You are on page 1of 14

MAKALAH FITOKIMIA

METODE EKSTRAKSI

Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Nurul Hafizah
Rizqy Amalia P.
Niken Retno P.
Ivone Maria U.
Elida Rizki M.
Aditya Pradnya P.
Irsan Fahmi A
Sannia Restiasari
Ririn Puspita

(201210410311033)
(201210410311057)
(201210410311105)
(201210410311034)
(201210410311100)
(201210410311109)
(201210410311172)
(201210410311173)
(201210410311175)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang metode
ekstraksi meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai berbagai macam metode ekstraksi yang ada. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Malang, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1

Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3

Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1

Pengertian Ekstraksi....................................................................................................2

2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi.............................................................2

2.3

Metode Ekstraksi.........................................................................................................3

2.3.1

Metode Ekstraksi Infus dan Dekokta...................................................................3

2.3.2

Metode Distilasi Uap............................................................................................4

2.3.3

Metode Ekstraksi Maserasi..................................................................................4

2.3.4

Metode Ekstraksi Ultrasound-Assisted Solvent Extraction.................................5

2.3.5

Metode Ekstraksi Digesti.....................................................................................5

2.3.6

Metode Ekstraksi Perkolasi..................................................................................6

2.3.7

Metode Ekstraksi Reflux......................................................................................7

2.3.8

Metode Ekstraksi Soxchlet...................................................................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................10


3.1

Kesimpulan................................................................................................................10

3.2

Saran..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekstraksi merupakan suatu metoda pemisahan berdasarkan kelarutan suatu zat yang
tak salingcampur. Ekstraksi sampel diperlukan untuk pemisahan konstituen sampel untuk
membuat mereka cocok untuk dianalisis secara kimia. Proses ini diperlukan ketika analisis
langsung sampel tidak mungkin atau untuk meningkatkan hasil dari substansi yang menarik.
Perlu diingat, sampel dapat digunakan dalam dua bagian utama, analit dan matriks. Analit
adalah bagian dari sampel yang diteliti, dan matriks adalah bagian yang tersisa dari sampel,
yaitu bagian tidak diperlukan untuk analisis tertentu. Selain itu, ekstraksi sampel dapat
dilakukan berdasarkan pada analit, pada matriks, atau pada keduanya, untuk memperoleh
hasil analisis yang lebih baik. Studi tentang produk tumbuhan alami adalah tugas yang sulit.
Masalah utama adalah bahwa sifat mereka dan jumlah ekstrak yang dihasilkan di pabrik
tergantung pada beberapa faktor, yang harus dikendalikan sejauh mungkin.
Pada proses ekstraksi terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan.
Pemilihan metode pada saat ekstraksi berdasarkan pada tujuan dilakukan ekstraksi dan
bagaimana karakteristik tanaman itu sendiri. Oleh sebab itu, pada makalah ini akan dijelaskan
tentang metode yang dapat digunakan ketika ekstraksi dan penjelasan dari masing-masing
metode.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi ekstraksi ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi ?
3. Apa saja macam-macam metode ekstraksi ?
4. Bagaimana teknik ekstraksi dari berbagai macam metode ekstraksi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan fungsi ekstraksi
2. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi
3. Mengetahui macam-macam metode ekstraksi
4. Menjelaskan macam-macam metode ekstraksi

BAB II
1

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekstraksi
Simplisia dapat digunakan secara langsung atau diolah menjadi suatu bentuk sediaan
herbal. Untuk memudahkan dalam proses produksi sediaan herbal dilakukan suatu proses
ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan satu zat dari campuran dengan
menggunakan pelarut. Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan
terlepas.
Terdapat beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan dengan proses ekstraksi antara
lain:
Ekstraktan/menstrum: pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
Rafinat: sisa/residu dari proses ekstraksi
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Jumlah simplisia yang akan diesktrak
Derajat kehalusan simplisia.
Semakin halus serta luas kontak permukaan yang semakin besar membuat proses
ekstraksi akan lebih optimal.
Jenis pelarut yang digunakan
Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama
akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang
sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu:
Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawasenyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan
karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan
tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol,
etanol, asam asetat.
Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa
semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar.
Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter
Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi:
Tidak toksik dan ramah lingkungan
Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia
Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak
Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak
Murah/ ekonomis
Lama waktu ekstraksi
Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil. Ada
waktu saat pelarut/ekstraktan jenuh sehingga tidak pasti apakah semakin lama ekstraksi
semakin bertambah banyak ekstrak yang didapatkan.
Metode ekstraksi serta suhu yang digunakan
2

Metode ekstraksi menentukan proses saat ekstraksi yang akan menentukan hasil
ekstrak. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil ekstraksi yang baik tentunya metode
yang digunakan harus tepat karena tidak semua bahan aktif bisa diekstraksi dengan
semua metode ekstraksi. Untuk menentukan metode ekstraksi yang tepat, perlu diketahui
mengenai sifat dan karakteristik bahan aktif yang akan diekstrak.
2.3 Metode Ekstraksi
Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat dibagi berdasarkan
penggunaan panas sehingga ada metode ekstraksi dengan cara panas, serta tanpa panas.
Metode panas digunakan jika senyawa-senyawa yang terkandung sudah dipastikan tahan
panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas antara lain:
Dekok
Ekstraksi dilakukan dengan solven air pada suhu 90-95C selama 30 menit.
Infus
Hampir sama dengan dekok, namun dilakukan selama 15 menit.
Refluks
Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia dengan
pelarut/solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut yang menguap
sebagian akan mengembung kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia
kembali, dan sebagian ada yang menguap.
Soxhletasi
Mirip dengan refluks, namun menggunakan alat khusus yaitu esktraktor Soxhlet. Suhu
yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan refluks. Metode ini lebih hemat
dalam hal pelarut yang digunakan.
Coque
Penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api langsung. Hasil
godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai obat secara keseluruhan (termasuk
ampas) atau hanya digunakan hasil godokannya saja tanpa menggunakan ampasnya.
Seduhan
Dilakukan dengan menggunakan air mendidih, simplisia direndam dengan
menggunakan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit) seperti halnya membuat teh
seduhan.
Metode ekstraksi dingin dilakukan ketika senyawa yang terdapat dalam simplisia tidak
tahan terhadap panas atau belum diketahui tahan atau tidaknya, antara lain:
Maserasi
Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam simplisia selama beberapa waktu,
umumnya 24 jam dalam suatu wadah tertentu dengan menggunakan satu atau campuran
pelarut.
Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi cara dingin dengan mengalirkan pelarut secara kontinu
pada simplisia selama waktu tertentu.
2.3.1 Metode Ekstraksi Infus dan Dekokta
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air
pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit. Sedangkan dekok adalah sediaan cair yang
dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama
30 menit.
Pembuatan campuran simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan
air secukupnya. Panaskan di atas penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
3

mencapai 90 derajat celcius sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel,
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki
Untuk pembuatan infus yang mengandung minyak atsiri seperti daun sena, diserkai
setelah dingin. Infus yang mengandung lendir seperti asam jawa, tidak boleh diperas. Asam
jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga diperoleh massa
seperti bubur. Infus dengan simplisia dari buah keras seperti buah adas dan adas manis harus
dipecah terlebih dahulu.pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan larutan asam sitrat P
10% dari bobot bahan berkhasiat. Pada pembuatan infus simplisia yang mengandung
glikosida antrakinon, ditambah larutan natrium karbonat P 10% dari bobot simplisia. Kecuali
dinyatakan lain, infus yang mengandung bahan-bahan berkhasiat keras dibuat dengan
menggunakan 10% simplisia.
2.3.2 Metode Distilasi Uap
Distilasi merupakan pemisahan didasarkan pada perbedaan titik didih atau titik cair dari
masing-masing zat penyusun pada campuran homogen. Proses distilasi terbagi menjadi 2
tahap, tahap pertama merupakan tahap penguapan, dan tahap ke dua merupakan tahap
pendinginan, maka dengan itu pada alat distilasi terdapat alat pemanas dan alat pendingin
Distilasi uap adalah tipe khusus dari distilasi (proses pemisahan) untuk suhu bahan
sensitif seperti senyawa aromatik alami. Banyak senyawa organik cenderung terurai pada
suhu tinggi berkelanjutan. Pemisahan dengan distilasi normal maka tidak akan menjadi
pilihan, sehingga air atau uap dimasukkan ke dalam alat distilasi (Dedi Irwandi, 2014).
Distilasi uap umumnya diterapkan untuk ekstraksi minyak esensial tanaman (campuran
kompleks konstituen yang mudah menguap). Tanaman (kering atau segar) direndam dengan
air dalam labu yang terhubung dengan kondensor. Setelah pemanasan, uap (campuran minyak
esensial dan air) akan memadatkan dan distilat (dipisahkan menjadi dua lapisan)
dikumpulkan dalam labu ukur yang terhubung ke kondensor. Fasa air diresirkulasi ke dalam
labu, sedangkan minyak atsiri dikumpulkan secara terpisah. Kondisi ekstraksi optimum
(misalnya, tingkat penyulingan) tergantung pada sifat dari bahan yang diekstraksi. Kerugian
utama dari ekstraksi di bawah refluks dan distilasi uap adalah bahwa komponen thermolabile
berisiko terdegradasi.
Dalam distilasi uap, bahan tanaman tidak boleh terlalu halus. Bahan kasar
terfragmentasi atau hancur lebih baik. Beberapa gliserol dapat ditambahkan ke dalam air
untuk memfasilitasi ekstraksi bahan yang keras (misalnya, kulit, biji, akar). Xylene dapat
ditambahkan ke labu ukur selanjutnya untuk menjebak minyak atsiri yang dihasilkan. Kedua
deskripsi alat distilasi dan prosedur distilasi uap dapat ditemukan dalam berbagai monografi
farmakope
2.3.3 Metode Ekstraksi Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam). Maserasi
adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian
(Farmakope Indonesia, 1995)
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada
temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam
karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran
sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder
yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan
sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk
4

proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut
yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam karena dapat
melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya,
cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan.
Untuk obat yang mengandung sedikit atau tidak ada bahan selular, seperti benzoin,
aloe, dan tolu, yang larut hampir sepenuhnya di pencair tersebut, maserasi adalah metode
yang paling efisien dalam ekstraksi. Maserasi biasanya dilakukan pada suhu 15 sampai 20C
selama 3 hari atau sampai larut.
2.3.4 Metode Ekstraksi Ultrasound-Assisted Solvent Extraction
Metode ini adalah metode maserasi dimodifikasi di mana ekstraksi difasilitasi dengan
menggunakan USG (kemampuan frekuensi tinggi, 20 kHz). Serbuk tanaman ditempatkan
dalam botol. Botol ditempatkan wadah /bak ultrasonik , dan USG digunakan untuk
menginduksi stres mekanik pada sel-sel melalui produksi kavitasi dalam sampel. Rincian
seluler meningkat pelarutan metabolit dalam ekstraksi pelarut dan meningkatkan hasil panen.
Efisiensi ekstraksi tergantung pada frekuensi instrumen, dan panjang dan suhu sonikasi.
ultrasonication jarang diterapkan untuk ekstraksi skala besar; itu sebagian besar digunakan
untuk awal ekstraksi sejumlah material kecil. Hal ini umumnya digunakan untuk
memfasilitasi ekstraksi metabolit intraseluler dari kultur jaringan tanaman
Prinsip ekstraksi ultrasonik adalah dengan meningkatkan transfer massa yang
disebabkan oleh naiknya penetrasi pelarut ke dalam jaringan tumbuhan lewat efek kapiler.
Gelembung kavitasi akan terbentuk pada dinding sel tanaman akibat adanya gelombang
ultrasonik. Efek dari pecahnya gelembung kavitasi ini dapat mengakibatkan peningkatan
pori-pori dinding sel. Gelembung kavitasi akan terpecah disebabkan oleh tipisnya bagian
kelenjar sel tumbuhan yang dapat mudah rusak oleh sonikasi (Melecchi dkk. 2006)
Ultrasonik adalah gelombang akustik dengan frekuensi lebih besar dari 16-20 kHz.
Suslick dan Mcclemen menyatakan bahwa salah satu sifat dari ultrasonik adalah nondestructive dan non-invasive, sehingga dengan mudah diadaptasikan ke berbagai aplikasi
gelombang ultrasonik dapat merambat dalam medium padat, cair, dan gas. (Cameron, 2006)
2.3.5 Metode Ekstraksi Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperature yang
lebih tinggi dari suhu ruangan. Suhu yang paling sering digunakan adalah antara 35 dan 40
C, atau dapat ditingkatkan sampai suhu tidak lebih dari 50 C. Proses ini digunakan untuk
bagian tanaman yang lebih keras atau yang mengandung zat-zat yang sukar larut. Cara
maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan. Tahapan digesti mirip dengan maserasi, hanya saja dilakukan pengadukan secara
terus-menerus dan peningkatan suhu sampai tidak lebih dari 50 C. Dengan pemanasan
diperoleh keuntungan antara lain:
1.
Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
5

2.

Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut


mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3.
Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan
difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi
dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam bejana.
2.3.6 Metode Ekstraksi Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang berarti melalui dan colare yang
berarti tegangan, dapat didefinisikan sebagai proses dimana bahan obat diekstrak dari unsure
yang terlarut oleh gerak lambat pelarut yang cocok melalui kolom obat. Obat diekstraksi
menggunakan alat yang disebut perkulator. Kebanyakan ektraksi obat menggunakan
perkolasi.

Perkolator : yaitu suatu bentuk tabung terbalik, di bagian bawah dipasang keran dan di
bagian atas diletakkan wadah berisi cadangan penyari. Bagian tengah percolator diletakkan
serbuk simplisia yang akan di ekstraksi, direndam dalam penyari yang dipilih selama
beberapa saat, setelah itu keran bawah dibuka sedikit, sehingga cairan penyari akan
menetes ke bawah tetes per tetes, otomatis cadangan penyari di atas perkolator akan ikut
menetes mengganti pelarut yang keluar berupa ekstrak. Dengan cara ini maka fenomena
jenuh seperti halnya terjadi pada metode maserasi tidak akan terjadi dan selama terjadi
aliran maka perbedaan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel akan selalu
terjaga sebesar-besarnya. Sehingga proses ekstraksinya akan berjalan dengan lebih
sempurna dan lebih tuntas tersari sempurna.
Pada proses perkolasi, aliran menstruum diatas kolom obat secara umum ke bawah
menuju lubang keluar, ditarik oleh kekuatan gravitasi dan juga berat cairan kolom. Dalam
keadaan khusus dan alat perkolasi yang lebih canggih, tambahan tekanan pada kolom
digunakan dengan tekanan udara positif pada inlet dan penghisapan di saluran keluar.
Percolators untuk ekstraksi obat sangat bervariasi pada bentuknya, kapasitas,
komposisi, dan yang paling penting, utilitas. Percolators yang digunakan pada ekstraksi
olahan industri skala besar pada umumnya stainless steel atau bejana logam berlapis kaca
yang sangat bervariasi dalam ukuran dan pengoperasiannya. Percolators digunakan untuk
6

mengekstrak daun, misalnya daun dengan diamerer 6 sampai 8 ft dan tinggi 12 sampai 18
kaki. Bagian nabati lainnya seperti biji yang lebih bagus densitasnya dari daun akan dikemas
dengan sempit pada percolator dari dimensi yang begitu besar diekstrak pada percolators
yang jauh lebih kecil. Beberapa percolators industri khusus dirancang untuk meresap dengan
menstrua panas; pada yang lain, tekanan digunakan untuk memaksa menstruum melalui
kolom obat
Perkolasi pada skala yang lebih kecil umumnya melibatkan penggunaan perkulator
gelas dari variasi beberapa bentuk untuk ekstraksi dalam jumlah kecil (sekitar sampai 1000 g)
dari obat mentah. Bentuk bentuk percolator pada laboratorium umum dan digunakan pada
skala kecil antara lain (a) silinder, dengan sedikit, jika ada, lancip kecuali pada lubang bagian
bawah (b) agak bulat, tetapi dengan lancip ke bawah, dan (c) berbentuk kerucut atau corong.
Tiap tipe mempunyai kegunaan special pada ekstraksi obat-obatan.
Perkolator silinder terutama cocok untuk ekstraksi lengkap obat-obatan dengan
pengeluaran minimum dari menstruum. Dengan melalui menstruum di atas kolom yang
tinggi dan sempit yang mengandung obat. (daripada di atas kolom yang lebih rendah dan
lebar), tiap partikel obat lebih terbuka secara berulang pada pelarut yang lewat. Percolator
yang berbentuk kerucut atau corong sangat berguna untuk obat-obatan yang sebagian besar
memuai pada saat maserasi, karena permukaan atas yang besar menjadikan pemuaian dari
kolom obat sedikit tetapi mempunyai resiko kolom terkemas terlalu sempit atau kerusakan
dari gelas percolator
Cara ekstraksi metode perkolasi secara singkat dapat dilakukan dengan mencampur
bahan bahan yang padat dengan sejumlah pelarut yang telah ditentukan untuk membuatnya
basah secara merata. Dibiarkan selama kurang lebih 15 menit, kemudian dipindahkan ke
percolator dan dikemas. Pelarut yang cukup dalam resep ditambahkan untuk mensaturasi
bahan padat. Bagian atas diletakkan di percolator, dan ketika liquid akan menetes dari
apparatus, bagian bawah yang terbuka ditutup. Bahan padat dibiarkan termaserasi selama 24
jam atau waktu yang telah ditentukan. Jika tidak ada uji yang dilakuka, perkolasi dibiarkan
memproses secara perlahan atau pada kecepatan tertentu dan secara bertahap menambahkan
pelarut yang cukup untuk menghasilkan 1000 ml larutan. Jika tidak ada disng ebutkan hanya
950 ml dari hasil perkolasi yang dikumpulkan dan dicampur dan sisanya digunakan sebagai
bahan uji. Sisa perkolasi dilarutkan dengan pelarut untuk menghasilkan larutan yang sesuai
standar baru kemudian dilarutkan.
2.3.7 Metode Ekstraksi Reflux
Metode Reflux merupakan metode ektraksi cara panas (membutuhkan pemanasan pada
prosesnya), secara umum pengertian refluks sendiri adalah ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang ralatif konstan
dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).
Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis suatu senyawa,
baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa
yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka
pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks
adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan
tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air
atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa
anorganik karena sifatnya reaktif. .
Alat refluks paling sederhana dilengkapi dengan labu alas bulat dan pendingin Liebig
dan corong pisah dan pengaduk atau termometer
7

Skema alat refluks. pemanasan suhu tinggi tanpa ada zat yang dilepaskan. Tabung
kondensor dihubungkan dengan selang berisi air dingin. Selang air masuk ada di bagian
bawah dan selang air keluar di bagian atas.

Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan
menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan
sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Akhyar,
2010)
Pada rangkaian refluks ini terjadi empat proses, yaitu proses heating, evaporating,
kondensasi dan cooling.
Heating terjadi pada saat feed dipanaskan di labu didih,
Evaporating ( penguapan ) terjadi ketika feed mencapai titik didih dan berubah fase
menjadi uap yang kemudian uap tersebut masuk ke kondensor dalam.
Cooling terjadi di dalam ember, di dalam ember kita masukkan batu es dan air,
sehingga ketika kita menghidupkan pompa, air dingin akan mengalir dari bawah
menuju kondensor luar, air harus dialirkan dari bawah kondensor bukan dari atas agar
tidak ada turbulensi udara yang menghalangi dan agar air terisi penuh.
Kondensasi (Pengembunan), proses ini terjadi di kondensor, jadi terjadi perbedaan suhu
antara kondensor dalam yang berisi uap panas dengan kondensor luar yang berisikan air
dingin, hal ini menyebabkan penurunan suhu dan perubahan fase dari steam tersebut
untuk menjadi liquid kembali.
Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau bahannya
dimasukkan dalam labu bundar leher tiga. Kemudian dimasukkan batang magnet stirer
setelah kondensor pendingin air terpasang Campuran diaduk dan direfluks selama waktu
tertentu sesuai dengan reaksinya. Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau
pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan
menguap sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke
8

wadah, pengekstraksi lagi. Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan


sampai penyaringan sempurna. Penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Metode refluks memiliki kelebihan dapt digunakan untuk mengekstraksi sampelsampel yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan pemanasan langsung. (Anonim, 2011).
Sedangkan kekurangan dari metode refluks adalah membutuhkan volume total pelarut yang
besar,dan Sejumlah manipulasi dari operator (Mandiri, 2013)
2.3.8 Metode Ekstraksi Soxchlet
Sebuah ekstraktor Soxhlet adalah bagian dari peralatan laboratorium. Ditemukan pada
tahun 1879 oleh Franz von Soxhlet. Ini awalnya dirancang untuk ekstraksi lipid dari bahan
padat. Namun, ekstraktor Soxhlet tidak terbatas pada ekstraksi lipid. Biasanya, ekstraksi
Soxhlet hanya diperlukan apabila senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan terbatas
dalam pelarut, dan pengotor tidak larut dalam pelarut. Jika senyawa yang diinginkan
memiliki kelarutan yang signifikan dalam pelarut maka filtrasi sederhana dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa dari substansi pelarut.
Biasanya bahan padat yang mengandung beberapa senyawa yang diinginkan
ditempatkan dalam sebuah sarung tangan yang terbuat dari kertas filter tebal, yang dimuat ke
dalam ruang utama dari ekstraktor Soxhlet. Ekstraktor Soxhlet ditempatkan ke botol berisi
ekstraksi pelarut. Soxhlet tersebut kemudian dilengkapi dengan sebuah kondensor.
Soxhlet adalah alat yang digunakan untuk ekstraksi (metode untuk mendapatkan senyawa
dari sistem campuran) padat-cair atau memisahkan suatu komponen dalam suatu padatan
dengan menggunakan suatu pelarut cair.
Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
sampel padat dengan cara penyarian berulang ulang dengan pelarut yang sama, sehingga
semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut yang
digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana ( C 6H14 ) untuk sampel kering dan metanol (CH3OH )
untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang dugunakan tergantung dari sampel alam yang
digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah pengekstrakan
berulang ulang ( continous extraction ) dari sampel pelarut.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan
inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen
terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan
kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut
dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit
larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena
efektivitasnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi merupakan proses pemisahan satu zat dari campuran dengan menggunakan
pelarut. Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan terlepas
sehingga dapat dianalisis lebih lanjut mengenai sifat, karakteristik, dan manfaatnya.
9

2. Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
Jumlah simplisia yang akan diekstraksi
Derajat kehalusan simplisia.
Jenis pelarut yang digunakan
Lama waktu ekstraksi
Metode ekstraksi serta suhu yang digunakan
3. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu metode panas dan metode
dingin. Metode panas antara lain adalah :
Dekok
Infus
Refluks
Soxhletasi
Coque
Seduhan
Sedangkan metode dingin antara lain adalah :
Maserasi
Perkolasi
3.2 Saran
1. Perlunya telaah lebih lanjut mengenai kekurangan dan kelebihan dari masing-masing
metode ekstraksi
2. Perlunya pengelompokan metode ekstraksi berdasarkan bahan yang dapat diekstraksi
untuk kelompok metode ekstraksi tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Alam, G., & Rahim, A. (2007). Penuntun Praktikum Fitokimia. Makassar : UIN Alauddin
Allen, L., Allen, L. V., & Ansel, H. C. (2013). Ansel's Pharmaceutical Dosage Forms and
Drug Delivery Systems. Lippincott Williams & Wilkins.
10

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV


Direktorat Jenderal, P. O. M. (1986). Sediaan Galenik.
Jenis dan Metode Ekstraksi Simplisia Bahan Alam. 2013. Dari :
http://www.sawitchem.com/post/17/jenis-dan-metode-ekstraksi-simplisia-bahanalam.html. Diakses tanggal 1 April 2015
Laman Departemen Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 30 Maret 2015.
Remington, J. P. (2005). Remington: The science and practice of pharmacy (Vol. 1). D. B.
Troy, & P. Beringer (Eds.). Lippincott Williams & Wilkins.
Sampietro, D. A., Catalan, C. A., & Vattuone, M. A. (2009). Isolation, identification and
characterization of allelochemicals/natural products. Science Publishers.
Sarker, S. D., Latif, Z., & Gray, A. I. (Eds.). (2005). Natural products isolation (Vol. 20).
Springer Science & Business Media

11

You might also like