You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Post Partum Dengan Ekstraksi Vakum


di Ruang B3 Obstetri RSUP. Dr. Kariadi Semarang
Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Praktek Klinik Maternitas

Disusun Oleh :
SHINDI ANI ANWAR
P. 174.201.0.70.31

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG
2008

EKSTRAKSI VAKUM
A. PENGERTIAN
Ekstraksi vakum adalah tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan
500 gr atau lebih dengan memakai sebuah mangkok penghisap ditempelkan pada
kepala janin dengan cara menimbulkan keadaan vakum, dan selama prosedur
ekstraksi dilangsungkan, keadaan vakum dipertahankan. Seutas tali terkait pada
mangkok dan lewat rantai ini, mangkok tersebut ditarik perlahan-lahan secara
intermiten pada saat uterus ibu mengadakan kontraksi.
Ekstraksi vakum merupakan alternatif yang sangant membantu untuk
menggantikan tindakan forseps rendah pada saat ibu merasa letih dan tidak
mampu mengedan dengan efektif..Disamping itu, ekstraksi vakum kadang-kadang
dipakai untuk membantu memutar presentasi melintang atau oksiput posterior
menjadi posisi anterior.
Dengan menggunakan ekstraksi vakum, kemungkinan leserasi atau
keharusan melakukan episiotomi akan lebih kecil bila dibandingkan dengan
tindakan forseps. Namun demikian, ekstraksi vakum berlangsung lambat sehingga
tidak dilakukan pada keadaan fatal distress
I. Indikasi
a. Kala II lama dengan presentasi kepala belakang / verteks
b. Kelelahan ibu
c. Partus tak maju
d. Gawat janin
e. Toksemia gravidarum
f. Ruptura uteri iminens
Ibu

:Memperpendek persalinan kala II, penyakit jantung kompensata,

penyakit paru fibrotik


Janin

: Adanya gawat Janin

Waktu

: persalinan kala lama

II. Kontra indikasi


a. Mal presentasi ( dahi, puncak kepala, muka, bokong )
b. Panggul sempit ( disporposi kepala panggul )
Ibu

: ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh mengejan

Janin

: Letak lintang, presentasi muka, presentasi bokong, peterm,

kepala menyusul.
III. Syarat - Syarat
a. pembukaan lengkap atau hampir lengkap
b. presentasi kepala
c. cukup bulan ( tidak prematur )
d. tidak ada kesempitan panggul
e. Nk hidup dan tidak gawat janin
f. Penurunan di Hodge III
g. Kontraksi baik
h. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan
IV. Kelebihan
Dapat digunakan pada :
a. bembukaan servik uteri yang belum lengkap dengan menggunakan vakum
ekstraktor pada pembukaan serviks dapat dipercepat secara mekanis,
sebaiknya ekstraksi vakum baru dilakukan pada pembukaan serviks uteri
sekurang-kurangnya 7 cm pada kepala janin belum turun.
b. Tidak memerlukan anestesi umum.
c. Komplikaasi pada ibu maupun janin lebih sedikit.
V. Kekurangan
a. Waktu untuk melahirkan janin lebih lama dari ekstraksi forsep (lebih dari
6 menit)
b. Ekstraksi vakum tidak dapat digunakan pada :
1. Letak muka.
2. Kaput suksedenum yang sudah besar.
3. Gawat janin yang berat.
4. Kepala menyusul (aftter coming head) pada letak sungsang.
5. Disproporsi cephalo serviks

VI. Komplikasi
a. Pada ibu :
1. Robekan pada serviks uteri.
2. Robekan pada sensing vagina
3. perdarahan akibat atonia uteri atau trauma jalan lahir, infeksi

b. Pada Janin :
1. Perdarahan dalam otak
2. Kaput suksedenum artifisialis, yang biasanya akan hilang sendiri selama
24-48 jam
3. Ekskoriasi kulit kepala sefalhematoma, subgaleal hematoma, nekrosis
kulit kepala perdarahan intra cranial, jaundice fraktur klavikula, kerusakan
N.VI dan N.VII.
VII.

Alat Alat Ekstraksi Vakum


a. Sejenis mangkok dari logam yanag agak mendatar dalam berbagai
ukuran (diameter 30-60 mm) dengan lubang dditengahnya.
b. Pipa karet yang pada ujung satunya dihubungkan dengan mangkok
dan pada ujung yang lain dengan suatu alat penarik dengan logam.
c. Rantai dari logam yang berhubungan dengan alat bundar dan datar,
alat tersebut dimasukkan kedalam pipa karet dan setelah ditarik
kuat, dikatkan pada alat penarik.
d. Manometer dan pompa jangan digunakan untuk menghisap udara,
yang

berhubungan

dengan

botol

penampung

dan

menyelenggarakan vakum antara mangkok dan kepala janin.


VIII.

Tekhnik Pemasangan

a. Tindakan
1. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraksi vakum dan
pastikan petugas dan persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan ekstrasi vakum, bila penurunan kepala diatas h. Iv
(0/5)rujukan pasien ke RS.
3. Masukkan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan klorin
0,5% bersihkan dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan.
4. Lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
b. Pemasangan mangkok vakum
1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring
dan setelah melewati introitus pasangkan pada kepala bayi
(perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang
tidak rata atau moulage di daerah ubun-ubun kecil).

2. Dengan jari tengah dan telunjuk tahan mangkok pada posisinya


dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain lakukan
pemeriksaan disekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak
ada bagian vagina atau porsio yang terjepit antara mangkok dan
kepala janin.
3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan
pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.
4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat tekanan
pada mangkok) secara bertahap.
5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (malmstroom)
setelah 2 menitnaikkan hingga skala 60 (silastik) atau -6
(malmstroom) dan tunggu 2 menit, ingat jangan gunakan tekanan
maksimal pada kepala bayi lebih dari 8 menit.
6. Sambil menunggu His, jelaskan pada pasien bahwa pada his
puncak (fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama
mungkin, tari lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan abdomen
menjadi lebih efektif.
c. Penarikan
1. Pada fase acme (puncak) dari his minta pasien untuk mengedan
secara simutan lakukan penarikan dengan pengait mangkok,
dengan arah sejajar lantas (tangan luar menarik pengait ibu jari
tangan dalam pada mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit
kepala bayi).
2. Bila berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada terikan kedua
episiotomi (pada pasien dengan perinium yang kaku). Dilakukan
pada saat kepala mendorong perinium dan tidak masuk kembali.
3. Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir
sebaiknya pasien dirujuk.
4. Apabila penarikan mangkok terlepas hingga 2 kali, juga harus
dirujuk.
5. Saat suboksiput berada diberikan keatas hingga vawah smfisis
arahka tarikan keatas hinggga lahirlah berturut-turut dari muka.
IX. Criteria Kegagalan
1. Ibu mengeluh nyeri
2. Timbul gawat janin

3. Kepala tak turun padda tarikan


4. jika tarikan sudah 3 kali dan kepala bayi belum turun / tarikan
sudah 30 menit
5. Mangkok lepas pada taarikan pada tekanan maksimum
X. Penyebab Kegagalan
1. Dinding perut tebal
2. His sering
3. Tetania uteri
4. Hidraamnion
5. Tali pisat pendek dan
6. Kaki janin ekstensi maksimal

POST PARTUM

A. PENGERTIAN
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali
dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa nifas / purperium adalah
masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer et.All.
1993).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya mencapainya 6 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

B. ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti
sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahanperubahan yang terjadi, diantaranya :
1. Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone
esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone
prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan

Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam
atau 2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal
dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan pengendalian
pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering
mengalami kesukaran dalam buang air kecil, karena :
a. Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
b. Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh
kepala bayi
c. Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang
setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl sudah
tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum turun
dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita menyusui,
kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12 jam
pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat terjadi
bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada perdarahan
berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa kasus ditemukan
hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam
tempo 2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah
melahirkan peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan
masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik

Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama


persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Adaptasi Psikologis Postpartum
Fase Taking in

: refleksi tentang kehamilan dapat diterima, mengikuti


proses persalinan dengan baik, selalu bertanya tentang
keadaan bayi.

Fase Taking hold

: merawat diri sendiri, tidak sabar untuk cepat pulang,

dan dapat merawat bayi sendiri.


Fase Letting go : diharapkan dapat merawat bayi sendiri.
C. PENATALAKSANAAN POST PARTUM DENGAN VACUM EKSTRASI
Perawatan post partum dengan ekstraksi vakum dimulai sejak kala uri
dengan menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi.
Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan
perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1
jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post
partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah
perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri
untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar.
Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup
kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus
secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri
sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum.
Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum,
mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi
laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau
sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama
kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih
barulah bayi disusui.
D. NASEHAT
Kepada ibu post partum dengan ekstraksi vakum sebaiknya :
1. Selalu menjaga kebersihan alat reproduksi agar tidak terjadi infeksi setelah
melahirkan.
2. Meningkatkan asupan gizi agar luka post oprasi cepat seembuh.

3. Melakukan perawatan payudara (beast care) untuk memperlancar produksi


Asi.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 April 2008

1. IDENTITAS
Nama klien

: Ny.R

Nama suami : Tn. M

Umur

: 37 tahun

Umur

: 40 tahun

Suku

: Jawa

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Tlogosari wetan RT 05

Alamat: Tlogosari wetan RT 05

RW 03 Pedurungan

RW 03 Pedurungan

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Tanggal 13-06-08 ibu mengeluh kencang-kencang masih jarang, belum
keluar air ketuban, belum keluar lendir darah, gerak anak masih dirasakan, ibu
juga mengeluh badan berwarna kuning, tidak mual/muntah, badan terasa lemas,
BAB dan BAK tidak ada keluhan, cegukan (+), tidan punya riwayat transfusi,
kemudian dibawa ke RS. Kodya.
Tanggal 15-06-08 pukul 20.00 ibu mengeluh keluar air dari jalan lahir,
ngepyak, warna jernih, bau khas, kencang-kencang (+), belum keluar lendir
darah, gerak anak masih dirasakan, kemudian konsul ke SPPD dikatakan
Hepatitis Akut kemudian dirujuk ke RSDK semarang.
.1. Persepsi terhadap kehamilan dan persalinan
Ibu menganggap bahwa kehamilan ini merupakan hal yang wajar dan
kehamilannya tidak menimbulkan perubahan terhadap kehidupan seharihari. Ibu berharap agar dapat melahirkan dengan selamat. Bagi ibu orang
yang terpenting adalah suami dan ia tinggal bersamanya, sedangkan dari
pihak keluarga yang lain menerima keadaan ibu yang sedang hamil
.2. Riwayat Obstetri
Riwayat menstruasi
- menarche pada usia 12 tahun
- siklus teratur, lamanya 7 hari dan tidak ada keluhan
- HPHT ; 1 September 2007

.3. Riwayat perkawinan


Pasien menikah 1 kali dengan suami, sekarang usia perkawinan 16
tahun dan baru mempunyai anak satu.

3. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS


a. Pola nutrisi
Frekunsi makan 3x/hari, nafsu makan baik dan tidak ada pantangan.
Jenis makanan : nasi, lauk pauk, sayur.
b. Pola eliminasi
BAK frekuensinya 7-8/hari sedangkan saat pengkajian output urine 60
cc/jam, warnanya kuning dan tidak ada keluhan. BAB biasanya 1-2x/hari dan
tidak ada keluhan
c. Personal hygiene
Mandi biasanya 2x/hari menggunakan sabun
Oral hygiene dilakukan setiap habis makan dan mau tidur
Cuci rambut dilakukan 2x/minggu dengan shampoo
d. Pola Istirahat dan Tidur
Lamanya tidur biasanya 5-6 jam/hari dan ibu tidak begitu merasa
terganggu karena menganggap kondisinya merupakan hal yang wajar bagi
orang hamil.
e. Pola aktifitas dan latihan
Kegiatan rutinnya dirumah adalah sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan
kegiatan waktu luangnya untuk nonton TV dan ngobrol dengan keluarga.
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Ibu tidak biasa minum jamu,
tidak merokok dan tidak mengkonsumsi obat-obat yang terlarang.
4. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum ibu baik

Kesadaran

: CM:15 (4-5-6 )

TD : 130/80 mmHg

Nadi

: 88 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Suhu

: 37 C

BB : 60 kg

TB

: 160 cm

Kulit : turgor cukup, warna kulit kuning, textur baik, kebersihan kulit bersih.
Kepala :Bentuk kepala mesosephal, tidak kotor, tidak ada lesi, rambut lurus.
Mata : Sklera ikterik, conj. Palpebra tidak anemis.
Hidung : Bentuk simetris, septum deviasi tidak ada, polip hidung tidak membesar,

concha norrmal, tidak ada sket hidung.


Telinga : Simetris, tidak ada tanda peradangan / mastoid, cerumen tidak ada
penumpukan.
Mulut : Bersih, bibir tidak sianosis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ditemukan distensi vena
jugularis.
Dada :
Paru-paru :
Inspeksi

: bentuk simetris, pergerakan dada sewaktu bernafas simetris,

frekuensi pernafasan meningkat.


Palpasi

: tactil fremitus normal

Perkusi

: terdengar suara tymphani

Auskultasi

: suara nafas vesikuler

Jantung :
Inspeksi

: tidak tampak ictus cordis

Palpasi

: ictus cordis teraba di Ic V

Perkusi

: batas jantung normal

Auskultasi

: BJ I dan II murni, tidak ada bising, gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi
Perut kelihatan membesar ke depan
Ada linea nigra dan strie lividae
Tidak ada luka bekas operasi
Palpasi
LEOPOLD I

: TFU : 32 cm, berisi kepala

LEOPOLD II : Letak punggung kanan

LEOPOLD III : Bagian kepala

LEOPOLD IV : Divergen

Osborn test

: (+)

TBJ

: 32-11x155 = 3255 g

Kontraksi

: (+) , jarang lamanya kurang lebih 20 detik

Auskultasi : djj (+) = 12-12-12


5. PEMERIKSAAN LAB :
Darah

Hb

: 12,5

Lekosit

: 81,700

Tr

: 111.000

6. PROGRAM TERAPI :

Amoxicilin 500 mg tb 3x1

Vit Bc

Pospragin 3x1

Diit Biasa

Breast Care

Pengawasan KU, TFU, ASI, BAK, BAB

7. DIAGNOSA POSTPARTUM DENGAN EKSTRAKSI VAKUM :


a. Nyeri berhubungan dengan robekan pada serviks dan dinding vagina
b. Resiko infeksi berhubungan dengan invasif bakteri pada jalan lahir
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
8. INTERVENSI
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri b.d.
robekan pada
serviks dan
dinding vagina

Tujuan dan Kreteria Hasil

Intervensi

Setelah dilakukan asuhan 1.


keperawatan selama 2x24
jam pasien tidan
menunjukkan tanda-tanda
nyeri
KH :
1. menunjukkan perasaan
rileks
2. istirahat cukup dan
2.
peningkatan aktivitas
3. mengungkapkan rasa
ketidaknyamanan nyeri

Rasional

kaji ketidaknyamanan 1. sikap terhadap


melalui isyarat verbal nyeri adalah
dan nonverbal
individual dan
berdasarkan pada
penngalaman masa
lalu serta latar
belakang
ajarkan teknik
pernafasan dan
relaksasi, anjurkan
klien memillih posisi
yang nyaman

2. membantu
mengurangi
ketidaknyamanan
melalui kontrol gate
dan stimulasi kutan

3. lepaskan pakaaian yang 3. menaikkan


berlebihan atau ketat. sirkulasi
Biarkan lingkungan
kenometrium,
sejuk dan nyaman
menaikkan relaksasi
dan kenyamanan,
meningkatkan rasa
sejahtera
4. instruksikan klien
dalam menggunakan

4. memungkinkan
klien untuk

analgesic yang
mengatur kontrol
dikontrol, pantau cara nyerinya sendiri,
menggunakan
biasanya sedikit
medikasi
5. pantau TD dan nadi ibu 5. hipotensi ibu
disebabkan oleh
penurunan
ketahanan perifer
saat percabangan
vaskuler dilatasi
atau reaksi yang
pertama terhadap
blok peridual

1. tinjauan ulanng kondisi


2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
atau faktor resiko yang 1. menurunkan
berhubungan keperwatan selam 2x24
ada sebelumnya
kemungkianan
dengan invasif jam tidak menunjukkan
kontaminasi
bakteri pada terjadinya infeksi
2. kaji terhadap tanda atau
jalan lahir
KH:
gejala infeksi (mis:
- Bebas dari infeksi
peningkatan suhu,
2. pecah ketuban 24
nadi,)
jam sebelum
- Tidak terjadi
pembedahan dapat
pembengkakan
mengakibatkan
- Tidak terjadi
korioamnionitas
kemerahan pada
sebelum intervensi
robekan
bedah dan dapat
mengubah
3. lakukan perawatan
penyembuhan luka
kulit preoperatif sesuai
protokol
3. menurunkan
resiko kontaminasi
kulit memasuki
insisi. Menurunkan
resiko infeksi
4. catat Hb dan Ht, catat postoperatif
perkiraan kehilangan
darah
4. resiko infeksi
pasca melhirkan dan
penyembuhan
buruk, meningkat
bila kadar Hb turun
dan kehilangan
5. berikan antibiotik
berlebihan
spektrum luas
parenteral
5. antibiotik
profilaktik dapat
dipesankan untuk
mencagah
terjadinya proses
infeksi

3. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelelahan

4. Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
tidak adekuat

1. anjurkan klien
mengikuti aktivitas
dengan istirahat yang
cukup

Setelah dilakkukan
1. menghemat energi
asuhan keperawtan
dan menghindari
selama 1x24 jam tidak
pengerahan tenaga
terjadi intoleransi
terus menerus
aktivitas pada klien
untuk
KH:
meminimalkan
Menyatakan kesadaran 2. instruksikan klien
kelelahan/kepekaa
terhadap toleransi
untuk meghindari
n uterus
aktivitas
mengangkat beban
2. aktivitas yang
Klien tidak tampak
berat, aktivitas atau
ditoleransi
kelelahan berlebihan
kerja
sebelumnya
Klien mampu melakukan
mungkin tidak
aktivitas sendiri
diindikasikan
3. kelompokkan aktivitas untuk wanita
sebanyak mungkin
beresiko
seperti pemberian obat, 3. meningkatkan
tanda vital dan
kesempatan klien
pengkajian
untuk tindakan
4. berikan aktivitas
berikutnya
penunjang, seperti:
membaca, nonton TV, 4. meningkatkan
atau kunjungan dengan klien dalam
teman yang dipilih atau koping dengan
keluarga
penurunan
aktivitas

1. memberikan cairan
infus
Setelah dilakukan asuhan 2. menganjurkan pasien
keperawatan selama 2x24 untuk makan sedikit
jam kebutuhan nutrisi
dan sering
pasien dapat terpenuhi
3. menganjurkan keluarga
KH:
pasien untuk
Pasien tidak terlihat lemas memberikan makanan
dan segar kembali
yang disukai
BB stabil
Albumin normal 3,5 5
gr/dL

1. cairan masuk
20 tetes
permenit
2. pasien
mengerti dan
akan
melaksanaka
nnya
3. keluarga
mengerti dan
akan
memberikan
nya

DAFTAR PUSTAKA
Johanson RB, Rice C. A Randomised Prospective Study Comparring The New
Vacume Extraction Policy with Forceps delivery. Br J Obstet Gynecol. 1993;
100: 524-30.
Lucas MJ. The Role of Vacuum Extraction in Modern Obstetrics. Clin Obstet
Gynecol. 1994; 37: 794-805

http://klinikandalas.wordpress.com

You might also like