Professional Documents
Culture Documents
Kesehatan Kerja(PRA-RK3)
Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pemakaman dan
Pertamanan
KSO
Ir. H. YUFIZAR
Direktur Utama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Undang-undang
1)
Ruang Lingkup Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu
perlindungan terhadap pekerja/ tukang agar selamat dari bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan.
Keselamatan kerja tidak hanya memberikan perlindungan kepada pekerja/
tukang, tetapi juga kepada pengusaha PT. BRAHMAKERTA ADIWIRA-PT.
BACHTIAR MARPA PRIMA KSO dan DISKAMTAM KOTA BANDUNG:
a. Bagi pekerja/tukang, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja
akan menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga
pekerja/tukang akan dapat memusatkan perhatiannya pada
pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu
akan tertimpa kecelakaan kerja.
b. Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di
perusahaannya akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang
dapat mengakibatkan pengusaha harus memberikan jaminan sosial.
c. Bagi Diskamtam Kota Bandung (dan masyarakat), dengan adanya
dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang
direncanakan Diskamtam Kota Bandung untuk menyejahterakan
masyarakat
akan
tercapai
dengan
meningkatnya
produksi
perusahaan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Untuk mewujudkan perlindungan keselamatan kerja, maka
Diskamtam Kota Bandung telah melakukan upaya pembinaan norma di
bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian pembinaan norma ini sudah
mencakup pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan norma
itu sendiri.
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja
diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan di
setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat
yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu :
a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun
sosial.
b. Adanya sumber bahaya.
c. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus
menerus maupun hanya sewaktu-waktu.
Pasal 3 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
menentukan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja yang harus
diperhatikan oleh pengusaha akan diatur lebih lanjut. Peraturan
perundangan yang dijadikan pedoman syarat-syarat keselamatan kerja,
yaitu :
Riset teknik, penelitian terhadap benda dan karakteristik bahanbahan berbahaya. Mempelajari pengaman mesin, pengujian alat
pelindung diri, penyelidikan tentang desain yang cocok untuk
instalasi industri.
Riset medis, meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan
penyakit akibat kerja dan akibat medis terhadap manusia dari
berbagai kecelakaan kerja.
Riset psikologis, penelitian terhadap pola-pola pdikologis yang
dapat menjurus kearah kecelakaan kerja.
e. Pendidikan. Pemberian pengajaran dan pendidikan cara
pencegahan kecelakaan yang terjadi melalui pengamatan terhadap
jumlah, jenis orangnya (korban), jenis kecelakaan, faktor penyebab,
sehingga dapat ditentukan pola pencegahan kecelakaan yang serupa.
f. Training (latihan). Pemberian instruksi atau petunjuk-petunjuk
melalui praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yang
aman.
g. Persuasi. Menanamkan kesadaran akan pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja dalam upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, sehingga semua ketentuan keselamatan dan kesehatan
kerja dapat diikuti oleh semua tenaga kerja.
h. Asuransi. Upaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap
premi asuransi kepada perusahaan yang melakukan usaha-usaha
keselamatan dan kesehatan kerja atau yang berhasil menurunkan
tingkat kecelakaan di perusahaannya.
i. Penerapan K3 di tempat kerja. Langkah-langkah tersebut haris
dapat diaplikasikan di tempat kerja dalam upaya memenuhi syaratsyarat K3 di tempat kerja.
2. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan
agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara
optimal. Tujuan kesehatan kerja adalah :
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh konisi lingkungan kerja.
3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan
dengan tenaga kerja.
4. Meningkatkan produktivitas pekerja.
a.
Ketentuan Umum
Peraturan kesehatan kerja yang terdapat dalam Undang-undang
No.13 Tahun 2003 meliputi tentang pekerjaan anak, wanita, waktu
kerja, waktu istirahat. Berikut uraian materi peraturan kesehatan
kerja.
Pekerjaan Anak
Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapan
belas) tahun.68 Undang-undang No.13 tahun 2003 mengatur tentang
norma kerja mulai pasal 68, yang mana pasal ini melarang keras
c.
Istirahat (cuti) panjang. Cuti panjang ini dilakukan sekurangkurangnya dua bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan
kedelapan masing-masing satu bulan bagi pekerja yang telah
bekerja selama enam tahun berturut-turut pada perusahaan yang
sama, dengan ketentuan pekerja tersebut tidak berhak lagi untuk
istirahat (cuti) tahunan dalam dua tahun berjalan. Selama pekerja
cuti tahunan, pekerja diberikan uang kompensasi hak istirahat
tahunan kedelapan (setengah) bulan gaji. Bagi perusahaan yang
membuat ketentuan tentang cuti tahunan sendiri yang dianggap
lebih baik, perusahaan tersebut tidak diperkenankan merubah
ketentuan UU No. 13 Tahun 2003. Pengusaha juga diwajibkan untuk
memberikan kesempatan secukupnya kepada pekerja untuk
melaksanakan ibadah yang diwajibkan agama.
d.
Istirahat (Cuti) haid, hamil/bersalin. Bagi pekerja wanita yang
merasa sakit sewaktu mengalami haid haru membertitahukan
kepada pengusaha, dan tidak wajib bekerja untuk hari pertama dan
kedua di masa haidnya tersebut.Pekerja wanita berhak
memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya
melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah melahirkan
menurut perhitungan dokter atau bidan. Bagi pekerja wanita yang
mengalami keguguran kandungan berhak untuk istirahat 1,5 (satu
setengah) bulan sesuai dengan surat keterangan dokter
kandungan atau bidan. Selama menjalankan istirahat/cuti pekerja
tetap berhak menerima upah atau gaji penuh.
Pasal 85 Undang-undang No.13 tahun 2003 menentukan
beberapa hal lain yang berkaitan dengan cuti/ libur :
1.
pekerja/tukang tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
2.
pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/tukang untuk
bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan
harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau
pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/tukang
dengan pengusaha.
3.
pengusaha yang mempekerjakan pekerja/tukang yang
melakukan pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud
wajib membayar upah kerja lembur.
4.
ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.
b.
Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja
Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala
kondisi yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap
kesehatan ataukesejahteraan orang yang bekerja. Faktor bahaya di
lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan
Psikologi.
Bahaya Kimia. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan
(inhalation), Kulit (skin absorption), Tertelan (ingestion). Racun dapat
menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya.
Korosi. Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan
pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan
Tanggung
Jawab
Perusahaan
Berdasarkan
Peraturan
Perundangan
Materi Undang-undang No.1 Tahun 1970 lebih dominan berisi
mengenai hak dan atau kewajiban tenaga kerja dan pengusaha/pengurus
dalam pelaksanaan K3, dan kewajiban pengusaha/pengurus adalah :
Pasal 3 ayat 1 : Melaksanakan syarat-syarat keselamatan untuk :
a.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b.
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
Peraturan pelaksananya Kepmenaker RI No. Kep.186/Men/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
c.
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d.
Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
e.
Memberikan pertolongan pada kecelakaan
f. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
Peraturan
pelaksananya
Instruksi
Menteri
Tenaga
Kerja
No.Ins.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan Alat Pelindung Diri.
2.
Prinsip V alat pelindung / safety yang baik adalah tepat guna pada
tempatnya dan ketika digunakan tidak rusak serta tidak menimbulkan
kejadian yang kurang baik. Ada 2 jalan agar hal ini dapat berjalan dengan
baik :
a.
Harus diketahui apa penyebab utama penyebab terjadinya
accident.
b.
Harus diketahui alat pelindung apa yang paling efektif
digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Manusia melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya disebabkan
oleh beberapa hal, diantaranya :
a.
pengetahuan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan
pekerjaannya.
b.
Keadaan fisik dan mental yang belum siap untuk tugastugasnya
c.
Tingkah laku dan kebiasaan ceroboh, sembrono, terlalu berani
tanpa mempedulikan petunjuk, instruksi.
d.
Kurangnya perhatian dan pengawasan dari manajemen.
e.
Kondisi berbahaya yang meliputi :
Mesin, pesawat, alat, instalasi, bahan dan lain-lain
Lingkungan kerja
Sifat pekerjaan
Cara kerja
Proses produksi
Pelaksanaan system manajemen K3 dapat berjalan dengan lancar
apabila terdapat pengawasan yang maksimal dari pihak pengawas terkait
untuk itu system manajemen K3 menerapkan system audit yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 tahun.
Tabel II
Keuntungan Tangible (terasa
langsung)
Penerapan
K3
menghemat
perusahaan melalui :
5.
dapat
uang
Premi asuransi
Pengeluaran akibat biaya
perkara
pengadilan
dan
pertanggung-jawaban.
Kompensasi karyawan
Biaya
akibat
terhambatnya
proses
produksi
Peningkatan
moralitas
karyawan
Penurunan angka absensi
Penurunan
waktu
menganggur peralatan
Meningkatkan
nilai
saham perusahaan.
Menciptakan
tempat
kerja yang efisien dan
produktif karena tenaga
kerja merasa aman dalam
bekerja.
e.
Kepatuhan
dengan
peraturan,
standar
dan
ketentuan
pelaksanaan
diperhatikan pada saat pengembangan atau melakukan modifikasi
prosedur atau petunjuk kerja.
f. Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang
berkompeten dengan masukan dari kerja yang dipersyaratkan
untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang
ditunjuk.
g.
Alat pelindung diri
disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta
dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
h.
Alat pelindung diri
yang digunakan dipastikan telah dinyatakan baik dan dipakai
sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang
berlaku.
i. Upaya pengendalian resiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan
pada proses kerja.
Emergensi Respons / Tanggap Darurat
Kecelakaan yang disebabkan faktor alam, teknis atau manusia
dapat berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat
mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat
atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian
harta benda atau korban manusia. Bila bencana terjadi dan keadaan
menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana,
sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya
penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang
trampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta
sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan
pelatihan baik teori atau praktek paling sedikit enam bulan sekali.
Bagusnya kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan
berhasilnya pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Emergency. Dan
akhirnya tujuan mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta
benda atau korban manusia akibat keadaan emergency akan dapat
dicapai.
Rencana darurat merupakan suatu rencana formal tertulis, yang
berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dpt terjadi di instalasi &
konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di
luar tempat kerja serta bagaimana hrs ditangani Perencanaan darurat
harus diperlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola
kontraktor & pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari
sistem pengendalian bahaya besar. Perencanaan darurat harus
mencakup penanganan keadaan darurat di dalam dan di luar
kontraktor maupun kantor.
Management tanggap darurat termasuk semua aktivitas,
langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi
dampak bencana. Kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tanggap
menghadapi bencana Dan pemulihan setelah terjadi bencana. Agar
manusia selamat dan harta benda terlindungi.
Pos
komando
sebaiknya ditempatkan di area yang mudah diakses ke lokasi yang
potensial terjadinya bencana dan dibangun anti radioaktif dan
aman.
2.
Dilengkapi
fasilitas yang disesuaikan sebagai suatu unit komando.
Kewenangan tim sebaiknya diatur dengan peraturan perusahaan,
karena kemungkinan bila keadaan emergency akan memobilisasi
fasilitas perusahaan, umum dan pribadi yang ada di area industri.
Ukuran keberhasilan tanggap darurat ditentukan oleh:
i. Manusia : Dibentuk tim terdiri dari bagian yang terkait, dan
dipimpin oleh pimpinan tertinggi perusahaan setempat (diberi
pelatihan teori dan praktek menghadapi emergency, untuk
meyakinkan bahwa tim memiliki kecepatan,ketepatan dan
kesiapsiagaan yang tinggi).
ii. Perangkat keras : Seperangkat alat bantu, seperti peta evakuasi,
petunjuk arah, alat pelindung diri, alat komunikasi, shelter dan
peralatan lain (kesempurnaan alat bantu menentukan cepat dan
lambatnya antisipasi terhadap emergency).
iii. Perangkat lunak : Interaksi faktor manusia dan perngkat keras
dapat terjalin dengan baik dan sinergis bila dilengkapi perangkat
lunak yang tepat (perangkat lunak : sisdur, pemberian nomor
telepon, tatacara pemeberitahuan bila ada bencana, dll. Agar
selalu up to date, perangkat lunak harus selalu diperiksa dan
disempurnakan secara periodic).
Pengawasan SMK3 oleh Perusahaan
a.
Dilakukan
pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan
dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja
yang telah ditentukan.
b.
Setiap
orang
diawasi dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat resiko
tugas.
c.
Pengawas
ikut
serta dalam identifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian.
d.
Pengawas
diikutsertakan dalam pelaporan dan penyediaan penyakit akibat
kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saransaran kepada pengurus.
e.
Pengawas
ikut
serta dalam proses konsultasi.
Kekurangan yang ada pada SMK3 dibandingkan dengan Manajemen
K3 Lainnya
Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung
mengenai K3 yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi
internasional. Tapi hal ini masih dapat dimaklumi karena masalah
yang sama juga dirasakan oleh negara-negara di Asia dibandingkan
negara Eropa atau Amerika, karena memang masih dalam tahap
awal. Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh
Menteri Tenaga Kerja (Diskamtam Kota Bandung) dirasakan kurang
membantu promosi terhadap SMK3 dibandingkan dengan sertifikasi
ISO series, OHSAS, yang juga menggunakan badan sertifikasi swasta.
Dan yang utama tentunya adalah peran aktif dari pengusaha
Indonesia yang masih belum mengutamakan K3 di Industrinya karena
masalah klasik yaitu cost (biaya).
BAB III
KESIMPULAN
1.
Program K3
1. Membersihkan tempat kerja setelah selesai melakukan pekerjaan.
2. Menjaga kebersihan jalan kerja, papan kerja, tangga dari peralatan atau
material.
3. Membersihkan segera tumpahan oli, minyak, dan lain-lain.
4. Membuang sampah pada tempatnya.
5. Buang air besar/ kecil di Tempatnya.
6. Menyingkirkan logam potongan atau paku yang tidak terpasang.
7. Menekuk ujung-ujung paku yang runcing pada potongan kayu.
8. Peralatan ataupun material sisa dikembalikan pada tempatnya.
9. Memasang poster 5R.
10.
Memasang rambu/ himbauan untuk menjaga kebersihan.
11.
Memberikan brieffing kepada pekerja.
12.
Mengadakan inspeksi bersama.
Organisasi K3 :
Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan
Penanggung Jawab
K3
Emergency/
Kedaruratan
Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan
(P3K)
Bahaya Kebakaran
Laporkan kepada
tim K3 unit proyek
(petugas/ satpam)
Penanganan (P3K/
perlu dibawa ke RS)
Dilaksanakan
pengobatan P3K
Catat Laporan
Kecelakaan (Waktu
dan Tempat)
Penanganan di RS
terdekat
Terjadi Kecelakaan
Berat
Laporkan kepada
tim K3 unit proyek
(petugas/ satpam)
Penanganan
Administrasi (oleh
personalia dan
keuangan)
Laporan ke
Jamsostek/ BPJS
Korban dibawa ke RS
Proses Klaim Ke
Jamsostek. BPJS
Monitoring penyakit
dan perawatan
Pemberian asuransi
kepada ybs atau
keluarga
Proses
penyembuhan
(rawat rumah sakit/
Selesai
Terjadi
Kecelakaan Kerja
Meninggal Dunia
Korban
Meninggal Dunia
Amankan TKP
Lapor Ke Tim K3
Proyek
Lapor ke P2K3
Wilayah/ Cabang
Lapor ke Kepala
Proyek
Investigasi
Laporan
Investigasi
Korban
Dimakamkan
Jenazah (Visum
et Repertum di
RS)
Lapor ke Polisi
terdekat
Laporkan
kepada
Jamsostek/ BPJS
Proses/
Penyelesain
Klaim Asuransi
Ahli Waris
Menyiapkan
Dokumen Oleh
Ahli Waris
Santunan
Selesai
Surat
Keterangan
Korban dibawa
ke Keluarga
Terjadi
Kebakaran
1.
2.
3.
4.
Padamkan
Sendiri :
APAR
Karung Basah
Pasir
Air
Lapor Security
Langsung ke
Lokasi
Mengamankan
Menyiapkan
Regu & Alat
Pemadam
Lapor ke Dinas
Pemadam
Kebakaran
Laksanakan
Evakuasi
Pekerja
Datang ke
Lokasi TKP
Proses
Pemadam
Tempatkan
Pada Daerah
Yang Aman
Koordinasi di
TKP
Lapor ke Tim/
Unit K3 Proyek
Selesai
Jenis
Pekerjaa
n
pasangan
bekisting
pengecora
n
Lokas
i
Pengendalian Resiko K3
lapang kecelakaan
sewaktu
an/
memotong,
areal
membelah
dan
proyek
merakit bekisting
bahaya akibat polusi
yang dihasilkan oleh
kegiatan pelaksanaan
tertimpa
rakitan
bekisting
ketika
sedang diangkat
lapang gangguan
kesehatan
an/
atau gangguan fisik
areal
akibat pekerja tidak
proyek
memakai
perlengkapan
kerja
sesuai
dengan
persyaratan
kecelakaan
akibat
concrete mixer (kena
pipa concrete pump,
adukan beton)
tertimpa adukan beton
ketika alat sedang
diangkat
terjatuh dari tempat
pengecoran
terluka akibat percikan
adukan beton pada
saat
menuangkan
beton dari concrete
pump dan truk mixer.
terjadi gangguan pada
mata,
pendengaran
akibat
getaran
vibrator dan debu
kecelakaan
akibat
tertimpa robohnya cor
beton
bongkar
bekisting
pekerjaan
dinding,
kolom,
balok
lapang kecelakaan
akibat
an/
pengoperasian
alat
areal
pengaduk beton
proyek kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat
melaksanakan
pekerjaan
pasangan
bata, plesteran dan
acian
jatuh/ terpeleset pada
saat
melakukan
pekerjaan
pasangan
bata, plesteran dan
acian
fabrikasi
besi
worksho
p/ areal
proyek
syarat,
pengguna
an aliran
listrik
pemeriksaan
aliran
listrik
sebelum mulai pekerjaan
ijin kerja yang berhubungan
dengan listrik
chek list instalasi listrik
mengamankan jalur pemakain
listrik agar tidak menggangu
areal yang padat aktivitas
pekerja
rapi
7
mobilisasi
dan
demobilisa
si
kantor,
lapangan
dan
fasilitasny
a.
lapang kecelakaan
dan
an
gangguan kesehatan
tenaga kerja akibat
tempat kerja kurang
memenuhi syarat
kecelakaan
dan
gangguan kesehatan
pekerja
akibat
penyimpanan
peralatan dan bahan
atau material kurang
memenuhi syarat,
kecelakaan
dan
gangguan kesehatan
pekerja
akibat
penyimpanan
peralatan dan bahan
atau material kurang
memenuhi syarat,
kecelakaan
atau
gangguan kesehatan
akibat
kegiatan
pembongkaran
tempat kerja, instalasi
listrik, peralatan dan
perlengkapan,
pembersihan
dan
pengembalian kondisi
yang kurang baik.
areal bahaya akibat polusi
sekitar
yang dihasilkan oleh
proyek
kegiatan pelaksanaan,
bahaya
akibat
bangunan kantor dan
fasilitasnya
lainnya
roboh,
bahaya akibat terjadi
genangan
air
dan
pencurian
pada
bangunan kantor dan
fasilitas penunjang,
pemakaian
peralatan
perlindungan kerja standar
seperti helm, sepatu, kaca
mata, masker dan sarung
tangan
pemakaian
peralatan
perlindungan kerja standar
seperti helm, sepatu, kaca
mata, masker dan sarung
tangan
pemakaian
peralatan
perlindungan kerja standar
seperti helm, sepatu, kaca
mata, masker dan sarung
tangan
pemakaian
peralatan
perlindungan kerja standar
seperti helm, sepatu, kaca
mata, masker dan sarung
tangan
harus
tersedia
pemadam
kebakaran dan kebutuhan
p3k yang memadai diseluruh
barak, kantor, gudang dan
bengkel,
penyediaan bangunan kantor/
direksi keet harus benar
-benar
kokoh
dan
kuat
sehingga
berhindar
dari
bahaya bangunan runtuh/
roboh
dibuatkan saluran pembuang
fasilitas
dan
pelayanan
pengujian
logistik
10 pekerjaan
jalan
sementara
11 pengatura
n
sementara
untuk lalu
lintas
12 pemelihar
harus
tersedia
pemadam
gudang dan lainnya.
kebakaran dan kebutuhan
p3k yang memadai diseluruh
barak, kantor, gudang dan
bengkel,
lapang bahaya akibat bahan harus
tersedia
pemadam
an
dan peralatan yang
kebakaran dan kebutuhan
digunakan
tidak
p3k yang memadai diseluruh
memenuhi syarat,
barak, kantor, gudang dan
bahaya
akibat
cara
bengkel,
pengangkutan bahan pengangkutan bahan harus
kurang
memenuhi
sesuai dengan beban lalu
syarat,
lintas pada jalan yang akan
bahaya
akibat
dilewati,
penyimpanan kurang bahan dan material berbahaya
memenuhi syarat,
harus disimpan tersendiri
dan terlindung dengan baik,
bahan
atau
bahaya
akibat pembuangan
material harus pada tempat
pembuangan
bahan
yang telah ditetapkan, aman
dan material tidak
dan tidak mengganggu lalu
terpakai
kurang
lintas
memenuhi syarat.
areal bahaya
akibat bangunan jalan harus dibuat
masuk
bangunan
jalan
dengan
struktur
dan
-keluar
sementara rusak
kekuatan memenuhi syarat,
lokasi bahaya lalu lintas akibat pengaturan
lalu
lintas
proyek
jalan masuk ke lokasi
sementara dengan rambu
pekerjaan
tidak
tersedia atau tersedia
tetapi
kurang
memenuhi syarat.
areal bahaya
akibat
tidak penyediaan
jalan
masuk
masuk
tersedia jalan masuk
sementara ke permukiman
-keluar
bagi
penduduk
di
yang aman dan nyaman.
lokasi
permukiman
proyek
sepanjang dan yang
berdekatan
dengan
lokasi pekerjaan
areal
kecelakaan
akibat bangunan
sementara
dan
aan untuk
keselamat
an lalu
lintas
13 galian
tanah
14 pek. bore
pile/ pek.
pondasi
pile cap
15 pekerjaan
plafond
masuk
-keluar
lokasi
proyek
bangunan sementara
dan
ramburambu
rusak
dan
tidak
berfungsi,
bahaya akibat bahan
dan
kotoran
yang
tidak
terpakai
berceceran sehingga
lalu lintas tidak aman.
lapang tertimbun longsor luka
an
berat
terjatuh kelubang luka
berat
kecelakaan akibat
metode pemasangan
patok.
kecelakaan sewaktu
menggali
kecelakaan
dan
gangguan kesehatan
tenaga kerja akibat
tempat kerja kurang
memenuhi syarat,
ramburambu
harus
terpelihara agar tetap aman
dan dalam kondisi pelayanan
yang memenuhi persyaratan.
pembersihan
atas
bahan
bahan yang tidak terpakai.
berakibat luka
berat/kematian
terbentur crane
areal kecelakaan
akibat
gedun
pengoperasian
alat
g
bantu
yang
salah
pek.plafond,
kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat
melaksanakan
pekerjaan
pasangan
plafond
tidak
rapinya
penyimpanan support
tools
setelah
pemakaian
yang
membahaya
kan
pekerja lainnya, misal:
pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
mengecek gambar bestek,
agar tidak terjadi kesalahan
dalam
pekerjaan
dan
melaksanakan
tata
cara
standar
pengerjaan
di
ketinggian sesuai standar K-3
paku,
palu,
sekrup, dll
16 pekerjaan
atap
17 pekerjaan
kusen,
pintu,
jendela
alumuniu
m&
acessories
18 pekerjaan
sanitair
baut,
areal kecelakaan
akibat
gedun
pengoperasian
alat
g
pemotong (bar cutter)
kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat
melaksanakan
pekerjaan
pasangan
baja ringan
terlukat
pada
saat
melakukan
pemotongan,
pemasangan penutup
atap
areal kecelakaan
akibat
gedun
pengoperasian
alat
g
cutting ysng salah
dan ceroboh
kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat
melaksanakan
pekerjaan
pasangan
kusen, pintu, jendela
alumunium
&
acessories
jatuh/terpeleset
pada
saat
melakukan
pekerjaan
pemasangan kusen
areal gangguan
kesehatan
gedun
atau gangguan fisik
g
akibat pekerja tidak
memakai
perlengkapan
kerja
sesuai
dengan
persyaratan
terluka
pada
saat
melakukan
pengeboran
untuk
pemasangan urinoir,
wastafel dan closet
pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
19 pekerjaan
interior
20 pekerjaan
eksterior
pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
berkoordinasi
mengenai
pekerjaan
yang
beresiko
tinggi dan menggunakan alat
bantu
kepada
pelaksana
lapangan
Berhati-hati pada pekerjaan
yang memerlukan ketelitian
dan keakuratan, agar tidak
terjadi kecelakaan
pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
meminta
support
tools/
berinisiatif bila memerlukan
alat bantu dengan tidak
memaksakan pekerja atau
21 pekerjaan
mekanikal
dan
elektrikal
melaksanakan
pekerjaan
pemasangan instalasi
springker,
instalasi
hydrant
terluka
pada
saat
melakukan
pemotongan,
pemasangan instalasi
perpipaan
bahaya akibat polusi
yang dihasilkan oleh
Manajemen Review
KSO
PENUTUP
Demikian pra rencana keselamatan dan kesehatan kerja kontrak :
Pembangunan
Gedung
Kantor
Dinas
Pemakaman
dan
Pertamanan Kota Bandung (Lelang Ulang) secara garis besar,
selanjutnya dalam pelaksanaan nanti kami akan tetap meminta masukan
dan arahan dari konsultan pengawasan/ MK untuk setiap item pekerjaan
yang bersangkutan dengan pra-RK3K. Mudah-mudahan uraian ini dapat
Ir. H. YUFIZAR
Direktur Utama