Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum. Namun, saat ini
indonesia berada pada kondisi dimana masyarakat tidak mengindahkan hukum.
Hal ini terjadi karena penegakan hukum oleh oknum pejabat hukum banyak di
salahgunakan sehingga masyarakat tidak mempercayai lagi hukum yang ada saat
ini.
Dengan keadaan sekarang ini. Indonesia perlu mengadakan perubahan pada
upaya penegakan hukum yang ada agar bisa mengembalikan kewibawaan hukum
sehingga masyarakat akan bisa mempercayai kembali hukum yang ada. Selain itu,
dibutuhkan pula adanya suatu restorasi pada budaya hukum yang ada di dalam
masyarakat. Karena yang sangat menentukan kesetiaan masyarakat terhadap
hukum adalah budaya hukum yang dianut oleh masyarkat tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana kondisi hukum di Indonesia saat ini?
2. Bagaimana hubungan antara budaya hukum dengan penegakan hukum?
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah agar kita dapat lebih memahami
hukum, budaya hukum, dan hubungan diantara keduanya.
Selain itu karya tulis ini dibuat sebagai referensi solusi untuk menylesaikan
konflik-konflik yang ada di Indonesia saat ini.
1.4 Manfaat penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah sebagai bahan bacaan atau referensi
untuk memperkaya khazanah wawasan pembaca, khususnya tentang penegakan
hukum dan budaya hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hukum
Hukum adalah keseluruhan aturan tentang apa yang seharusnya dilakukan
dan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia dalam masyarakat yang
1
bersifat mengikat dan memaksa. Ada beberapa pendapat para ahli mengenai
pengertian hukum, sebagai berikut.
1. Plato
Hukum merupakan sistem peraturan-peraturan yang
teratur dan
mengawasi
hakim
dalam
melaksanakan
jabatannya
dalam
Budaya hukum merupakan hal yang sangat penting karena budaya hukum
sangat menetukan kepatuhan masyarakat terhadap hukum. Apabila masyarakat
memiliki budaya hukum yang baik, maka masyarakat tersebut akan patuh
terhadap hukum yang ada karena mereka sadar hukum adalah bagian dari hidup
mereka yag mengatur ketertiban dalam hidup mereka. Begitu pula apabila mereka
memiliki budaya hukum yang rendah, maka mereka akan tidak mempersoalkan
hukum yang ada karna mereka menganggap bahwa hukum bukanlah sesuatu yang
penting bagi mereka.
2.3 Penegakan Hukum
Penegakan hukum merupakan pusat atau inti dari seluruh aktivitas hukum
yang dimulai dari perncanaan hukum, pembentukan hukum, penegakan hukum,
dan evaluasi hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interksi
antara berbagai perilaku manusia yang mewakili kepentingan-kepentingan yang
berbeda dalam aturan yang telah disepakati. Oleh karena itu penegakan hukum
bukanlah semata-mata sbagai proses penerapan hukum , karena dalam penegakan
hukum akan melibatkan dimensi perilaku manusia.
Pengadilan merupakan representasi utama dari penegakan hukum. Oleh
karena itu pengadilan dituntut untuk tidak hanya mampu melahirkan kepastian
hukum, tetapi juga keadilan, kemanfaatan sosial, dan pemberdayaan sosial
melalui putusan-putusan hakim. Apabila lembaga peradilan gagal dalam
menerapkan tujuan hukum diatas, maka akan mendorong meningkatnya
ketidakpercayaan masyarakat terhadap pranata hukum dan lembaga-lembaga
hukum.
Menurut
Soejono
Soekamto,
Penegakan
hukum
adalah
kegiatan
sendiri, sehingga diperlukan adanya keserasian antara peraturan perundangundangan yang ada. Kedua, fasilitas pelaksanaan hukumnya memadai, sebab
sering kali hukum sulit ditegakkan bahkan tak tertangani karena fasilitas untuk
menegakkannya tidak memadai ataupun tidak tersedia. Ketiga, Kesadaran dan
kepastian hukum serta perilaku masyarakat itu sendiri. Keempat, Mental aparat
penegak hukum dalam hal ini adalah pelaku hukum secara langsung seperti polisi,
jaksa, pengacara, hakim, petugas pemasyarakatan dan sebagainya karena pada
dasarnya pengakkan hukum sangat tergantung pada mentalitas para aparatur
penegak hukumnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Hukum di Indonesia
Indonesia merupakan sebuah negara hukum (rechstaats) yang senantiasa
mengutamakan hukum sebagai landasan dan pedoman bagi aktivitas negara dan
masyarakat. Komitmen Indonesia sebagai negara Hukum tertuang secara tertulis
dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil Amandemen.
Penegakan hukum yang adil dan tegas merupakan hal mutlak yang di
inginkan oleh masyarakat di negara hukum. Namun, saat ini Hukum di Indonesia
lebih banyak menuai kritikan daaripada pujian. Kritikan ditujukan baik yang
berkaitan dengan penegakkan hukum, kesadaran hukum, kualitas hukum,
ketidakjelasan berbagai hukum yang berkaitan dengan proses berlangsungnya
hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai peraturan perundang-undangan.
Masyarakat Indonesia dewasa ini jika ditanya tentang kondisi hukum pasti
akan menyatakan bahwa hukum di Indonesia saat dapat di beli, yang memiliki
jabatan, nama, kekuasaan, dan kekayaan yang melimpah akan aman dari
gangguan hukum walaupun mereka melanggar aturan yang ada. Namun, terhadap
rakyat jelata yang tidak memiliki apa-apa hukum akan dilaksanakan setegastegasnya oleh aparat penegak hukum.
Sejauh ini, hukum tidak hanya dijalankan sebagai rutinitas belaka, namun
juga dipermainkan seperti barang dagangan. Hukum yang seharusnya menjadi
alat pembaharuan masyarakat, telah berubah menjadi semacam mesin pembunuh
karena didorong oleh perangkat hukum yang morat-marit dan carut-marut. Praktik
penyelewengan dalam proses penegakan hukum seperti peradilan yang
diskriminatif atau rekayasa proses peradilan merupakan realitas yang terjadi
dimasyarakat saat ini.
Mental dan moral korup yang merusak serta sikap mengabaikan atau tidak
hormat terhadap sistem hukum dan tujuan hukum dari bangsa Indonesia yang
sebenarnya memiliki tatanan hukum yang baik merupakan hasil dari kegagalan
penerapan keadilan hukum. Kegagalan ini disebabkan oleh bebrapa faktor yang
terjadi di indonesia saat ini. Kondisi ini merupakan masalah yang sangat penting
untuk diselesaikan oleh pemerintah dan masyarakat saat ini.
Jika dikaji dan ditelaah, setidaknya ada tujuh faktor yang menghambat
penerapan keadilan hukum di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1. Lemahnya political will dan political action dari pemimpin dan pemerintah
negara untuk menjadikan hukum sebagai pedman dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Supremasi hukum yang diinginkan oleh pemrintah masih
hanya sebatas retorika yang hanya di wacanakan tanpa adanya aksi.
2. Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini lebih bayak merupakna
refleksi dari kepentingan politik penguasa daripada kepentingan rakyat.
3. Rendahnya integritas moral, kredibilitaas, profesionalitas, dan kesadaran
hukum aparat penegak hukum (Hakim, Jaksa, Polisi, dan Advokat) dalam
menegakkan hukum.
4. Minimnya sarana dan prasarana serta fasilitas yang mendukung kelancaran
proses penegakan hukum.
5. Tingkat kesadaran dan budaya hukum masyarakat yang masih rendah serta
kurang hormat terhadap hukum.
6. Paradigma hukum masih mengutamakan keadilan formal daripada keadilan
yang sebenarnya (substansial).
7. Kebijakan yang diambil oleh pihak penegakan hukum dalam mengatasi
penegakan
hukum
masih
bersifat
tersistematis.
parsial,
tidak
komprehensif
dan
budaya hukum yang baru itu dianut oleh masyarakat. Konsep penyuluhan hukum
sekarang ini harus lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ditengah kondisi hukum Indonesia yang kacau diamana penegakan hukum
dilakukan secara runcing kebawah dan tumpul keatas, dimana masyarakat
menjadi korban dan elit politik dan penguasa menjadi raja. Dibutuhkan adanya
buadya hukum dan pemahaman hukum bagi masyarakat agar tidak selamanya
dipermainkan oleh aparat penegak hukum yang sewenang-wenang.
Budaya hukum sangat penting bagi masyarakat karena merupakan landasan
dari respon masyarakat terhadap hukum. Budaya hukum juga merupakan kunci
utama masyarakat bisa menegakkan keadilan di negara ini.
4.2 Saran
Saran dari penulis bagi masyarakat dan pemerintah marilah kita hormati
hukum, tegakkan hukum yang adil bagi bangsa kita demi terciptanya kedamaian
di negeri ini.