You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
Fungsi utama ektrimitas inferior adalah untuk pergerakan. Perubahan
yang terjadi pada fungsi ektrimitas bawah dapat menyebabkan perubahan
kemampuan untuk berjalan dan berlari. Sendi panggul merupakan sendi yang
berada di proksimal dari tulang femur dan di bagian distal diteruskan dengan
sendi lutut. Bentuk anatomis tersebut yang memungkinkan ektrimitas inferior
berperan dalam penopang badan dan pergerakan.
Perubahan fungsi dari ekstrimitas bawah dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti kelainan kongenital,

infeksi, dan trauma. Trauma

yang terjadi dapat terjadi secara langsung maupaun tak langsung dan dapat
mengakibatkan terjadinya fraktur tulang. Tulang femur merupakan tulang
terpanjang dalam tubuh sehingga jika terjadi fraktur dapat mengenai bagian
caput, colum, corpus, serta bagain distal femur.
Pada usia tua fraktur seringkali terjadi pada bagian proksimal femur,
yaitu collum femur yang sering disebabkan oleh trauma ringan namun tulang
sudah mengalami kerapuhan. Sedangkan pada usia muda fraktur femur
seringkali terjadi pada bagain corpus akibat kecelakaan lalu lintas. Insiden
fraktur secara keseluruhan adalah 11,3 dalam 1.000 per tahun. Insiden fraktur
pada laki-laki adalah 11.67 dalam 1.000 per tahun, sedangkan pada
perempuan 10,65 dalam 1.000 per tahun.
Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi
(mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan), dan
rehabilitasi. Agar penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja
yang terjadi, baik pada jaringan lunaknya maupun tulangnya. Mekanisme
trauma juga harus diketahui, apakah akibat trauma tumpul atau tajam,
langsung atau tak langsung.
Reduksi berarti mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi
semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan bagian
yang sakit dapat berfungsi kembali dengan maksimal. Retaining adalah

tindakan mempertahankan hasil reposisi dengan fiksasi (imobilisasi). Hal ini


akan menghilangkan spasme otot pada ekstremitas yang sakit sehingga
terasa lebih nyaman dan sembuh lebih cepat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI FEMUR1
Merupakan tulang terpanjang dan terkuat dalam tubuh manusia.
Sifatnya t e r m a s u k t u l a n g p a n j a n g ( o s l o n g u m ) , s e h i n g g a d a p a t
d i b e d a k a n m e n j a d i epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis
distalis. Adapun bagian-bagian yang terdapat didalamnya adalah

Epiphysis Proximalis

Diaphysis

Epiphysis Distalis

Caput femoris

Corpus femoris

Condylus medial

Collum femoris

Linea Aspera

Condylus lateral

Trochanter major

Tuberositas Gluteal

Fossa intercondyloid

Trochanter minor
Sulcus
intertrochanteric
Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat tubuh, meneruskan
berat tubuh dari os. Coxae kepada tibia sewaktu manusia berdiri. Caput
femoris menganjur ke arah kraniomedial dan agak ke ventral sewaktu
bersendi dengan acetabulum. Ujung proximal femur terdiri dari sebuah caput
femoris, collum femoris, dan dua trochanter (trochanter major dan trochanter
minor). Caput femoris dan collum femoris membentuk sudut terhadap poros
panjang corpus femoris ; sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis kelamin.
Jika sudut ini berkurang keadaannya dikenal sebagai coxa vara; jika sudut
bertambah, keadaan ini disebut coxa valga. Meski arsitektur demikian
memungkinkan daya gerak femur pada articulatio coxae yang lebih besar,
keadaan ini juga melimpahkan beban yang cukup besar pada collum femoris.
Corpus femoris berbentuk lengkung, yakni cembung kea rah anterior. Ujung
distal femur berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ulir.

Gambar 2.1 Os. Femur tampak anterior dan posterior


2.2. DEFINISI FRAKTUR2
Fraktur adalah suatu diskontinuitas struktur tulang, pembuluh darah,
saraf, dan jaringan disekitarnya. Diskontinuitas dapat berupa suatu retakan
bahkan sampai suatu patahan yang komplit dan terjadi pergeseran tulang.
Apabila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau
kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup, sedangkan bila terdapat
luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau kulit
tidak intak disebut fraktur terbuka.
4

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang


dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, atau kondisi-kondisi
tertentu seperti degenerasi tulang atau osteoporosis. Corpus femur dapat
mengalami fraktur akibat trauma langsung, puntiran, atau pukulan pada
bagian depan yang berada dalam posisi fleksi ketika kecelakaan lalu lintas.
2.3. EPIDEMIOLOGI2
Fraktur collum femur dan fraktur subtrochanter banyak terjadi pada
wanita tua dengan usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami
osteoporosis, trauma yang dialami oleh wanita berusia tua, biasanya ringan
sedangkan penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.
Sedangkan fraktur batang femur fraktur supracondyler, fraktur intercondyler,
fraktur condyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita laki-laki
dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur
corpus femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain di rumah atau di
sekolah.

2.4. FASE PENYEMBUHAN TULANG3


Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan
jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru
dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang,
yaitu:
1. Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Selsel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai
tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24
48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2. Proliferasi Seluler

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago
yang berasal dari periosteum, endosteum, dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke
dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru
yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini
berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung
frakturnya.
3. Pembentukan Kallus
Selsel yang berkembang

memiliki

potensi

yang

kondrogenik

dan

osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk
tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan
osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel
tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan
kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan
periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih
padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu
setelah fraktur menyatu.
4. Konsolidasi
Bila aktivitas osteoklast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan
osteoklast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat
dibelakangnya osteoklast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5. Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih
tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak

dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk


struktur yang mirip dengan normalnya
2.5. ETIOLOGI2
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana
trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur
akibat kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari
ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olahraga. Trauma bisa terjadi secara
langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan
pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak
langsung apabila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang
terkena; jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara)
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya; penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif
disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila terkena kekuatan tidak
langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.
Fraktur akibat peristiwa trauma tunggal. Kekuatan dapat berupa:
1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral.
2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan
fraktur melintang.
3. Penekukan dan penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian
melintang tetapi disertai fragmen kupu-kupu berbentuk segitiga
terpisah.
4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan, dan penekanan yang
menyebabkan fraktur oblique pendek.
5. Penarikan dimana tendon atau ligament benar-benar menarik tulang
sampai terpisah.
Tekanan yang berulang-ulang
Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda
lain, akibat tekanan berulang-ulang.

Kelemahan abnormal pada tulang


Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu kemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya
penyakit paget).
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di
atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh
dari lokasi benturan.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari
otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada:
- Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang
-

tidak terkendali dan progresif.


Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu progresif, lambat dan

sakit nyeri.
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skeletal lain,
biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang
dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh karena

asupan kalsium atau fosfat yang rendah.


3. Secara spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
2.6. KLASIFIKASI5

a. Fraktur collum femur : fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma
langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana
daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena
gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam:
Fraktur subtrochanter femur : fraktur dimana garis patahnya
berada 5cm distal dari trochanter minor dibagi dalam beberapa
klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami
-

adalah klasifikasi Fielding & Magliato yaitu:


Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
Tipe 2 : garis patah berada 1-2 inch di bawah dari batas atas

trochanter minor
Tipe 3 : gairs patah berada 2-3 inch di distal dari batas atas
trochanter minor

Gambar 2.2 Klasifikasi fraktur subtrochanter menurut Fielding


b. Fraktur corpus femur (dewasa)
Fraktur corpus femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat
kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
penderita jatuh dalam shock. Salah satu klasifikasi fraktur batang femur

dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang


patah. Dibagi :
- Tertutup
- Terbuka
Ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang
patah dengan dunia luar, dibagi dalam tiga derajat, yaitu:
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul
luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari

dalam menembus keluar.


Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan

karena benturan dari luar.


Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor,

jaringan lunak banyak ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah).


c. Fraktur supracondyler femur : fraktur supracondyler fragment distal selalu
terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya
tarikan dari otot-otot gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini
disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga
terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.
d. Fraktur intercondyler femur : fraktur intercondyler diikuti oleh fraktur
supracondylar, sehingga umunya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
e. Fraktur condyler femur : mekanisme traumanya biasanya kombinasi dari
gaya hiperabduksi dan adduksi disertai tekanan pada sumbu femur ke
atas.
h. Fraktur Diafisis Femur
Fraktur diafisis femur sering ditemukan pada anak-anak dan harus
dianggap sebagai suatu fraktur yang dapat menimbulkan perdarahan dan
syok. Kerusakan saraf jarang terjadi.

Mekanisme trauma4
Fraktur terjadi karena suatu trauma hebat dan lokalisasi yang paling
sering adalah pada 1/3 tengah diafisis femur
Klasifikasi4
Fraktur dapat bersifat oblik, transversal, dan jarang bersifat
kominutif
Gambaran klinis4

10

Penderita biasanya datang dengan gejala trauma hebat disertai


pembengkakan pada daerah tungkai atas dan tidak dapat
menggerakkan tungkai. Terdapat deformitas, pemendekan anggota
gerak dan krepitasi. Pemeriksaan harus dilakukan secara hati-hati

agar tidak menambah perdarahan


Pengobatan3
1. Usia 0 5 tahun
Traksi kulit untuk beberapa

hari

dilanjutkan

dengan

menggunakan hip spica dengan hip dan lutut sedikit di fleksikan.


Untuk anak usia sampai dengan 2 tahun, digunakan Bryant
traksi. Bryant traksi sebaiknya tidak digunakan pada anak
dengan berat badan di atas 30kg atau pada dewasa karena
dapat menyebabkan rusaknya kulit. Kerusakan kulit terjadi
akibat nekrosis karena pemberian beban traksi yang terlalu
berat. Untuk anak usia 2-5 tahun traksi dengan waktu yang
singkat dengan Thomas splint. Kontraindikasi penggunaan hip
spica adalah adanya pemendekan lebih dari 3cm, adanya
multiple injuries, dan apabila berhubungan dengan cedera
kepala. Setelah pasien KRS pasien harus di foto secara berkala
untuk memastikan alignment tulang yang patah terkontrol. Pada
anak-anak tidak diberikan traksi tulang karena dapat merusak
epifisial plate.
2. Usia 5 10 tahun
Setelah beberapa hari dilakukan traksi kulit, fraktur di terapi
dengan reduksi tertutup diikuti dengan pemasangan hip spica
atau pemasangan intramedullary nails. Alternatif lain dengan
pemasangan eksternal fiksasi.
3. Usia > 10 tahun
Setelah periode singkat dari traksi, fraktur batang femur diterapi
dengan pemasangan intramedullary nail yang kaku dan
mengunci. Paku ini mengunci proksimal dan distal dari fraktur
dengan

sekrup

yang

melintang

11

dan

menembus

lubang

transversal pada batangnya. Keuntungan metode ini yang juga


dipakai pada dewasa adalah pasien dapat menanggung semua
berat badannya. Terapi alternatif pada kelompok usia ini adalah
reduksi terbuka dan internal fiksasi dengan pemasangan plate
dan sekrup.

Gambar 2.3 Traksi Bryant

Gambar 2.4 Traksi Thomas

12

Gambar 2.5 Flexible intramedullary nail

13

Gambar 2.6 Fiksasi internal dan eksternal


Fraktur pada tulang yang berkembang yang tidak dapat disamakan
dengan tulang pada dewasa. Perbedaannya antara lain adalah:
1. Pada anak yang sangat muda, tulangnya diakhiri dengan
kartilago yang luas yang tidak dapat dilihat dengan x-ray. Fraktur
pada bagian ini sulit di diagnosa, dapat dibantu oleh x-ray kedua
sisi ekstremitas dan membandingkannya.
2. Tulang anak-anak sedikit rapuh daripada dewasa. Oleh sebab itu
frekuensi dari fraktur inkomplit- fraktur torus dan fraktur
greenstick sering ditemukan.
3. Periosteum lebih tebal daripada tulang dewasa; ini menjelaskan
mengapa fraktur displacement lebih terkontrol. Aktivitas selular
juga lebih banyak, itulah mengapa fraktur pada anak-anak lebih
cepat sembuh daripada dewasa. Fraktur batang femur akan
sembuh dalam waktu kurang lebih 3 minggu pada bayi, 4-6

14

minggu pada anak-anak, dan dibandingkan dngan dewasa yang


sembuh 14 minggu atau lebih.
4. Non union sangat jarang
5. Pertumbuhan tulang mempengaruhi modelling dan remodeling
yang menentukan struktur dan semua bentuk dari tulang.
6. Kerusakan pada physis tidak dapat disamakan dengan dewasa.
Kerusakan pada growtrh plate dapat memiliki konsekuensi yang
serius meskipun dapat sembuh dengan cepat dan aman.

2.7. PATOFISIOLOGI2
Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan di
sekitarnya, seperti di ligament, otot tendon, persarafan, dan pembuluh darah,
oleh karena itu pada kasus fraktur harus ditangani cepat, dan perlu dilakukan
tindakan operasi.
Tanda dan Gejala :
- nyeri hebat ditempat fraktur
- tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
- diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti: fungsi berubah, bengkak,
sepsis pada fraktur terbuka dan deformitas.
2.8. DIAGNOSIS5
1. Tanda tanda pasti fraktur:

Krepitasi
False movement
Deformitas

2. Tanda tanda tidak pasti:

Nyeri
Bengkak
Sulit digerakkan

3. Gambaran Klinis

15

Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan


menggunakan tungkai yang mengalami cedera. Faktur tidak selalu dari
tempat yang cedera, suatu pukulan dapat menyebabkan fraktur condylus
femur, corpus femur, patella, ataupun acetabulum. Umur pasien dan
mekanisme cedera itu penting. Jika fraktur terjadi akibat cedera yang
ringan dapat dicurigai lesi patologik

seperti:

nyeri, memar dan

pembengkakan adalah gejala yang sering ditemukan, tetapi gejala itu


tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak, deformitas jauh
lebih mendukung.
Tanda-tanda lokalis:
a) Look : pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang
penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki
hubungan dengan fraktur.
b) Feel : terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa
bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji
sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang
memerlukan pembedahan.
c) Movement: krepitasi dan gerakan abnormal dapat ditemukan tetapi
lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakkan
sendi-sendi dibagian distal cedera.

Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah
pencitraan menggunakan sinar Rontgen (x-ray) untuk mendapatkan
gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang, oleh karena itu minimal
diperlukan 2 proyeksi yaitu antero posterior (AP) dan lateral. Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan atau indikasi untuk memperlihatkan

16

patologi yang dicari, karena adanya superposisi. Untuk fraktur baru indikasi
X-ray adalah untuk melihat jenis dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu
tampak seluruh bagian tulang (kedua ujung persendian).

Gambar 2. 7 Gambaran radiologis fraktur intertrochanter


2.9. PENATALAKSANAAN2
1. Terapi konservatif :
- Proteksi
- Immobilisasi
- Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips atau traksi
Metode pemasangan traksi :
Traksi manual
Tujuan : perbaikan dislokasi, mengurangi nyeri, pada keadaan

emergensi dilakukan dengan menarik bagian tubuh.


Traksi mekanik
Ada dua macam yaitu:
Traksi kulit dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur
lain, misalnya otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban
< 5 kg. untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk
dipakai sebagai fraksi definitive, bila tidak diteruskan dengan
pemasangan gips.
17

Traksi skeletal merupakan traksi definitive pada orang dewasa


yang

merupakan

balanced

traction.

Dilakukan

untuk

menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit


melalui tulang/ jaringan metal.
Kegunaan pemasangan :
Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Memperbaiki dan mencegah deformitas
Immobilisasi
Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
Mengencangkan pada perlekatannya
2. Terapi operatif :
Indikasi Operasi
Open fracture
Fraktur tidak stabil
Gagal dengan reduksi tertutup
Fraktur intraartikular
Fraktur non-union
Fraktur mal-union
ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
Indikasi ORIF :
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avascular nekrosis
tinggi
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
Fraktur yang berdasarkan pengalaman member hasil yang lebih
baik dengan operasi.
2.10. KOMPLIKASI4
Komplikasi paling serius dari fraktur batang femur adalah Volkmanns
iskemik (compartment syndrome) dari saraf dan otot oleh karenaspasme
arteri femoralis atau perdarahan dan edema pada kompartemen jaringan
lunak. Gejala klinik yang akan timbul dari Volkmanns iskemik pada
ekstremitas bawah sama saja dengan ekstremitas atas; nyeri, pucat, tidak
ada pulsasi, parestesia dan paralisis. Anak-anak yang mendapat terapi untuk
fraktur batang femur sebaiknya tidak diberikan analgesik. Fraktur yang
terkontrol dengan baik seharusnya tidak menimbulkan nyeri dan apabila

18

anak-anak merasakan nyeri yang parah dan terus menerus terutama nyeri
pada betis, kebanyakan disebabkan oleh compartment syndrome.
Saat compartment syndrome dicurigai terjadi, semua perban yang melingkari
harus dilepas. Traksi kulit harus diganti dengan traksi tulang melalui metafisis
distal dari femur dengan pinggul dan lutut fleksi.
a. Early :
Lokal
Vaskuler : compartement syndrome
Trauma vaskuler
Neurologis: lesi medulla spinalis atau saraf perifer
Sistemik : emboli lemak
Crush syndrome
Emboli paru dan emboli lemak
b. Late :
Malunion : bila tulang sembuh dengan fungsi anatomis abnormal

(angulasi, perpendekan, atau rotasi) dalam waktu yang normal


Delayed union : fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih
dari normal.

19

BAB III
KESIMPULAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Tulang femur
merupakan tulang terpanjang pada badan sebagai penopang berat tubuh.
Jika terjadi fraktur dapat mengenai bagian proksimal sampai distal tulang.
Fraktur yang mengenai tulang femur menyebabkan penderita tidak bisa
berjalan, kehilangan darah yang banyak, dan jika tidak ditangani dengan baik
maka dapat menjadi kecacatan seumur hidup. Diagnosis segera dari
gambaran klinis dan pemeriksaan radiologis dan penanganan yang tepat
dengan reposisi, imobilisasi, dan rehabilitasi sangat diperlukan untuk
mengembalikan fungsi tulang femur dan untuk mencegah komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Standring, Susan et al, Grays Anatomy : The Anatomical Basis of Clinical
Practice, 39th edition, 2008, British : Elsevier

20

2. Robert B. Salter, Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal


System, 3rd edition, 1999, Lippincott Williams & Wilkins
3. Solomon L., Apleys Concise System of Orthopaedics and Fractures, 3rd
edition, 2005, Hodder Arnold
4. Chairuddin Rasjad, Pengantar ilmu bedah ortopedi, Edisi 3, 2009, Yarsif
Watampone, Jakarta
5. Greenspan, Adam. 2004. Orthopedic Imaging: A Practicial Approach, 4 th
Edition. New York: Lippincot Williams & Wilkins

21

You might also like