Professional Documents
Culture Documents
Pelaksanaan Pekerjaan
Apartemen Pakubuwono View Jakarta
A. Pendahuluan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak
perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan
pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada
waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu proyek,
oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan,
rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat
mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalahmasalah yang ditemui di lapangan.
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan
tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk
memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :
Konsultan proyek
Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan dengan time schedule
yang telah direncanakan
Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang
telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya, jenis
material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai
gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk tahap
akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di
lapangan yang digunakan sebagai laporan akhir .
Dalam bab ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah tentang pekerjaan yang
dilaksanakan dan dialami penulis selama kerja praktek di proyek pembangunan Apartemen The
Pakubuwono View, pelaksanaan pekerjaan antara lain :
Pekerjaan dewatering
Pekerjaan struktur beton Kolom, Balok, Plat dan Cor Wall pada Basement, lantai dasar
dan lantai 2.
B. Peralatan
Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus didukung oleh peralatan
yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias berfungsi secara optimal perlu adanya
manajem peralatan yang tertib. Dalam manajemen ini diperhatikan masalah pengolahan peralatan
proyek terdiri dari penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat. Hal ini untuk
mengefektifkan keberadaan alat dilapangan.
Peraalatan pada proyek The Pakubuwono View Jakarta diantaranya termasuk kepemilikan oleh
kontraktor tersendiri, tapi untuk alat alat berat kebanyakan dengan sewa karena biaya akan
lebih murah. Perelatan pada peralatan pada proyek akan diuraikan dibawah ini.
1. Alat alat Berat
a. Backhoe
Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah khususnya galian.
Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator , karena badannya dapat berputar 360o.
Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian dengan
lebih cepat dan lebih efisien. Kinrja Backhoe biasanya di kombinasikan dengan Dump Truck pada
saat galian tanah. Pada proyek ini digunakan Backhoe dengan tipe Crawel, yang mempunyai
tenaga 100 HP dengan mengguanakan bahan bakar solar.
Gambar 4.2
c. Tower Crane
Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan untuk pekerjaan
struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, pengangkutan material/bekas, dan material
lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek
konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang.
Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu
diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2
ton. Operator TC harus siap untuk mengakomodasi perintah pengangkutan dari mandor atau
pengawas di daerah jangkauannya.
Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat pekerjaan galian dan
mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar proses pemindahan / pengiriman material
dapat lebih cepat dan lancar.
2. Alat alat Survey
a. Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as
kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga
untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah
dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu
titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang
ditetapkan tadi.
Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan berdiameter besar,
seperti pada pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan pada sambungan/overlap
tulangan kolom, juga pada tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dab bar cutter
haruslah ada dalam suatu proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu
precast atau pasang di tempat.
Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut
tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :
1) Bar Cutter manual
Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak tenaga manusia
dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.
2) Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah Bar Cutter listrik
dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping
dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus
seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah tulangan
diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm
4. Alat alat Pelaksanaan Pengecoran
a. Vibrator
Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak terdapat rongga dalam
adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan kekuatan beton. Dalam
pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton
pada saat setelah pengecoran.
Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton
yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara, sehingga beton menjadi lebih
padat. Cara operasionalnya dengan cara memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton
yang telah dituang ke dalam bekisting.
Gambar 4.11.Vibrator
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :
Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengna posisi vertikal
b. Concrete Mixer
Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk mencampur dan mengaduk
material beton agar lebih homogen. Adanya sirip sirip pada bagian dalam drum, memungkinkan
teraduknya material dari adukan beton secara merata pada waktu berputar. Alat ini digunakan
khusus untuk volume pekerjaan yang relatif kecil dan non struktural seperti pembuatan lantai
kerja, pmasangan batako, plesteran dan lain lain. Drum pengaduk mempunyai dua macam
kecepatan gerak, yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak untuk mencampur adukan.
c. Trowel
Trowel adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaa beton pada plat lantai yang
menggunakan floor hardener pada lapisan permukaannya. Permukaan beton yang telah ditaburi
flour hardener diratakan dengan ruskam, kemudian trowel digunakan untuk menghaluskan
permukaan tersebut.
Gambar.4.14. Pasir
(Agregat halus)
2. Agregat Kasar
Agregat kasar berupa butir butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus
memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus
berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan selisih antara sisa sisa kumulatif di atas dua ayakan
yang berurutan adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Adapun syarat syarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
o Agregat kasar harus terdiri dari butir butir yang keras dan tidak berpori.
o Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
o Agregat kasar tidak boleh mengandung mengandung zat zat yang dapat merusak
beton.
3. Semen
Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain digunakan
untuk pasangan batu bata dan plesteran. Dalam proyek ini digunakan Semen Gresik yang telah
disetujui oleh pengawas. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan
semen :
1. Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar tidak lembab.
2. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong) asli dari
pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.
3. Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak. Hal ini untuk
menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan yang paling bawah akibat
beban yang berat dalam waktu yang cukup lama sebelum digunakan sebagai bahan
bangunan.
4. Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan mempengaruhi mutu
semen, maka diperlukan adanya pengaturan penggunaan semen secara teliti. Sehingga
dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.
4. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam
garam, bahan bahan organis atau bahan bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum. Bilamana mungkin
menggunakan air PDAM.
Kendali mutu
Pengendalian mutu dalam suatu proyek merupakan hal yang penting, sebab akan menentukan
kualitas dari hasil pelaksanaan apakah telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
Tinjauan pengendalian dalam proyek yang harus diperhatikan adalah: pengendalian mutu bahan
dan peralatan, pengendalian tenaga kerja, pengendalian waktu, teknis, biaya serta pengendalian
kesehatan keselamatan kerja (K3).
1. 1.
Kualitas bahan dalam pekerjaan sangat menentukan untuk bisa mencapai ketentuan dalam
spesifikasi yang telah direncanakan, sehingga pengendalian mutu bahan sangatlah penting akan
keberhasilan pembangunan dalam suatu proyek.
Standard yang ditetapkan oleh PT Davy Sukamta selaku konsultan perencana untuk standard
mutu bahan dalam pembangunan Apartemen Pakubuwono View, menggunakan dari American
Concrete Institute (ACI), American Standard for Testing and Material (ASTM), Standard
Nasional Indonesia (SNI).
a. Agregat
Untuk agregat yang akan digunakan untuk bahan beton dari pihak plant akan dilakukan uji lab
apakah memenuhi syarat atau tidak dan dari pihak pelaksana akan meminta hasil tes tersebut.
Jika dilakukan secara kasat mata, untuk mengetahui pasir tersebut bagus dengan cara
menggenggam jika menggumpal berarti pasir tersebut tidak bagus.
2. Semen Portland
Pada semen porland butiran-butiran tidak boleh mengumpal keras, untuk penyimpanannya tidak
boleh dalam keadaan lembab untuk lebih menjaga semen tetap baik maka diberi bantalan kayu
sebagai tempat dibawahnya.
3. Besi
Merupakan material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan
kualitasnya. Dalam hal ini PT Bona Widjaja Gemilang bekerja sama dengan PT Master Steel
selaku subkont besi tulangan. Untuk mengetahui mutu besi baik maka harus memenuhi syaratsyarat sebagi berikut :
1. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak retak atau mengelupas.
2. Mempunyai penampang yang sama rata.
3. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.
Untuk tempat penyimpan sebaiknya diberi bantalan kayu dan tempat yang kering unruk
menghindari karat.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan mutu beton.
Dalam proyek pembangunan Apartemen Pakubuwono View untuk pondasi. Pengujian dengan
menggunakan kerucut Abrams, sebagai berikut :
1) Menyiapkan kerucut abrans dengan diameter atas 10 cm, bawah 20 cm dan tinggi 30 cm yang
diletakkan pada bidang datar namun tidak menyerap air.
2) Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis sambil ditusuk 25 kali dengan
tongkat baja agar adukan menjadi padat.
3) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-rata
4) Setelah kerucut dibuka, kemudian diukur pada 3 tempat kemudian diambil rata-rata
5) Adukan beton yang tidak sesuai dengan nilai slump rencana akan direject.
4. Pengendalian WAKTU
Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan maka perlunya pengendalian waktu yang
berdasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan
berpengaruh pada cost. Maka untuk mempermudah pelaksaan dilapangan, manager sebaiknya
membuat schedule yang lebih sederhana akan tetapi tetap mengacu pada time schedule yang
dikeluarkan oleh engineering sebab tidak semua paham akan pembacaan master schedule. Agar
dapat berlangsung tepat waktu, maka time schedule digunakan sebagai kontrol untuk mengatur
tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus
dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terjadwal dengan baik, sehingga
kemungkinan keterlambatan dapat diperkecil.
Manfaat dari time schedule antara lain :
Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan waktu dan
pelaksanaan tiap pekerjaan yang dilaksanakan.
Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap harinya, sehingga progress report setiap
waktu dapat dilihat.
Setiap item pekerjaan pada time schedule mempunyai prosentase bobot sendiri-sendiri sedangkan
Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan, mulai dari
permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif prosentase bobot pekerjaan ini akan
membentuk kurve S. Untuk kurva S terdiri dari kurva S rencana dan kurva S realisasi. Fungsi
kurva S adalah :
Gambar 4.19.Pengeboran
6. PROGRESS REPORT
Pengendalian hasil pekerjaan di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan
permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek. Laporan kemajuan
proyek dikerjakan secara berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari proyek itu.
a. Laporan Harian
Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana proyek dalam melakukan
tugasnya dan dalam mempertanggungjawabkan terhadap apa yang telah dilaksanakan serta untuk
mengetahui hasil kemajuan pekerjaannya apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Laporan ini
dibuat untuk memberikan informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui direksi
tentang perkembangan proyek. Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek
yang dilakukan tiap hari dapat dipantau.
Laporan harian berisikan data data antara lain :
1) Waktu dan jam kerja
2) Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum
3) Keadaan cuaca
7. Pengendalian BIAYA
Perlunya pengendalian biaya adalah untuk dapat mengetahui jumlah biaya dengan realisasi
pekerjaan. Fungsi dari pengendalian biaya agar dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) tidak
membengkak dalam pelaksanaannya. Jikapun adanya pembengkakan maka perlunya evaluasi
biaya.
Salah satu penyebab terjadinya pembengkakan biaya adalah adanya kesalahan dalam pelaksanaan
dilapangan sehingga membutuhkan perbaikan yang tentu saja menambah biaya dari segi biaya
material maupun tenaga kerja, maka untuk menghindari adanya pembengkakan biaya yaitu
dengan cara melakukan pelaksanaan dilapangan dengan baik dan hati-hati.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah
dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistic mencatat jumlah material yang
dibeli dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja
dilakukan dengan memeriksa daftar presensi pekerja selam satu minggu dan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya ini yang akan selalu dikontrol dan
dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga
dapat digunakan untuk menyusun kurva-S realisasi dan untuk mengestimasi prosentase pekerjaan
proyek yang telah dicapai.
8. Pengendalian K3
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi para pekerja dari
segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek
dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dalam melakukan pekerjaannya.
Target K3 sendiri adalah zero accident selama pelakasanaan di lapangan sehingga perlunya
penyusunan:
a. Safety Plan
Identifikasi bahaya kerja, dan penanggulangannya, rencana penempatan alat-alat pengamanan
seperti pagar pengaman, jarring pada tangga dan tepi bangunan, railing serta rambu-rambu K3
serta rencana penempatan alat-alat kebakaran (tabung pemadam api), dan lain-lain.
b. Security Plan
Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, identifikasi daerah rawan di
wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek.
c. House Keeping
lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat sementara penimbunan material bekas,
pengaturan kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan lain-lain.
Pada proyek pembangunan Apartemen The Pakubuwono View ini, hal hal tentang kesejahteraan
dan keselamatan kerja sudah diperhatikan, yaitu dengan adanya alat alat, perlengkapan, dan
fasilitas yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan dan keselamatan kerja. Meskipun
masih terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukun oleh pekerja meski telah diberi rambu
peringatan.
E. Pembahasan Pelaksanaan
1. DEWATERING
a. Pendahuluan
Pada pembangunan gedung bertingkat yang tingginya lebih dari lima lantai biasanya sering
dibuat basement dengan alasan untuk menambah ruangan atau sering juga digunakan sebagai
lahan parkir. Untuk melaksanakan basement, maka penggalian tidak dapat dihindarkan dan
bilamana permukaan air tanah lebih tinggi dari rencana lantai basement, maka pemompaan harus
dilakukan sebagai upaya untuk pengeringan lahan agar memungkinkan pelaksanaan konstruksi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan metode pengatusan dengan pemompaan, di mana sistem pemompaan tersebut
dilakukan dengan dewatering sistem sumur titik ( well point system ).
Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan galian di
bawah muka air tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa konstruksi basement.
Pekerjaan dewatering mutlak diperlukan sampai bangunan selesai atau berat konstruksi bangunan
dapat mengimbangi gaya uplift. Selain itu, dewatering juga diperlukan untuk menanggulangi bila
terjadi genangan pada konstruksi basement atau pondasi, baik akibat air hujan ataupun rembesan
air tanah. Dewatering dioperasikan selama 24 jam selama pekerjaan basement.
Pada proyek Apartemen The Pakubuwono View Tower B & C ini digunakan enam sumur
dewatering, dua sumur piezometer, dan empat sumur recharging. Masing masing sumur
tersebut dibor sampai pada kedalaman minus 20 meter dengan diameter sumur 8 dan diameter
casing PVC 6 untuk sumur dewatering; diameter sumur 4 dan diameter casing 2,5 untuk
sumur piezometer; dan diameter sumur 8 dan diameter casing 6 untuk sumur recharging.
Penentuan banyaknya jumlah sumur yang digunakan mengacu dari :
Data spesifikasi teknis rencana bangunan, luas galian, dan kedalaman galian
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering system well point dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Penentuan Titik Dewatering
Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area galian, di mana titik titik tersebut
ditentukan oleh pemberi tugas dengan dibantu team surveyor agar letak sumur dewatering tidak
berada pada posisi pondasi atau pile cap.
2) Penentuan Titik Piezometer
Titik piezometer dipasang pada sisi rencana bangunan proyek.
: 6 titik
Kedalaman
: minus 20 meter
Elevasi Screen
: 8 inchi
: 6 inchi
Filter / saringan
: G level
Kapasitas pompa
Dengan menurunkan permukaan air di dalam sumur sampai kedalaman minus 14 meter dengan
sistem pemompaan tersebut di atas akan dapat mengeringkan lahan galian. Apabila di dalam
pelaksanaan masih ada genangan air tanah, maka digunakan sistem dewatering dengan pit pada
beberapa lokasi dengan dibuatkan parit parit yang berfungsi sebagai subdrain yang
mengalirkan air ke parit parit tertentu. Parit parit ini diisi dengan batu kerikil dan pada saat
pengecoran ditutup dengan plastic agar dapat dibuatkan lantai kerja.
2).
b)
Pengeboran dengan alat mesin bor dengan sistem wash boring sampai pada
kedalaman minus 20 meter dengan diameter 8 inchi
c) Pemasangan casing PVC dengan diameter 6 inchi
d) Pengisian grevell antara casing dengan dinding bor yang berfungsi sebagai filter
e) Instalasi pompa submersible beserta perlengkapan elektroda pipa galvanis dan kabel listrik
f) Instalasi listrik dari PLN ke panel induk dan panel otomatis pompa
g) Instalasi plumbing ( selang dan pemipaan ) dan pemompaan dewatering siap difungsikan
titik di sisi Selatan Tower B ( SMA 29 Jakarta ). Pekerjaan ground anchor ini memakan waktu
selama 9 hari mulai tanggal 16 Juli 2008 sampai dengan tanggal 24 Juli 2004, di mana setiap
harinya rata rata dapat diselesaikan 4 titik / alat.
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan ground anchor dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan Elevasi dan Marking
Proses ini dilakukan untuk menentukan ground anchor dan posisi capping beam pada posisi yang
sesuai dengan gambar shop drawing.
2) Pengecoran Capping Beam
Pengecoran capping beam dilakukan setelah didapat elevasi, marking, dan pemasangan bekisting.
Capping beam dibuat tiap jarak 4,2 Meter dengan dimensi 40 x 40 cm. Mutu Beton yang
digunakan K 375.
3) Pekerjaan Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat alat yang digunakan untuk proses drilling,
grouting, maupun stressing.
4) Pekerjaan Drilling Tanah
Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini adalah rotary drilling, di mana mesin bor
tersebut duduk di atas tanah / platform. Kotoran atau Lumpur hasil pengeboran dari lubang bor
dengan menyemprotkan air ke dalam lubang bor. Diameter pengeboran 20 cm sampai kedalaman
30 meter dengan kemiringan sudut 45.
a. Pendahuluan
Mat Foundation adalah pondasi dangkal yang memiliki luasan / bentuk menyerupai maras.
Pekerjaan mat foundation tower B ini merupkan pekerjaan mass concrete karena pondasi akan
dicor memiliki volume 2616 m. Mass Concrete adalah pengecoran satu area dengan volume
yang sangat besar dan dilakukan secara terus menerus. Mass Concrete merupakan salah satu
alternatif pengecoran dengan volume yang sangat besar atau kecil secara terus menerus untuk
mengecor sejumlah volume beton yang dipengaruhi oleh faktor teknik dan ekonomi.
Pertimbangan utama dalam melaksanakan penngecoran secara besar besaran adalah kontrol
terhadap panas yang dihasilkan dari proses hidrasi akibat Massa beton yang besar yang dapat
mengakibat retak dan akibat dari waktu pengecoran yang lama dapat menimbulkan cold joint.
Akibat kenaikan temperatur dalam beton tersebut dan juga suhu keseluruhan kontruksi ketika
beton menjadi dingin secara berangsur berangsur, dapat menimbulkan terjadinya retak.
Perubahan suhu maksimum ( Thermal shock ) yang dapat menyebabkan retak ( Thermal
Cracking ) adalah 40 C antara temperature beton dengan lingkungan dan adanya perbedaan
temperature beton lebih dari 20 C.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal tersebut diatas adalah dengan menghitung faktor faktor
sebagai berikut :
Kemampuan produsen ready mixed menyediakan volume beton dalam jumlah besar dan
dalam waktu yang cepat, dengan memperhitungakan durasi pelaksanaan dan kesiapan
sumberdaya.
b. Dasar Teori
1) Definisi Mass Concrete
Berdasarkan ACI 207 : Mass Concrete adalah segala volume beton dengan dimensi yang cukup
besar sehingga perlu pengendalian thermal terhadap panas yang ditimbulkan oleh proses hydrasi
semen
2) Retak Thermal
Terjadinya retak thermal karena bagian beton dipermukaan yang mendingin lebih cepat oleh
pelepasan panas di udara mengalami kontraksi dan menjadi kekangan terhadap pengembangan
volume beton bagian dalam yang panas. Perbedaan suhu beton antara lapisan bawah, tengah dan
atas 200 C
Sebagai upaya untuk mengatasi retak thermal tersebut, dalam mass concrete perlu
memperhitungkan faktor-faktor berikut :
a) Kontinyuitas supply yaitu kemampuan produsen readymix menyediakan beton dalam jumlah
yang besar dan dalam waktu yang cepat dengan memperhiungkan durasi pelaksanaan dan
kesiapan sumber daya.
Beberapa hal yang mempengaruhi kontinyuitas pengiriman :
1. Persiapan alat, personel dan infrastruktur proyek (jalan akses, lahan parkir dan maneuver
truck mixer serta area cuci truck mixer).
2. Kapasitas batching plan. Kapasitas batching plan harus 1 kapasitas bongkar proyek.
3. Cycle time dari batching plan ke lokasi proyek. Cycle time terdiri dari :
Waktu loading beton
1. Waktu perjalanan berangkat ke lokasi proyek
2. Waktu parker, manuver dan tunggu di proyek
3. Waktu bongkar (COR)
4. Waktu cuci truck mixer di proyek
5. Waktu perjalanan pulang dari proyek menuju batching plan
6. Jumlah kebutuhan minimal truck mixer.
a)
Karakter beton yang dipergunakan dengan memperhitungkan, kandungan semen,
kandungan fly ash jenis agregat dan kemungkinan pemakaian bahan campuran (admixture), dll.
b)
Penggunaan jenis semen tertentu dapat mempengaruhi karakteristik beton untuk mass
concrete, karena itu hanya semen yang cukup sesuai harus digunakan untuk mendapatkan
kekuatan yang dikehendaki. Maka dalam hal ini diusulkan untuk digunakan semen type I dengan
fly ash dengan prosentase sesuai persyaratan dan kebutuhan. Dalam hal ini penggunaan fly ash
adalah maksimal 25 % dari jumlah material cementitiuos.
c)
Mix Design menggunakan spesifikasi sebagai berikut (sesuai spesifikasi teknis dan ACI
21.1.1) :
1. Mutu beton adalah fc. 27,5 Mpa.
2. Prosentase fly ash 23 %
3. Suhu on site 300 C.
4. Water Cement Ratio = 0.45
5. Slump 14 2 (12 16) cm.
6. Initial setting time 7 jam.
c. Metode Pelakasanaan
Galian tanah area mat foundation dilaksanakan sesuai shop drawing dengan kedalaman 250 cm
dari elevasi lantai dasar basement 3, akan tetapi pada dasar mat foundation ditambah 5 cm
untuk lantai kerja dan pada galian samping masing masing diberi penambahan 15 cm yang
digunakan untuk bekisting dari pasangan batako, galian pada area ini dilakukan dengan bantuan
backhoe, sedangkan untuk area yang sulit dijangkau backhoe dilakukan dengan tenaga manusia.
(a)
(b)
Gambar 4.35. (a) Bobok Pancang
Untuk menghubungkan antara layer atas dengan layer bawah diperlukan kaki ayam. Kaki ayam
sendiri menggunakan besi D25 dengan tinggi 2 meter, dimana bagian bawah dari kaki ayam
tersebut diikatkan pada pembesian layer bawah menggunakan kawat bendrat. Kaki ayam
dipasang setiap jarak 2 meter untuk arah y dan 2,4 untuk arah x.
Jumlah Besi
Tipe Besi
Hal tersebut untuk menghindari adanya kesalahan pemasangan yang berakibat pembongkaran
ulang sehingga dapat mengganggu schedule kerja.
terjadi setelah pengecoran selesai, thermocouple menggunakan 3 layer dan 4 titik, sehingga
jumlah thermocouple 12 buah. Pengukuran thermocouple dilakukan tiap dua jam untuk 24 jam
pertama, dan setiap 3 jam untuk 24 jam berikutnya.
Gambar
4.47. Inspeksi dan survai
11. Pemasangan Stop Cor
Dilakukan pada proses pengecoran dimulai, terdiridari plywood 18 kayu 50/70 dan list kayu 40 x
40 sebagai tempat waterstop. Berfungsi agar tidak ada kebocoran antara pertemuan beton lama
dan beton baru bertemu.
(a)
(b)
Gambar 4.50. (a) Rangka tenda
(b) Tenda di beri terpal
13. Pekerjaan Waterproofing
Beberapa jam sebelum dilakukan pengecoran, dinding bekisting dan lantai kerja dari mat
foundation dilapisi dengan waterproofing. Untuk lantai dengan cara kristalisasi atau ditabur,
sedangkan untuk dinding dengan cara disemprot. Fungsi dari pelaksanaan waterproofing ini
adalah agar membuat bikisting menjadi kedap air sehingga air dari dalam tidak merembes keluar
dan begitu juga sebaliknya, air dari luar tidak bisa masuk kedalam
Pada pelaksanaannya untuk penyemprotan waterproofing dinding bekisting menggunakan dua
aplikasi. Pada aplikasi pertama dilakukan penaburan Formdexplus 1,5 kg/m2, pelaksanaan 15
menit sebelum cor. Sedangkan pada aplikasi kedua dilakukan penyemprotan dilakukan
penyemprotan pada dinding bekisting dalam, aplikasi ini terdiri dari lapisan dari dua lapisan yaitu
lapisan pertama dengan komposisi 0,5 kg / m, dan lapisan kedua 1 kg / m. aplikasi kedua
dilaksanakan 3 jam sebelum cor.
(a)
(b)
Gambar 4.51. (a). Bahan waterproofing (Formdexplus)
(b). Penyemprotan Waterproofing
14. Pengecoran
Pengecoran mat foundation memerlukan jumlah volume beton yang tidak sedikit dan tentu juga
memerlukan biaya yang sangat besar , sehingga sangat penting untuk persiapan antara lain :
1. Persiapan Insfrastruktur Proyek
1)
G
ambar 4.52. Jalan Akses truk Mixer
2)
Instalasi Listrik ( adanya genset 150 KVA sebagai backup jika listrik PLN padam )
5)
Sistem Drainase ( Pembuangan air hujan yang jatuh dari terpal akan dibuat saluran
sementara
6)
Concrete Pump ( diperlukan cadangan Concrete Pump apabila adanya masalah pada saat
pelaksanaan Cor )
1. Persiapan Laboraturium
1)
Persiapan di site ( gerobak, kerucut Abrams, Rojokan, palu, senter, alat Bantu komunikasi,
meteran )
2)
Persiapan personel menggunakan shif ( kepala plan, Supervisor produksi, staff, teknisi, dll )
1. Concrete Pump
: 4 on site + 1 stand by
2)
2. Vibrator
: 4 on site + 1 stand by
3)
3. Compressor
: 2 Buah
4)
4. Pompa engine
: 2 Buah
5)
5. Pompa DAB 1
: 1 Buah
6)
6. Silinder
: 115 Buah
7)
7. Troli
: 3 Buah
8)
8. Termometer
: 2 Buah ( 1 cadangan )
9)
9. Kerucut Abrams
: 2 set
1. Kesiapan Material
1)
2)
3)
4)
Styrofoam 1200 m
5)
Pengecoran Mat Foundation pada proyek The Pakubuwono View ini mempunyai persyaratan
beton sebagi berikut :
1)
Tes Slump 14 2 cm
2)
Suhu beton 30 C
3)
Perjalanan Truck Mixer dari Batching Plant ke site proyek 2,5 jam
Gambar
4.57. Jalur Sirkulasi Truk Mixer dan Penempatan CP
Gambar diatas merupakan sirkulasi keluar masuk truk mixer (TM) dan penempatan concrete
pump,TM yang masuk ke lokasi pengecoran akan dicek waktu kedatangannya, suhu beton, dan
nilainya slumnya. Bila waktu kedatangnya, suhu , dan tes slump tidak memenuhi syarat maka TM
tersebut akan segera dipulangkan atau di reject. Pada TM yang memenuhi syarat akan langsung
menuju concrete pump untuk loading. Bila saat waktu antrian terlalu lama maka akan diadakan
tes slump lagi jika saat pengetesan gagal maka akan direject dari pihak pelaksana.
Area pengecoran pada mat foundation dibagi menjadi 7 zona yang mana setiap zona dibatasi oleh
kawat loket. Pada saat pengecoran berlangsung digunakan alat Vibrator untuk membantu beton
agar agregat kasar dan halus dapat menyatu, selain itu juga mengalirkan beton.
1. 15.
Finishing Trowel
Pekerjaan ini dilakukan pada saat beton mendekati setting. Finish trowel ini dilakukan dengan
tujuan untuk memperhalus permukaan lantai beton yang telah diberi floor hardener. Pelaksanaan
floor hardener sendiri dilakukan setelah 30 menit / beton setting, dan dilaksanakan dengan
system tabor. Komposisi yang digunakan 5 kg / m dengan dua kali tabur dan dikontrol
elevasinya sesuai shop drawing. Proses penaburan dilakukan setelah relag selesai.
Pemasangan Steryfoam
Setelah permukaan lantai mat foundation sudah mulai mengeras, maka perlu dilakukan curing.
Proses curing ini dilakukan dengan cara pemasangan steryfoam pada permukaan beton agar
perubahan suhunya tetap terjaga. Pemasangan steryfoam ini bertujuan menghindari adanya retak
thermal pada permukaan beton akibat perubahan yang dihasilkan oleh suhu dalam beton dengan
suhu luar. Dalam hal ini steryfoam berfungsi sebagai filter antara suhu udara luar dengan suhu
dalam beton.
F.