Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Periode neonatal atau bayi baru lahir didefinisikan (misal, untuk data kematian)
sebagai 28 hari pertama kehidupan. Jadi, neonatal merupakan bagian dari interval bayi yang
dimulai dari lahir sampai tahun pertama kehidupan. Namun, angka kematian selama periode
neonatal yang membahagiakan ini jauh lebih besar dibanding periode kehidupan berikutnya
hingga dekade ke delapan.
Tentu saja, keadaan bayi pada waktu lahir dipengaruhi oleh keadaan bayi swwaktu
dalam rahim, terutama selama persalinan dan pelahiran yang penuh dengan tekanan. Keadaan
pada saat lahir bervariasi dari bayi normal yang menangis dan aktif sampai bayi yang sama
sekali tidak memberi respon dan mungkin meninggal jika tidak segera diberikan resusitasi.
Karena itu, penyedia layanan kebidanan dan perawatan bayi baru lahir harus siap (dengan
tenaga terlatih, perlengkapan yang sesuai dan obat-obatan yang diperlukan) untuk
memberikan pertolongan darurat dan perawatan secara menyeluruh untuk bayi baru lahir.
Terkait dengan hal tersebut, makalah ini akan membahas dan memberikan pengertian tentang
sejumlah bahan maupun bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam dari kasus yang
diberikan yaitu Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah
dengan Hiperbilirubinemia.
Pembahasan
Kasus
Bayi berusia 34 minggu gestasi lahir spontan pervaginam dengan berat 2000 gram dan
ketuban sedikit keruh. Bayi menangis kuat, aktif, denyut jantung 140x/ menit, (+) reflex
bersin dengan ekstremitas sedikit biru. Setelah 48 jam dirawat gabung dengan ibunya, bayi
tampak kuning dari kepala hingga dada, namun kuat menyusu dan aktif.
Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat
penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Sistematika yang lazim dalam anamnesis, yaitu identitas, riwayat penyakit, dan
riwayat perjalanan penyakit. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (autoanamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan
pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai. Penanganan dari pasien ini harus dimulai
dengan riwayat secara menyeluruh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
melakukan diagnosis. Secara umum anamnesis pada pasien hamil sama dengan anamnesa
lain pada ilmu kedokteran. Pertama kali tanyakan identitas pasien, nama pasien, usia, alamat ,
agama, pendidikan terakhir.
Keluhan utama, sejak kapan. Bayi sudah diberi ASI atau belum?Apakah sebelumnya
mendapat transfusi darah? Untuk pasien hamil kita tanyakan tentang haid; kapan hari pertama
haid terakhir, menarche umur berapa, berapa lama, interval, leukorea, nyeri haid. Kita bisa
menanyakan tanda-tanda , gejala dan masalah saat ini. Kemudian kita tanyakan tentang
kehamilan: sudah berapa kali hamil, adakah komplikasi pada kehamilan terdahulu, apakah
pernah keguguran, berapa kali, umur kehamilan (Graviditas, Paritas, Abortus).1 Untuk
melengkapinya tanyakan juga mengenai kontrasepsi seperti metode, lama, penerimaan atau
alasan penghentian. Tanyakan mengenai infeksi, demam, pengobatan, trauma, kemungkinan
paparan dengan zat-zat fetotoksik, terutama yang terjadi selama kehamilan.
berwarna merah muda dan berbentuk melengkung, merasakan bagian dalam mulut anak
dengan satu jari, mulut anak harus lembap dan hangat, serta meraba atap mulut untuk
3
memeriksa palatum mole dan palatum durum, melihat warna membran mukosa yaitu merah
muda. Jantung auskultasi. Denyut jantung normal 110-160 kali/menit namun dapat menurun
sampai 80 kali/menit selama tidur. Murmur jantung. Punggung & Tulang belakang periksa
dari atas sampai bawah. Tonus otot amati pergerakan keempat ekstremitas. Rasakan ketika
menggendong (jaga kepala ketika mengangkat bayi). Pada posisi telungkup, bayi aterm
(cukup bulan) akan mengangkat kepalanya ke posisi horizontal. Fontanel
terasanormal.
Pernapasan dan pergerakan amati adanya gawat napas. Peningkatan laju dinding dada
pernapasan,napas cuping hidung, grunting (napas berbunyi), retraksi dada (sternal dan
interkostal).
Kulit dilihat warna kulit, perfusi, tekstur, tonus dan turgor kulit dan kemunculan tanda
lahir. Genitalia periksa testis di dalam skrotum dan penis normal pada bayi laki-laki serta
anatomi normal pada bayi perempuan. Anus harus berada di garis tengah. Pastikan keluarnya
mekonium untuk menyingkirkan dugaan diagnosis anomali anorektal. Pemeriksaan dengan
jari tidak boleh dilakukan secara rutin pada bayi baru lahir. Kaki pastikan terdapat dua
tungkai yang bergerak bebas. Pada tiap tungkai, rasakan femur, lutut, dan sendi engsel;
ekstremitas bawah dan tibia serta fibula ke
dan kaki. Periksa kelima jari kaki apakah bantalan kuku utuh.
Refleks uji refleks bertujuan memastikan bahwa perkembangan neurologi berjalan
normal atau guna mengidentifikasi setiap masalah. Refleks moro biasanya diperiksa terakhir.
Refleks ini dicetuskan dengan mengangkat bayi ke depan hingga dagunya menempeldi dada.
Dengan satu tangan menopang kepala bayi, biarkan kepala bayi jatuh ke belakang di atas
tangan kedua. Ketika bayi jatuh ke belakang, reaksi yang normalnya mereka buat adalah
melambai-lambaikan lengan ke arah luar lalu membawanya ke depan menuju garis tengah.
Selain menilai tonus bayi dan kemampuannya menyokong kepala, refleks menggenggam
dapat dinilai pula dari pemeriksaan ini.
Antropometri
1. Lingkar Kepala2
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,
biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran
kepala. Contohnya hidrosefalus dan mikrosefalus. Lingkar kepala dihubungkan denganukuran
otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi
besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun
4
ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan
gizi.Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan menentukan KEP pada
anak. Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan daam pengukuran umur. Lingkar
kepala bayi baru lahir normalnya 31-36 cm.
2. Lingkar Dada2
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat
sampai anak berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai
indikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini
lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada. Pada anak yang KEP terjadi
pertumbuhan lingkar dada yang lambat rasio lingkar dada dan kepala < 1. Ada juga yang
menyatakan bahwa lingkar dada normal pada bayi baru lahir adalah 30-33cm.
3. Panjang Badan2
Untuk anak usia < 2 tahun, pemeriksaan panjang badan dilakukan dengan bayi/anak
terlentang di atas papn ukuran, tanpa sepatu, atau topi. Diusahakan agar tubuh bayi lurus.
Panjang badan diukur dengan meletakkan verteks bayi pada kayu yang tetap, sedangkan kayu
yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi. Pengukuran langsung dengan tali pengukur tidak
akurat hasilnya, kecuali ada asistent yang memegang kaki bayi agar tidak bergerak dengan
panggul dan lutut lurus. Berkurangnya kurva pertumbuhan badan memperlihatkan adanya
kondisi kronik dan kelainan endokrin. Membandingkan kurva ini dengan srandard normal
adalah sangat penting. Panjang badan normal bayi baru lahir adalah 44-53 cm.
Nilai Apgar
Penilaian yang cepat merupakan keharusan dalam beberapa detik pertama setelah
lahir ketika tali pusat diklem. Tonus otot dan aktivitas dapat dinilai bahkan sebelum pelahiran
tubuh secara lengkap. Sebagian besar bayi berwarna kebiruan pada saat lahir, tetapi cepat
berubah menjadi merah muda dengan adanya pernapasa efektif untuk oksigenasi ujung-ujung
ekstremitas. Palpasi pulsasi tali pusat atau auskultasi dada selama 15 detik akan memberikan
data denyut jantung sementara.3
Parameter-parameter ini dikombinasikan untuk penilaian skrining terhadapr
kemampuan penyesuaian segera bayi baru lahir, dikenal sebagai nilai apgar, yang dicatat 1
dan 5 menit setelah lahir. Sistem skoring ini menggunakan angka antara 0 dan 2 untuk setiap
5
kategori dari 5 kategori yang ada, meliputi warna, tonus, upaya bernapas, aktivitas refleks
dan denyut jantung. Nilai Apgar terbaik mungkin adalah 10; nilai terendah adalah 0. 3
Hasil interpretasi nilai ini sering menuntun tindakan segera: > 7 dianggap normal, 4-6
membahayakan dan 0-3 merupakan kedaruratan medis. Nilai ini dapat dicatat setiap 5 menit
sampai mencapai nilai 7 atau lebih. Karena itu nilai Apgar yang dicatat sebagai 1, 3, 5, 8
diinterpretasikan sebagai 1 pada saat 1 menit, 3 pada saat 5 menit, 5 pada saat 10 menit dan 8
pada saat 15 menit. 3
Nilai Apgar bukan merupakan tolak ukur yang baik untuk asfiksia atau untuk hasil
jangka panjang. Terlebih lagi, kelompok neonatus tertentu tidak akan memberi nilai yang
baik, seperti bayi kurang bulan (karena neonatus belum mengalami perkembangan
neuromuskular yang memadai), janin yang mendapat narkotika dan janin yang mengalami
trauma. Berbagai masalah yang mempengaruhi janin termasuk anastesi umum pada ibu yang
cukup untuk menganastesikan janin. Bayi baru lahir yang mendapat narkotika mungkin tidka
mempunyai tonus, tidak ada upaya bernapas, tidak ada aktivitas refleks dan berwarna biru.
Namun, bayi tersebut mungkin mempunyai denyut jantung yang baik dengan nilai Apgar 2
dan pH tali pusat normal serta tidak ada asfiksia. Tentu saja, asfiksia akan segera terjadi jika
bantuan pernapasan tidak diberikan sampai tercapai pemulihan hingga dapat bernapas
spontan.3
Ballard Score
Untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan
fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal,
scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo,
permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia.
1. Penilaian maturitas neuromuskular
a. Postur: tonus otot tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur
janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana
ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan
hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan
pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku,
lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan
perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi
ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang
pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan
manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan ekstensi atau sebaliknya.
Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi
panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
b. Square window: fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap
peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan.
Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan
jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi
dari preterm hingga poster diperkirakan berturut-turut > 900, 900, 600, 450, 300 ,dan
0
c. Arm recoil: fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut mundur
singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Bayi terlentang, pegang kedua
tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu
rentangkan kedua lengan dan lepaskan.
d. Popliteal angle: pematangan tonus fleksor pasif sendi lutu dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring terlentang,
dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk
penuh. Setelah bayi rileks, pegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu
tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan lain.
e. Scarf sign: menguji tonus pasif fleksor gelang bahu.
f. Heel to ear: tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan
fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.
Klasifikasi Lubchenco
Lubchenco mengatakan bahwa pertumbuhan janin itu normal kalau berat badannya
terletak antara persentil ke-10 dan persentil ke 90. Bila terletak di bawah persentil ke-10
disebut kecil untuk masa kehamilan (KMK), sedangkan bila terletak di atas persentil ke-90
disebut besar untuk masa kehamilan (BMK). Bila berat badan lahir bayi terietak di antara
persentil ke-10 dan persentil ke-90 disebut sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau bayi
normal.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk menyingkirkan different diagnosis yang ada:1
Bilirubin indirect dan direct, bayi baru lahir pada minggu pertama >2mg/dL dan
mengalami peningkatan setelah mendapat ASI (7-14mg/dL),tetapi untuk bayi kurang
bulan yang mendapat susu formula,akan mengalami kenaikan yang lebih tinggi dan
lebih lama
Darah lengkap, terutama yang diperiksa leukosit,untuk mengetahui apakah anak
Diagnosis
Diagnosis bisa ditegakan dengan melihat grafik LubChenco dan melihat keadaan anak
dengan apgar score dan ballard score. Berdasarkan skenario diatas dapat ditarik working
diagnosis yaitu Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah
dengan Hiperbilirubinemia. Diagnosis banding adalah sepsis dan inkompatibilitas abo.
Klasifikasi BBL menurut ukuran
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang berat badannya kurang dari 2500g,
tanpa memerhatikan usia gestasi
2. Bayi berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER): bayi yang berat badannya kurang
dari 1000g
3. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR): bayi yang berat badannya kurang dari
1500g
Klasifikasi BBL menurut usia gestasi
1. Bayi prematur (preterm): bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37 minggu, tanpa
memperhitungkan berat badan lahir.
2. Bayi cukup bulan (full-term): bayi yang lahir antara permulaan usia gestasi 38 minggu
dari sampai akhir 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir
3. Bayi postmatur (post-term): bayi yang lahir setelah usia gestasi 42 minggu, tanpa
memperhatikan berat badan lahir
10
Inkompatibilitas ABO
Pada inkompatibilitas ABO semua proses pengolahan bilirubin normal, tetapi terjadi
permasalahan pada eritrosit, dimana eritrosit mengalami lisis akibat perbedaan golongan
darah dengan sang ibu. Inkompatibilitas abo lebih sering terjadi dan menimbulkan gambaran
klinis yang serupa namun biasanya lebih ringan. IgG antihemolisin maternal melewati
plasenta dan menyebabkan hemolisis pada bayi. Ibu biasanya mempunyai golongan darah O
dan bayi bergolongan darah A atau B. Kadar hemolisin anti-A dan anti-B alamiah akan
meningkat tajam, tetapi akan kembali normal setelah kehamilan. Risiko kehamilan berikutnya
tidak meningkat, berbeda dengan penyakit rhesus. Pada 20% kelahiran, seorang ibu tidak
memiliki golongan darah ABO yang sesuai dengan janinnya. Ibu golongan darah A dan B
biasanya hanya mempunyai antibody ABO IgM. Mayoritas kasus HDN ( hemolytic disease
of the new born) ABO disebabkan oleh antibody IgG imun pada ibu golongan O. Walaupun
15% kehamilan pada orang kulit putih merupakan ibu bergolongan O dengan janin golongan
A atau B, sebagian ibu tidak menghasilkan IgG anti-A atau anti-B dan sangat sedikit bayi
dengan penyakit hemotolik yang cukup berat hingga memerlukan pengobatan. Tranfusi
tukar diperlukan pada hanya satu dari 3000 bayi. Ringannya HDN ABO dapat dijelaskan
sebagian oleh antigen A dan B yang belum sepenuhnya berkembang pada saat lahir dan
karena netralisasi sebagian antibody IgG ibu oleh antigen A dan B pada sel-sel lain, yang
terjadi dalam plasma dan cairan jaringan. Hemolisis dan anemia dapat berkembang selama
beberapa minggu pertama kehidupan dan hal ini membutuhkan tindak lanjut untuk
pemantauan anemia. 3
Diagnosis Kerja
12
Hiperbilirubinemia
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu
hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat normal.1
Ikterus (kulit berwarna kuning) terdapat pada kira-kira 50% dari semua bayi baru
lahir. Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi (kadar >1,0-1,5 mg/dl) terjadi pada hampir semua
bayi. Hiperbilirubinemia fisiologis dan patologis penting untuk dibedakan sehingga dapat
diberikan terapi yang tepat.3
Bilirubin terutama dihasilkan dari pemecahan produk hem sel darah merah. Bilirubin
bebas cepat berikatan dengan albumin dan dihantarkan ke hari, kemudian dikonjugasikan
dengan asam glukuronat membentuk produk yang dapat larut air untuk dikeluarkan ke dalam
empedu. Ketika berada dalam usus, bilirubin menjadi tak terkonjugasi dan dapat diserap
kembali melalui sistem portal, berubah menjadi urobilinogen dan diekskresikan melalui
ginjal atau dieksresikan dalam feses.3
Hiperbilirubinemia fisiologis dapat mencapai 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
(puncak rata-rata pada umur 3 hari) dan 14 mg/dl pada bayi kurang bulan dengan puncak
rata-rata pada umur lebih tua (5hari). Perhatikan bahwa kadar fisiologis tidak menyingkirkan
risiko adanya efek yang membahayakan (terutama pada bayi prematur). Peningkatan bilirubin
terkonjugasi (kadar>1,5-2 mg/dl) tidak pernah fisiologis.3
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut:7
1. Timbul pada hari ke 2 dan ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 dan ke-6.
2. Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
4. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
13
Daerah Tubuh
Muka
Dada/punggung
Perut dan paha
Tangan dan kaki
Telapak tangan/kaki
Etiologi
Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan angka kematian perinatal ialah
mencegah terjadinya prematuritas. Sampai sekarang pengetahuan mengenai etiologi
prematuritas belum cukup memuaskan faktor ibu penyakit yang berhubungan langsung
dengan ibu ( cth : toxo), lalu usia ibu saat hamil,serta keadaan sosial ekonomi ,dll. Faktor
janin kelainan kromosom, radiasi, kehamilan ganda, infeksi janin kronik, dll. Faktor plasenta
infark, plasenta lepas, tumor, dll. 1
14
Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah
kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun), pemeriksaan kehamilan yang tidak
teratur, golongan sosial-ekonomi rendah, keadaan gizi yang kurang, dan penyalahgunaan
obat. 1
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65%
mengalami ikterus. Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998
menemukan sekitar 75% bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama.
Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit
pendidikan. Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003, menemukan prevalensi ikterus
pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan
kadar bilirubin di atas 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan. RS Dr. Sardjito
melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5
mg/dL dan 23,8% memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL. Pemeriksaan dilakukan pada
hari 0, 3 dan 5. Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari, didapatkan ikterus dan
hiperbilirubinemia terjadi pada 82% dan 18,6% bayi cukup bulan. Sedangkan pada bayi
kurang bulan, dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95% dan 56% bayi.
Patofisiologi
Ikterus pada penderita, terjadi akibat penyumbatan aliran empedu dan kerusakan selsel parenkim. Peningkatan kadar bilirubin direk dan bilirubin indirek di dalam serum
ditemukan pada penderita. Penyumbatan aliran empedu di dalam hati akan mengakibatkan
tinja akholis. Pemulihan kembali aliran empedu dapat mengakibatkan pengeluaran kadar
bilirubin normal atau bertambah ke duodenum.
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85 sampai 90%) terjadi
dari penguaraian hemoglobin dan sebagian kecil (10 sampai 15%) dari senyawa lain seperti
15
Penatalaksanaan
Pada periode neonatus, kadar bilirubin tidak terkonjugasi yang tinggi dapat bersifat
neurotoksik. Periode ini merupakan waktu selama otak memiliki resiko terhadap timbulnya
ensefalopati bilirubin dan kernikterus. Untuk alasan ini, dengan adanya hiperbilirubinemia
patologis, setiap usaha harus dilakukan untuk mencegah komplikasi yang mungkin dapat
terjadi.Jika penyebab patologik ikterus telah disingkirkan dengan anamnesis dan temuan
laboratorium yang sesuai, ikterus fisiologis biasanya tidak memerlukan pengobatan. Dahulu,
kadar bilirubin 20 mg/dl di anggap berbahaya. Banyak ahli menganggap bahwa kadar
bilirubin sebesar 20 mg/dl tanpa adanya hemolysis tidak berbahaya. Hampir tidak ada kasus
yang kadar bilirubinnya mencapai 25 mg/dl sehingga ikterus akan sembuh tanpa pengobatan.
Bila tidak diberikan terapi aktif, maka pola makan, aktivitas, dan kadar bilirubin harus
dipantau secara ketat. Penanganan hiperbilirubinemia bergantung pada penyebab dan
beratnya gejala serta derajat anemia yang menyertainya. Strategi yang diterapkan berupa
konversi bilirubin tidak terkonjugasi menjadi produk yang tidak berbahaya (fototerapi),
pengeluaran sumber bilirubin yang potensial (transfusi darah tukar), inhibisi produksi
bilirubin (melalui inhibitor heme oksigenase), dan mencegah beban bilirubin tambahan yang
berasal dari sirkulasi enterohepatik.
Tabel 4. Pedoman Terapi6
Bilirubin (mg)
<24 jam
<5
5-9
Terapi sinar bila
24-48 jam
49-72 jam
>72 jam
Pemberian makanan yang dini
Fenobarbital + kalori cukup
17
10-14
15-19
>20
hemolisis
Transfusi tukar
bila hemolisis
Transfusi tukar
Terapi sinar
Transfusi tukar
Terapi sinar
bila hemolisis
Transfusi tukar
Pantau kadar bilirubin, hemoglobin, hematokrit sebelum dan sesudah transfusi tukar tiap
4-6 jam selama 24 jam pascatransfusi tukar, memantau tekanan darah, nadi, dan
temperatur, mempertahankan sistem kardiovaskular dan pernapasan, mengkaji kulit pada
abdomen, ketegangan, muntah, dan sianosis, mempertahankan kalori, kebutuhan cairan
sampai dengan pascatransfusi tukar, serta pemberian albumin atau pemberian plasma
dengan dosis 15-20 ml/kgBB. Albumin biasanya diberikan sebelum transfusi tukar karena
albumin dapat mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskular ke vaskular, sehingga
18
kadar bilirubin terkonjugasi meningkat. Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu
mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna kulit ini bersifat
-
pemantauan suhu tubuh neonatus dengan jangka waktu (interval) yang lebih singkat.
Fotosensitisasi, panas yang berlebihan, hiperpigmentasi, kemungkinan cedera retina,
dan obstruksi hidung akibat adanya penutup mata yang bergeser. Efek samping lain
adalah defisiensi riboflavin, hipokalsemia, penurunan kadar triptofan, dan
kemungkinan genotoksisitas. Penutup mata digunakan untuk mencegah terjadinya
kerusakan retina.
Setelah penghentian fototerapi kadar bilirubin akan kembali meningkat sebesar 1-3
kebersihan kulit
Mencegah peningkatan kadar bilirubin dengan cara : meningkatkan kerja enzim
dengan pemberian fenobarbital 1-2 mg/kgBB, mengubah bilirubin yang tidak larut
dalam air menjadi larut dalam air dengan melakukan fototerapi atau dengan cara
pembuangan kadar bilirubin darah dengan transfusi tukar.
Komplikasi
Komplikasi terberat ikterus pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin, atau
kernikterus. Kernikterus terjadi pada keadaan hiperbilirubinemia indirek yang sangat tinggi,
cedera sawar darah-otak, dan adanya molekul yang berkompetisi dengan bilirubin untuk
mengikat albumin. Adanya keadaan berikut ini, seperti hipoksemia, hiperkarbia, hipotermia,
hipoglikemia, hipoalbuminemia, dan hiperosmolalitas, dapat menurunkan ambang toksisitas
bilirubin dengan cara membuka sawar darah otak. Pada bayi cukup bulan tanpa hemolisis,
kernikterus jarang dijumpai pada kadar hemoglobin kurang dari 25 mg/dl (428 mol/l).
Semakin rendah berat lahir bayi, semakin rendah kadar toksik.
Pada bayi cukup bulan, ensefalopati bilirubin biasanya bermanifestasi pada hari ke-2
dan ke-5. Gambaran klinis ensefalopati bilirubin tidak dapat dibedakan dari sepsis, asfiksia,
perdarahan intraventrikular, dan hipoglikemia. Gejala ensefalopati bilirubin meliputi letargi,
tidak mau makan, dan refleks Moro yang lemah. Pada akhir minggu pertama kehidupan, bayi
menjadi demam dan hipertonik disertai tangisan bernada tinggi (high-pitched cry). Refleks
tendon dan respirasi menjadi terdepresi. Bayi akan mengalami opistotonus disertai
penonjolan dahi ke anterior. Dapat mulai terjadi kejang tonik-klonik umum. Jika bayi dapat
bertahan hidup, gambaran-gambaran klinis ini akan menghilang dalam usia dua bulan,
kecuali sisa kekakuan otot, opistotonus, gerakan irregular, dan kejang. Pada akhirnya anak
tersebut mengalami koreoatetosis, tuli sensorineural, strabismus, kelainan pandangan ke atas,
dan disartria.6
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan atau preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
20
Daftar Pustaka
1
2005.h. 35.
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, dkk. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
6
7
2010.h. 212-29.
Scwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2005.h. 382-3, 483-4.
Hull D, Johnston D. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008.h. 61-4,
168-70.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-22.
Jakarta: EGC; 2001.h. 393-9.
22