Professional Documents
Culture Documents
AUDIT MANAJEMEN
AUDIT PEMERINTAH
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling awal penyusun ucapkan, selain puji syukur atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Makalah Audit Manajemen ini tepat pada waktunya dengan judul Audit
Pemerintah. Shalawat dan salam tak lupa kami sampaikan kepada junjungan nabi besar
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Berkat kerja sama dengan semua pihak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sudah sepantasnya kami menghanturkan terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.
2.
Tidak ada hasil karya manusia yang sempurna. Begitupun dengan hasil penulisan
makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan. Karenanya kritik dan saran sangat kami
butuhkan untuk perbaikan yang akan datang. Semoga makalah ini bisa memberikan inspirasi
dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jambi, 12 November
2013
Kelompok 2
Audit Pemerintah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI . ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .. 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan .. 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Audit Sektor Pemerintah..................................... 2
2.2. Jenis- Jenis Audit Pemerintah................ 2
2.3. Standar Umum Audit Pemerintah......... 4
2.4. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja................. 4
2.5. Standar Pelaporan Audit Kinerja................. 5
2.6. Standar Pekerjaan Lapangan Untuk Audit Keuangan........ 6
2.7. Standar Pelaporan Untuk Audit Keuangan.......................... 7
Audit Kasus...8
Audit Pemerintah
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi,nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat
tidak mampu berbisnis ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaanperusahaan sektor publik. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik
pun tidak luput daritudingan ini. Pemerintah merupakan lembaga yang
menjalankan roda pemerintahan yangsumber legitimasinya berasal dari
masyarakat. Oleh karena itu, penyelenggara pemerintahan harus mampu
mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikanoleh masyarakat.
Oleh karena itu, audit pemerintahan diperlukan untuk menjamin kualitas,
profesionalismedan akuntabilitas publik serta value for money dalam menjalankan
aktivitasnya sertauntuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh
organisasi sektor publik.
BAB I
Audit Pemerintah
PEMBAHASAN
2 .1 . PE NG ERTIAN AUDI T SE KTOR P EM ER INTAH
Audit sektor publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang
dilakukan untuk mengetahui pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan
dana masyarakat (publicmoney) yang bertujuan untuk membandingkan hasil
pencapaian program, fungsi ataukegiatan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Audit Pemerintah
2. Audit Investigatif
Audit Pemerintah
1.
Bentuk
Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk
dapatmengkomunikasikan hasil setiap audit.
2.
Ketepatan waktu
Auditor harus menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi
yang dapatdigunakan secara tepat waktu oleh manajemen dan pihak
lain yang berkepentigan
3.
Isi laporan
a. Tujuan, Lingkup, Metodologi Audit
b. Hasil AuditAudit harus melaporkan temuan audit yang
signifikan.
c. Rekomendasi Auditor harus menyamaikan rekomendasi untuk
melakukan tindakan perbaikan atas bidang yang bermasalh dan
untuk meningkatkan pelaksanaankegiatan entitas audit.
d. Pernyataan Standar AuditAuditor harus melaporkan bahwa
audit melaksanakan berdasarkan SAP Kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan.
e. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
penyalahgunaanwewenang.
f. Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar.
g. Pengendalian manajemen.
h. Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab.
i. hasil/prestasi kerja yang patut dihargai.
j. Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut.
k. Informasi istimewa dan rahasia.
4.
Penyajian pelaporan.
Laporan harus lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta jelas dan
ringkas.
5.
Distribusi pelaporan.
Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit.
Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang
meminta audit.
Pejabat lain yang mempunyai tanggungjawab atas pengawasan
secara hokum atau pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan
tindak lanjut berdasarkan temuandan rekomendasi audit.
Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit
untuk menerima laporan tersebut
2.6. STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN UNTUK AUDIT KEUANGAN
Audit Pemerintah
Audit Pemerintah
Audit Pemerintah
Salah satu contohnya adalah kasus audit umum yang dialami oleh PT.
Kereta Api Indonesia (PT. KAI). Kasus ini menunjukkan bagaimana proses tata
kelola yang dijalankan dalam suatu perusahaan, dan bagaimana peran dari tiaptiap organ pengawas didalam memastikan penyajian laporan keuangan tidak salah
saji dan mampu menggambarkan keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya.
Sebagai perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pelayanan publik, PT.
KAI memiliki business environment yang berbeda dengan perusahaan swasta
lainnya dan merupakan pembelajaran yang menarik bagi perusahaan lainnya
terutama mengenai bagaimana mambangun pengawasan yang efektif. Kasus ini
juga dapat menjadi pembelajaran bagi departemen teknis maupun Kementerian
BUMN sebagai wakil pemegang saham untuk menerapkan public governance.
PEMBAHASAN KASUS PT. KERETA API INDONESIA
Kasus PT. KAI bermuara pada perbedaan pandangan antara Manajemen
dan Komisaris, khususnya Komisaris yang merangkap sebagai Ketua Komite
Audit dimana Komisaris tersebut menolak menyetujui dan menandatangani
laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Dan Komisaris
meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan
secara transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.
Perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris bersumber pada
perbedaan pendapat atas 4 (empat) hal, yaitu :
1. Masalah piutang PPN.
Piutang PPN per 31 Desember 2005 senilai Rp. 95,2 milyar, menurut Komite
Audit harus dicadangkan penghapusannya pada tahun 2005 karena diragukan
kolektibilitasnya, tetapi tidak dilakukan oleh manajemen dan tidak dikoreksi
oleh auditor. Manajemen menganggap bahwa pemberian jasa yang
dilakukannya tidak kena PPN, namun karena Dirjen Pajak menagih PPN atas
jasa tersebut, PT. KAI menagih PPN tersebut kepada pelanggan.
2. Masalah Beban Ditangguhkan yang berasal dari penurunan nilai persediaan.
Saldo beban yang ditangguhkan per 31 Desember 2005 sebesar Rp. 6 milyar
yang merupakan penurunan nilai persediaan tahun 2002 yang belum
diamortisasi, menurut Komite Audit harus dibebankan sekaligus pada tahun
2005 sebagai beban usaha.
3. Masalah persediaan dalam perjalanan.
Berkaitan dengan pengalihan persediaan suku cadang Rp. 1,4 milyar yang
dialihkan dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya di lingkungan PT. KAI
yang belum selesai proses akuntansinya per 31 Desember 2005, menurut
Komite Audit seharusnya telah menjadi beban tahun 2005.
Audit Pemerintah
BPYBDS sebesar Rp. 674,5 milyar dan PMN sebesar Rp. 70 milyar yang
dalam laporan audit digolongkan sebagai pos tersendiri di bawah hutang
jangka panjang, menurut Komite Audit harus direklasifikasi menjadi
kelompok ekuitas dalam neraca tahun buku 2005.
Ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi mengenai peran dan
tanggung jawab Komisaris, beserta organnya Komite Audit dalam proses
good corporate governance di perusahaan, baik BUMN maupun swasta.
Menurut teori dan best practices dalam good corporate governance,
Dewan Komisaris dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya
memiliki 3 fungsi, yaitu :
1. Advising. Memberi nasehat bagaimana seharusnya Direksi bersikap.
Oleh sebab itu sebaiknya Dewan Komisaris terdiri dari beberapa latar
belakang.
2. Protecting. Melindungi perusahaan dari sesuatu yang tidak diharapkan.
Misalnya : memberikan argumentasi dan pendapat independen yang kuat
atas sesuatu yang dapat merugikan perusahaan dan tidak sejalan dengan
prinsip-prinsip GCG.
3. Supervising. Mengawasi pengelolaan perusahaan agar mampu
menciptakan value yang optimal bagi stakeholders.
Peran vital yang dijalankan oleh Komite Audit adalah membantu
Dewan Komisaris dalam 3 hal tersebut diatas, yaitu advising, supervising
dan protecting (dengan cara memberikan analisis bagaimana memproteksi
perusahaan). Hal terpenting yang harus dipahami adalah bahwa Komite
Audit tidak memiliki suara untuk mengatasnamakan perusahaan sehingga
tidak diperkenankan berbicara di luar perusahaan. Karena Komite Audit
merupakan tools Dewan Komisaris dengan demikian yang berhak untuk
berbicara adalah Dewan Komisaris.
Khusus dalam proses audit, Komite Audit memainkan peranan
yang sangat penting dalam :
1. Mereview audit plan
2. Mendiskusikan penunjukan auditor eksternal. Pada saat proses lelang,
Komite Audit harus sudah ikut untuk melihat apakah auditor eksternal
layak dipilih dan melihat fairness proses pemilihan. Yang akan bicara
kepada Direksi adalah Dewan Komisaris, bukan Komite Audit. Jangan
sampai Komite Audit over duties (berlebih-lebihan).
3. Mereview transaksi-transaksi besar untuk dilaporkan kepada Dewan
Komisaris, kemudian Dewan Komisaris berkomunikasi dengan
Direksi.
Agar pengawasan Dewan Komisaris dapat berjalan dengan baik, Komite Audit
dapat membantu Dewan Komisaris untuk memberikan nasehat dengan cara :
Audit Pemerintah
10
Beberapa aktifitas bisnis PT. Kereta Api yang juga berpotensi menimbulkan
masalah di kemudian hari adalah :
Adanya transaksi antara PT. Kereta Api dan Negara yang kebijakan dan sistem
perhitungannya belum dipahami dan disepakati dengan baik (PSO : Public
Service Obligation, IMO : Infrastructure Maintenance and Operation, TAC :
Track Access Charges)
Transaksi masa sebelumnya yang masih belum terselesaikan (BPYBDS,
perubahan status perusahaan)
Perubahan peraturan pemerintah (termasuk peraturan perpajakan)
Penyelesaian Past Service Liability /PSL Pensiun Pegawai
RUU Perkeretaapian dengan kemungkinan Unbundling dari aktifitas
perusahaan dan keikutsertaan swasta
SOLUSI DAN REKOMENDASI
Dengan pembahasan kasus audit umum PT. Kereta Api Indonesia, beberapa
pelajaran berharga dapat dipetik dari kasus tersebut, diantaranya adalah :
Pertama, perselisihan antara Dewan Komisaris dan Direksi sebenarnya
dapat diselesaikan dengan cara yang lebih elegan. Apabila Dewan Komisaris
merasa Direksi tidak capable memimpin perusahaan, Dewan Komisaris dapat
mengusulkan kepada pemegang saham untuk mengganti Direksi. Hal ini akan
jauh lebih baik dan tentunya mampu menghindarkan perusahaan dari social cost
yang tidak perlu. Social cost seringkali timbul karena public judgement yang
sudah terlanjur dijatuhkan dan seringkali public judgement ini tidak fair bagi
perusahaan.
Kedua, Dewan Komisaris merupakan suatu dewan, sehingga akan sangat
ideal apabila Dewan Komisaris mempunyai satu orang juru bicara yang
mengatasnamakan seluruh Dewan Komisaris sehingga Dewan Komisaris
memiliki satu suara. Namun demikian bukan berarti tidak diperkenankan adanya
perbedaan pendapat dalam Dewan Komisaris. Perbedaan pendapat diakomodir
dengan jelas dalam dissenting opinion yang harus dicatat dalam risalah rapat.
Untuk itulah perlunya kebijaksanaan (wisdom) dari anggota Dewan Komisaris
untuk memilah-milah informasi apa saja yang merupakan public domain dan
informasi yang merupakan private domain. Hal ini terkait dengan pelaksanaan
prinsip GCG yaitu transparansi, karena transparansi bukan berarti memberikan
seluruh informasi perusahaan kepada semua orang, namun harus tepat sasaran dan
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Ketiga, sesuai dengan SA 380, Komunikasi Auditor Eksternal dengan
Komite Audit merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses audit suatu
perusahaan. Kasus PT. Kereta Api merupakan cerminan bahwa komunikasi yang
intens antara Auditor Eksternal dengan Komite Audit sangat diperlukan. Kendala
komunikasi yang dihadapi pada kasus PT. Kereta Api salah satunya dipicu oleh
adanya pergantian anggota Komite Audit pada saat pelaksanaan audit. Auditor
eksternal mengalami hambatan karena terdapat kekosongan beberapa bulan
sebelum anggota Komite Audit yang baru diangkat.
Audit Pemerintah
11
12
BAB III
SIMPULAN
Audit Pemerintah
13
3.1
SIMPULAN
Audit Pemerintah
14
DAFTAR PUSTAKA
http://blog-indonesia.com/blog-archive-6332-16.html
http://visijobs.com/artikel.php?id=154&sub=news&page=8
Audit Pemerintah
iii