You are on page 1of 22

Tinjauan Pustaka

Hiperbilirubinemia Terkait dengan Neonatus Kurang Bulan


Krisna Lalwani
102011301/C3
28 Mei 2014
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Kr15n4_cloud@yahoo.com

Pendahuluan
Periode neonatal atau bayi baru lahir didefinisikan (misal, untuk data kematian)
sebagai 28 hari pertama kehidupan. Jadi, neonatal merupakan bagian dari interval bayi yang
dimulai dari lahir sampai tahun pertama kehidupan. Namun, angka kematian selama periode
neonatal yang membahagiakan ini jauh lebih besar dibanding periode kehidupan berikutnya
hingga dekade ke delapan.
Tentu saja, keadaan bayi pada waktu lahir dipengaruhi oleh keadaan bayi swwaktu
dalam rahim, terutama selama persalinan dan pelahiran yang penuh dengan tekanan. Keadaan
pada saat lahir bervariasi dari bayi normal yang menangis dan aktif sampai bayi yang sama
sekali tidak memberi respon dan mungkin meninggal jika tidak segera diberikan resusitasi.
Karena itu, penyedia layanan kebidanan dan perawatan bayi baru lahir harus siap (dengan
tenaga terlatih, perlengkapan yang sesuai dan obat-obatan yang diperlukan) untuk
memberikan pertolongan darurat dan perawatan secara menyeluruh untuk bayi baru lahir.
Terkait dengan hal tersebut, makalah ini akan membahas dan memberikan pengertian tentang
sejumlah bahan maupun bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam dari kasus yang
diberikan yaitu Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah
dengan Hiperbilirubinemia.

Pembahasan

Kasus
Bayi berusia 34 minggu gestasi lahir spontan pervaginam dengan berat 2000 gram dan
ketuban sedikit keruh. Bayi menangis kuat, aktif, denyut jantung 140x/ menit, (+) reflex
bersin dengan ekstremitas sedikit biru. Setelah 48 jam dirawat gabung dengan ibunya, bayi
tampak kuning dari kepala hingga dada, namun kuat menyusu dan aktif.
Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat
penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan
riwayat perjalanan penyakit. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan
pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Penanganan dari pasien ini harus dimulai
dengan riwayat secara menyeluruh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
melakukan diagnosis. Secara umum anamnesis pada pasien hamil sama dengan anamnesa
lain pada ilmu kedokteran. Pertama kali tanyakan identitas pasien, nama pasien, usia, alamat ,
agama, pendidikan terakhir.

Keluhan utama, sejak kapan. Bayi sudah diberi ASI atau belum?Apakah sebelumnya
mendapat transfusi darah? Untuk pasien hamil kita tanyakan tentang haid; kapan hari pertama
haid terakhir, menarche umur berapa, berapa lama, interval, leukorea, nyeri haid. Kita bisa
menanyakan tanda-tanda , gejala dan masalah saat ini. Kemudian kita tanyakan tentang
kehamilan: sudah berapa kali hamil, adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu, apakah
pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan (Graviditas, Paritas, Abortus).1 Untuk
melengkapinya tanyakan juga mengenai kontrasepsi seperti metode, lama, penerimaan atau
alasan penghentian. Tanyakan mengenai infeksi, demam, pengobatan, trauma, kemungkinan
paparan dengan zat-zat fetotoksik, terutama yang terjadi selama kehamilan.

Selanjutnya kita tanyakan tentang persalinan; berapa kali bersalin, bagaimana


persalinan terdahulu, kalau persalinan dengan section caesarea apa alasannya, pregnancy
outcome, hasil atau diagnose persalinan (mengenai keterangan bayi, meliputi BB,
TB,Panjang , lingkar ,dll ). Riwayat perkawinan; berapa kali menikah, pernikahan sekarang
sudah berapa lama, riwayat penyakit pasien, adakah penyakit berat atau kronis yang pernah
dialami seperti diabetes atau hipertensi. Penting sekali terutama untuk menanyakan mengenai
pola makan dan nutrisi maupun asupan selama kehamilan, merokok atau minum alkohol.
Riwayat penyakit keluarga seperti riwayat anak kembar dalam keluarga, adakah penyakit
keturunan (misal :thalasemia), adakah riwayat cacat dalam keluarga.1
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut
berdasarkan anamnesis adalah pemeriksaan keadaan umum. Khusus pada neonatus maka
harus dilakukan antropometri seperti tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan atas. Hasil
pemeriksaan fisik yang didapat dari skenario 34 minggu gestasi , berat 2000 gram. Bayi
menangis kuat, aktif, denyut jantung 140x/ menit, (+) reflex bersin dengan ekstremitas sedikit
biru. Bayi tampak kuning dari kepala hingga dada, namun kuat menyusu dan aktif.
Segera setelah bayi lahir, pemeriksaan yang singkat dan teliti pada wajah, mata,
mulut, dada, abdomen, tulang belakang, dan ekstremitas harus dapat menyingkirkan kelainan
mayor. Tangisan yang kuat serta warna kemerahan pada wajah dan tubuh menunjukkan
penyesuian diri yang baik terhadap kehidupan yang independen.
Sebelum melakukan pemeriksaan, wajib mencuci tangan. Pemeriksaan dilakukan dari
kepala hingga kaki agar sistematis dan teratur. Pemeriksaan dilakukan menurut kesempatan
apabila bayi tenang, jantung dan paru dapat diperiksa, lalu bila bayi menangis, pemeriksa
dapat melihat palatum dan mencetuskan rangsang isap, telan, dan muntah.
Sebelum pemeriksaan dimulai, suhu aksila neonates harus dalam kisaran normal yaitu
36,5-37,2o C. Mata periksa dengan oftalmoskop untuk melihat refleks merah dan bagian luar
mata seperti kornea, sklera, dan konjungtiva apakah ada perdarahan atau kuning, iris, bilik
mata depan, dan pupil. Telinga lihat letak meatus akustikus eksternus dengan senter untuk
melihat patensinya. Tangan

periksa jari tambahan, garis tangan palmar. Mulut bibir harus

berwarna merah muda dan berbentuk melengkung, merasakan bagian dalam mulut anak
dengan satu jari, mulut anak harus lembap dan hangat, serta meraba atap mulut untuk
3

memeriksa palatum mole dan palatum durum, melihat warna membran mukosa yaitu merah
muda. Jantung auskultasi. Denyut jantung normal 110-160 kali/menit namun dapat menurun
sampai 80 kali/menit selama tidur. Murmur jantung. Punggung & Tulang belakang periksa
dari atas sampai bawah. Tonus otot amati pergerakan keempat ekstremitas. Rasakan ketika
menggendong (jaga kepala ketika mengangkat bayi). Pada posisi telungkup, bayi aterm
(cukup bulan) akan mengangkat kepalanya ke posisi horizontal. Fontanel

terasanormal.

Pernapasan dan pergerakan amati adanya gawat napas. Peningkatan laju dinding dada
pernapasan,napas cuping hidung, grunting (napas berbunyi), retraksi dada (sternal dan
interkostal).
Kulit dilihat warna kulit, perfusi, tekstur, tonus dan turgor kulit dan kemunculan tanda
lahir. Genitalia periksa testis di dalam skrotum dan penis normal pada bayi laki-laki serta
anatomi normal pada bayi perempuan. Anus harus berada di garis tengah. Pastikan keluarnya
mekonium untuk menyingkirkan dugaan diagnosis anomali anorektal. Pemeriksaan dengan
jari tidak boleh dilakukan secara rutin pada bayi baru lahir. Kaki pastikan terdapat dua
tungkai yang bergerak bebas. Pada tiap tungkai, rasakan femur, lutut, dan sendi engsel;
ekstremitas bawah dan tibia serta fibula ke

bawah hingga mencapai sendi pergelangan kaki

dan kaki. Periksa kelima jari kaki apakah bantalan kuku utuh.
Refleks uji refleks bertujuan memastikan bahwa perkembangan neurologi berjalan
normal atau guna mengidentifikasi setiap masalah. Refleks moro biasanya diperiksa terakhir.
Refleks ini dicetuskan dengan mengangkat bayi ke depan hingga dagunya menempeldi dada.
Dengan satu tangan menopang kepala bayi, biarkan kepala bayi jatuh ke belakang di atas
tangan kedua. Ketika bayi jatuh ke belakang, reaksi yang normalnya mereka buat adalah
melambai-lambaikan lengan ke arah luar lalu membawanya ke depan menuju garis tengah.
Selain menilai tonus bayi dan kemampuannya menyokong kepala, refleks menggenggam
dapat dinilai pula dari pemeriksaan ini.
Antropometri
1. Lingkar Kepala2
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,
biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran
kepala. Contohnya hidrosefalus dan mikrosefalus. Lingkar kepala dihubungkan denganukuran
otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi
besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun
4

ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan
gizi.Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan menentukan KEP pada
anak. Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan daam pengukuran umur. Lingkar
kepala bayi baru lahir normalnya 31-36 cm.
2. Lingkar Dada2
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat
sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai
indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini
lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi
pertumbuhan lingkar dada yang lambat rasio lingkar dada dan kepala < 1. Ada juga yang
menyatakan bahwa lingkar dada normal pada bayi baru lahir adalah 30-33cm.
3. Panjang Badan2
Untuk anak usia < 2 tahun, pemeriksaan panjang badan dilakukan dengan bayi/anak
terlentang di atas papn ukuran, tanpa sepatu, atau topi. Diusahakan agar tubuh bayi lurus.
Panjang badan diukur dengan meletakkan verteks bayi pada kayu yang tetap, sedangkan kayu
yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi. Pengukuran langsung dengan tali pengukur tidak
akurat hasilnya, kecuali ada asistent yang memegang kaki bayi agar tidak bergerak dengan
panggul dan lutut lurus. Berkurangnya kurva pertumbuhan badan memperlihatkan adanya
kondisi kronik dan kelainan endokrin. Membandingkan kurva ini dengan srandard normal
adalah sangat penting. Panjang badan normal bayi baru lahir adalah 44-53 cm.
Nilai Apgar
Penilaian yang cepat merupakan keharusan dalam beberapa detik pertama setelah
lahir ketika tali pusat diklem. Tonus otot dan aktivitas dapat dinilai bahkan sebelum pelahiran
tubuh secara lengkap. Sebagian besar bayi berwarna kebiruan pada saat lahir, tetapi cepat
berubah menjadi merah muda dengan adanya pernapasa efektif untuk oksigenasi ujung-ujung
ekstremitas. Palpasi pulsasi tali pusat atau auskultasi dada selama 15 detik akan memberikan
data denyut jantung sementara.3
Parameter-parameter ini dikombinasikan untuk penilaian skrining terhadapr
kemampuan penyesuaian segera bayi baru lahir, dikenal sebagai nilai apgar, yang dicatat 1
dan 5 menit setelah lahir. Sistem skoring ini menggunakan angka antara 0 dan 2 untuk setiap
5

kategori dari 5 kategori yang ada, meliputi warna, tonus, upaya bernapas, aktivitas refleks
dan denyut jantung. Nilai Apgar terbaik mungkin adalah 10; nilai terendah adalah 0. 3
Hasil interpretasi nilai ini sering menuntun tindakan segera: > 7 dianggap normal, 4-6
membahayakan dan 0-3 merupakan kedaruratan medis. Nilai ini dapat dicatat setiap 5 menit
sampai mencapai nilai 7 atau lebih. Karena itu nilai Apgar yang dicatat sebagai 1, 3, 5, 8
diinterpretasikan sebagai 1 pada saat 1 menit, 3 pada saat 5 menit, 5 pada saat 10 menit dan 8
pada saat 15 menit. 3
Nilai Apgar bukan merupakan tolak ukur yang baik untuk asfiksia atau untuk hasil
jangka panjang. Terlebih lagi, kelompok neonatus tertentu tidak akan memberi nilai yang
baik, seperti bayi kurang bulan (karena neonatus belum mengalami perkembangan
neuromuskular yang memadai), janin yang mendapat narkotika dan janin yang mengalami
trauma. Berbagai masalah yang mempengaruhi janin termasuk anastesi umum pada ibu yang
cukup untuk menganastesikan janin. Bayi baru lahir yang mendapat narkotika mungkin tidka
mempunyai tonus, tidak ada upaya bernapas, tidak ada aktivitas refleks dan berwarna biru.
Namun, bayi tersebut mungkin mempunyai denyut jantung yang baik dengan nilai Apgar 2
dan pH tali pusat normal serta tidak ada asfiksia. Tentu saja, asfiksia akan segera terjadi jika
bantuan pernapasan tidak diberikan sampai tercapai pemulihan hingga dapat bernapas
spontan.3

Tabel 1. Sistem skor apgar4

Ballard Score
Untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan
fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal,
scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo,
permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia.
1. Penilaian maturitas neuromuskular
a. Postur: tonus otot tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur
janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana
ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan
hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan
pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku,
lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan
perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi
ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang
pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan
manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan ekstensi atau sebaliknya.
Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi
panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
b. Square window: fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap
peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan.
Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan
jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi
dari preterm hingga poster diperkirakan berturut-turut > 900, 900, 600, 450, 300 ,dan
0
c. Arm recoil: fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut mundur
singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Bayi terlentang, pegang kedua
tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu
rentangkan kedua lengan dan lepaskan.
d. Popliteal angle: pematangan tonus fleksor pasif sendi lutu dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring terlentang,
dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk

penuh. Setelah bayi rileks, pegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu
tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan lain.
e. Scarf sign: menguji tonus pasif fleksor gelang bahu.
f. Heel to ear: tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan
fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.

Gambar 1. Kriteria Neuromuskular5

2. Penilaian maturitas fisik


a. Kulit: Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix
caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau
mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa
terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada
pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan
epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari
pemeriksa.
b. Lanugo: rambut halus yang menutupi tubuh fetus tumbuh pada usia gestasi 24
hingga 25 minggu terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki menggu
ke 28.
c. Permukaan plantar: bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis
telapak kaki lebih sedikit saat lahir.
d. Payudara
e. Mata/telinga : pada bayi prematur mata akan menempel erat tapi semakin matur
akan tidak menempel
f. Genitalia

Gambar 2. Kriteria Maturitas Fisik5

Tabel 2. Penilaian maturitas5

Klasifikasi Lubchenco
Lubchenco mengatakan bahwa pertumbuhan janin itu normal kalau berat badannya
terletak antara persentil ke-10 dan persentil ke 90. Bila terletak di bawah persentil ke-10
disebut kecil untuk masa kehamilan (KMK), sedangkan bila terletak di atas persentil ke-90
disebut besar untuk masa kehamilan (BMK). Bila berat badan lahir bayi terietak di antara
persentil ke-10 dan persentil ke-90 disebut sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau bayi
normal.2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk menyingkirkan different diagnosis yang ada:1

Bilirubin indirect dan direct, bayi baru lahir pada minggu pertama >2mg/dL dan
mengalami peningkatan setelah mendapat ASI (7-14mg/dL),tetapi untuk bayi kurang
bulan yang mendapat susu formula,akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi dan

lebih lama
Darah lengkap, terutama yang diperiksa leukosit,untuk mengetahui apakah anak

terkena infeksi atau tidak ( karena ketuban ibu berwarna keruh)


Test Coombs, uji coombs langsung yang dilakukan pada eritrosit neonates biasanya
memberikan hasil positif tetapi hasil coombs yang negative tidak menyingkirkan
adanya penyakit hemolitik isoimun, dan adanya sferosit pada pulasan darah, yang
kadang-kadang memberi kesan adanya sferositosis herediter (jika didapatkan
inkompabilitas ABO) 6

Diagnosis
Diagnosis bisa ditegakan dengan melihat grafik LubChenco dan melihat keadaan anak
dengan apgar score dan ballard score. Berdasarkan skenario diatas dapat ditarik working
diagnosis yaitu Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah
dengan Hiperbilirubinemia. Diagnosis banding adalah sepsis dan inkompatibilitas abo.
Klasifikasi BBL menurut ukuran
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang berat badannya kurang dari 2500g,
tanpa memerhatikan usia gestasi
2. Bayi berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER): bayi yang berat badannya kurang
dari 1000g
3. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR): bayi yang berat badannya kurang dari
1500g
Klasifikasi BBL menurut usia gestasi
1. Bayi prematur (preterm): bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37 minggu, tanpa
memperhitungkan berat badan lahir.
2. Bayi cukup bulan (full-term): bayi yang lahir antara permulaan usia gestasi 38 minggu
dari sampai akhir 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir
3. Bayi postmatur (post-term): bayi yang lahir setelah usia gestasi 42 minggu, tanpa
memperhatikan berat badan lahir

10

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Berat yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi.
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram
(sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian disepakati low birth
weight infant atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya
prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan. Bayi dengan
BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.
1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
2. Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan.
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya karena
mempunya kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas
tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat
menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan
kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukkan angka kematian
dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.
Diagnosis Banding
Sepsis atau Infeksi
Karena sistem imun belum seluruhnya berkembang pada bayi baru lahir, infeksi
merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang lebih umum. Angka kematian
lebih tinggi pada bayi kurang bulan dibanding bayi cukup bulan. Sepsis dan pneumonitis
terutama terjadi dalam beberapa hari pertama kehidupan. Meningitis dan infeksi saluran
kemih lebih sering terjadi setelah minggu pertama.3
Banyak bayi dilahirkan kurang bulan karena korioamnionitis dan terinfeksi sebelum
atau saat lahir. Sulit menentukan organisme penyebab pada neonatus karena beberapa alasan:
hanya sedikit sampel darah yang tersedia untuk biakan (1 ml atau kurang), organisme
mungkin bakteri (aerobik atau anaerobik), jamur atau virus, dan kontaminasi kulit relatif
umum terjadi karena sulitnya mendapat darah yang mengalir bebas. 3
Temuan laboratorium pada infeksi neonatal meliputi leukositosis (leukosit >30.000),
leukopenia (leukosit<5000), peningkatan neutrofil imatur (pergeseran ke kiri, imatur:
11

neutrofil total >0,2), trombositopenia (trombosit <100.000), asidosis metabolik dan


peningkatan leukosit dalam cairan serebrospinal (>30). Thorax foto dapat menunjukkan
pneumonitis dan pewarnaan gram aspirat trakea dapat menunjukkan adanya organisme.
Biakan dan pewarnaan gram isi lambung segera setelah lahir dapat menunjukkan adanya
amnionitis terapi tidak selalu menunjukkan infeksi neonatal. Karena streptokokus betahemolitikus grup B merupakan bakteri penyabab infeksi yang paling umum pada neonatus,
uji aglutinasi lateks pada darah, urin dan cairan serebrospinal dapat membantu, terutama jika
hasil biakan negatif. Pengobatan berupa antibiotika berspektrum luas sampai organisme
penyebab diisolasi dan sensitivitas antibiotika dapat ditentukan. 3

Inkompatibilitas ABO
Pada inkompatibilitas ABO semua proses pengolahan bilirubin normal, tetapi terjadi
permasalahan pada eritrosit, dimana eritrosit mengalami lisis akibat perbedaan golongan
darah dengan sang ibu. Inkompatibilitas abo lebih sering terjadi dan menimbulkan gambaran
klinis yang serupa namun biasanya lebih ringan. IgG antihemolisin maternal melewati
plasenta dan menyebabkan hemolisis pada bayi. Ibu biasanya mempunyai golongan darah O
dan bayi bergolongan darah A atau B. Kadar hemolisin anti-A dan anti-B alamiah akan
meningkat tajam, tetapi akan kembali normal setelah kehamilan. Risiko kehamilan berikutnya
tidak meningkat, berbeda dengan penyakit rhesus. Pada 20% kelahiran, seorang ibu tidak
memiliki golongan darah ABO yang sesuai dengan janinnya. Ibu golongan darah A dan B
biasanya hanya mempunyai antibody ABO IgM. Mayoritas kasus HDN ( hemolytic disease
of the new born) ABO disebabkan oleh antibody IgG imun pada ibu golongan O. Walaupun
15% kehamilan pada orang kulit putih merupakan ibu bergolongan O dengan janin golongan
A atau B, sebagian ibu tidak menghasilkan IgG anti-A atau anti-B dan sangat sedikit bayi
dengan penyakit hemotolik yang cukup berat hingga memerlukan pengobatan. Tranfusi
tukar diperlukan pada hanya satu dari 3000 bayi. Ringannya HDN ABO dapat dijelaskan
sebagian oleh antigen A dan B yang belum sepenuhnya berkembang pada saat lahir dan
karena netralisasi sebagian antibody IgG ibu oleh antigen A dan B pada sel-sel lain, yang
terjadi dalam plasma dan cairan jaringan. Hemolisis dan anemia dapat berkembang selama
beberapa minggu pertama kehidupan dan hal ini membutuhkan tindak lanjut untuk
pemantauan anemia. 3
Diagnosis Kerja
12

Hiperbilirubinemia
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu
hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat normal.1
Ikterus (kulit berwarna kuning) terdapat pada kira-kira 50% dari semua bayi baru
lahir. Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi (kadar >1,0-1,5 mg/dl) terjadi pada hampir semua
bayi. Hiperbilirubinemia fisiologis dan patologis penting untuk dibedakan sehingga dapat
diberikan terapi yang tepat.3
Bilirubin terutama dihasilkan dari pemecahan produk hem sel darah merah. Bilirubin
bebas cepat berikatan dengan albumin dan dihantarkan ke hari, kemudian dikonjugasikan
dengan asam glukuronat membentuk produk yang dapat larut air untuk dikeluarkan ke dalam
empedu. Ketika berada dalam usus, bilirubin menjadi tak terkonjugasi dan dapat diserap
kembali melalui sistem portal, berubah menjadi urobilinogen dan diekskresikan melalui
ginjal atau dieksresikan dalam feses.3
Hiperbilirubinemia fisiologis dapat mencapai 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
(puncak rata-rata pada umur 3 hari) dan 14 mg/dl pada bayi kurang bulan dengan puncak
rata-rata pada umur lebih tua (5hari). Perhatikan bahwa kadar fisiologis tidak menyingkirkan
risiko adanya efek yang membahayakan (terutama pada bayi prematur). Peningkatan bilirubin
terkonjugasi (kadar>1,5-2 mg/dl) tidak pernah fisiologis.3
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:7
1. Timbul pada hari ke 2 dan ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 dan ke-6.
2. Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
4. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
13

5. Ikterus hilang pada 10 hari pertama


6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu
7. Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik.
Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus
kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis.
Karakteristik ikterus patologis sebagai berikut:7
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari ( pada bayi cukup bulan) dan lebih dari
14 hari pada bayi baru lahir BBLR.
3. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan (BBLR) dan
4.
5.
6.
7.

12,5 mg% pada bayi cukup bulan.


Bilirubin direk lebih dari 1mg%.
Masa gestasi <37 minggu
Peningkatan bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.
Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6PD, dan sepsis).

Daerah Tubuh
Muka
Dada/punggung
Perut dan paha
Tangan dan kaki
Telapak tangan/kaki

Kadar bilirubin mg/dl


4-8
5-12
8-16
11-18
>15
Tabel 3. Penilaian Klinis Ikterus

Etiologi
Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan angka kematian perinatal ialah
mencegah terjadinya prematuritas. Sampai sekarang pengetahuan mengenai etiologi
prematuritas belum cukup memuaskan faktor ibu penyakit yang berhubungan langsung
dengan ibu ( cth : toxo), lalu usia ibu saat hamil,serta keadaan sosial ekonomi ,dll. Faktor
janin kelainan kromosom, radiasi, kehamilan ganda, infeksi janin kronik, dll. Faktor plasenta
infark, plasenta lepas, tumor, dll. 1
14

Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah
kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun), pemeriksaan kehamilan yang tidak
teratur, golongan sosial-ekonomi rendah, keadaan gizi yang kurang, dan penyalahgunaan
obat. 1

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65%
mengalami ikterus. Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998
menemukan sekitar 75% bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama.
Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit
pendidikan. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus
pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan
kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan. RS Dr. Sardjito
melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5
mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL. Pemeriksaan dilakukan pada
hari 0, 3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari, didapatkan ikterus dan
hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan. Sedangkan pada bayi
kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95% dan 56% bayi.

Patofisiologi
Ikterus pada penderita, terjadi akibat penyumbatan aliran empedu dan kerusakan selsel parenkim. Peningkatan kadar bilirubin direk dan bilirubin indirek di dalam serum
ditemukan pada penderita. Penyumbatan aliran empedu di dalam hati akan mengakibatkan
tinja akholis. Pemulihan kembali aliran empedu dapat mengakibatkan pengeluaran kadar
bilirubin normal atau bertambah ke duodenum.
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85 sampai 90%) terjadi
dari penguaraian hemoglobin dan sebagian kecil (10 sampai 15%) dari senyawa lain seperti
15

mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang


telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel sel ini kemudian mengeluarkan besi dari heme
sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk
menghasilkan tetrapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air
( bilirubin tak terkonjugasi, indirek ). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma
terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh
dan melewati lobulus hati, hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan
larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam glukoronat.8
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke sistem
empedu untuk di eksresikan. Saat masuk ke dalam usus, bilirubin diuraikan oleh bakteri
kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan dieksresikan
melalui feses. Sebagian urobilinogen direabsorbsi dari usus melalui jalur enterohepatik, dan
darah porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini umumnya
dieksresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh
sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini dieksresikan sebagai senyawa larut air bersama
urin Pada dewasa normal, level serum bilirubin < 1 mg/dl. Ikterus akan muncul pada dewasa
bila level serum bilirubinnya > 2 mg/dl, dan pada bayi yang baru lahir akan muncul ikterus
bila kadarnya > 7 mg/dl Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin
yang melebihi kemampuan hati normal untuk mengeksresikannya, atau disebabkan oleh
kegagalan hati (karena rusak) untuk mengeksresikan bilirubin yang diproduksi dalam jumlah
normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan
hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam darah, dan jika
konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2 2,5 mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke
dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice.
Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan
Lahir Rendah, hipoksia,dan hipolikemia.8
Gejala Klinis
Ikterus dapat ditemukan pada saat lahir atau dapat timbul setiap saat selama periode
neonatal, tergantung pada keadaan yang bertanggung jawab. Intesitas ikterus tidak
mempunyai hubungan klinis, dengan derajat hiperbilirubinemia,terutama pada bayi yang
sedang mendapatkan fototerapi. Oleh karena itu penentuan bilirubin harus dilakukan pada
semua bayi yang ikterus. Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin tidak langsung dalam
16

kulit mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga;


sedangkanikterus obstruksi (bilirubin langsung) memperlihatkan warna kuning kehijauhijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat.
Ciri-ciri bayi kuning yang patut diwaspadai yaitu terlihat kuning pada bagian putih
bola mata si bayi. Bila kulitnya ditekan beberapa detik akan terlihat warna kekuningkuningan. Tidak aktif, cenderung lebih banyak tidur, suhu tubuh tidak stabil (naik-turun), dan
malas menyusu.
Urin berwarna gelap (coklat tua seperti air teh). Bila kuning timbul dan terlihat dalam
waktu kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Tubuh menguning berkepanjangan lebih dari satu
minggu. Fesesnya tidak kuning, melainkan pucat (putih kecoklatan seperti dempul).

Penatalaksanaan
Pada periode neonatus, kadar bilirubin tidak terkonjugasi yang tinggi dapat bersifat
neurotoksik. Periode ini merupakan waktu selama otak memiliki resiko terhadap timbulnya
ensefalopati bilirubin dan kernikterus. Untuk alasan ini, dengan adanya hiperbilirubinemia
patologis, setiap usaha harus dilakukan untuk mencegah komplikasi yang mungkin dapat
terjadi.Jika penyebab patologik ikterus telah disingkirkan dengan anamnesis dan temuan
laboratorium yang sesuai, ikterus fisiologis biasanya tidak memerlukan pengobatan. Dahulu,
kadar bilirubin 20 mg/dl di anggap berbahaya. Banyak ahli menganggap bahwa kadar
bilirubin sebesar 20 mg/dl tanpa adanya hemolysis tidak berbahaya. Hampir tidak ada kasus
yang kadar bilirubinnya mencapai 25 mg/dl sehingga ikterus akan sembuh tanpa pengobatan.
Bila tidak diberikan terapi aktif, maka pola makan, aktivitas, dan kadar bilirubin harus
dipantau secara ketat. Penanganan hiperbilirubinemia bergantung pada penyebab dan
beratnya gejala serta derajat anemia yang menyertainya. Strategi yang diterapkan berupa
konversi bilirubin tidak terkonjugasi menjadi produk yang tidak berbahaya (fototerapi),
pengeluaran sumber bilirubin yang potensial (transfusi darah tukar), inhibisi produksi
bilirubin (melalui inhibitor heme oksigenase), dan mencegah beban bilirubin tambahan yang
berasal dari sirkulasi enterohepatik.
Tabel 4. Pedoman Terapi6
Bilirubin (mg)
<24 jam
<5
5-9
Terapi sinar bila

24-48 jam
49-72 jam
>72 jam
Pemberian makanan yang dini
Fenobarbital + kalori cukup
17

10-14
15-19
>20

hemolisis
Transfusi tukar
bila hemolisis
Transfusi tukar

Terapi sinar
Transfusi tukar
Terapi sinar
bila hemolisis
Transfusi tukar

Pantau kadar bilirubin, hemoglobin, hematokrit sebelum dan sesudah transfusi tukar tiap
4-6 jam selama 24 jam pascatransfusi tukar, memantau tekanan darah, nadi, dan
temperatur, mempertahankan sistem kardiovaskular dan pernapasan, mengkaji kulit pada
abdomen, ketegangan, muntah, dan sianosis, mempertahankan kalori, kebutuhan cairan
sampai dengan pascatransfusi tukar, serta pemberian albumin atau pemberian plasma
dengan dosis 15-20 ml/kgBB. Albumin biasanya diberikan sebelum transfusi tukar karena
albumin dapat mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskular ke vaskular, sehingga

bilirubin yang diikat lebih mudah keluar dengan transfusi tukar.


Fototerapi6
Merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar yang menggunakan lampu.
Lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk menghindari turunnya
energi yang dihasilkan oleh lampu. Setelah mengabsorpsi sinar dengan panjang
gelombang 425-475 nm, bilirubin tidak terkonjugasi akan berkonversi menjadi
fotoproduk polar yang siap diekskresi melalui empedu dan urin, tanpa melalui sistem
konjugasi di hati. Fototerapi merupakan cara yang lebih efektif untuk mengurangi kadar
bilirubin dalam jangka waktu yang lama dibandingkan dengan transfusi darah tukar. Efek
samping fototerapi adalah sebagai berikut :
- Peningkatan insensible water loss. Energi cahaya fototerapi dapat meningkatkan suhu
lingkungan dan menyebabkan peningkatan penguapan melalui kulit, terutama bayi
prematur atau berat lahir sangat rendah. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan
-

pemberian cairan tambahan


Frekuensi defekasi akan meningkat. Meningkatnya bilirubin indirek pada usus akan
meningkatkan pembentukan enzim laktase yang dapat meningkatkan kerja peristaltik
usus yang akhirnya akan menimbulkan diare. Pemberian susu dengan kadar laktosa

rendah akan mengurangi timbulnya diare.


Timbul kelainan kulit flea bite rash di daerah muka, badan dan ekstremitas,
kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. Penting untuk memastikan
bahwa kadar bilirubin terkonjugasi tidak meningkat, karena dilaporkan pada beberapa
bayi terjadi bronze baby syndromeyaitu kulit akan berwarna seperti perunggu jika

18

kadar bilirubin terkonjugasi meningkat. Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu
mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna kulit ini bersifat
-

sementara dan tidak mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi.


Peningkatan suhu pada beberapa neonatus yang mendapat terapi sinar disebabkan
oleh suhu lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan suhu tubuh bayi.
Pada bayi prematur fungsi thermostat yang belum matang. Pada keadaan ini fototerapi
dapat dilanjutkan dengan mematikan sebagian lampu yang digunakan dan dilakukan

pemantauan suhu tubuh neonatus dengan jangka waktu (interval) yang lebih singkat.
Fotosensitisasi, panas yang berlebihan, hiperpigmentasi, kemungkinan cedera retina,
dan obstruksi hidung akibat adanya penutup mata yang bergeser. Efek samping lain
adalah defisiensi riboflavin, hipokalsemia, penurunan kadar triptofan, dan
kemungkinan genotoksisitas. Penutup mata digunakan untuk mencegah terjadinya

kerusakan retina.
Setelah penghentian fototerapi kadar bilirubin akan kembali meningkat sebesar 1-3

mg/dl (17-51 mol/dl).


Transfusi tukar6
Merupakan cara yang dilakukan dengan tujuan mencegah peningkatan kadar bilirubin
dalam darah/menurunkan kadar bilirubin indirek, mengganti eritrosit yang dapat di
hemolisis, membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis, mengoreksi anemia.
Transfusi darah tukar dilakukan apabila fototerapi tidak dapat mengendalikan kadar
bilirubin. Selain itu, pemberian transfusi tukar dilakukan apabila kadar bilirubin indirek
20 mg%, kenaikan kadar bilirubin cepat yaitu 0,3-1 mg/jam, anemia berat dengan gejala
gagal jantung dan kadar hemoglobin tali pusat 14 mg%, serta uji Coombs direk positif.
Pada uji coba klinis, penggunaan arang dan agar, agen yang mengganggu sirkulasi
enterohepatik, terbukti cukup bermanfaat. Beberapa pesaing heme, meliputi mesoporfirin
timah, protoporfirin timah, porfirin seng, dan protoporfirin kobalt, telah digunakan dan
menunjukkan keberhasilan.
a Perawatan setelah Transfusi
Dapat meliputi perawatan daerah yang dilakukan pemasangan kateter transfuse
dengan melakukan kompres NaCl fisiologis kemudian ditutup dengan kasa steril dan
difiksasi, lakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan bilirubin setiap 12 jam dan
pantau TTV.
- Mempertahankan intake cairan dengan menyediakan cairan per oral atau cairan
parenteral (melalui intravena), memantau output di antaranya jumlah dan warna
-

urin serta feses, mengkaji membrane mukosa dan fontanela.


Menutup mata dengan kain yang tidak tembus cahaya, mengatur posisi setiap 6
jam, memantau kondisi kulit, menjaga integritas kulit selama terapi dengan
19

mengeringkan daerah yang basah untuk mengurangi iritasi serta mempertahankan


-

kebersihan kulit
Mencegah peningkatan kadar bilirubin dengan cara : meningkatkan kerja enzim
dengan pemberian fenobarbital 1-2 mg/kgBB, mengubah bilirubin yang tidak larut
dalam air menjadi larut dalam air dengan melakukan fototerapi atau dengan cara
pembuangan kadar bilirubin darah dengan transfusi tukar.

Komplikasi
Komplikasi terberat ikterus pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin, atau
kernikterus. Kernikterus terjadi pada keadaan hiperbilirubinemia indirek yang sangat tinggi,
cedera sawar darah-otak, dan adanya molekul yang berkompetisi dengan bilirubin untuk
mengikat albumin. Adanya keadaan berikut ini, seperti hipoksemia, hiperkarbia, hipotermia,
hipoglikemia, hipoalbuminemia, dan hiperosmolalitas, dapat menurunkan ambang toksisitas
bilirubin dengan cara membuka sawar darah otak. Pada bayi cukup bulan tanpa hemolisis,
kernikterus jarang dijumpai pada kadar hemoglobin kurang dari 25 mg/dl (428 mol/l).
Semakin rendah berat lahir bayi, semakin rendah kadar toksik.
Pada bayi cukup bulan, ensefalopati bilirubin biasanya bermanifestasi pada hari ke-2
dan ke-5. Gambaran klinis ensefalopati bilirubin tidak dapat dibedakan dari sepsis, asfiksia,
perdarahan intraventrikular, dan hipoglikemia. Gejala ensefalopati bilirubin meliputi letargi,
tidak mau makan, dan refleks Moro yang lemah. Pada akhir minggu pertama kehidupan, bayi
menjadi demam dan hipertonik disertai tangisan bernada tinggi (high-pitched cry). Refleks
tendon dan respirasi menjadi terdepresi. Bayi akan mengalami opistotonus disertai
penonjolan dahi ke anterior. Dapat mulai terjadi kejang tonik-klonik umum. Jika bayi dapat
bertahan hidup, gambaran-gambaran klinis ini akan menghilang dalam usia dua bulan,
kecuali sisa kekakuan otot, opistotonus, gerakan irregular, dan kejang. Pada akhirnya anak
tersebut mengalami koreoatetosis, tuli sensorineural, strabismus, kelainan pandangan ke atas,
dan disartria.6
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan atau preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

20

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,


tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
Prognosis
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila berat badan makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, pendarahan intra kranial,
hipoglikemia. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang
tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan posnatal. Pengaturan suhu
lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi pernapasan, asfiksia,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia.
Kesimpulan
Pemeriksaan prenatal pada ibu hamil sangat penting dilakukan untuk memantau
kesehatan ibu dan janin, agar dapat menghindarkan dari beberapa komplikasi / penyakit yang
tidak diingkan pada bayi maupun ibu. Pada bayi prematur dengan berat badan sesuai masa
kehamilan, berat badan lahir rendah, akan dapat tumbuh baik bila disertai dengan pola asuh
dan pemberian nutrisi secara tepat.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka
diagnosis kerja dapat ditegakkan bahwa bayi tersebut merupakan Neonatus Kurang Bulan
Sesuai Masa Kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah dengan Hiperbilirubinemia.
Penatalaksanaan yang cepat dapat memberikan prognosis yang baik.

Daftar Pustaka
1

Gleadle J. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga;

2005.h. 35.
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, dkk. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan

Penerbit IDAI; 2010.h. 11-185.


Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC; 2008.h. 248-69.
21

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams

Obstetrics. Edisi ke-23. Vol ke-1. Jakarta: EGC; 2013.h. 620.


Behrman RE, Kliegman RM. Esensi pediatri nelson. Edisi ke-4. Jakarta: EGC;

6
7

2010.h. 212-29.
Scwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2005.h. 382-3, 483-4.
Hull D, Johnston D. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008.h. 61-4,

168-70.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-22.
Jakarta: EGC; 2001.h. 393-9.

22

You might also like