Professional Documents
Culture Documents
A. Konsep Dasar
I.
II.
Untuk menentukan jenis kelamin seseorang anak diperlu kan minimal 7 sifat, yaitu
5 sifat organik dan 2 sifat psikologis.
Ketujuh sifat itu ialah :
1) Susunan Kromosom
Susunan kromosom disebut juga kelamin genetik (=genetic sex). Manusia memiliki
23 pasangan kromosom, 22 di antaranya hampir serupa, dan yang ke-23 adalah
yang menentukan perbedaan jenis kelamin. Pada perempuan kromosom itu ialah
XX, sedangkan pada lelaki ialah XY.
2) Jenis Gonad (= gonadal sex)
Lelaki mempunyai testes, dan perempuan mempunyai ovarium.
3) Morfologi Genitalia Eksterna
Genitalia eksterna pada lelaki adalah skrotum, penis dan glans penis. Sedangkan
genitalia eksterna pada perempuan adalah labia mayora, labia minora dan klitoris.
4) Morfologi Genitalia Interna
Genitalia interna pada lelaki yaitu vasa deferens, vesikula seminalis, dan
epididimus. Sedangkan genitalia interna pada perempuan yaitu tuba falloppii,
uterus, dan sepertiga bagian atas vagina.
5) Hormon seks
Merupakan faktor endokrin yang berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta berpengaruh terhadap morfologi genitalia dan tanda
seks sekunder.
6) Pengasuhan (the sex of rearing)
Cara anak dibesarkan oleh orangtuanya akan menentukan penampilan dalam
kehidupan kelak. Ini merupakan faktor psikologis. Bila seseorang sejak lahir
dibesarkan sebagai perempuan maka perilakunya akan seperti perempuan. Inilah
yang dilihat oleh masyarakat.
7) Peranan dan orientasi (gender role and orientation)
Yang dimaksudkan di sini ialah apa yang dinyatakan oleh seseorang untuk
mewujudkan dirinya sebagai seorang perempuan atau seorang lelaki. Yang perlu
diperhatikan ialah: kelakuan, pilihan permainan, minat, khayalan, percakapan,
impian, kebiasaan erotisme, dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
kadang-kadang menentukan.
Ketujuh kriteria ini harus dipenuhi untuk menyatakan seseorang anak lelaki atau
perempuan. Jika ada kontradiksi antara 5 sifat organis (yaitu nomor 1 s/d 5), maka
terjadilah interseksualitas organis. Jika timbul sifat berlainan antara 5 faktor organis
dengan 2 faktor psikologis, maka terjadilah transeksual. Untuk menentukan jenis
kelamin bayi baru lahir cukup menggunakan 5 sifat organik, karena 2 sifat
psikologis belum bisa dinilai.
III.
IV.
Patofisiologi
Penentuan fenotip seks di mulai dari seks genetik yang kemudian di ikuti oleh
kaskade: kromosom seks menentukan seks gonad, akhirnya menentukan fenotip
seks. Tipe gonad menentukan diferensiasi atau regresi duktus internal (milleri dan
wolfii). Indentitas gender tidak hanya di tentukan oleh fenotip individu, tetapi juga
oleh perkembangan otak prenatal dan posnatal.
Diferensiasi Gonad
Dalam bulan ke dua kehidupan fetus, gonad indeferen di pandu menjadi tetes
informasi genetik yang ada pada lengan pendek kromosom Y disebut tetes
determining faktor (DTF) merupakan rangkaian 35-kbp dalam subband 11,3, area ini
disebut daerah penentu seks pada kromosom Y (SRY), bila mana daerah ini tidak
ada atau berubah, maka gonad dalam perkembangan tetes antara lain DAX I pada
pada kromosom X. SFI pada gq33,WTI pada 11p 13,SOX 9 pada 17q24-q25, dan
AMH pada 19q 13.
Genitalia kedua jenis kelamin masih identik sampai 7 minggu pertama masa
gestasi. Tanpa hormon endrogen (testosteron dan dihidrotestesteron-DHT), genitalia
eksterna secara fenotip perempuan. Bila ada gonad laki-laki, diferensiasi terjadi
secara aktif setelah minggu ke-8 menjadi fenotip laki-laki. Diferensi ini dipengaruhi
oleh testosteron, yang berubah menjadi DHT karena pengaruh enzim 5-alfa
reduktase dalam sitoplasma sel genitalia eksterna dan sinusurogenital. DHT di
berikan dengan reseptor androgen dalam sitoplasma kemudian ditranspor ke
nukleus. Menyebabkan translasi dan transkripsi material genetik. Akhirnya
menyebabkan perkembangan genetalia eksterna laki-laki normal. Bagian primordial
membentuk skrotum, dari pembengkakan genetalia membentuk batang penis dari
lipatan tuberkel membentuk glans penis. Dari sinus urogenitalis menjadi prostal
maskulisasi tidak sempurna bila testosteron gagal berubah menjadi DHT atau DHT
gagal bekerja dalam sitosplasma atau genetalia eksterna dan sinus urogenital kadar
testosteron tetap tinggi sampai minggu ke-14. Setelah minggu ke-14, kadar
testosteron fetus menetap pada kadar yang lebih rendah dan di pertahankan oleh
stimulasi human chorionic gonadotropin (HCG) maternal daripada oleh LH.
Kemudian pada fase gestasi selanjutnya testosteron bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan falus yang responsif terhadap testosteron dan DHT.
V.
Hermafrodit sejati.
Pada hermafrodit sejati, jaringan ovarium dan testes dapat ditemukan sebagai
pasangan yang terpisah atau kombinasi keduanya di dalam gonad yang sama dan
disebut sebagai ovotestis.
Pada disgenesis gonad campuran ini biasanya ditemukan testes unilateral dan
fungsional abnormal.
Pada kelainan ini ditemukan disgenesis gonad, namun dari hasil pemeriksaan
analisis kromosom menunjukkan adanya translokasi kromosom Y.
Ditemukan pada lelaki 46 XY dengan diferensiasi seksual normal sejak minggu ke-8
s/d 13, tetapi kemudian testes menjadi sangat kecil atau anorkia komplit. Struktur
saluran interna adalah lelaki. Terjadi kegagalan pada proses virilisasi.
jumlah berlebihan dari sumber endogen atau eksogen, yang merangsang janin
perempuan terutama sebelum minggu ke-12 masa kehamilan, sehingga genitalia
eksterna mengalami virilisasi.
Sebab-sebab paling umum dari kelainan ini adalah Congenital adrenal hyperplasia
(CAH) yang menyebabkan kekurangan/ ketidakhadiran ensim 21-hidroksilase,
11-hidroksilase dan 3-hidroksilase dehidrogenase.
Congenital adrenal hyperplasia (CAH) merupakan penyebab terbesar kasus
interseksual dan kelainan ini diturunkan lewat ayah dan ibu yang sebagai pembawa
separo sifat menurun dan penderitanya bisa laki-laki dan perempuan yang
mendapatkan kedua paroan gen abnormal tersebut dari kedua orang tuanya.
Penyakit ini digolongkan menjadi tipe yang klasik dan non klasik. Tipe yang klasik ini
bisa menunjukkan gejala kehilangan garam tubuh (natrium) sampai terjadi syok,
sehingga sering meninggal pada bulan pertama setelah lahir, sebelum diagnosis
bisa ditegakkan. Sedang yang tidak menununjukan gejala kekurangan garam bisa
bertahan hidup yaitu pada wanita disertai gejala maskulinisasi dan pada laki-laki
dengan gejala pubertas dini tanpa disertai gejala keraguan alat kelamin sehingga
laki-laki sering tidak datang berobat. Pada pengalaman di klinik kenyataanya
hampir tidak pernah tertangkap penderita laki-laki. Penderita perempuan
menunjukkan gejala pembesaran kelentit (klitoris) yang mirip penis sejak lahir atau
pada yang lebih ringan akan muncul setelah lahir. Anak-anak penderita CAH akan
tumbuh cepat tapi kemudian pertumbuhan akan berhenti lebih awal, sehingga pada
keadaan dewasa mereka akan lebih pendek dari ukuran tinggi badan normal. Pada
tipe yang non klasik gejala muncul setelah 5-6 tahun dengan maskulinisasi yang
lebih ringan, pembesaran klitoris akan muncul belakangan.
Maskulinisasi pada penderita CAH dengan genetik wanita hanya mungkin terjadi
akibat adanya hormon androgen ekstragonad (dari luar gonad) yang dapat berasal
dari endogen mau pun eksogen, karena pada penderita ini tidak ditemukan testis
yang merupakan penghasil utama hormon androgen. Manifestasi klinik dari hormon
androgen yang berlebihan ini terbatas pada alat genital bagian luar dan derajat
berat-ringannya kelainan tergantung pada tahap pertumbuhan seksual saat
terjadinya paparan hormon androgen tersebut. Pada penderita kelainan ini tidak
akan ditemukan organ laki-laki bagian dalam. Pada keadaan ringan sering
munculnya pembesaran kelentit (menjadi seperti penis) pada wanita setelah lahir,
sehingga masyarakat menganggap alat kelaminnya berubah dari wanita menjadi
laki-laki. Penyakit ini bisa diobati, untuk menghindari gejala yang lebih berat
pengobatan harus dilakukan sedini mungkin dan seumur hidup. Penapisan pada
bayi baru lahir seharusnya dilakukan di Indonesia karena prevalensi penyakit ini
cukup tinggi.
Paparan hormon androgen eksogen bisa disebabkan bahan hormonal yang bersifat
androgenik yang dikonsumsi ibu saat mengandung janin wanita, misalnya preparat
Pada CAIS, penderita dengan penampilan seperti perempuan normal, dengan alat
kelamin luar seperti wanita, mempunyai vagina yang lebih pendek dari normal,dan
payudara akan tumbuh mulai masa prepubetas dengan hasil pemeriksaan
kromosom menunjukkan 46,XY (sesuai kromosom pada laki-laki) dan kadar hormon
testosteron normal atau sedikit meningkat. Pada pemeriksaan fisik dan USG akan
teraba atau tampak 2 testis yang umumnya tidak berkembang dan terletak dalam
rongga perut atau selakangan, tanpa struktur alat genital dalam wanita. Individu
dengan CAIS sering menunjukkan gejala seperti hernia inguinalis (hernia pada
selakangan), oleh karena itu pada anak perempuan prapubertas yang mengalami
hernia inguinalis (benjolan pada selakangan) dan gejala tidak menstruasi sejak
lahir, perlu pemeriksaan kromosom.
VI.
Gejala Klinis
Kriptorkismus bilateral
Inderteminate/meragukan
Genitalia ambigua
Tampak Perempuan
Clitoromegali
VII.
Diagnosa
2) Pemeriksaan jasmani
a) Khusus terhadap genitalia eksterna/status lokalis : tentukan apakah testes
teraba keduanya, atau hanya satu, atau tidak teraba. Bila teraba di mana lokasinya,
apakah di kantong skrotum, di inguinal atau di labia mayora. Tentukan apakah
klitoromegali atau mikropenis, hipospadia atau muara uretra luar. Bagaimana
bentuk vulva, dan adakah hiperpigmentasi
b) Tentukan apakah ada anomalia kongenital yang lain.
c)
d) Bagi anak-anak periksalah status pubertas, tentukan apakah ada gagal tumbuh
atau tidak.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
Analisis kromosom.
Pemeriksaan hormonal disesuaikan dengan keperluannya seperti testosteron,
uji HCG, 17 OH progesteron.
b) Pencitraan
VIII.
IX.
Penatalaksanaan
X.
Pengobatan
1) Pengobatan Endokrin
Bila pasien menjadi laki-laki, maka tujuan pengobatan endokrin adalah mendorong
perkembangan maskulisasi dan menekan berkembangnya tanda-tanda seks
feminisasi (membesarkan ukuran penis, menyempurnakan distribusi dan masa
tubuh) dengan pemberian testosteron. Bila pasien menjadi perempuan maka tujuan
pengobatan adalah mendorong secara simultan perkembangan karakteristik
seksual ke arah feminim dan menekan perkembangan maskulin (perkembangan
dan menstruasi) yang dapat timbul beberapa individu setelah pengobatan
estrogen). Pada CAH di tentukan glukortikoid dan hormon untuk retensi garam.
2) Pengobatan penbedahan
Tujuan pembedahan rekontruksi pada genetalia perempuan agar mempunyai
genetalia eksterna feminim, sedapat mungkin seperti normal dan mengoreksi agar
fungsi seksual normal. Pada laki-laki tujuan pembedahan rekonstruksi adalah
meluruskan penis dan merubah letak uretra yang tidak berada pada tempat normal
ke ujung penis.
3) Pengobatan psikologis
Sebaiknya semua pasien interseks dan anggota keluarga di pertimbangkan untuk di
berikan konseling. Yang sangat penting adalah yang memberikan konseling harus
sangat familier dengan hal yang berhubungan dengan diagnosis dan pengelolaan
interseks.
B. Konsep Keperawatan
I.
Pengkajian
a) Anamnesis
Riwayat kehamilan ibu :
Riwayat keluarga :
b) Pemeriksaan fisik
Pemerikasaan fisik harus dapat menentukan keadaan apakah ada suatu bentuk
dismorfik dan keadaan kesehatan bayi. Genitalia eksterna harus diperiksa secara
teliti, dengan sistematika sebagai berikut :
Tanda-tanda lain :