Professional Documents
Culture Documents
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas yaitu menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya (Agus Sartono,
2001;114).
Johar Arifin (2004;8), mengemukakan bahwa rasio likuiditas mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.
Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja dari pos-pos
aktiva lancar dan hutang lancar.
3.1.1 Current Ratio
Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2007;77), mengemukakan bahwa
rasio lancar adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang
akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis).
Rumus untuk menghitung current ratio =
Komponen
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
rupiah)
rupiah)
Aktiva Lancar
29.954.021
34.604.461
Hutang Lancar
13.802.317
20.094.580
29.954 .021
13.802.317
= 2,17
34.604 .461
20.094 .580
= 1,72
Berdasarkan perhitungan rasio diatas, PT Gudang Garam Tbk mengalami
penurunan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari tahun 2012 ke
56
tahun 2013. Hal ini dikarenakan jumlah hutang meningkat lebih tinggi, tidak
sebanding dengan peningkatan aktiva yang dimiliki.
3.1.2 Quick Ratio
Quick ratio yaitu rasio yang menunjukan ukuran kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan
persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk
direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat
direalisir sebagai uang kas walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih
likuid dari pada piutang. Munawir (2004;74)
Rumus untuk menghitung quick ratio =
Komponen
Aktiva LancarPersediaan
Hutang Lancar
rupiah)
rupiah)
Aktiva Lancar
29.954.021
34.604.461
Persediaan
26.649.777
30.241.368
Hutang Lancar
13.802.317
20.094.580
= 0,239
34.604 .46130.241.368
20.094 .580
4.363 .093
20.094 .580
= 0,217
Berdasarkan perhitungan quick ratio dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT
Gudang Garam Tbk mengalami penurunan sebesar 0,02. Penurunan ini
disebabkan hutang jangka pendek, persediaan dan total aktiva meningkat.
57
Komponen
Kas
Hutang Lancar
rupiah)
rupiah)
Kas
1.285.799
1.404.108
Hutang Lancar
13.802.317
20.094.580
1.285 .799
13.802 .317
= 0,093
Cash Ratio 2013 =
1.404 .108
20.094 .580
= 0,069
Berdasarkan perhitungan cash ratio, PT Gudang Garam Tbk juga
mengalami penurunan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan
aktiva lancer berupa kas yang dimiliki.
Kesimpulan: Jadi, berdasarkan perhitungan rasio likuiditas current, quick, dan
cash ratio dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Gudang Garam Tbk mengalami
penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
melunasi hutang jangka pendeknya kurang baik, karena walaupun aktiva
meningkat, total hutang jangka pendek juga meningkat.
58
Total Hutang
Total Modal
rupiah)
rupiah)
Total Hutang
14.903.612
21.353.980
Modal
26.605.713
29.416.271
DER 2012 =
14.903 .612
26.605 .713
= 0,56
DER 2013 =
21.353 .980
29.416 .271
=0,72
Berdasarkan perhitungan diatas, PT Gudang Garam mengalami peningkatan
dalam pemenuhan seluruh hutang menggunakan modal sendiri sebagai
jaminannya. Hal ini dikarenakan total hutang dari tahun 2012 ke tahun 2013
meningkat, dan modal sendiri yang digunakan sebagai jaminan juga
meningkat. Jadi, rasio yang dihasilkan pada perhitungan DER ini kurang baik.
3.2.2 Rasio Hutang Terhadap Total Aset (Debt to Asset Ratio)
59
Total Hutang
Total Aktiva
rupiah)
rupiah)
Total Hutang
14.903.612
21.353.980
Total Aktiva
41.509.325
50.770.251
DAR 2012 =
14.903.612
41.509 .325
= 0,395
DAR 2013 =
21.353 .980
50.770.251
= 0,420
Berdasarkan perhitungan DAR dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Gudang
Garam Tbk mengalami peningkatan sebesar 0,025. Hal ini masih disebabkan
karena total hutang dan aktiva atau kekayaan yang dimiliki perusahaan
meningkat.
3.2.3 Rasio Laba Terhadap Beban Bunga (Time Interest Earned)
Rasio ini disebut juga rasio penutupan (coverage ratio), mengukur
kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT),
sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam
pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman (Agnes Sawir, 2003;13-14).
Time Interest Earned (TIE) =
60
Komponen
rupiah)
rupiah)
EBIT
6.025.681
6.691.722
Beban Bunga
495.035
755.518
TIE 2012 =
6.025 .681
495.035
= 12,172
TIE 2013 =
6.691 .722
755.518
= 8,857
Nominal Beban Sewa pada perhitungan FCC ini didapat dari akun Beban
dibayar dimuka berdasarkan informasi pada Catatan Atas Laporan Keuangan.
Berikut rinciannya:
Beban Dibayar Dimuka
2012 (dalam jutaan
rupiah)
rupiah)
61
Beban promosi
Beban sewa
Lainnya
Total
FCC 2012 =
40.760
21.315
78.709
140.784
33.420
43.052
138.108
214.580
= 11,7
FCC 2013 =
(6.691.722+ 43.052)
(755.518+ 43.052)
6.734 .774
798.570
= 8,4
Berdasarkan perhitungan diatas, dari tahun 2012 ke tahun 2013 PT Gudang
Garam Tbk mengalami penurunan dalam menutup beban tetapnya yaitu beban
sewa, dikarenakan laba operasi dan beban sewa meningkat hal ini berarti dapat
mengurangi kemampuan hutang perusahaan.
3.2.5 Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam memenuhi hutanghutang jangka panjang perusahaan. Dihitung dengan membandingkan total
hutang jangka panjang dengan modal perusahaan.
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) =
Komponen
Total Hutang Jangka
Panjang
Modal
LTDER 2012 =
rupiah)
rupiah)
1.101.295
1.259.400
26.605.713
29.416.271
1.101 .295
26.605 .713
62
= 0,0413
LTDER 2013 =
1.259 .400
29.416 .271
= 0,0428
Berdasarkan perhitungan diatas, PT Gudang Garam mengalami peningkatan
0,0015. Hal ini dikarenakan hutang jangka panjang dari tahun 2012 ke tahun
2013 meningkat, dan modal yang digunakan sebagai jaminan juga meningkat.
Namun peningkatan yang terjadi ini terbilang stabil, jadi perusahaan belum
bisa dikatakan mampu memenuhi hutang-hutangnya dengan modal yang
dimiliki.
3.2.6 Rasio Utang/Leverage
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi total kewajibannya dengan aktiva tetap dan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan.
Rumus Rasio Utang =
Komponen
rupiah)
rupiah)
Aktiva Lancar
29.954.021
34.604.461
Aktiva Tetap
11.555.304
16.165.790
Total Hutang
14.903.612
21.353.980
= 2,78
Rasio Utang 2013 =
=
= 2,37
63
Komponen
Penjualan
Total Aktiva
rupiah)
rupiah)
64
Penjualan
49.028.696
55.436.954
Total Aktiva
41.509.325
50.770.251
TATO 2012 =
49.028 .696
41.509 .325
= 1,18
TATO 2013 =
55.436 .954
50.770.251
= 1,09
Berdasarkan perhitungan rasio perputaran total aktiva, PT Gudang Garam
mengalami perputaran sedikit lambat. Namun tidak terlalu berpengaruh
terhadap penjualan perusahaan dikarenakan penurunan hanya sebesar 0,09. Hal
ini didukung dengan jumlah penjualan yang meningkat di tahun 2012 ke tahun
2013.
3.3.2 Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over)
Rasio ini mengukur efektifitas penggunaan dana yang tertanam pada harta
tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau
berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap. Rasio ini berguna untuk mengevalusi
kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk
meningkatkan pendapatan kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan
terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang
bermanfaat, atau mungkin disebabkan oleh hal-hal lain seperti investasi pada
aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan
diperoleh (Agnes Sawir, 2003;17).
Rumus FATO =
Komponen
Penjualan
Total Aktiva Tetap
rupiah)
rupiah)
65
Penjualan
49.028.696
55.436.954
11.555.325
16.165.790
FATO 2012 =
49.028 .696
11.555 .304
= 4,242
FATO 2013 =
55.436 .954
16.165.790
= 3,429
Berdasarkan perhitungan perputaran aktiva tetap diatas, terjadi perputaran
yang lambat pada PT Gudang Garam Tbk. Hal ini dikarenakan investasi aktiva
tetap yang berlebihan, bisa dilihat pada tabel bahwa dari tahun 2012 ke tahun
2013 terjadi peningkatan aktiva tetap.
3.3.3 Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Menurut Agnes Sawir (2009: 16) Perputaran modal kerja merupakan rasio
yang mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban
lancar serta menujukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat
diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Menurut Riyanto (2008 :335) Working capital turn over merupakan
kemampuan modal kerja (netto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash
cycle) dari perusahaan.
Rumus untuk menghitung Rasio Perputaran Modal Kerja adalah =
Penjualan
Modal Kerja Bersih
Komponen
Penjualan
Penjualan
Aktiva LancarUtang Lancar
rupiah)
rupiah)
49.028.696
55.436.954
66
Aktiva Lancar
29.954.021
34.604.461
Hutang Lancar
13.802317
20.094.580
WCTO 2012 =
=
49.028 .696
29.954 .02113.802.317
49.028 .696
16.151.704
= 3,035
WCTO 2013 =
=
55.436 .954
34.604 .46120.094 .580
55.436 .954
14.509.881
= 3,820
Berdasarkan perhitungan rasio diatas terjadi peningkatan dari tahun 2012 ke
tahun 2013 sebesar 0,7. Hal ini dikarenakan modal kerja yang dimiliki
digunakan secara efisien demi mencapai target penjualan.
3.3.4 Rasio Rata-rata Umur Piutang (Average Collection Period)
Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata
jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan
harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rasio ini dapat
dibandingkan dengan persyaratan penjualan. Karena sering sulit mendapatkan
data penjualan kredit maka digunakan total penjualan, tidak adanya persamaan
persentase penjualan kredit pada perusahaan-perusahaan dapat menyebabkan
rata-rata jangka waktu penagihan kurang tepat. Satu tahun dapat diasumsikan
360 hari atau 365 hari, kedua angka ini digunakan dalam lingkup keuangan dan
perbedaannya tidak akan mempengaruhi keputusan yang dihasilkan (Agnes
Sawir, 2003;15).
Angka rata-rata piutang yang terlalu tinggi menunjukan kemungkinan tidak
kembalinya piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang terlalu rendah
bisa jadi merupakan indikasi kebijakan piutang yang terlalu ketat, dan ini akan
menurunkan penjualan dari yang seharusnya bisa dimanfaatkan (Mamduh M
Hanafi dan Abdul Halim, 2007;80).
67
Rumus rata-rata umur piutang menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim
(2007;79) adalah =
Komponen
Piutang
Penjualan/365
2012 (dalam jutaan
rupiah)
rupiah)
Piutang
1.382.539
2.196.086
Penjualan
49.028.696
55.436.954
1.382 .539
49.028 .696/ 365
1.382 .539
134.325,2
= 10,29
Rata-rata umur piutang 2013 =
2.196 .086
55.436 .954 / 365
=
2.196 .086
151.882,1
= 14,46
Berdasarkan perhitungan rasio rata-rata umur piutang, PT Gudang Garam
Tbk mengalami peningkatan sebesar 4,17dari tahun 2012 ke tahun 2013. Hal
ini dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menagih piutang
semakin buruk, kemungkinan tidak kembalinya piutang lebih tinggi.
3.3.5 Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang
perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya.
Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan
secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
Munawir (2002 :75) yaitu Semakin tinggi (turn over) menunjukkan modal
kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin
rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa
lebih lanjut.
68
Rumus RTO =
Penjualan
Piutang Usaha
Komponen
rupiah)
rupiah)
Penjualan
49.028.696
55.436.954
Piutang Usaha
1.382.539
2.196.086
RTO 2012 =
49.028 .696
1.382.539
= 35,4
RTO 2013 =
55.436 .954
2.196 .086
= 25,2
Berdasarkan perhitungan diatas, PT Gudang Garam Tbk mengalami
penurunan atau perputaran piutangnya lambat dari tahun 2012 ke tahun 2013.
Hal ini berarti perusahaan kurang berhasil dalam penagihan piutangnya.
3.3.6 Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan
barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk
menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya
manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.
Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio
perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market
price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at cost), maka
sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur
perputaran fisik persediaan sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi
penjualan dengan persediaan mengukur persediaan dalam kas. Kedua,
penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah
gambaran keadaan sesaat (Agnes Sawir, 2003;15).
Rumus untuk menghitung ITO =
Komponen
69
rupiah)
rupiah)
HPP
39.843.974
44.563.096
Persediaan
26.649.777
30.241.368
ITO 2012 =
39.843 .974
26.649.777
= 1,495
ITO 2013 =
44.563 .096
30.241.368
= 1,473
Berdasarkan perhitunngan rasio perputaran persediaan dari tahun 2012 ke
tahun 2013, PT Gudang Garam mengalami perputaran yang rendah. Hal ini
disebabkan kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.
Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan rasio aktivitas antara lain TATO, FATO,
WCTO, RTO, ITO, dan Rata-rata umur piutang. PT Gudang Garam Tbk hanya
mampu mencapai target penjualan dengan modal kerja bersih yang dimiliki,
sedangkan asset atau kekayaan yang mencerminkan keseluruhan harta
kekayaan perusahaan kurang efektif dalam menghasilkan penjualan. Jadi dalam
hal ini dapat dikatakan aktivitas penjualan PT Gudang Garam Tbk kurang baik.
3.4 Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal
saham yang tertentu (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007;83).
Menurut Agnes Sawir (2003;17-18), Kemampulabaan (profitabilitas)
merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen.
Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas
manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektifitas
pengelolaan perusahaan.
Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan
dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat
70
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Agus Sartono,
2001;122).
3.4.1 Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan Harga
Pokok Penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba
kotor yang dapat dicapai perusahaan berdasar jumlah penjualan.
Rumus GPM =
Laba Kotor
Penjualan Bersih
Komponen
x 100%
rupiah)
rupiah)
Laba Kotor
9.184.722
10.873.858
Penjualan
49.028.696
55.436.954
GPM 2012 =
9.184 .722
49.028 .696
x 100%
= 18,7 %
GPM 2013 =
10.873.858
55.436 .954
x 100%
= 19,6%
Berdasarkan perhitungan rasio GPM diatas, pada tahun 2012 ke tahun 2013
PT Gudang Garam Tbk mengalami peningkatan sebesar 0,9. Perusahaan
mengalami peningkatan dalam mendapat laba dari hasil penjualan setelah
dikurangi HPP.
3.4.2 Marjin Laba Bersih (Net Profit Marjin)
Net Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Mamduh M Hanafi dan
Abdul Halim, 2007;83).
Rumus NPM =
x 100%
71
Komponen
rupiah)
rupiah)
4.068.711
4.383.932
Penjualan
49.028.696
55.436.954
NPM 2012 =
4.068 .711
49.028 .696
x 100%
= 8,3 %
NPM 2013 =
4.383 .932
55.436 .954
x 100%
= 7,3 %
Berdasarkan perhitungan marjin laba bersih dari tahun 2012 ke tahun 2013,
PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan sebesar 1 point. Hal ini berarti
perusahaan mengalami penurunan dalam memperoleh laba bersih setelah
membayar pajak. Dapat dikatakan bahwa manajemen perusahaan kurang
efisien.
3.4.3 Operating Profit Margin
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari
profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan
biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin baik.
Rumus untuk menghitung OPM =
Komponen
Laba Usaha
Penjualan
x 100%
rupiah)
rupiah)
Laba Usaha
6.025.681
6.691.722
Penjualan
49.028.696
55.436.954
OPM 2012 =
6.025 .681
49.028 .696
x 100%
72
= 12,2%
OPM 2013 =
6.691.722
55.436 .954
x 100%
= 12,07%
Berdasarkan perhitungan rasio GPM dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT
Gudang Garam Tbk mengalami penurunan 0,13. Penurunan ini terjadi karena
perusahaan menerima laba setelah membayar pajak dan bunga pinjaman.
Meskipun laba yang didapat bertambah, namun tidak sebanding dengan
peningkatan penjualan.
3.4.4 Earning Power of Total Investment
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
bersih. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajer
perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor (pemegang
saham).
Rumus untuk menghitung EPTI =
Komponen
EBIT
Total Aktiva
x 100%
rupiah)
rupiah)
EBIT
6.025.681
6.691.722
Total Aktiva
41.509.325
50.770.251
EPTI 2012 =
6.025.681
41.509 .325
x 100%
= 14,5%
EPTI 2013 =
6.691.722
50.770 .251
x 100%
= 13,1%
Berdasarkan perhitungan rasio diatas, kemampuan manajer perusahaan
dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan
73
rupiah)
rupiah)
4.068.711
4.383.932
Total Aktiva
41.509.325
50.770.251
ROA 2012 =
x 100%
4.068 .711
41.509 .325
x 100%
= 9,8 %
ROA 2013 =
4.383.932
50.770 .251
x 100%
= 8,63 %
Berdasarkan perhitungan rasio pengembalian atas total aktiva, PT Gudang
Garam Tbk mengalami penurunan sebesar 1,17. Maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah membayar
pajak dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki masih minimal. Karena dengan
74
Komponen
x 100%
rupiah)
rupiah)
4.068.711
4.383.932
Modal
26.605.713
29.416.271
ROE 2012 =
4.068 .711
26.605 .713
x 100%
= 15,3 %
ROE 2013 =
4.383.932
29.416 .271
x 100%
= 14,9 %
Berdasarkan perhitungan rasio pengembalian atas modal sendiri, PT Gudang
Garam Tbk dalam mengelola modal sendiri masih belum efektif. Karena
persentase dari tahun 2012 ke tahun 2013 menurun sebesar 0,4.
Kesimpulan: Jadi, PT Gudang Garam dari tahun 2012 ke tahun 2013 dapat
dikatakan belum mampu meningkatkan laba perusahaan. Dikarenakan
berdasarkan rasio-rasio tersebut perusahaan hanya mampu mendapat
peningkatan laba yang tinggi jika tidak membayar pajak dan beban-beban.