Professional Documents
Culture Documents
Analisis Mutu
Mikrobiologi Pangan
Asisten
J3E113053
J3E113002
Liri Larasati
J3E113029
Oji Fachruroji
J3E213111
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak makanan kaleng yang dipasarkan di Indonesia diantaranya buah,
daging, minuman, ikan dan lain-lain. Makanan yang sudah habis masa
pemakaiannya atau kadaluarsa dapat membuat si pengkosumsi mengalami
keracunan. Kerusakan makanan kaleng terdiri dari 3 macam yaitu kerusakan fisik
makanan kaleng misalnya kaleng berkarat atau penyok karena benturan keras,
kerusakan kimia makanan kaleng misalnya kerusakan zat-zat gizi atau
penggunaan wadah kaleng yang tidak sesuai sehingga terjadi reaksi kimia antara
kaleng dan makanan di dalamnya. Kerusakan yang ketiga yaitu kerusakan
mikrobiologis. Kerusakan mikrobiologis terdiri dari 2 kelompok yaitu tidak
terbentuknya gas dan adanya pembentukan gas. Kerusakan mikrobologi dapat
mengakibatkan terjadinya penggembungan kaleng karena terbentuknya gas oleh
mikroba, terutama CO2 dan H2.
1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan untuk mengetahui kerusakan pada makanan kaleng
serta menguji mikrobiologi terhadap makanan kaleng baik makanan kaleng yang
masih normal maupun makanan kaleng yang sudah rusak baik untuk makanan
yang berasam rendah maupun makanan berasam tinggi.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah makanan kaleng
yang terlihat normal, makanan kaleng yang rusak (kembung atau bocor), media
DTBPA, NA cair, NB, SA, air steril, larutan pengencer steril. Sedangkan alat yang
digunakan adalah cawan petri steril, gelas piala, pipet mikro, pipet steril,
inkubator 300 C dan 55C.
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Pemeriksaan Luar Kaleng
Amati Label
Lepas Label
Makanan
padat
diencerkan
Kaleng rusak
dibersihkan
dengan tissu
yang dibasahi
dengan alkohol
Kaleng rusak
diberi tanda
Cuci dengan
sabun dan
dibilas (jangan
lakukan pada
produk
bocor/kembung)
Buka kaleng,
tutup diganti
dengan cawan
petri
SA
NB
DTBPA
NB +NA
SA
NB
DTBPA NB +NA
1 ml
0.1 ml
NB+NA
cair
NB+NA
cair
SA
S
A
DTBP
A
Inkubasi T
300C
Inkubasi T
550C
DTBP
A
Inkubasi T
300C
Inkubasi T
550C
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
- Pemeriksaan Luar Kaleng
Nama produk : Opor Ayam
Merk
: Pronas
Komposisi
Nama PT
: PT Canning Indonesia
Alamat PT
: Denpasar 80113-Indonesia
Kelompok
Sampel
5
7
Nata de
coco
Nata de
coco
Sarden
Sarden
Kelompok
Sampel
1
3
5
7
Nata de
coco
Nata de
coco
Sarden
Sarden
SA Suhu 30C
Tabung 1 Tabung 2
SA Suhu 55C
Tabung 1
Tabung 2
110
18
42
176
66
1
0
16
100
0
180
100
0
115
15
Tabel Hasil Pemeriksaan Makanan Kaleng Normal (1ml)
0
0
0
0
NB Suhu 30C
NB Suhu 55C
NB + NA Suhu 55C
Cawan 1
++
Cawan
2
++
Cawan
1
-
Cawan
2
-
++
++
NB + NA Suhu
30C
Tabung 1 Tabung 2
Tabung 1
Tabung 2
+++
++++
++++
+++
+++
+++
++
++
++
++
+
+
Tabel Hasil Pemeriksaan Makanan Kaleng Normal (1ml)
Kelompok
Sampel
2
4
Opor
Opor
6
8
Selada
Selada
Kelompok
Sampel
SA Suhu 55C
Tabung 1
Tabung 2
NB Suhu 30C
NB + NA Suhu 55C
NB Suhu 55C
Cawan 1
2
4
6
8
Opor
Opor
Selada
Selada
Cawan
Cawan
Cawan
2
1
2
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
++
+
+
Tabel Hasil Pemeriksaan Makanan Kaleng Rusak (1ml)
Kelompo
k
2
4
6
8
Kelompo
k
Sampel
Sampel
NB Suhu 30C
Cawan 1
2
4
6
8
NB + NA Suhu
30C
Tabung 1 Tabung 2
NB Suhu 55C
Cawan
Cawan
Cawan
2
1
2
Opor
++
++
Opor
++
++
Selada
++
++
+
+
Selada
++
++
+
+
Tabel Hasil Pemeriksaan Makanan Kaleng Rusak (0.1ml)
0
-
0
-
Tabung 1
Tabung 2
+++
-
+++
-
SA Suhu 30C
Tabung 1 Tabung 2
SA Suhu 55C
Tabung 1
Ta
0
200
-
0
0
-
0
289
-
0
0
-
NB + NA Suhu
30C
Tabung 1 Tabung 2
Tabung 1
Ta
++
+
+
-
++
+
-
++
-
++
+
-
NB + NA Suhu
3.2 Pembahasan
Makanan kaleng adalah makanan yang diawetkan dengan pemanasan di
dalam wadah yang tertutup secara hermetis. Pengepakan secara hermetis
mencegah masuknya gas atau mikroorganisme kedalam kaleng sehingga
mencegah kontaminasi dari luar setelah kaleng ditutup tetap hermetis atau kaleng
bocor (Fardiaz, 1992). Pengalengan adalah proses menyimpan dalam wadah yang
ditutupi rapat sehingga udara, zat lain dan organisme perusak atau pembusuk tidak
dapat masuk. Makanan yang sudah dikalengakan lalu dipanaskan pada suhu
tertentu dan pada waktu yang bertetapan agar bakteri, jamur tidak dapat
hidup.Dengan demikian makanan yang disimpan dalam kaleng tersebut tidak
mengalami proses pembusukan (Syarif dan Hariadi, 1992).
Proses pengalengan merupakan salah satu cara mengawetkan makanan karena di
dalam kaleng diusahakan tidak terdapat oksigen sehingga bakteri aerob tidak bisa
tumbuh dan merusak makanan. Akan tetapi,masih ada kemungkinan makanan tersebut
mengandung bakteri anaerob yangdapat tumbuh pada lingkungan tanpa oksigen
seperti Clostridium botullinum yang sering disebut bakteri makanan kaleng. Oleh
sebab itu diperlukan pengujian yang ketat terhadap bakteri ini sebelum makanan
dikemas dalam kaleng. Penggunaan pengawet yang tepat (baik secara jenis dan
jumlah) juga merupakan salah satuusaha pencegahan kontaminasi mikroba ini.Jenis
kaleng yang digunakan untuk mengemas produk makanan juga harusdisesuaikan. Kaleng
tersebut tidak boleh melepas kandungan logam ke produk makanan, kuat dan
menjamin tidak adanya kebocoran yang dapat menjadi pintumasuk bakteri atau
oksigen yang dapat menyebabkan kerusakan makanan kaleng. Berikut ini adalah ciri-ciri
kerusakan makanan kaleng :
1.Flat sour : kaleng tidak cembung namun isinya sangat asam.
2.Flipper : kaleng kelihatan normal, namun jika ditekan akan menjadicembung.
3.Springer : salah satu ujung kaleng datar, namun ujung yang lain cembung dan
jika ditekan, cembung ke arah sebaliknya.
Kaleng cembung karena terdapat bakteri yang membentuk gas. Selain bakteri,
bahaya lain yang dapat mengancam penikmat makanankaleng adalah bahan pengawet
yang digunakan. Khususnya pada daging, pengawet dari senyawa amin selain dapat
mengawetkan daging, juga dapat bereaksi dengan protein dalam daging sehingga daging
berwarna merah dan lebih menarik. Namun bila pengawet tersebut masuk ke dalam
tubuh dapat terbentuk senyawa nitroso yang apabila berikatan dengan asam-asam
amino dari DNA akan membentuk senyawa nitrosamin yang bersifat
karsinogenik. Oleh sebab itu, penggunaan produk daging dalam kaleng perlu dibatasi.
3.2.1 Bakteri Penyebab Kebusukan Asam
Kerusakan makanan kaleng berasam tinggi dengan pH < 4 biasanya
disebabkan mikroba jenis mikrokoki, bakteri batang tidak berspora, kapang dan
khamir. Mikroba tersebut biasanya tidak tahan panas, kontaminasi biasanya
disebabkan kebocoran kaleng. Menurut Fardiaz (1993) bahwa bahan makanan
dalam bentuk kemasan yang sudah kadaluarsa dan belum kadaluarsa perlu
dilakukan analisis mikrobiologi untuk mengetahui bahan makanan tersebut
apakah masih layak dikonsumsi atau tidak. Pada praktikum dilakukan analisis
terhadap makanan kaleng baik makanan kaleng yang masih normal maupun
makanan kaleng yang sudah rusak. Untuk mengetahui adanya kerusakan pada
makanan kaleng digunkan media DTBPA untuk mengetahui kerusakan yang
disebabkan oleh spora yang menyebabkan busuk asam. Ciri-ciri positif yang
ditunjukkan pada media DTBPA adalah akan terbentuk koloni yang dikelilingi
oleh areal kuning karena pembentukan asam.
Sampel yang digunakan adalah makanan kaleng yang masih normal
(kelompok 1, 3, 5 dan 7) sedangkan sampel yang sudah rusak (kelompok 2,4,6
dan 8). Kelompok 1 dan 3 menggunakan sampel nata de coco, kelompok 5 dan 7
sarden, kelomok 2 dan 4 opor ayam, dan kelompok 6 dan 8 selada. Pada makanan
kaleng normal sebanyak 1 ml sampel kemudian dimasukkan ke dalam cawan
kemudian ditambah DTBPA dan diinkubasi selama 2 hari dalam suhu 30 0C dan
550 C. Pada media yang disimpan dalam suhu 30 0 C jumlah spora penyebab
busuk asam lebih banyak dibandingkan pada media yang disimpan dalam suhu
550 C. Hal ini terlihat pada kelompok 5 dan 7 yang menggunakan sampel sarden.
Pada suhu 300C, kelompok 5 pada cawan terdapat pertumbuhan koloni sebanyak
1.2 x 103 cfu/gram sampel sedangkan kelompok 7 pada cawan terdapat
pertumbuhan koloni di 1 cawan sehingga pada cawan tersebut ada koloni
sebanyak 0.5 x 101 cfu/ gram sampel. Pada suhu 550 C, pada cawan kelompok 7
terdapat pertumbuhan koloni sebesar 0.5 x 103 cfu/ gram sampel. Namun pada
sampel nata de coco (kelompok 1 dan 3) tidak ada koloni yang tumbuh baik
disuhu 300C maupun 550 C.
Pada makanan kaleng rusak sebanyak 1 ml dan 0.1 ml sampel kemudian
dimasukkan ke dalam cawan kemudian ditambah DTBPA dan diinkubasi selama 2
hari dalam suhu 300C dan 550 C. 1 ml sampel yang dimasukkan ke dalam cawan
kemudian ditambah DTBPA, pada kelompok 2 dan 4 yang menggunakan sampel
opor ayam, pada suhu 300C kelompok 2 pada cawan terdapat pertumbuhan koloni
sebanyak 3.5 x 101 cfu/ml sampel. Kelompok 6 dan 8 dengan sampel selada pada
kelompok 6 terdapat pertumbuhan koloni sebanyak 1.5 x 101 cfu / ml dan
kelompok 8 sebanyak 5 cfu/ ml sampel. Pada suhu 550 C, cawan pada kelompok 2
dan 4 tidak terdapat pertumbuhan koloni. Kelompok 8 terdapat koloni sebesar 5
x101 cfu / ml sampel.
Busuk asam, yang disebabkan oleh pembentukan asam oleh beberapa
bakteri pembentuk spora yang tergolong Bacillus. Tanda-tanda kerusakan
makanan kaleng rendah (pH > 4,0). Busuk asam (flat sour ),disebabkan oleh
termofil (Bacillus stearothermophillus) yang ditandai dengan kaleng datar,
kemungkinan kehilangan vakum selama penyimpanan kenampakan tidak berubah,
pH menurun (asam), bau agak menyimpang, kadang-kadang cairan menjadi
keruh. Kerusakan makanan kaleng asam (pH 3,7 4,0) busuk asam (flat sour )
misalnya pada sari buah tomat,disebabkan oleh golongan termofil (Bacillus
thermoacidurans, Bacillus coagulans) kaleng datar, sedikit perubahan vakum
sedikit perubahan pH, bau dan flavor menyimpang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum uji mikrobiologi makanan kaleng dapat disimpulkan
bahwa kerusakan makanan kaleng terdiri dari 3 yaitu kerusakan fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Kerusakan mikrobiologi dapat dilihat melalui ada tidaknya gas yang
terbentuk setelah pengujian. Kerusakan makanan kaleng yang disebabkan oleh
mikroba yang tidak terbentuk gas misalnya kerusakan flat sour yang artinya
penyebab busuk asam. Koloni yang terbentuk adalah koloni berwarna kuning.
Kerusakan makanan kaleng karena ada pembentukan gas H 2S yang ditandai
dengan adanya koloni hitam. Selain itu adanya bakteri aerob yang ditandai dengan
adanya gelembung gas dan adanya kekeruhan yang terdapat di dalam tabung.
4.2 Saran
Dalam praktikum harus dengan menggunakan kerja aseptik agar tidak
terjadi kontaminasi baik melalui udara maupun kontaminasi dari lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S.1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta
Gibson.J.M. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern. EGC, Jakarta.
Syarif, R dan Hariadi, H. 1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta
LAMPIRAN
-
DTBPA
DTBPA 0.1 ml
300C
DTBPA 0.1 ml
550C
DTBPA 1 ml
300C
DTBPA 1 ml
550C
SA
DTBPA 0.1 ml
300C
DTBPA 0.1 ml
550C
DTBPA 1 ml
300C
DTBPA 1 ml
550C
- NB + NA CAIR