Jonas T. , Rosen, Clark A.. Baileys Head and Neck Surgery Otolaryngology.
2010.Wolters Kluwer.

You might also like