You are on page 1of 5

TEORI AKUNTANSI

CHAPTER 8
Teori Akuntansi Positif

Oleh :
Zahrotul Azizah (125020300111051)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

Konsekuensi Ekonomi dan Teori Akuntansi Positif


A. Konsekuensi Ekonomi
Konsekuensi ekonomi adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa meskipun terdapat
implikasi atas teori pasar sekuritas efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi
nilai perusahaan.
Munculnya konsekuensi ini diawali dari penelitian yang dilakukan oleh Stephen Zeff
(1978) dalam jurnalnya The Rise of Economic Consequences. Zeff mencontohkan tindakan
beberapa perusahaan di Amerika Serikat yang mengurangi laba yang dilaporkan dengan
mengimplementasikan akuntansi biaya penggantian selama 1947 1948 atau selama periode
inflasi tinggi. Hal ini dilakukan untuk menghindari pajak serta menghindari persepsi publik
terhadap laba tinggi perusahaan. Berbagai argumen muncul terkait intervensi tersebut dan
akuntan khususnya para pembuat standar mengalami dilema terkait pemilihan kebijakan
akuntansi yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Oleh karena itu, otoritas pembuat standar
akuntansi secara berkala juga membuka diskusi dengan berbagai pihak termasuk pihak
perusahaan terkait standar baru yang diusulkan.
Standar akuntansi juga mempengaruhi tindakan manajer dalam pengambilan keputusan
ekonomi salah satunya terkait Opsi Saham Karyawan. Opsi Saham Karyawan merupakan
Opsi Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada manajemen atau dalam beberapa
kasus kepada karyawan dimana mereka diberikan hak untuk membeli saham perusahaan
dalam suatu periode waktu. Berdasarkan APB 25 perusahaan harus mencatat biaya jika
terjadi selisih antara harga pasar saham dengan harga opsi saham yang dipegang oleh
manajer. Pada kenyataannya, harga yang dipegang oleh manajer disesuaikan dengan harga
pasar saham sehingga tidak ada biaya yang timbul dari transaksi ini. Hal ini menyebabkan
pendapatan bersih perusahaan meningkat karena (seharusnya) ada biaya yang tidak dicatat.
Munculnya Konsekuensi Ekonomi (CE) Economic Consequences muncul karena
perusahaan melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif dan kontrak hutang. Kebijakan
akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting bagi investor.
Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan akuntansi yang
dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari perusahaan. Teori pasar modal efisien
gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar modal efisien, suatu perubahan
akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic Consequences
diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun
kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena
itu, Economic Consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori

Akuntansi Positif (PAT) adalah penjelasan terhadap adanya Economic Consequences. PAT
adalah teori yang berkaitan dengan prediksi tindakan atas adanya pilihan kebijakan akuntansi
oleh manajer dan bagaimana manajer merespon suatu standar baru.
B. Teori Akuntansi Positif
Teori Akuntansi Positif adalah teori yang memprediksi tindakan-tindakan pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer merespon terhadap
usulan standar akuntansi yang baru.
Perusahaan menjalankan berbagai kontrak dalam operasinya seperti kontrak dengan
karyawan (manajemen), kontrak dengan pemasok, serta kontrak dengan penyedia modal.
Dalam hal ini akan muncul biaya kontrak termasuk biaya negosiasi, biaya untuk
mengantisipasi moral hazard, tekanan keuangan, dan lainnya. Kontrak dengan biaya yang
paling rendah disebut sebagai kontrak efisien.
Teori akuntansi positif berpendapat bahwa kebijakan akuntansi perusahaan akan
dipilih sebagai masalah yang lebih luas untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang
efisien. Manajer perusahaan yang diberikan kelonggaran untuk memilih kebijakan akuntansi
akan membuka kemungkinan perilaku oportuistik dimana kebijakan yang dipilih adalah yang
memenuhi tujuan mereka sehingga mengurangi kontrak efisien.
Prediksi yang dibuat dalam teori akuntansi positif sebagian besar meliputi tiga
hipotesis, sebagaimana diformulasikan oleh Watt dan Zimmerman (1986). Bentuk
oportunistik dari ketiga hipotesis ini berdasarkan dari Watt dan Zimmerman (1990) adalah
bentuk yang paling banyak diinterpretasikan.
1. Hipotesis Rencana Bonus
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam kondisi yang sama, manajer dengan rencana
bonus akan lebih memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba yang
dilaporkan untuk periode yang akan datang ke periode sekarang.
2. Hipotesis Perjanjian Hutang
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam kondisi yang sama, perusahaan yang berada
dalam kondisi rawan melakukan pelanggaran perjanjian hutang, maka manajer
perusahaan akan lebih memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba yang
dilaporkan untuk periode yang akan datang ke periode sekarang.
3. Hipotesis Biaya Politik
Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam kondisi yang sama, semakin besar biaya
politik yang dihadapi oleh perusahaan, maka manajer perusahaan akan lebih memilih

prosedur akuntansi yang dapat menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode
sekarang ke periode yang akan datang.
C. Penelitian Empiris pada Teori Akuntansi Positif
Terdapat banyak penelitian empiris yang dilakukan untuk menguji tiga hipotesis dalam
Teori Akuntansi Positif. Beberapa diantaranya adalah Penelitian yang dilakukan Lev (1979)
yang menghasilkan beberapa jawaban yaitu :
1. Mengapa perusahaan yang berbeda mungkin memilih kebijakan akuntansi berbeda
2. Mengapa ada manajer mungkin keberatan dengan perubahan dalam kebijakan
akuntansi
3. Mengapa investor bereaksi atas dampak potensial perubahan kebijakan akuntansi atas
laba bersih
4. Memasukkan hipotesis perjanjian utang dan rencana bonus sebagai alasan untuk
reaksi negatif pasar pada prospek perusahaan dengan biaya-penuh yang sedang
didorong untuk mengganti usaha-sukses.
5. Kemungkinan (extent) bahwa pengontrakan menjadi kurang efisien, dan bahwa
manajer akan berperilaku opotunistis untuk melindungi bonusnya dan menghindari
penyimpangan perjanjian utang, pasar diharapkan bereaksi negatif
Penelitian terhadap hipotesis rencana bonus yang dilakukan oleh Healy (1985)
menyatakan bahwa manajer dengan rencana bonus berdasarkan laba bersih secara sistematis
mengadopsi kebijakan akrual yang sedemikian rupa sehingga memaksimalkan bonus yang
diharapkan.
Penelitian terhadap hipotesis perjanjian utang yang dilakukan oleh Dichev dan Skinner
(2002) menyatakan bahwa manajer berusaha untuk mempertahankan level pelanggaran
perjanjian hutang (covenant slack) sebesar nol atau justru bernilai positif dengan mengatur
rasio utangnya (covenant ratio). Hasil ini konsisten dengan hipotesis perjanjian utang.
Hipotesis biaya politik yang memiliki arah berkebalikan dari dua hipotesis sebelumnya
dilakukan oleh Jones (1991) dimana hasilnya perusahaan melaporkan laba neto yang lebih
rendah dari seharusnya selama investigasi pembebasan impor.
Pada akhirnya, hipotesis pada teori akuntansi positif dapat dibagi ke dalam dua bentuk:
1. Teori Akuntansi Positif versi Oportunistik
Pada Teori Akuntansi Positif bentuk oportunistik, diasumsikan bahwa manajer akan
memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan tingkat utilitas yang diharapkan

sehubungan dengan upah yang diberikan, kontrak-kontrak hutang, dan biaya-biaya


politik.
2. Teori Akuntansi Positif versi Kontrak Efisien
Pada Teori Akuntansi Positif bentuk kontrak efisien, diasumsikan bahwa kontrak stem
pengendalian internal, serta tata kelola yang baik dari perusahaan, dapat membatasi
munculnya sifat oportunistik dan sebaliknya dapat memotivasi manajer dalam
memilih kebijakan akuntansi untuk mengendalikan biaya-biaya kontrak, sehingga
dapat menyeimbangkan kepentingan perusahaan dengan para pemegang saham.
Kritik Kritik Terhadap Teori Akuntansi Positif
1. TAP tidak memberikan resep yang berarti tidak menyediakan alat untuk
meningkatkan praktek akuntansi
2. TAP tidak bebas nilai. Dalam TAP tidak ada panduan bagaimana apa yang seharusnya
seseorang lakukan. TAP hanya menyediakan informasi efek dari tindakan tertentu dan
menyerahkan kepada torang lain tindakan apa yang akan dilakukan.
3. Asumsi bahwa setiap orang bertindak hanya untuk memaksimalkan keuntungan
pribadi dianggap terlalu negatif dan terlalu menyederhanakan ditinjau dari sudut
pandang kemanusiaan.
4. Tidak ada perkembangan yang berarti sejak tahun 1070-an dengan tiga hipotesis kunci
(debt hypothesis, bonus hypothesis, dan political hypothesis)
5. TAP dianggap cacat secara ilmiah. Hipotesis yang dikemukakan TAP dianggap tidak
berdasar sehingga harus ditolak.
6. Peneliti TAP mengabaikan banyak hubungan organisasi-hubungan khusus dan
informasi yang digunakan hanya informasi yang dianggap peneliti relevan.

You might also like