Professional Documents
Culture Documents
6 Votes
Pendahuluan
Gerakan involuntar yang dapat dijumpai didalam klinik adalah korea (chorea), balismus,
atetosis, dan distonia. Dalam kombinasi keempat gerakan involuntar itu dapat menjadi
simtomp suatu penyakit. Bahkan beberapa komponen gerakannya memperlihatkan
kesamaan, dan karena itulah mungkin keempat gerakan itu memiliki substrat anatomik
dan fisiologik yang sama.
Korea adalah istilah untuk gerakan involuntar yang menyerupai gerakan lengan-lengan
seorang penari. Gerakan itu tidak berirama, sifatnya kuat, cepat dan tersentak-sentak
dan arah geraknya cepat.berubah. Gerakan koreatik yang melanda tangan-lengan yang
sedang melakukan gerakan voluntary membuat gerakan voluntar itu berlebihan dan
canggung. Gerakan koreatik ditangan-lengan seringkali disertai gerakan meringis-ringis
pada wajah dan suara mengeram atau suara-suara lain yang tidak mengandung arti.
Kalau timbulnya sekali-sekali maka sifat yang terlukis diatas tampak dengan jelas, tetapi
apabila timbulnya gencar, maka gerakan koreatiknya menyerpai atetosis. Korea dalam
bentuk yang khas ditemukan pada korea syndenham dan korea gravidarum. Pada korea
Huntington ia timbul dengan gencar sehingga lebih tepat dinamakan koreoatetosis
Huntington. Korea dapat bangkit juga secara iatrogenic yakni akibat penggunaan obatobat anti psikosis (seperti haloperidol, dan phenothiazine).
Korea dapat melibatkan sesisi tubuh saja, sehingga disebut hemikorea. Bila hemikorea
bangkit secara keras sehingga seperti membanting-bantingkan diri, maka istilahnya ialah
hemibalisme. Secara pasti telah diketahui bahwa kerusakan dinukleus substalamikus
kontralateral mendasari hemibalisme.
Atetosis merupakan keadaan motorik dimana jari-jari tangan dan kaki serta lidah atau
bagian tubuh lain apapun tidak dapat diam sejenak. Gerakan yang mengubah posisi ini
bersifat lambat, melilit dan tidak bertujuan. Pola gerakan dasarnya ialah gerakan
involuntar ekstensipronasi yang berselingan dengan gerakan fleksi-supinasi sengan,
serta gerakan involuntar fleksi yang berselingan dengan ekstensi jari-jari tangan dan
dengan ibu jari yang berfleksi dan beraduksi didalam kepalan tangan. Umumnya gerakan
atetotik lebih lamban daripada gerakan koreatik, tetapi gerakan atetotik yang lebih cepat
dan gencar atau gerakan koreatik yang kurang cepat dan tidak menyerupai satu dengan
yang lain, dikenal sebagai gerakan koreoatetosis. Bilamana atetosis melanda sesisi tubuh
saja disebut hemiatetosis.
Distonia yang dikenal juga sebagai torsi spasme adalah suatu sikap menetap dari salah
satu bentuk gerakan atetotik yang hebat sekali. Gambarannya dapat berupa hiperektensi
atau hiperfleksi tangan, hiperinversi kaki, hiper-lateroleksi atau hiper-retrofleksi kepala,
torsi tulang belakang dengan melengkungkan pinggang, sambil wajah meringis-ringis.
FREKUENSI
Di Amerika Serikat walaupun tidak ada data yang tersedia mengenai insiden korea,
timbulnya beberapa kesatuan gejala, dimana korea adalah gejala utama sudah sangat
diketahui.
Gerak korea dapat dibuat nyata bila pasien disuruh melakukan dua macam gerakan
sekaligus, misalnya ia disuruh menaikkan lengannya keatas sambil menjulurkan lidah.
Gerakan korea didapatkan dalam keadaan istirahat dan menjadi lebih hebat bila ada
aktivitas dan ketegangan. Korea menghilang bila penderitanya tidur.
ETIOLOG
Korea bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa terjadi pada
beberapa penyakit yang berbeda. Seseorang yang mengalami korea memiliki kelainan
pada ganglia basalisnya di otak.
Tugas ganglia basalis adalah memperhalus gerakan-gerakan yang kasar yang merupakan
perintah dari otak.
Pada sebagian besar kasus terdapat neurotransmiter dopamin yang berlebihan, sehingga
mempengaruhi fungsinya yang normal. Keadaan ini bisa diperburuk oleh obat-obat dan
penyakit yang menyebabkan perubahan kadar dopamin atau merubah kemampuan otak
untuk mengenal dopamin.
Penyakit yang sering kali menyebabkan korea adalah penyakit huntington.
Berbagai penyebab korea :
1. Gangguan neurodegeneratif
1.
Herediter
Autosomal dominan
penyakit huntington
Neuroacanthocytosis
Ataksia spinoserebelar
Penyakit fahr
Autosomal resesif
neuroacanthocytosis
penyakit Wilson
akumulasi tipe I
ataxia-telengiectasia
ataksia Friedreich
tuberous sclerosis
X-linked recessive
Mc Leod syndrome
1.
1.
Sporadis atau penurunan yang tidak diketahui
Atrofi olivopontocerebellar
korea familial benigna
korea fisiologis infancy
korea senilis
infeksi primer
infeksi oportunistik
Gangguan neurometabolik
1.
sindrom Lesch-Nyhan
2.
gangguan lysosomal storage
3.
gangguan aminoacid
4.
penyakit Leights
5.
porphyria
2. Korea benigna
1.
herediter
1.
1.
sporadik
1. Infeksi
1.
penyakit creutzfeldt-jakob
2.
sindrom defisiensi imunitas yang didapat
1.
1.
ensefalitis letargika
2. Inflamatori
Sarkoidosis
1.
1. Lesi desak-ruang
1.
tumor
2.
malformasi arteri-vena
2. Diinduksi obat
1.
anti konvulsan
2.
obat antiparkinson
3.
kokain
4.
amfetamin
5.
anti depresan trisiklik
6.
neuroleptik
sindrom withdrawal emergent
diskinesia tardif
1. Diinduksi toksin
1.
intoksikasi alkohol dan penghentian
2.
anoksia
3.
monoksida karbon
4.
mangan
5.
merkuri
6.
thalium
7.
toluen
1. Gangguan metabolik sistemik
1.
hipertiroidisme
2.
hipoparatiroidisme
3.
kehamilan
4.
degenerasi hepatoserebral akuisita
5.
anoksia
cerebral palsy
hiper-hiponatremia
hipomagnesemia
hipocalcemia
beri-beri
pelagra
defisiensi vitamin B6 pada bayi
1.
1.
imbalans elektrolit
1.
1.
hiper-hipoglicemia
2.
nutrisi
1. Dimediasi imunitas
1.
korea sydenham
2.
korea pasca-infeksi
3.
systemic lupus erythematosus (SLE)
4.
sindrom anti-fosfolipid antibodi
5.
purpura Henoch-Schonlein
6.
penyakit Behcet
7.
polyarteritis nodosa
8.
korea paraneoplastik
9.
multipel sklerosis
2. Vaskular
1.
infark
2.
hemoragi
3.
penyakit Moya-moya
4.
cerebral palsy
PATOFISIOLOGI
Fungsi ganglia basalis yaitu membentuk impuls yang bersifat dopaminergik dan
GABAergik dari substansia nigra dan korteks motoris yang berturut-turut disalurkan
sampai kepallidum didalam thalamus dan korteks motoris. Impuls ini diatur dalam
striatum melalui dua segmen yang paralel, jalur langsung dan tidak langsung melalui
medial pallidum dan lateral pallidum/ inti-inti subtalamikus.
Aktifitas inti subtalamikus mengendalikan pallidum medial untuk menghambat impulsimpuls dari korteks, dengan demikian mempengaruhi parkinsonisme. Kerusakan inti
subtalamikus meningkatkan aktifitas motorik melalui thalamus, sehingga timbul
pergerakan involuntar yang abnormal seperti distonia, korea, dan pergerakan tidak
sadar. Contoh klasik kerusakan fungsi penghambat inti subthalamicus adalah balismus.
Sindrom chorea yang paling sering dipelajari adalah chorea Huntington, oleh karena itu
patofisiologi dari penyakit Huntington berlaku pada chorea dan akan menjadi focus
diskusi dibawah ini.
MEKANISME DOPAMINERGIK
Pada chorea Huntington, komposisi dari striatal dopamine normal, mengindikasikan
bahwa kelainan utama yang mengancam jiwa, tetapi sudah terkena penyakit, ukuran
menengah, pada striatal saraf-saraf dopaminergik. Zat-zat farmakologik yang dapat
menurunkan kadar dopamine (seperti reserpine, tetrabenazine) atau memblok reseptor
dopamine (seperti obat-obat neuroleptik) dapat menimbulkan chorea. Sejak obat-obatan
yang menurunkan komposisi dopamine striatal dapat menimbulkan chorea,
meningkatkan jumlah dopamine akan menambah buruk seperti pada chorea yang
diinduksi levodopa yang terlihat pada penyakit Parkinson.
MEKANISME KOLINERGIK
Konsep dari mekanisme ini yaitu menyeimbangkan antara acetylcholine dan dopamine
yang merupakan hal penting bagi fungsi striatum yang normal memberikan hal penting
untuk memahami penyakit parkinson.Pada fase awal penyakit parkinson obat-obat anti
kolinergik digunakan umum, khususnya saat tremor sebagai gejala predominan. Gejalagejala parkinson lain seperti bradikinesia dan rigiditas juga dapat terjadi.
Perkembangan korea pada pasien yang diberikan obat-obat kolinergik seperti
triheksipenidil merupakan pengamatan klinis yang umum. lebih lanjut obat visostigmin
lebih awal, terutama pada pasien berumur kurang dari 20 tahun, hampir bisa
dipastikan akan berkembang cepat dengan adanya kelainan kognitif.
Varian Westhal yaitu kelainan distoni kaku, mungkin dibarengi kejang dan
mungkin mioklonus. Varian ini terutama pada pasien dengan onset pada masa
anak-anak. Sebagai pembanding, ketika kelainan terjadi pada akhir hidup tanda
utama adalah korea.
Onset kelemahan tersembunyi dapat dikenali keliru sebagai kelainan saraf
sederhana. Walaupun korea dan kelainan motorik lain merupakan gejala yang
cepat dikenali, mungkin bukan merupakan gejala yang paling awal dari timbulnya
penyakit huntington.
Perubahan kepribadian dan gangguan psikologis menjadi manifestasi awal pada
50 % kasus. Gejala yang tetap dengan depresi merupakan yang paling sering.
Jangka waktu penyakit sampai timbulnya kematian sekitar 15 tahun pada kasus
penyakit huntington dewasa dan 8-10 tahun pada jenis remaja.
1. 2. Penyakit Wilson
Gejala klinis tergantung dari umur. Pada anak-anak, penyakit bermanifestasi
dengan distonia progresif, rigiditas dan disartria, serta disfungsi hati sedangkan
pada orang dewasa terdapat gejala psikiatri, tremor, dan biasanya disartria
predominan.
1. 3. Neuroacanthocytosis
Gejala biasanya berawal dengan menggigit bibir dan lidah (sering menyebabkan
luka sendiri), distonia orolingual, suara dan gerakan tidak sadar, korea seluruh
tubuh, parkinsonisme dan kejang. Pasien dengan neuroacanthocytosis dapat
dilaporkan terjadi ketidakmampuan untuk makan sendiri karna distonia lidah
setiap saat mereka akan makan.
Gambaran lain termasuk gangguan kognitif dan perubahan kepribadian, disfagia,
disartria, hamil trofi, arefleksia, bukti dari neuropati akson dengan kelainan
lingkaran refleks, dan kenaikan serum kreatinin kinase tanpa bukti adanya
miopati.
1. Korea senilis : Kesatuan klinis ditandai oleh serangan korea simetrik yang
perlahan-lahan dan terutama tidak termasuk kelainan mental, gangguan
emosional, atau riwayat keluarga oleh karna itu tes neurogenetik perlu dilakukan.
2. 5. Korea sydenham
Korea sydenham adalah manifestasi utama dari demam rematik akut dengan
modifikasi kriteria JONES pada tahun 1992, manifestasi ini cukup bagi dokter
untuk membuat diagnosis serangan pertama demam rematik akut. Ini telah
dipertimbangkan sebagai suatu penyakit pada anak-anak, bagaimanapun
mungkin terjadi pada orang dewasa. Korea rematik ditandai dengan kelemahan
otot dan terjadinya korea. Pasien menunjukkan milkman grip sign, gaya berjalan
kaku dan gangguan bicara.
Gejala psikologis muncul dan secara kha mendahului gejala lain bahkan
pergerakan korea. Emosi yang labil merupakan gejala yang umum, berkurangnya
perhatian, gejala obsesif kompulsif, dan delainan anxietas juga dapat terlihat.
Gejala-gejala dapat terjadi disamping infeksi streptokokus selama 1-6 bulan. Pada
orang dewasa korea pos streptokokal generalisata dapat mempengaruhi
pengendalian kelahiran dan kehamilan (korea gravidarum)
1. 6. Korea herediter benigna
Ini merupakan kelainan genetik autosomal dominan yang ditandai oleh
pergerakan koreiform yang progresif yang terjadi pada masa anak-anak tanpa
kelemahan intelektual. Membedakan secara klinis dari penyakit huntington tipe
remaja dengan tidak adanya kejang, rigiditas atau gejala serebral.
PEMERIKSAAN FISIK
Sejak penyakit huntington merupakan penyakit koreatik yang paling jelas ditemukan
tanda-tanda fisik sebagai berikut :
Penyakit huntington
Korea secara umum ditandai adanya kedutan pada jari-jari dan pada
wajah. Seiring waktu, amplitudo meningkat, pergerkan seperti menari
mengganggu pergerakan voluntar dari ekstremitas dan berlawanan dengan
gaya berjalan. Berbicara menjadi tidak teratur.
MRI
Diagnosis utama pada penyakit korea didasarkan pada anamnesa dan penemuan
klinis; akan tetapi pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat terutama untuk
membedakan korea primer dan sekuner diantarany :
Medikamentosa
Nama Obat
Dosis Dewasa
Dosis rendah: 0.5-1 mg/d PO; dosis >10 mg/d dapat sedikit atau tidak
bermanfaat disbanding dosis yang rendah.
Dosis Anak
Tidak ada
Kontraindikasi
Interaksi Obat
Ibu Hamil
Efek Samping
Nama Obat
Dosis Dewasa
Dosis Anak
Tidak dilaporkan
Kontraindikasi
Interaksi Obat
Ibu hamil
Efek Samping
Nama Obat
Dosis Dewasa
Dosis Anak
Tidak ada
Kontraindikasi
Interaksi Obat
Epinephrine dan phenytoin dapat mengurangi efek; agent dopaminedepleting lain, TCAs, neuroleptics, CNS depressants, guanabenz, and
anticholinergics dapat meningkatkan efek.
Ibu Hamil
Efek Samping