You are on page 1of 51

Pra-Rencana Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja(PRA-RK3)
Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pemakaman dan
Pertamanan

KSO

Pernyataan Penerapan Kebijakan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Penanggung Jawab
:
Ir. H. YUFIZAR
Nama Perusahaan
: PT. BRAHMAKERTA ADIWIRA PT. BACHTIAR MARPA PRIMA KSO
Alamat Perusahaan
: Jl. Minangkabau No. 6 LT.3 Manggarai Jakarta
Selatan
Jabatan dalam Perusahaan
:
Direktur Utama
Menyatakan sesungguhnya serta berkomitmen untuk :
- Melindungi para pekerja, tukang dan orang lain di tempat kerja.
- Menjamin agar setiap peralatan dapat dipakai secara aman dan efisien.
- Menjamin proses pelaksanaan konstruksi berjalan secara aman dan
tepat waktu.
- Menjamin pemenuhan terhadap hukum, peraturan lingkungan dan
permintaan pelanggan.
- Menangani dan mengurangi limbah/ buangan yang timbul.
- Mengurangi dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh aspek
pekerjaan konstruksi.
- Menjamin komitmen terhadap perlindungan dan pemeliharaan
lingkungan.

Jakarta, 1 April 2015


PT.
BRAHMAKERTA
ADIWIRA

Ir. H. YUFIZAR
Direktur Utama

BAB I
PENDAHULUAN
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Undang-undang
1)
Ruang Lingkup Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu
perlindungan terhadap pekerja/ tukang agar selamat dari bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan.
Keselamatan kerja tidak hanya memberikan perlindungan kepada pekerja/
tukang, tetapi juga kepada pengusaha PT. BRAHMAKERTA ADIWIRA-PT.
BACHTIAR MARPA PRIMA KSO dan DISKAMTAM KOTA BANDUNG:
a. Bagi pekerja/tukang, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja
akan menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga
pekerja/tukang akan dapat memusatkan perhatiannya pada
pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-waktu
akan tertimpa kecelakaan kerja.
b. Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di
perusahaannya akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang
dapat mengakibatkan pengusaha harus memberikan jaminan sosial.
c. Bagi Diskamtam Kota Bandung (dan masyarakat), dengan adanya
dan ditaatinya peraturan keselamatan kerja, maka apa yang
direncanakan Diskamtam Kota Bandung untuk menyejahterakan
masyarakat
akan
tercapai
dengan
meningkatnya
produksi
perusahaan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Untuk mewujudkan perlindungan keselamatan kerja, maka
Diskamtam Kota Bandung telah melakukan upaya pembinaan norma di
bidang ketenagakerjaan. Dalam pengertian pembinaan norma ini sudah
mencakup pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan norma
itu sendiri.
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja
diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan di
setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat
yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu :
a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun
sosial.
b. Adanya sumber bahaya.
c. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus
menerus maupun hanya sewaktu-waktu.
Pasal 3 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
menentukan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja yang harus
diperhatikan oleh pengusaha akan diatur lebih lanjut. Peraturan
perundangan yang dijadikan pedoman syarat-syarat keselamatan kerja,
yaitu :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan Untuk mencegah atau


mengurangi kecelakaan ini banyak sekali upaya yang dapat dilakukan
oleh pengusaha. Dalam (Peraturan Keamanan Kerja), antara lain
dinyatakan bahwa agar peralatan kontraktor tidak atau kurang
menimbulkan bahaya, maka :
1) Ban penggerak, rantai, dan tali yang berat harus diberikan alat
penadah, jika putus tidak akan menimbulkan bahaya.
2) Mesin-mesin harus terpelihara dengan baik, mesin yang berputar
harus diberikan penutup agar jangan saampai beterbangan jika
kurang tahan dalam putaran yang keras.
3) Ban penggerak, rantai, atau tali yang dilepaskan harus tergantung,
maka gantungan itu harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
menyentuh ban penggerak.
4) Harus tersedia alat pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, yang dapat
dilakukan dengan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran,
memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri bagi
pekerja/tukang jika terjadi kebakaran, dan memberikan alat
perlindungan lainnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
kebakaran.
c. Mencegah atau mengurangi bahaya peledakan. Peledakan biasanya
sering terjadi pada perusahaan-perusahaan yang mengerjakan
bahan-bahan yang mudah meledak. Perusahaan-perusahaan yang
demikian pada setiap ruangan kerja haruslah disediakan sekurangkurangnya satu pintu yang cepat terbuka untuk keluar. Bahan-bahan
yang akan dikerjakan di ruang kerja tidak boleh melebihi jumlah yang
seharusnya dikerjakan. Harus pula dipasang alat-alat kerja yang
menjamin pemakaiannya akan aman dari bahaya peledakan.
d. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, menyelenggarakan
suhu udara yang baik, memelihara ketertiban dan kebersihan,
mengamankan dan memelihara bangunan.
e. Mencegah agar jangan sampai terkena aliran listrik yang berbahaya.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Bagian alat listrik yang mempunyai tegangan minimal 250 volt
haruslah tertutup.
2) Sambungan-sambungan kabel listrik harus diberikan pengaman.
3) Bangunan-bangunan yang diatasnya terbentang kawat listrik harus
diperiksa sewaktu-waktu dan jika perlu diberikan pembungkus
(isolasi) agar terhindar dari tegangan.
Peraturan Menteri Pertukangan pada pasal 2 menetapkan bahwa
setiap bangunan perusahaan harus memenuhi syarat-syarat untuk :
a. Menghindarkan kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan.
b. Menghindarkan kemungkinan bahaya keracunan, penularan penyakit
atau timbulnya penyakit kerja.
c. Memajukan kebersihan dan ketertiban.
d. Terdapat penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk
melakukan pekerjaan.
e. Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup.

f. Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang tidak


menyenangkan.
Keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan
industri. Kecelakaan industri ini dapat diartikan : suatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikendaki yang mengacaukan proses yang telah
diatur aktivitasnya. Suatu kejadian atau peristiwa tertentu adalah sebab
musababnya demikian pula kecelakaan industri/ kecelakaan kerja ini.
Rangkaian kejadian dan faktor penyebab kecelakaan dikenal dengan
teori domino, yaitu :
a. Kelemahan pengawasan oleh manajemen (lack of control
management). Pengawasan ini diartikan sebagai fungsi manajemen
yaitu perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan (pelaksana) dan
pengawasan. Partisipasi aktif manajemen sangat menetukan
keberhasilan usaha pencegahan kecelakaan seorang pimpinan unit
disamping memahami tugas operasional tapi juga harus mampu :
1) memahami program pencegahan kecelakaan.
2) memahami standard, mencapai standard.
3) membina, mengukur, dan mengevaluasi performance bawahannya.
Inilah yang dimaksud dengan control.
b. Sebab dasar. Penyebab dasar terjadinya kecelakaan adalah unsafe
condition dan unsafe action. Pendapat berbagai ahli K3 yang cukup
radikal, 2 ( dua ) faktor diatas merupakan gejala akibat buruknya
penerapan dan kurangnya komitmen manajemen terhadap K3 itu
sendiri.
Beberapa contoh unsafe condition :
1) Peralatan kerja yang sudah usang ( tidak layak pakai ).
2) Tempat kerja yang acak-acakan.
3) Peralatan kerja yang tidak ergonomis.
4) Roda berputar mesin yang tidak dipasang pelindung ( penutup ).
5) Tempat kerja yang terdapat Bahan Kimia Berbahaya yang tidak
dilengkapi sarana pengamanan ( labeling, rambu ) dll.
Beberapa contoh unsafe action :
1) Karyawan bekerja tanpa memakai alat pelindung diri pekerja yang
mengabaikan Peraturan K3.
2) Merokok di daerah Larangan merokok.
3) Bersendau gurau pada saat bekerja, dll.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang bertindak
Kurang aman dalam melakukan pekerjaan, antara lain :
- Tenaga kerja tidak tahu tentang :
1) Bahaya bahaya di tempat kerjanya.
2) Prosedur Kerja Aman.
3) Peraturan K3.
4) Instruksi Kerja dll.
- Kurang terampil ( unskill ) dalam :
1) Mengoperasikan Mesin Bubut.
2) Mengemudikan Kenderaan.
3) Mengoperasikan Fire Truck.
4) Memakai alat alat kerja ( Tool ) dll.

- Kekacauan sistem manajemen K3


1) Menempatkan tenaga kerja tidak sesuai dengan keahliannya.
2) Penegakan Peraturan yang lemah.
3) Paradigma dan Komitmen K3 yang tidak mendukung.
4) Tanggungjawab K3 tidak jelas.
5) Anggaran Tdk Mendukung.
6) Tidak Ada audit K3 dll.
c. Sebab yang merupakan gejala (sympton). Disebabkan masih
adanya sub-standard practices and conditions yang mengakibatkan
terjadinya keselahan. Dalam hal ini kita kenal dengan tindakan tak
aman dan kondisi tak aman. Faktor-faktor ini sebenarnya adalah
symptom (gejala) atau pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres
apakah pada system ataukah pada manajemen.
d. Kecelakaan. Jika ketiga urutan diatas tercipta, maka besar atau kecil
akan timbul peristiwa atau kejadian yang tidak diinginkan dan tidak
direncanakan yang dapat mengakibatkan kerugian dalam bentuk
cidera dan kerusakan akibat kontak dengan sumber energi melebihi
nilai ambang batas badan atau struktur.
Disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa
akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu : pertama kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain
kerusakan/ kehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan. Biaya
pengobatan dan perawatan korban. Tunjangan kecelakaan. Hilangnya
waktu kerja. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi. Kedua kerugian
yang bersifat non ekonomis. Pada umumnya berupa penderitaan manusia
yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian,
luka/cedara berat maupun ringan.
Menurut International Labour Organization (ILO) ada beberapa cara
atau langkah yang perlu diambil untuk menanggulangi kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja, yaitu melalui :
a. Peraturan perundang-undangan.
Adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi (up to
date).
Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku sejak tahap rekayasa.
Penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3
melalui pemeriksaan-pemeriksaan langsung di tempat kerja.
b. Standarisasi. Merupakan suatu ukuran terhadap besaran-besaran
nilai. Dengan adanya standard K3 yang maju akan menentukan
tingkat kemajuan K3, karena pada dasarnya baik buruknya K3 di
tempat kerja diketahui melalui pemenuhan standard K3.
c. Inspeksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pemeriksaan dan pengujian terhadap tempat kerja, mesin, pesawat,
alat dan instalasi, sejauh mana masalah-masalah ini masih
memenuhi ketentuan dan persyaratan K3.
d. Riset, meliputi :

Riset teknik, penelitian terhadap benda dan karakteristik bahanbahan berbahaya. Mempelajari pengaman mesin, pengujian alat
pelindung diri, penyelidikan tentang desain yang cocok untuk
instalasi industri.
Riset medis, meliputi hal-hal khusus yang berkaitan dengan
penyakit akibat kerja dan akibat medis terhadap manusia dari
berbagai kecelakaan kerja.
Riset psikologis, penelitian terhadap pola-pola pdikologis yang
dapat menjurus kearah kecelakaan kerja.
e. Pendidikan. Pemberian pengajaran dan pendidikan cara
pencegahan kecelakaan yang terjadi melalui pengamatan terhadap
jumlah, jenis orangnya (korban), jenis kecelakaan, faktor penyebab,
sehingga dapat ditentukan pola pencegahan kecelakaan yang serupa.
f. Training (latihan). Pemberian instruksi atau petunjuk-petunjuk
melalui praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yang
aman.
g. Persuasi. Menanamkan kesadaran akan pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja dalam upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, sehingga semua ketentuan keselamatan dan kesehatan
kerja dapat diikuti oleh semua tenaga kerja.
h. Asuransi. Upaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap
premi asuransi kepada perusahaan yang melakukan usaha-usaha
keselamatan dan kesehatan kerja atau yang berhasil menurunkan
tingkat kecelakaan di perusahaannya.
i. Penerapan K3 di tempat kerja. Langkah-langkah tersebut haris
dapat diaplikasikan di tempat kerja dalam upaya memenuhi syaratsyarat K3 di tempat kerja.
2. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan
agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara
optimal. Tujuan kesehatan kerja adalah :
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial.
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh konisi lingkungan kerja.
3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan
dengan tenaga kerja.
4. Meningkatkan produktivitas pekerja.
a.

Ketentuan Umum
Peraturan kesehatan kerja yang terdapat dalam Undang-undang
No.13 Tahun 2003 meliputi tentang pekerjaan anak, wanita, waktu
kerja, waktu istirahat. Berikut uraian materi peraturan kesehatan
kerja.
Pekerjaan Anak
Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapan
belas) tahun.68 Undang-undang No.13 tahun 2003 mengatur tentang
norma kerja mulai pasal 68, yang mana pasal ini melarang keras

pengusaha mempekerjakan anak. Anak dianggap bekerja apabila


berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
Secara umum larangan mutlak bagi anak untuk melakukan
pekerjaan ini adalah tepat, sebab akan terdapat beberapa kerugian
atau dampak negative jika anak melakukan pekerjaan, diantaranya
adalah :
1.
Menghambat atau memperburuk perkembangan jasmani
maupun rohani anak.
2. Menghambat kesempatan belajar bagi anak.
3.
Dalam jangka panjang perusahaan akan menderita beberapa
kerugian apabila mempekerjakan anak, misalnya kwalitas produksi
rendah, pemborosan dan lain sebagainya.
Undang-undang No.13 Tahun 2003 lebih lanjut mengatur tentang
pekerjaan anak ini sebagai berikut :
a. Bagi anak yang berumur antara 13 sampai dengan 15 tahun
diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak
mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan
sosial. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan
ringan dimaksud harus memenuhi persyaratan :
1) izin tertulis dari orang tua atau wali;
2) perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau
wali;
3) waktu kerja maksimal maksimal 3 jam;
4) dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu
sekolah;
5) keselamatan dan kesehatan kerja
6) adanya hubungan kerja yang jelas;
7) menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku (pasal
69 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003.
b.
Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang
merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang. Pekerjaan tersebut juga
dapat dilakukan dengan syarat :
1) diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan
pekerjaan serta bimbingan dan pengawasan dalam melakukan
pekerjaan;
2) diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
c.
Anak dapat juga melakukan pekerjaan untuk mengembangkan
bakat dan minatnya. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi anak
agar pengembangan bakat dan minat anak yang pada umumnya
muncul pada usianya tersebut tidak terhambat. Untuk itu,
pengusaha yang mempekerjakan anak dalam pekerjaan yang
berkaitan dengan perkembangan minat dan bakat ini, diwajibkan
untuk memenuhi persyaratan :
1) di bawah pengawasan langsung dari orang tua atau wali;
2) waktu kerja paling lama tiga jam sehari ;
3) kondisi
dan
lingkungan
kerja
tidak
mengganggu
perkembangan fisik, mental, sosial, dan waktu sekolah.

Berkaitan dengan larangan untuk mempekerjakan anak, UU


No.13 Tahun 2003 lebih menekankan lagi, siapapun dilarang
mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan
terburuk. Pekerjaan terburuk yang dimaksud adalah :
a.
segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan dan sejenisnya;
b.
segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau
menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi,
pertunjukan porno, atau perjudian;
c.
segala pekerjaan yang memafaatkan, menyediakan, atau
melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman
keras, narkotik, psikotropika,dan zat adiktif lainnya; dan / atau
d. semua
pekerjaan
yang
membahayakan
kesehatan,
keselamatan, atau moral anak.
Penanggulangan ini dimaksudkan untuk menghapuskan atau
mengurangi anak yang bekerja di luar hubungan kerja tersebut.
Upaya itu harus dilakukan secara terencana, terpadu, dan
terkoordinasi dengan instansi terkait.
Pekerja Perempuan
Mempekerjakan perempuan di perusahaan tidak semudah yang
dibayangkan. Ada hal-hal yang harus dijadikan bahan pertimbangan,
yaitu :
a.
para wanita umumnya bertenaga lemah, halus tetapi tekun;
b. norma-norma susila harus diutamakan, agar tenaga-tenaga kerja
wanita tersebut tidak terpengaruh oleh perbuatan-perbuatan
negative dari tenaga kerja lawan jenisnya, terutama kalau
dikerjakan pada malam hari;
c.
para tenaga kerja wanita itu umumnya mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan halus yang sesuai dengan kahalusan sifat dan
tenaganya;
d. para tenaga kerja wanita itu ada yang masih gadis dan ada pula
yang telah bersuami atau berkeluarga yang dengan sendirinya
mempunyai
beban-beban
rumah
tangga
yang
harus
dilaksanakannya pula.
Semua itu harus menjadi dasar pertimbangan dalam
menentukan norma kerja bagi perempuan. Ketentuan dalam
peraturan perundangan tentang norma kerja perempuan yaitu:
1.
Pekerja/tukang perempuan yang berumur kurang dari 18
(delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 07.00.
2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/tukang perempuan
hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan
dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja
antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/tukang perempuan
antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 wajib :
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.
Waktu Kerja, Mengaso, dan Istirahat (Cuti)

Undang-undang No.13 Tahun 2003 hanya mengenal 2 istilah


yaitu waktu kerja dan waktu istirahat. Menurut Iman Supomo
dalam hal ini digunakan 3 istilah yaitu waktu kerja, waktu mengaso
dan waktu istirahat. Pengertian ketiga istilah itu adalah pertama
waktu kerja adalah waktu efektif dimana pekerja/tukang hanya
melaksanakan pekerjaannya. Kedua waktu mengaso adalah waktu
antara, yaitu waktu istirahat bagi pekerja/tukang setelah melakukan
pekerjaan empat jam beturut-turut yang tidak termasuk waktu kerja.
Ketiga waktu istirahat adalah waktu cuti, yaitu waktu dimana
pekerja/tukang diperbolehkan untuk tidak masuk bekerja karena
alasan-alasan tertentu yang diperbolehkan oleh undang-undang.
Yang meliputi waktu kerja adalah :
1.
7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
2.
8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Waktu kerja tersebut harus diselingi waktu mengaso paling
sedikit 30 (tiga puluh) menit setelah pekerja/tukang bekerja selama 4
(empat) jam berturut-turut. Ketentuan waktu kerja tersebut tidak
berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. Mempekerjakan
pekerja lebih dari waktu kerja sedapat mungkin dihindari, karena
pekerja membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaganya dan tentu
untuk tetap menjaga kesehatannya. Dalam hal-hal tertentu terdapat
kebutuhan yang mendesak, yang harus segera diselesaikan dan tidak
dapat dihindari pekerja harus bekerja melebihi waktu kerja.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja harus
memenuhi beberapa syarat, yaitu :
1.
ada persetujuan pekerja/tukang yang bersangkutan;
2. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak tiga jam
dalam satu hari dan empat belas jam dalam satu minggu.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/tukang untuk kerja
lembur wajib membayar upah kerja lembur sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Secara yuridis, waktu istirahat (cuti) bagi pekerja ada empat
macam, yaitu istirahat (cuti) mingguan, istirahat (cuti) tahunan,
istirahat (cuti) panjang, serta istirahat (cuti) hamil / bersalin dan haid
bagi pekerja perempuan, yaitu :
a. Istirahat (cuti) mingguan. Istirahat mingguan ditetapkan satu hari
untuk enam hari kerja dalam satu minggu, atau dua hari untuk
lima hari kerja dalam satu minggu.
b.
Istirahat (cuti) tahunan. Sekurang-kurangnya dua belas hari
kerja setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama dua belas
bulan secara terus-menerus. Istirahat (cuti) tahunan ini harus
dimohonkan kepada pengusaha, artinya harus ada persetujuan
pengusaha. Meskipun cuti tahunan ini adalah hak pekerja,
ketentuan permohonan ini dilakukan untuk melihat apakah
pekerjaan sedang menumpuk atau tidak. Apabila sedang
menumpuk maka pengusaha berhak menangguhkan permohonan
cuti pekerja.

c.

Istirahat (cuti) panjang. Cuti panjang ini dilakukan sekurangkurangnya dua bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan
kedelapan masing-masing satu bulan bagi pekerja yang telah
bekerja selama enam tahun berturut-turut pada perusahaan yang
sama, dengan ketentuan pekerja tersebut tidak berhak lagi untuk
istirahat (cuti) tahunan dalam dua tahun berjalan. Selama pekerja
cuti tahunan, pekerja diberikan uang kompensasi hak istirahat
tahunan kedelapan (setengah) bulan gaji. Bagi perusahaan yang
membuat ketentuan tentang cuti tahunan sendiri yang dianggap
lebih baik, perusahaan tersebut tidak diperkenankan merubah
ketentuan UU No. 13 Tahun 2003. Pengusaha juga diwajibkan untuk
memberikan kesempatan secukupnya kepada pekerja untuk
melaksanakan ibadah yang diwajibkan agama.
d.
Istirahat (Cuti) haid, hamil/bersalin. Bagi pekerja wanita yang
merasa sakit sewaktu mengalami haid haru membertitahukan
kepada pengusaha, dan tidak wajib bekerja untuk hari pertama dan
kedua di masa haidnya tersebut.Pekerja wanita berhak
memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya
melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah melahirkan
menurut perhitungan dokter atau bidan. Bagi pekerja wanita yang
mengalami keguguran kandungan berhak untuk istirahat 1,5 (satu
setengah) bulan sesuai dengan surat keterangan dokter
kandungan atau bidan. Selama menjalankan istirahat/cuti pekerja
tetap berhak menerima upah atau gaji penuh.
Pasal 85 Undang-undang No.13 tahun 2003 menentukan
beberapa hal lain yang berkaitan dengan cuti/ libur :
1.
pekerja/tukang tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
2.
pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/tukang untuk
bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan
harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau
pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/tukang
dengan pengusaha.
3.
pengusaha yang mempekerjakan pekerja/tukang yang
melakukan pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud
wajib membayar upah kerja lembur.
4.
ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.
b.
Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja
Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala
kondisi yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap
kesehatan ataukesejahteraan orang yang bekerja. Faktor bahaya di
lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika, Fisiologi dan
Psikologi.
Bahaya Kimia. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan
(inhalation), Kulit (skin absorption), Tertelan (ingestion). Racun dapat
menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-duanya.
Korosi. Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan
pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan

sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena.


Contoh : konsentrat asam dan basa, fosfor.
Iritasi. Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat
kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau
dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak ).
Contoh :
Kulit
: asam, basa, pelarut, minyak.
Pernapasan :
aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen
dioxide, phosgene, chlorine, bromine, ozone.
Reaksi Alergi. Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat
menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan. Contoh
:
Kulit
: colophony (rosin), formaldehyde, logam seperti
chromium atau nickel, Epoxy, hardeners, turpentine.
Pernapasan :
isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde,
nickel.
Asfiksiasi. Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang
mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau
tambang bawah tanah.Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak
boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia mencegah
transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau mencegah
oksigenasi normal pada kulit. Contoh :
Asfiksian sederhana : Methane, ethane, hydrogen, helium
Asfiksian kimia
:
Carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen
cyanide, hydrogen sulphide
Bahaya Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang
berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus,
bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari
tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya
biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi
dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi
lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai.
Pekerja yang potensial mengalaminya antara lain.: pekerja di rumah
sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.
Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus,
salmonella, chlamydia, psittaci.
Kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak
dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap
kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi
bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat
menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya
konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance

tenaga kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA)


pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat
sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat
kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil,
metal, dll.
Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan
bising seperti : frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat
getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan
ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek
yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan powered tool
berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal
sebagai Raynauds phenomenon atau vibration-induced white
fingers(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat
memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal
dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Radiasi Non Mengion
Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible
radiation, inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave
dan frekuensi radio)
Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan
kanker.
Contoh :
a. Radiasi ultraviolet : pengelasan.
b. Radiasi Inframerah
: furnacesn/ tungku pembakaran
c. Laser
: komunikasi, pembedahan
Pencahayaan (Illuminasi)
Tujuan pencahayaan :
a. Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan
pekerjaan
b. Memberi lingkungan kerja yang aman
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah,
sakit
kepala,
berkurangnya
kemampuan
melihat,
dan
menyebabkan kecelakaan.
Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat
kerja, produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan
housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi
kecelakaan kerja.
Bahaya Psikologi
Stress
Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik
terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap
tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stress.
Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah,
gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol
dan psikotropika.

Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner,


tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar,
gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti
eksim,dll.
Bahaya Fisiologi
Pembebanan Kerja Fisik. Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu
memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajat kesehatan.
Pembebanan tidak melebihi 30 40% dari kemampuan kerja
maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia
adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari
sekali maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan. Oleh
karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit,
parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi
yang diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi
sebelum bekerja.
c. Evaluasi Lingkungan Kerja Dengan Pengukuran
Evaluasi lingkungan dilakukan kepada faktor-faktor fisik, kimia,
dan lain-lain. Semua faktor ini harus dievaluasi dalam higene
perusahaan. Evaluasi faktor-faktor penyebab sakit yang bersifat
bahan-bahan kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1.
subyektif oleh indera manusia, indera manusia kadang-kadang
dapat dipakai untuk evaluasi kadar bahan-bahan di lingkungan
kerja. Pada jenis zat-zat tertentu manusia dapat mencium, melihat
dan merasa kadar zat menurut pengalaman. Dalam beberapa hal,
apabila indera manusia telah dapat mengenal adanya suatu zat
diudara yang masih ajuh dari nilai ambang batas maka indera
manusia digunakan untuk pencegahan agar manusia terhindar dari
faktor-faktor kimia dalam lingkungan kerja.
2. dengan menggunakan hewan-hewan, hewan-hewan yang sering
digunakan untik menilai bahan-bahan kimia di udara adalah
burung kenari, tikus, kelinci, kera dan lain-lain.
3. dengan memakai alat-alat detector, indicator dan detector yang
biasanya khusus untuk gas dan uap. Indicator-indikator yang
sederhana didasarkan atas perubahan warna sebagai akibat reaksi
kimia. Detector adalah alat khusus yang dibuat untuk menentukan
bahan-bahan di udara secara kwalitatif maupun kwantitatif.
4. pengambilan sample dan pemeriksaan laboratorium, dilakukan
dengan 4 cara. Pertama absorbsi kepada bahan padat. Kedua
dengan melalui udara pada cairan yang mampu mengikat bahanbahan itu di udara. Ketiga kondensasi yaitu dengan menurunkan
suhu udara yang mengandung uap, sehingga uapnya mengebun.
Keempat dengan membakar bahan-bahan diudara pada kawat pijar
dengan katalisator tertentu, yang hasilnya ditampung oleh air atau
larutan.
d. Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Daya Kerja

Perlindungan kesehatan kerja meliputi pengaturan tentang


pencegahan gangguan-gangguan kesehatan dan daya kerja. Caracara mencegah gangguan tersebut adalah :
1.
Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan
bahan yang kurang bahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
2.
Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut
perhitungan kedalam ruang kerja, agar kadar dari bahan-bahan
yang berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih rendah dari pada
kadar yang membahayakan, yaitu kadar Nilai Ambang Batas (NAB).
3.
Ventilasi keluar setempat (local exhausters), ialah alat
menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahanbahan yang membahayakan dapat dihisap dan dialirkan keluar.
4.
Isolasi, mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan
yang membahayakan.
5.
Pakaian pelindung, misalnya masker, kacamata, sarung
tangan, sepatu, topi, dan lain-lain.
6.
Pemeriksaan
kesehatan
sebelum
kerja,
pemeriksaan
kesehatan pada calon pekerja untuk mengetahui keserasian antara
pekerja dengan pekerjaan yang akan dijalaninya.
7.
Pemeriksaan kesehatan berkala, untuk evaluasi apakah
penyebab dari gangguan kesehatan yang dialami pekerja.
8.
Penerangan sebelum kerja, agar pekerja mengetahui dan
mentaati peraturan-peraturan, dan pekerja menjadi lebih berhatihati.
9.
Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada
pekerja secara kontiniu, maksudnya pekerja tetap waspada dalam
menjalankan pekerjaan.
BAB II
PELAKSANAAN K-3
1.

Tanggung
Jawab
Perusahaan
Berdasarkan
Peraturan
Perundangan
Materi Undang-undang No.1 Tahun 1970 lebih dominan berisi
mengenai hak dan atau kewajiban tenaga kerja dan pengusaha/pengurus
dalam pelaksanaan K3, dan kewajiban pengusaha/pengurus adalah :
Pasal 3 ayat 1 : Melaksanakan syarat-syarat keselamatan untuk :
a.
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b.
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
Peraturan pelaksananya Kepmenaker RI No. Kep.186/Men/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
c.
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d.
Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
e.
Memberikan pertolongan pada kecelakaan
f. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
Peraturan
pelaksananya
Instruksi
Menteri
Tenaga
Kerja
No.Ins.2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan Alat Pelindung Diri.

Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No.Ins.05/M/BW/97 tentang


Pengawasan Alat Pelindung Diri. Surat Edaran Dirjen Binawas
No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan AlatPelindung Diri. Dan
Surat Edaran Menteri Dirjen Binawas No.SE.06/BW/1997 tentang
Pendaftaran Alat Pelindung Diri.
g.
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, dan hembusan
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. Peraturan
pelaksananya diatur dalam Peraturan Menteri Pertukangan No.7
Tahun 1964 tentang Syarat Kebersihan Serta Penerangan Dalam
Tempat Kerja.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukup
k.
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m.
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya
n.
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang
o.
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p.
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
q.
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaan menjadi bertambah tinggi
Pasal 8
Ayat 1 : Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi
mental, dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepadanya. Peraturan pelaksananya
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
Ayat 2 : Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur. Peraturan
pelaksananya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Selain
itu ada juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1998
tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja
Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Pasal 9
Ayat 1 : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada
tiap tenaga kerja baru tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerja
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerja
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan


pekerjaannya
Ayat 2 : Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang
bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah
memahami syarat-syarat tersebut diatas.
Ayat 3 : Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi
semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam
pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
Ayat 4 : Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syaratsyarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat
kerja yang dijalankan. Pasal 10 ayat 1 : Menteri Tenaga Kerja
berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) guna mengembangkan kerjasama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja
dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas kewajiban
bersama di bidang K3, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
Peraturan pelaksananya adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
KEP-125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang
disempurnakan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP155/MEN/84. Dan juga Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP04/MEN/87 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
Pasal 11 ayat 1 : Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan
yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Peraturan pelaksananya
Permenaker RI No. Per.03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan. Permenaker RI No. Per.04/Men/1993
tentang Jaminan Kecelakaan Kerja.
Pasal 14 pengurus diwajibkan :
a.
Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua syarat-syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
b.
Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua
gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
c.
Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya
dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja.

2.

Peraturan pelaksana dari ketentuan pasal-pasal UU RI No.1


Tahun 1970 (pasal 15 ayat 1 UU RI No.1 Tahun 1970). UU RI No.1
Tahun 1970 masih bersifat umum (lex generalist), peraturan
pelaksananya dijabarkan secara teknis dan rinci dalam bentuk PP,
Keppres, Permenaker, Kepmenaker, SE Menaker dan Kepdirjen
Binwasnaker Depnakertrans RI.
Pelanggaran terhadap peraturan pelaksana UU No.1 Tahun 1970
(peraturan perundangan K3) dapat memberikan ancaman pidana
dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah)
sebagaimana ditetapkan pada pasal 15 ayat 2 UU RI No.1 Tahun
1970. Ancaman pidana ini tidak akan membuat efek jera bagi
pengusaha yang melanggar UU No.1 Tahun 1970 (termasuk
peraturan pelaksananya) dilihat dari masa hukuman kurungan begitu
singkat dan denda uang yang dikenakan terlalu sedikit mengingat
dimungkinkan banyak tenaga kerja pada satu tempat kerja
(perusahaan) yang mengalami cidera berat bahkan kematian serta
menderita penyakit akibat kerja.
Tidak adil apabila masalah K3 ini hanya dilimpahkan kepada
perusahaan / pengusaha saja. Karena masalah K3 juga merupakan
tanggung jawab pekerja sebagai objek dari K3 ini. Untuk itu pekerja
juga memiliki hak dan kewajiban terkait dengan K3 ini yaitu :
a.
Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai
Pengawas/ Ahli K3
b.
Memakai alat-alat pelindung diri
c.
Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan
d.
Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang
diwajibkan
e.
Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syaratsyarat K3 dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin
keselamatannya
Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan Terhadap Pelaksanaan
K3
Adapun yang menjadi latar belakang pengawasan pelaksanaan K3 :
Setiap tenaga kerja selalu berhadapan dengan potensi bahaya
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai dengan
jenis atau karakteristik perusahaan tempatnya bekerja.
Kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja akan memberikan
dampak yang sangat merugikan bagi tenaga kerja, perusahaan
dan masyarakat pada umumnya.
Kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah melalui
pengawasan ketenagakerjaan di bidang K3 umumnya dan
kesehatan kerja khususnya.
Pengawasan ketenagakerjaan merupa kan unsur penting dalam
perlindungan tenaga kerja, sekaligus sebagai uapaya penegakan
hokum ketenagakerjaan secara menyeluruh. Penegakan hukum
ditempuh dalam 2 (dua) cara, yaitu preventif dan represif. Pada
dasarnya kedua cara itu ditempuh sangat bergantung dari tingkat
kepatuhan masyarakat (pengusaha, pekerja, serikat pekerja)

terhadap ketentuan hukum ketenagakerjaan. Tindakan preventif


dilakukan jika memungkinkan dan masih adanya kesadaran
masyarakat untuk mematuhi hukum. Namun, bila tindakan preventif
tidak efektif lagi, maka ditempuh tindakan represif dengan maksud
agar masyarakat mau melaksankan hukum walaupun dengan
keterpaksaan.
Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk menjamin
pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan (pasal 176 Undang-undang
No.13 Tahun 2003). Dengan demikian, sasaran pengawasan
ketenagakerjaan ialah meniadakan ataumemperkecil adanya
pelanggaran Undang-undang Ketenagakerjaan, sehingga proses
hubungan industrial dapat berjalan dengan baik dan harmonis. Yang
bertugas mengawasi atas ditaatinya atau tidak peraturan
perundangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah :
1. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis
berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah unit organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan ketentuan pasal 10 Undang-undang No.14 Tahun 1969
dan pasal 5 ayat (a) Undang-undang No.1 Tahun 1970. Secara
operasional dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang
berfungsi untuk :
1. Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan
hukum mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha
dan tenaga kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin
pelaksanaan secara efektif dari peraturan-peraturan yang ada.
1) Dalam melaksanakan tugasnya pegawai pengawas berhak dan
wajib melakukan :
1. Memasuki semua tempat dimana dijalankan atau biasa
dijalankan pekerjaan atau dapat disangka bahwa disitu
dijalankan pekerjaan dan juga segala rumah yang disewakan
atau dipergunakan oleh pengusaha atau wakilnya untuk
perumahan atau perawatan pekerja.
2. Jika terjadi penolakan untuk memasuki tempat-tempat
tersebut, petugas pengawas berhak meminta bantuan Polri.
3. Mendapatkan keterangan sejelas-jelasnya dari pengusaha
atau wakilnya dan pekerja mengenai kondisi hubungan kerja
pada perusahaan yang bersangkutan.
4. Menanyai pekerja tanpa dihadiri pihak ketiga.
5. Harus melakukan koordinasi dengan serikat pekerja.
6. Wajib merahasiakan segala keterangan yang di dapat dari
pemeriksaan tersebut.
7. Wajib mengusut pelanggaran.

Pasal 181 Undang-undang No.13 Tahun 2003 mengaskan bahwa


pengawas wajib : pertama merahasiakan segala sesuatu yang
menurut sifatnya patut dirahasiakan. Kedua tidak menyalahgunakan
kewenangannya.
Yang berhak melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja adalah
dokter yang ditunjuk oleh pimpinan tempat perusahaan/ kerja dan
yang disetujui oleh Departemen Tenaga Kerja. Pelaksanaan
pengawasan kesehatan kerja ditujukan kepada :
1. Tempat Kerja, yaitu :
a. Kebersihan dan perawatannya
b. Kondisi lingkungan kerja
2. Proses kerja yaitu perlu diteliti bagaimana proses kerjanya dimulai
dari gudang bahan baku, persiapan pengolahan pengepakan
sampai pendistribusian.
3. Tenaga Kerja / Pekerja, yaitu yang perlu diperhatikan :
a. Alat pelindung diri
b. Sikap kerjanya
c. Jenis kelamin
d. Usia
e. Baban kerja
f. Gizi tenaga kerja
4. Pelayanan kesehatan kerja
5. Fasilitas kesehatan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, aturan-aturan kesehatan
ini bersifat memaksa. Dan pihak perusahaanlah yang pada umumnya
diwajibkan melaksanakan aturan kesehatan kerja dan bertanggung
jawab atas pelaksanaannya. Walaupun demikian, pihak perusahaan
masih diberi kesempatan untuk mengadakan penyimpangan dalam
aturan kesehatan kerja ini, misalnya :
1. Perusahaan dapat melakukan penyimpangan dalam hal waktu
kerja. Larangan melakukan pekerjaan lebih dari 7 jam sehari dan
lebih dari 40 jam seminggu, dapat dikesampingkan apabila
berkaitan dengan pembangunan Negara.
2. Perusahaan dapat mengenyampingkan aturan waktu istirahat dan
ketentuan hari libur serta larangan bekerja lebih dari 7 jam sehari,
40 jam seminggu apabila dalam waktu tersebut terdapat pekerjaan
yang harus segera diselesaikan.
Untuk mengadakan penyimpangan ini pihak perusahaan harus
mendapat ijin terlebih dahulu dari Pengawasan Pertukangan.
Pemberian ijin ini disebut pengawasan preventif. Pengawasan represif
dilakukan oleh pegawai pengawasan pertukangan dengan cara
mengunjungi tempat kerja pada pada waktu tertentu. Dengan
mengunjungi tempat kerja, pegawai pengawas mepunyai tugas:
1. Melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri ketentuan
peraturan perundangan dijalankan oleh perusahaan dan jika tidak,
pegawai pengawas dapat mengambil tindakan yang wajar demi
menjamin pelaksanaannya.

2. Membantu baik pihak pekerja maupun pengusaha atau pimpinan


perusahaan dengan jalan memberi penjelasan teknis dan nasehat
yang mereka perlukan agar mereka memahami apa dan
bagaimana pelaksanaan peraturan perundangannya.
3. Menyelidiki keadaan pertukangan dan mengumpulkan data yang
diperlukan untuk menyusun perundang-undangan pertukangan
dan penetapan kebijakan Diskamtam Kota Bandung.
Pengawasan ketenagakerjaan terhadap pelakasanaan K3 tidak
akan efektif apabila tidak dibarengi dengan sanksi-sanksi bagi
pelanggarnya. Sayangnya Undang-undang Ketenagakerjaan tidak ada
mengatur
tentang
ketentuan
pidanaterhadap
pelanggaran
pelaksanaan K3. Tetapi terdapat ketentuan sanksi administratif :
a. Teguran
b. Peringatan tertulis
c. Pembatasan kegiatan usaha
d. Pembekuan kegiatan usaha
e. Pembatalan persetujuan
f. Pembatalan pendaftaran
g. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi
h. Pencabutan izin
Ketentuan sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran
pelaksanaan K3 tidak hanya diatur dalam undng-undang
Ketenagakerjaan
tetapi
juga
diatur
dalam
undang-undang
Keselamatan Kerja pasal 15 ayat (2) :
peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggitingginya Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah).
3. Sistem Manajemen K3 Berdasarkan Permenaker No.5 Tahun
1996
Sistem Manajemen K3 di lingkungan kerja adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resikoyang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Pendekatan manajemen secara professional tidak akan efektif apabila
tidak memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Manajer harus memperhatikan adanya alat pelindung (safety) dan
kesehatan (health). Beberapa problem seperti ini 85% dapat dikontrol
oleh pihak manajemen.
2. Manajer berpengaruh terhadap peluang perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan. Menekan kerugian dapat meningkatkan
keuntungan.
3. Manajemen control kerugian akan menguntungkan seluruh strategi
operasional manajemen.

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu


sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja
yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif. Tujuan lainnya yaitu :
1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia (pasal 27 ayat 2) UUD 1945. 9. Meningkatkan
komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja
2. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi
kompetisi perdagangan global
3. Proteksi terhadap industri dalam negeri
4. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
5. Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor
nasional
6. Pelaksanaan pencegahan kecelakaan masih bersifat parsial
1. Dasar Hukum Penerapan SMK3
1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) : Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
2. UU No.13 tahun 2003 pasal 87: - Setiap perusahaan wajib
menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem. - Manajemen
Ketentuan mengenai penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dengan peraturan pelaksana.
3. UU No.1 tahun 1970 pasal 4
4. UU No. 18 tahun 1999 PASAL 2: Pengaturan Jakon berlandaskan pada
asas kejujuran dan keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan,
kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keselamatan
demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. PASAL 22 huruf
l : Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
para pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan sosial. PASAL 23 (2) :
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan
tentang keteknikan, keamanan, K3, perlindungan tenaga kerja, serta
tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi PP. NO. 28 / 2000 (Usaha &
Peran Masyarakat Jakon) PP. 29 /2000 (Penyelenggaraan Jakon) PP.
30 / 2000 (Pembinaan Jakon)
5. UU No. 28 tahun 2002 : PASAL 2 : Bangunan Gedung diselenggarakan
berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta
keserasian bangunan gedung dengan lingkungan PASAL 3 (2) :
Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang
menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan PASAL 16 (1) : Persyaratan
keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat
(3),
meliputi
persyaratan
keselamatan,
kesehatan,
kenyamanan,dan kemudahan PASAL 17 (1),(3)&(4) : Persyaratan
keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung
untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan

gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan


bahaya petir.
Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan
pengamanan terhdaap bahaya kebakaran melalui sistemproteksi
pasif/atau proteksi aktif. Persyaratan kemampuan bangunan gedung
dalam mencegah bahaya petir sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan
pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir.
RPP. Persyaratan Bangunan Gedung RPP. Pengelolaan Bangunan
Gedung RPP. Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Bangunan Gedung
RPP. Pembinaan Pengelolaan Bangunan Gedung
2. Ketentuan Umum SMK3
Perusahaan wajib menerapkan system manajemen K3 apabila :
(1) Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak
seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen K3.
(2) Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga
kerja sebagai satu kesatuan.
Salah satu fungsi manajemen (controlling), fungsi controlling
dalam manajemen :
1. Identification of work. Identifikasi masalah untuk menetukan
langkah tepat selanjutnya.
2. Setting standards/ standards for work performances. Penggunaan
standard sebagai acuan dalam menjalankan system manajemen.
3. Evaluation, hasil pengukuran perbandingan sasaran yang harus
dicapai.
4. Correction, semua kekurangan yang ada dicari solusi untuk
perbaikan.
Dasar-dasar control kerugian :
Prinsip I tindakan yang membahayakan, kondisi yang membahayakan
dan kejadian kurang baik, semua itu merupakan beberapa gejala
kesalahan dalam suatu system manajemen.
Prinsip II harus dapat meramalkan secara pasti sekumpulan tandatanda yang kurang baik. Sehingga dapat dikontrol dan diidentifikasi.
Prinsip III manajer harus memperhatikan pengadaan alat pengaman /
keselamatan / pelindung di setiap bagian yang difungsikan oleh
perusahaan. Secara langsung manajemen mengatur adanya safety yang
baik pada saat perencanaan, pengorganisasian dan harus selalu diawasi /
dikontrol.
Prinsip IV kunci efektif pengaturan kebutuhan performen alat
pelindung / safety adalah manajemen harus memiliki prosedur yang jelas
dan terukur.

Prinsip V alat pelindung / safety yang baik adalah tepat guna pada
tempatnya dan ketika digunakan tidak rusak serta tidak menimbulkan
kejadian yang kurang baik. Ada 2 jalan agar hal ini dapat berjalan dengan
baik :
a.
Harus diketahui apa penyebab utama penyebab terjadinya
accident.
b.
Harus diketahui alat pelindung apa yang paling efektif
digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Manusia melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya disebabkan
oleh beberapa hal, diantaranya :
a.
pengetahuan dan keterampilan yang tidak sesuai dengan
pekerjaannya.
b.
Keadaan fisik dan mental yang belum siap untuk tugastugasnya
c.
Tingkah laku dan kebiasaan ceroboh, sembrono, terlalu berani
tanpa mempedulikan petunjuk, instruksi.
d.
Kurangnya perhatian dan pengawasan dari manajemen.
e.
Kondisi berbahaya yang meliputi :
Mesin, pesawat, alat, instalasi, bahan dan lain-lain
Lingkungan kerja
Sifat pekerjaan
Cara kerja
Proses produksi
Pelaksanaan system manajemen K3 dapat berjalan dengan lancar
apabila terdapat pengawasan yang maksimal dari pihak pengawas terkait
untuk itu system manajemen K3 menerapkan system audit yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 tahun.

Tabel II
Keuntungan Tangible (terasa
langsung)

Keuntungan Intangible (tidak terasa


langsung)

Penerapan
K3
menghemat
perusahaan melalui :

5.

dapat
uang

Premi asuransi
Pengeluaran akibat biaya
perkara
pengadilan
dan
pertanggung-jawaban.
Kompensasi karyawan
Biaya
akibat
terhambatnya
proses
produksi
Peningkatan
moralitas
karyawan
Penurunan angka absensi
Penurunan
waktu
menganggur peralatan
Meningkatkan
nilai
saham perusahaan.
Menciptakan
tempat
kerja yang efisien dan
produktif karena tenaga
kerja merasa aman dalam
bekerja.

Penerapan K3 dapat meningkatkan


keuntungan secara tidak langsung
dengan cara :

Penerapan K3 akan membangun


kepercayaan
para
pemegang
saham dan meningkatkan transparansi fungsi-fungsi perusahaan,
mengurangi ketidakkonsistenan.
Para investor mengenali kwalitas
suatu perusahaan sehingga para
investor
tidak
ragu
untuk
menanamkan modalnya.
Pelaksanaan K3 mulai mendapat
perhatian lebih luas di kalangan
masyarakat, LSM, Diskamtam Kota
Bandung, karyawan, rekan bisnis,
dan lain-lain sehingga perusahaan
yang
melaksanakan
K3
mendapatkan pencitraan yang
baik.
Menciptakan
hubungan
yang
harmonis bagi karyawan dan
perusahaan.
Perawatan terhadap mesin dan
peralatan semakin baik, sehingga
membuat umur alat semakin lama.
Keamanan

Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3


Sistem Kerja
a.
Petugas
yang
berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan
telah menilai resiko-resiko yang timbul dari suatu proses kerja.
b.
Apabila
upaya
pengendalian resiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan
melalui tingkat pengendalian.
c.
Terdapat prosedur
kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu
sistem ijin kerja untuk tugas-tugas yang beresiko tinggi.
d. Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman
seluruh resiko yang teridentifikasi didokumentasikan.

e.

Kepatuhan
dengan
peraturan,
standar
dan
ketentuan
pelaksanaan
diperhatikan pada saat pengembangan atau melakukan modifikasi
prosedur atau petunjuk kerja.
f. Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang
berkompeten dengan masukan dari kerja yang dipersyaratkan
untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang
ditunjuk.
g.
Alat pelindung diri
disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta
dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
h.
Alat pelindung diri
yang digunakan dipastikan telah dinyatakan baik dan dipakai
sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang
berlaku.
i. Upaya pengendalian resiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan
pada proses kerja.
Emergensi Respons / Tanggap Darurat
Kecelakaan yang disebabkan faktor alam, teknis atau manusia
dapat berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat
mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat
atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian
harta benda atau korban manusia. Bila bencana terjadi dan keadaan
menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana,
sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya
penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang
trampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta
sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan
pelatihan baik teori atau praktek paling sedikit enam bulan sekali.
Bagusnya kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan
berhasilnya pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Emergency. Dan
akhirnya tujuan mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta
benda atau korban manusia akibat keadaan emergency akan dapat
dicapai.
Rencana darurat merupakan suatu rencana formal tertulis, yang
berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dpt terjadi di instalasi &
konsekuensi-konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di
luar tempat kerja serta bagaimana hrs ditangani Perencanaan darurat
harus diperlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola
kontraktor & pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari
sistem pengendalian bahaya besar. Perencanaan darurat harus
mencakup penanganan keadaan darurat di dalam dan di luar
kontraktor maupun kantor.
Management tanggap darurat termasuk semua aktivitas,
langkah-langkah yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi
dampak bencana. Kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tanggap
menghadapi bencana Dan pemulihan setelah terjadi bencana. Agar
manusia selamat dan harta benda terlindungi.

Tujuan management perusahaan mengurangi dampak bahaya


yang ditimbulkan. Menyiapkan langkah-langkah penyelamatan untuk
melindungi manusia (Karyawan dan Masyarakat sekitar) dan harta
benda. Tanggap saat menghadapi emergency dan menyediakan
fasilitas yang diperlukan. Menerapkan sistem pemulihan agar
komunitas menjadi normal setelah terjadi bencana.
Langkah-langkah penyusunan tanggap darurat :
Mitigation (Mitigasi ) : Kajian awal yang dilakukan untuk
mengeliminasi atau menurunkan Derajat Resiko jangka panjang
terhadap Manusia atau harta Benda yang diakibatkan oleh
Bencana.
Preparedness (Kesiapsiagaan) : Kegiatan yang dilakukan lebih
lanjut berdasarkan Hasil Mitigasi, yang mencakup Pengembangan
Kemampuan Personil, Penyiapan Prasarana, Fasilitas dan Sistem
bila terjadi keadaan Emergency.
Response (Kesigapan) : Kemampuan penanggulangan saat terjadi
keadaan krisis/bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat
(termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR, pemadaman kebakaran.
dll).
Recovery (Pemulihan) : Kegiatan jangka pendek untuk meulihkan
kebutuhan pokok minimum kehidupan masrarakat yang terkena
bencana, dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara
normal.
Sumber-Sumber Bencana :
Alam, contohnya gunung api meletus, angin taufan, banjir / air bah,
gempa bumi , tanah longsor dan sejenisnya.
Manusia, contohnya : human error, penebangan hutan, sabotage,
pemogokan, peperangan, membuang sampah di sungai,
membakar sampah/ hutan sembarangan.
Kerugian Akibat Terjadinya Bencana Physik :
Metriil, Korban jiwa (mati atau menderita) Korban harta benda dan
sarana / materiil untuk kehidupan masyarakat atau sarana produksi
bagi kegiatan industri.
Non Materiil, terganggunya struktur kegiatan rutin produksi bagi
suatu industri atau kegiatan sosial bagi masyarakat. Terganggunya
kondisi ekonomi.
Berikut merupakan susunan organisasi tanggap darurat kecelakaan
industri minimun beserta fungsi masing-masing, meliputi :
Ketua :
Mengkoordinir penanggulangan bencana di Unit Kerjanya
(kontraktor, kantor)
Memberikan keputusan pemberhentian Kontraktor/Instalasi.
Melaporkan kejadian ke Managemen.
Merencanakan perbaikan akibat bencana.
Koordinator Operasional :
Memimpin langsung pelaksanaan pertolongan pertama pada suatu
kejadian bencana.
Memerintahkan penutupan sumber-sumber aliran yang dapat
memperluas/memperbesar bencana.

Memerintahkan beroperasi kepada seluruh Satgas dengan


memberikan kode-kode bencana yang berlaku.
Satgas Komunikasi :
Menghubungi Executive Group.
Membunyikan tanda bahaya sesuai perintah koordinator
Operasional.
Merawat dan memelihara sistem komunikasi yang tersedia di lokasi
Kontraktor/Perkantoran.
Satgas Pemadam Kebakaran :
Memadamkan kebakaran dengan alat pemadam kebakaran yang
tersedia.
Bertanggung jawab terhadap keamanan dan kesiap siagaan alatalat pemadam kebakaran yang disediakan.
Perusahaan/Dinas Pemadam Kebakaran untuk ditempatkan sesuai
dengan fungsinya.
Satgas Pengamanan :
Melarang setiap orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi
Bencana sebelum datangnya Anggota Satpam/Polri.
Melaksanakan pengamanan area dan jalur jalan masuk/keluar
untuk kelancarkeluar/masuknya mobil Unit Damkar, Ambulance
dan Tim Evakuasi.
Satgas Evakuasi :
Mengusahakan pemindahan korban dari area bencana ke lokasi
aman Sebelum Tim TKTD tiba di lokasi bencana.
Melarang orang yang telah dievakuasi yang akan kembali kelokasi
bencana sebelum dinyatakan aman.
Satgas SAR :
Mencari dan melaksanakan pertolongan/ penyelamatan korban dari
area bencana dan membawa ke tempat aman (Shelter).
Mengamankan dokumen penting dan barang-barang berharga.
Satgas Medis :
Mengusahakan pertolongan pertama jika ada korban dengan
teknik/sistem P3K.
Memelihara peralatan P3K yang diusahakan oleh Perusahaan.
Satgas Infentarisasi :
Menginventarisasi kerugian akibat bencana.
Menghitung jumlah orang/karyawan yang dievakuasi baik yang
selamat atau menjadi korban bencana.
Membuat laporan kepada Koordinator Operasional.
Satgas Pemulihan/perbaikan :
Melaksanakan perbaikan setelah kejadian bencana.
Melaksanakan pemeliharaan kelancaran saluran air, kelancaran
jalan untuk lalu lintas dan sejenisnya.
Mengupayakan pencegahan adanya bahaya susulan yang dapat
mengancam keselamatan maupun maupun menghambat proses
produksi.
Melakukan pemulihan kondisi lingkungan yang terkena bencana,
termasuk pelestarian lingkungan.
Pengawasan dan Pengendalian Tanggap Darurat

Pos komando pusat, berfungsi :


1.

Pos
komando
sebaiknya ditempatkan di area yang mudah diakses ke lokasi yang
potensial terjadinya bencana dan dibangun anti radioaktif dan
aman.
2.
Dilengkapi
fasilitas yang disesuaikan sebagai suatu unit komando.
Kewenangan tim sebaiknya diatur dengan peraturan perusahaan,
karena kemungkinan bila keadaan emergency akan memobilisasi
fasilitas perusahaan, umum dan pribadi yang ada di area industri.
Ukuran keberhasilan tanggap darurat ditentukan oleh:
i. Manusia : Dibentuk tim terdiri dari bagian yang terkait, dan
dipimpin oleh pimpinan tertinggi perusahaan setempat (diberi
pelatihan teori dan praktek menghadapi emergency, untuk
meyakinkan bahwa tim memiliki kecepatan,ketepatan dan
kesiapsiagaan yang tinggi).
ii. Perangkat keras : Seperangkat alat bantu, seperti peta evakuasi,
petunjuk arah, alat pelindung diri, alat komunikasi, shelter dan
peralatan lain (kesempurnaan alat bantu menentukan cepat dan
lambatnya antisipasi terhadap emergency).
iii. Perangkat lunak : Interaksi faktor manusia dan perngkat keras
dapat terjalin dengan baik dan sinergis bila dilengkapi perangkat
lunak yang tepat (perangkat lunak : sisdur, pemberian nomor
telepon, tatacara pemeberitahuan bila ada bencana, dll. Agar
selalu up to date, perangkat lunak harus selalu diperiksa dan
disempurnakan secara periodic).
Pengawasan SMK3 oleh Perusahaan
a.
Dilakukan
pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan
dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja
yang telah ditentukan.
b.
Setiap
orang
diawasi dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat resiko
tugas.
c.
Pengawas
ikut
serta dalam identifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian.
d.
Pengawas
diikutsertakan dalam pelaporan dan penyediaan penyakit akibat
kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saransaran kepada pengurus.
e.
Pengawas
ikut
serta dalam proses konsultasi.
Kekurangan yang ada pada SMK3 dibandingkan dengan Manajemen
K3 Lainnya
Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung
mengenai K3 yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi
internasional. Tapi hal ini masih dapat dimaklumi karena masalah
yang sama juga dirasakan oleh negara-negara di Asia dibandingkan
negara Eropa atau Amerika, karena memang masih dalam tahap

awal. Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh
Menteri Tenaga Kerja (Diskamtam Kota Bandung) dirasakan kurang
membantu promosi terhadap SMK3 dibandingkan dengan sertifikasi
ISO series, OHSAS, yang juga menggunakan badan sertifikasi swasta.
Dan yang utama tentunya adalah peran aktif dari pengusaha
Indonesia yang masih belum mengutamakan K3 di Industrinya karena
masalah klasik yaitu cost (biaya).

BAB III
KESIMPULAN
1.

Produktivitas Kerja Menurut Beberapa Teori


Jika membicarakan masalah produktivitas muncullah satu situasi
yang paradoks, karena belum ada kesepakatan umum tentang pengertian
produktivitas serta kriterianya dalam mengukur tingkat produktivitas. Dan
tak ada konsepsi, metode penerapan maupun cara pengukuran yang
bebas dari kritik.
Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam
memproduksi barang-barang atau jasa-jasa : produktivitas menjelaskan
cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam

memproduksi barang. L.Greenberg mendefinisikan produktivitas sebagai


perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi
totalitas masukan selama periode tersebut. Produktivitas juga diartikan
sebagai :
1.
Perbandingan
ukuran harga bagi masukan dan hasil
2.
Perbedaan antara
kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam
satuan unit umum.
Sesuai dengan Laporan I Dewan Produktivitas Nasional RI 1983,
pengertian produktivitas adalah sebagai berikut :
- Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik
dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
- Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang
dipergunakan.
- Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda.
Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang
dicapai,
sedangkan
peningkatan
produktivitas
mengandung
pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara pencapaian produksi
tersebut. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh
peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun
produktivitas tetap ataupun menurun.
- Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk :
Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya
yang sama.
Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan
menggunakan sumber daya yang kurang.
Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan
pertambahan sumber daya yang relative lebih kecil.
- Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses
peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan reknologi pada
hakikatnya merupakan hasil karya manusia.
- Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan
waktu.
- Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor
lainnya, seperti : pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja,
motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial,
lingkungan dan iklim kerja, hubungan industrial pancasila, teknologi,
sarana produksi, manajemen, kesempatan kerja dan kesempatan
berprestasi.
- Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan pembaharuan
pandangan hidup dan cultural dengan sikap mental memuliakan kerja
serta perluasan upaya untuk meningkatkan mutu kehidupan
masyarakat.

Dalam berbagai referensi terdapat banyak sekali pengertian


mengenai Produktivitas, yang dapat kita kelompokkan menjadi tiga yaitu :
Pertama rumusan tradisional bagi keseluruhan Produktivitas tidak lain
adalah rasio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan
peralatan produksi yang dipergunakan (input). Kedua Produktivitas pada
dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan
bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin, dan hari
esok harus lebih baik dari hari ini. Ketiga Produktivitas merupakan interksi
terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni investasi termasuk
penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan
tenaga kerja.
Konsep Produktivitas
Piagam produktivitas Oslo 1984 mengemukakan konsep produktivitas
sebagai berikut :
1.
Produktivitas
adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin
banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang
dengan menggunakan semakin sedikit sumber daya.
2.
Produktivitas
didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif
merumuskan tujuan, rencana pengembangan, dan pelaksanaan caracara produktif dengan menggunakan sumber-sumber daya secara
efisien namun tetap menjaga kualitas.
3. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan
menggunakan keterampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi,
enerji, dan sumber-sumber daya lainnya untuk perbaikan mutu
kehidupan yang baik bagi seluruh manusia, melalui pendekatan konsep
produktivitas secara menyeluruh.
4.
Produktivitas
di
masing-masing Negara, sesuai dengan kondisi, potensi dan kekurangan
serta harapan-harapan yang dimiliki oleh Negara yang bersangkutan
dalam jangka pendek dan jangka panjang, namun masing-masing
Negara mempunyai kesamaan dalam pelaksanaan, pendidikan,
pelayanan masyarakat, dan komunikasi.
5.
Produktivitas lebih
dari sekedar ilmu (science), teknologi dan teknik-teknik manajemen,
akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap yang didasarkan pada
motivasi yang kuat untuk secara terus menerus berusaha mencapai
mutu kehidupan yang lebih baik.
Produktivitas dapat didefenisikan sebagai produksi yang diciptakan
oleh seorang pekerja pada suatu waktu tertentu. Kenaikan produktivitas
disebabkan oleh beberapa faktor, yang terpenting adalah :
a.
Kemajuan
Teknologi Memproduksi. Kemajuan teknologi menimbulkan dua
akibat penting kepada kegiatan produksi dan produktivitas.
Pertama memungkinkan penggantian kegiatan ekonomi dari yang
menggunakan binatang dan manusia menjadi mesin. Penggantian
ini menyebabkan meningkatnya produktivitas. Kedua kemajuan
teknologi memperbaiki mutu dalam kegiatan produksi. Untuk dapat

tetap bersaing dengan perusahaan lain maka perusahaan selalu


berinovasi dan salah satu tujuannya adalah untuk memperbaiki
efisiensi.
b.
Perbaikan
Sifatsifat Tenaga Kerja. Kemajuan ekonomi mempertinggi taraf
kesehatan masyarakat, mempertinggi taraf pendidikan dan latihan
teknik, dan menambah pengalaman dalam pekerjaan. Faktor-faktor
ini besar sekali peranannya dalam mempertinggi produktivitas
tenaga kerja. Berdasarkan pada efek dari perbaikan taraf
kesehatan, taraf pendidikan, dan taraf ketrampilan ke atas
kegiatan memproduksi, pengeluaran Diskamtam Kota Bandung
dalam bidang tersebut dinamakan investasi atas modal manusia.
c.
Perbaikan Dalam
Organisasi Perusahaan dan Masyarakat. Produktivitas juga telah
menjadi bertambah tinggi sebagi akibat langkah-langkah
Diskamtam Kota Bandung memperbaiki infrastruktur seperti
jaringan jalan raya, pelabuhan dan telekomunikasi.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sasaran dan Program K3


Sasaran K3
Tidak ada kecelakan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal
Accident)
Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80 %
Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko
pekerjaannya masing-masing.
5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)
Tidak ada barang yang tidak diperlukan di tempat kerja atau lokasi
pekerjaan konstruksi.
Semua barang mempunyai tempat yang pasti.
Tidak terdapat kotoran apa saja di tempat kerja.
Kondisi yang sudah baik terjaga tetap dari waktu ke waktu.
Semua orang berperilaku sesuai norma kerja positif yang dikembangkan
di tempat kerja.

Program K3
1. Membersihkan tempat kerja setelah selesai melakukan pekerjaan.
2. Menjaga kebersihan jalan kerja, papan kerja, tangga dari peralatan atau
material.
3. Membersihkan segera tumpahan oli, minyak, dan lain-lain.
4. Membuang sampah pada tempatnya.
5. Buang air besar/ kecil di Tempatnya.
6. Menyingkirkan logam potongan atau paku yang tidak terpasang.
7. Menekuk ujung-ujung paku yang runcing pada potongan kayu.
8. Peralatan ataupun material sisa dikembalikan pada tempatnya.
9. Memasang poster 5R.
10.
Memasang rambu/ himbauan untuk menjaga kebersihan.
11.
Memberikan brieffing kepada pekerja.
12.
Mengadakan inspeksi bersama.

Organisasi K3 :
Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan

Penanggung Jawab
K3

Emergency/
Kedaruratan

Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan
(P3K)

Bahaya Kebakaran

Kecelakaan Kerja Ringan


Terjadi Kecelakaan
Kerja Ringan

Laporkan kepada
tim K3 unit proyek
(petugas/ satpam)

Penanganan (P3K/
perlu dibawa ke RS)
Dilaksanakan
pengobatan P3K

Catat Laporan
Kecelakaan (Waktu
dan Tempat)

Penanganan di RS
terdekat

Kecelakaan Kerja Berat

Terjadi Kecelakaan
Berat

Laporkan kepada
tim K3 unit proyek
(petugas/ satpam)

Penanganan
Administrasi (oleh
personalia dan
keuangan)

Laporan ke
Jamsostek/ BPJS

Korban dibawa ke RS

Proses Klaim Ke
Jamsostek. BPJS

Monitoring penyakit
dan perawatan

Pemberian asuransi
kepada ybs atau
keluarga

Proses
penyembuhan
(rawat rumah sakit/

Selesai

Kecelakaan Kerja Meninggal Dunia

Terjadi
Kecelakaan Kerja
Meninggal Dunia

Korban
Meninggal Dunia

Amankan TKP

Lapor Ke Tim K3
Proyek

Lapor ke P2K3
Wilayah/ Cabang

Lapor ke Kepala
Proyek

Investigasi

Laporan
Investigasi

Korban
Dimakamkan

Kirim Kabar Pada


Keluarga Korban

Jenazah (Visum
et Repertum di
RS)

Lapor ke Polisi
terdekat

Laporkan
kepada
Jamsostek/ BPJS

Proses/
Penyelesain
Klaim Asuransi

Ahli Waris

Menyiapkan
Dokumen Oleh
Ahli Waris

Santunan

Selesai

Surat
Keterangan

Korban dibawa
ke Keluarga

Tindakan Apabila Terjadi Kebakaran

Terjadi
Kebakaran

1.
2.
3.
4.

Padamkan
Sendiri :
APAR
Karung Basah
Pasir
Air

Lapor Security

Langsung ke
Lokasi
Mengamankan

Menyiapkan
Regu & Alat
Pemadam

Lapor ke Dinas
Pemadam
Kebakaran

Laksanakan
Evakuasi
Pekerja

Datang ke
Lokasi TKP

Proses
Pemadam

Tempatkan
Pada Daerah
Yang Aman

Koordinasi di
TKP

Lapor ke Tim/
Unit K3 Proyek

Selesai

Daftar Pekerjaan Dengan Tingkat Resiko Tinggi Beserta Penggulangannya


N
o
1

Jenis
Pekerjaa
n
pasangan
bekisting

pengecora
n

Lokas
i

Identitas Bahaya Dan


Resiko K3

Pengendalian Resiko K3

lapang kecelakaan
sewaktu
an/
memotong,
areal
membelah
dan
proyek
merakit bekisting
bahaya akibat polusi
yang dihasilkan oleh
kegiatan pelaksanaan
tertimpa
rakitan
bekisting
ketika

sedang diangkat

pengarahan pekerja, tukang


bekisting, dll.
menyiapkan bahan & alat
kerja
check konstruksi dan fasilitas
kerja (schafolding, support
tolls, dll.)
meminta izin kerja, bekerja di
ketinggian
pekerja diharap menggunakan
peralatan
pengamanan
sewaktu
bekerja
dan
membersihkan tempat kerja
pelaksanaan
pembuatan
bekisting, pembesian dan
pengecoran harus dilakukan
oleh tenaga terampil yang
berpengalaman
dalam
melaksanakan
pekerjaan,
harus
memakai
perlengkapan k3

lapang gangguan
kesehatan
an/
atau gangguan fisik
areal
akibat pekerja tidak
proyek
memakai
perlengkapan
kerja
sesuai
dengan
persyaratan
kecelakaan
akibat
concrete mixer (kena
pipa concrete pump,

pengarahan pekerja, tukang


cor, dll.
menyiapkan bahan & alat
kerja
check konstruksi dan fasilitas
kerja (schafolding, support
tolls, dll.)
meminta izin kerja, bekerja di
ketinggian
semua pipa harus terhindar

adukan beton)
tertimpa adukan beton
ketika alat sedang
diangkat
terjatuh dari tempat
pengecoran
terluka akibat percikan
adukan beton pada
saat
menuangkan
beton dari concrete
pump dan truk mixer.
terjadi gangguan pada
mata,
pendengaran
akibat
getaran
vibrator dan debu
kecelakaan
akibat
tertimpa robohnya cor
beton

bongkar
bekisting

dari kebocoran adukan beton


penyangga pengaduk beton
harus dilindungi oleh pagar
pengamanan
untuk
mencegak para pekerja lewat
dibawahnya ketika alat yang
bersangkutan
sedang
diangkat
operator
mixer
dilarang
menurunkan
penyangga
sebelum para pekerja berada
ditempat aman
pada waktu membersihkan
pipa concrete pump dan truk
mixer,
tindakan-tindakan
pengamanan harus diambil
untuk
melindungi
para
pekerja
pekerja diharap menggunakan
peralatan
pengamanan
sewaktu bekerja

terluka akibat sengatan listrk


ketika menggunakan vibrator
listrik
selama pengecoran papan
acuan dan penumpuannya
harus
dicegah
terhadap
kerusakan
lapang kecelakaan
tertimpa pengarahan pekerja, tukang
an/
bongkaran bekisting
bekisting, dll.
areal terluka
akibat
sisa menyiapkan bahan & alat
proyek
limbah paku, kayu
kerja standar k3
check konstruksi dan fasilitas
tajam, dll
penyimpanan
sisa
kerja (schafolding, support
bongkaran yang tidak
tolls, dll.)
izin
kerja,
bila
rapih
dan meminta
bekerja di ketinggian
membahayakan
pekerja lapang

pekerjaan
dinding,
kolom,
balok

lapang kecelakaan
akibat
an/
pengoperasian
alat
areal

pengaduk beton
proyek kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat
melaksanakan
pekerjaan
pasangan
bata, plesteran dan
acian
jatuh/ terpeleset pada
saat
melakukan
pekerjaan
pasangan
bata, plesteran dan
acian

pengarahan pekerja, tukang,


dll.
menyiapkan bahan & alat
kerja
check konstruksi dan fasilitas
kerja (schafolding, support
tolls, dll.)
meminta
izin
kerja,
bila
bekerja
untuk
pekerjaan
menggali
mengkoordinasikan pekerjaan
harian yang menggunakan
alat bantu ( schafolding,
crane, dll) dengan pelaksana/
sm

fabrikasi
besi

worksho
p/ areal
proyek

bahaya akibat bahan


dan peralatan yang
digunakan
tidak
memenuhi syarat,
bahaya
akibat
cara
pengangkutan bahan
kurang
memenuhi

syarat,

pengarahan pekerja, tukang


besi, dll.
perlengkapan kerja (sarung
tangan, sepatu boot, rompi,
helm)
chek kondisi alat (bar bender,
bar cutter)
chek jalur aliran listrik
perlindungan terhadap air/
hujan

pengguna
an aliran
listrik

areal bahaya akibat adanya


proyek
arus
pendek
yang
/
dihasilkan
oleh
direksi
kegiatan pelaksanaan,
keet
bahaya
akibat
bangunan kantor dan
fasilitasnya
lainnya
misal: ada genangan
air,
bahaya
adanya
kecerobohan
pemasangan instalasi
listrik, misal: kabel
yang tidak memenuhi
standar
dan
pemasangan yg tidak

pemeriksaan
aliran
listrik
sebelum mulai pekerjaan
ijin kerja yang berhubungan
dengan listrik
chek list instalasi listrik
mengamankan jalur pemakain
listrik agar tidak menggangu
areal yang padat aktivitas
pekerja

rapi
7

mobilisasi
dan
demobilisa
si

kantor,
lapangan
dan
fasilitasny
a.

lapang kecelakaan
dan
an
gangguan kesehatan
tenaga kerja akibat
tempat kerja kurang
memenuhi syarat
kecelakaan
dan
gangguan kesehatan
pekerja
akibat
penyimpanan
peralatan dan bahan
atau material kurang
memenuhi syarat,
kecelakaan
dan
gangguan kesehatan
pekerja
akibat
penyimpanan
peralatan dan bahan
atau material kurang
memenuhi syarat,
kecelakaan
atau
gangguan kesehatan
akibat
kegiatan
pembongkaran
tempat kerja, instalasi
listrik, peralatan dan
perlengkapan,
pembersihan
dan
pengembalian kondisi
yang kurang baik.
areal bahaya akibat polusi
sekitar
yang dihasilkan oleh
proyek
kegiatan pelaksanaan,
bahaya
akibat
bangunan kantor dan
fasilitasnya
lainnya
roboh,
bahaya akibat terjadi
genangan
air
dan
pencurian
pada
bangunan kantor dan

fasilitas penunjang,

pemakaian
peralatan
perlindungan kerja standar
seperti helm, sepatu, kaca
mata, masker dan sarung
tangan
pemakaian
peralatan
perlindungan kerja standar
seperti helm, sepatu, kaca
mata, masker dan sarung
tangan

pemakaian
peralatan
perlindungan kerja standar
seperti helm, sepatu, kaca
mata, masker dan sarung
tangan

pemakaian
peralatan
perlindungan kerja standar
seperti helm, sepatu, kaca
mata, masker dan sarung
tangan

harus
tersedia
pemadam
kebakaran dan kebutuhan
p3k yang memadai diseluruh
barak, kantor, gudang dan
bengkel,
penyediaan bangunan kantor/
direksi keet harus benar
-benar
kokoh
dan
kuat
sehingga
berhindar
dari
bahaya bangunan runtuh/
roboh
dibuatkan saluran pembuang

fasilitas
dan
pelayanan
pengujian
logistik

10 pekerjaan
jalan
sementara

11 pengatura
n
sementara
untuk lalu
lintas

12 pemelihar

dan disediakan pompa air,


bahaya
akibat
sehingga air yang tergenang
kebakaran di kantor
segera teratasi
atau
di
bangunan

harus
tersedia
pemadam
gudang dan lainnya.
kebakaran dan kebutuhan
p3k yang memadai diseluruh
barak, kantor, gudang dan
bengkel,
lapang bahaya akibat bahan harus
tersedia
pemadam
an
dan peralatan yang
kebakaran dan kebutuhan
digunakan
tidak
p3k yang memadai diseluruh
memenuhi syarat,
barak, kantor, gudang dan
bahaya
akibat
cara
bengkel,
pengangkutan bahan pengangkutan bahan harus
kurang
memenuhi
sesuai dengan beban lalu
syarat,
lintas pada jalan yang akan
bahaya
akibat
dilewati,
penyimpanan kurang bahan dan material berbahaya
memenuhi syarat,
harus disimpan tersendiri
dan terlindung dengan baik,
bahan
atau
bahaya
akibat pembuangan
material harus pada tempat
pembuangan
bahan
yang telah ditetapkan, aman
dan material tidak
dan tidak mengganggu lalu
terpakai
kurang
lintas
memenuhi syarat.
areal bahaya
akibat bangunan jalan harus dibuat
masuk
bangunan
jalan
dengan
struktur
dan
-keluar
sementara rusak
kekuatan memenuhi syarat,
lokasi bahaya lalu lintas akibat pengaturan
lalu
lintas
proyek
jalan masuk ke lokasi
sementara dengan rambu
pekerjaan
tidak
tersedia atau tersedia
tetapi
kurang
memenuhi syarat.
areal bahaya
akibat
tidak penyediaan
jalan
masuk
masuk
tersedia jalan masuk
sementara ke permukiman
-keluar
bagi
penduduk
di
yang aman dan nyaman.
lokasi
permukiman
proyek
sepanjang dan yang
berdekatan
dengan
lokasi pekerjaan
areal

kecelakaan

akibat bangunan

sementara

dan

aan untuk
keselamat
an lalu
lintas

13 galian
tanah

14 pek. bore
pile/ pek.
pondasi
pile cap
15 pekerjaan
plafond

masuk
-keluar
lokasi
proyek

bangunan sementara
dan
ramburambu
rusak
dan
tidak
berfungsi,
bahaya akibat bahan
dan
kotoran
yang
tidak
terpakai
berceceran sehingga
lalu lintas tidak aman.
lapang tertimbun longsor luka
an

berat
terjatuh kelubang luka
berat
kecelakaan akibat

metode pemasangan
patok.
kecelakaan sewaktu

menggali
kecelakaan
dan
gangguan kesehatan
tenaga kerja akibat
tempat kerja kurang
memenuhi syarat,

ramburambu
harus
terpelihara agar tetap aman
dan dalam kondisi pelayanan
yang memenuhi persyaratan.
pembersihan
atas
bahan
bahan yang tidak terpakai.

lapang tertimpa crane terguling


an

berakibat luka
berat/kematian
terbentur crane
areal kecelakaan
akibat
gedun
pengoperasian
alat
g
bantu
yang
salah
pek.plafond,
kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat
melaksanakan
pekerjaan
pasangan
plafond
tidak
rapinya
penyimpanan support
tools
setelah
pemakaian
yang
membahaya
kan
pekerja lainnya, misal:

pastikan crane laik pakai


buat landasan crane yang kuat

buat landasan yang kuat


pemasangan
patok
harus
benar dan sesuai dengan
syarat.
menggunakan
peralatan
pengamanan
sewaktu
bekerja
Berkoordinasi
bila
akan
melakukan penggalian dan
meminta alat bantu bila
kondisi tidak memungkinkan,
misal : alat penerangan,
support tools, dll

pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
mengecek gambar bestek,
agar tidak terjadi kesalahan
dalam
pekerjaan
dan
melaksanakan
tata
cara
standar
pengerjaan
di
ketinggian sesuai standar K-3

paku,
palu,
sekrup, dll
16 pekerjaan
atap

17 pekerjaan
kusen,
pintu,
jendela
alumuniu
m&
acessories

18 pekerjaan
sanitair

baut,

areal kecelakaan
akibat
gedun
pengoperasian
alat
g
pemotong (bar cutter)
kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat

melaksanakan
pekerjaan
pasangan
baja ringan
terlukat
pada
saat
melakukan
pemotongan,
pemasangan penutup
atap
areal kecelakaan
akibat
gedun
pengoperasian
alat
g
cutting ysng salah
dan ceroboh
kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat
melaksanakan
pekerjaan
pasangan
kusen, pintu, jendela
alumunium
&

acessories
jatuh/terpeleset
pada
saat
melakukan
pekerjaan
pemasangan kusen
areal gangguan
kesehatan
gedun
atau gangguan fisik
g
akibat pekerja tidak
memakai
perlengkapan
kerja
sesuai
dengan
persyaratan
terluka
pada
saat

melakukan
pengeboran
untuk
pemasangan urinoir,
wastafel dan closet

pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja

pekerja diharap menggunakan


peralatan
pengamanan
sewaktu
bekerja
dan
membersihkan tempat kerja
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja sewaktu
pelaksanaan pekerjaan
pastikan
alat
yang
akan
dipakai dicek kelayakannya,
agar meminimalisir faktor
kecelakaan
pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
pekerja diharap menggunakan
peralatan
pengamanan
sewaktu
bekerja
dan
membersihkan tempat kerja
pekerja diharap menggunakan
peralatan
pengamanan
sewaktu
bekerja
dan
membersihkan tempat kerja

19 pekerjaan
interior

20 pekerjaan
eksterior

bahaya akibat polusi


yang dihasilkan oleh
kegiatan pelaksanaan
pengeboran
pada
dinding
gangguan
kesehatan
pada
mata
akibat
debu
hasil
pengeboran
pada
dinding
bahaya
akibat
pembuangan
bahan
dan material tidak
terpakai
kurang
memenuhi syarat
areal gangguan
kesehatan
gedun
atau gangguan fisik
g
akibat pekerja tidak
memakai
perlengkapan
kerja
sesuai
dengan
persyaratan
terluka
pada
saat
melakukan
pemotongan
dan
pengelasan
hollow
untuk reling tangga
bahaya akibat polusi
yang dihasilkan oleh
kegiatan pelaksanaan
pemotongan
dan
pengelasan,
areal gangguan
kesehatan
luar
atau gangguan fisik
gedun
akibat pekerja tidak
g
memakai
perlengkapan
kerja
sesuai
dengan
persyaratan
jatuh/terpeleset
pada
saat
melakukan
pekerjaan
pasangan
ornamen

pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
berkoordinasi
mengenai
pekerjaan
yang
beresiko
tinggi dan menggunakan alat
bantu
kepada
pelaksana
lapangan
Berhati-hati pada pekerjaan
yang memerlukan ketelitian
dan keakuratan, agar tidak
terjadi kecelakaan
pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
meminta
support
tools/
berinisiatif bila memerlukan
alat bantu dengan tidak
memaksakan pekerja atau

21 pekerjaan
mekanikal
dan
elektrikal

tukang lainnya bila keadaan


tidak memungkinkan, misal:
cuaca hujan, jalan licin,
penerangan minim, dsb.
pengecekan
peralatan
sebelum mulai pelaksanaan
pemeriksaan pendukung kerja
dan
peralatan
yang
digunakan.
pekerja diharap menggunakan
peralatan
pengamanan
sewaktu
bekerja
dan
membersihkan tempat kerja
berkoordinasi
mengenai
pekerjaan
yang
beresiko
tinggi dan menggunakan alat
bantu
kepada
pelaksana
lapangan
Berhati-hati pada pekerjaan
yang berhubungan dengan
elektrikal, agar tidak terjadi
kecelakaan
penggunaan
peralatan
pengaman kerja
pembersihan
atas
bahan
bahan yang tidak terpakai,
kegiatan pelaksanaan
agar tidak membahayakan
pemotongan
dan
pekerja yang lain
pengelasan,
gangguan
kesehatan
pada
mata
akibat
percikan pemotongan
pipa dan asap pada
saat pengelasan
bahaya
akibat
pembuangan
bahan
dan material tidak
terpakai
kurang
memenuhi syarat.

bahaya akibat polusi


yang dihasilkan oleh
kegiatan pelaksanaan
pembuatan gril
areal gangguan
kesehatan
gedun
atau gangguan fisik
g
akibat pekerja tidak
memakai
perlengkapan
kerja
sesuai
dengan
persyaratan
kecelakaan terjatuh dari
perancah pada saat

melaksanakan
pekerjaan
pemasangan instalasi
springker,
instalasi
hydrant
terluka
pada
saat
melakukan
pemotongan,
pemasangan instalasi

perpipaan
bahaya akibat polusi
yang dihasilkan oleh

Manajemen Review

Review terhadap program K3LM dilakukan oleh Direksi, review ini


dimaksudkan untuk mengetahui bahwa Kebijakan dengan program K3LM
nya benar-benar dijalankan secara continue.

Rencana Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3LM

Pedoman ini menggunakan acuan dokumen yang telah dipublikasikan


baik tingkat nasional maupun internasional yaitu meliputi :
Undangundang No. 14 tahun 1969, tentang Perlindungan terhadap
Tenaga Kerja dan Pembinaan Norma Keselamatan Kerja
Undangundang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 01/Men/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja No. Kep.174/Men/1986 dan
Menteri Pekerjaan Umum No. Kep/104/Men/1986 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Konstruksi Bangunan.
Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang PU
SNI 0402252000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
2000).
SNI 1902291987 : Pekerjaan di dalam Ruangan Tertutup.
SNI 1902301987 : K3
untuk
Pekerjaan
Penebangan
dan
Pengangkutan Kayu.
SNI 1902311987 : Kegiatan Konstruksi, Keselamatan, dan Kesehatan
Kerja.
SNI 1919551990 : Perancah, Keselamatan Kerja pada Pemasangan
dan Pemakaian.
SNI 1919561990 : Tangga Kerja, Keselamatan Kerja pada Pembuatan
dan Pemakaian.

SNI 0319621990 : Petunjuk


Perencanaan
Penanggulangan
Longsoran.
SNI 1939931995 : Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tentang Keselamatan Kerja Las Busur Listrik.
SNI 1939941995 : Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan.
SNI 1939971995 : Pedoman
Keselamatan
Kerja
Listrik
pada
Pentanahan.
SNI 0505721989 : Gergaji Kayu Tangan.
SNI 0606521989 : Sarung Tangan Kerja Berat dari Kulit Sapi.
SNI 0507381989 : Persyaratan Umum dan Cara Uji untuk Kerja
Traktor Tangan.
SNI 0309631989 : Cara Uji Kerja Excavator Darat Hidrolik.
SNI 0909641989 : Cara Uji Kerja Traktor Rantai Kelabang.
SNI 0309651989 : Cara Uji Kerja Loader.
SNI 0909661989 : Cara Uji Kerja Motor Grader.
SNI 1917171989 : Keselamatan Kerja Mesin Gergaji Bundar/Lingkar
untuk Pekerjaan Kayu.
SNI 1917211989 : Penilaian dan pengendalian Kebisingan di Tempat
Kerja.
SNI 1919571990 : Pedoman Pengawasan Kesehatan Kerja.
SNI 1919611990 : Peraturan Khusus Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
SNI 1820361990 : Ketentuan Keselamatan Kerja Radiasi.
SNI 1939961995 : Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tentang Penyimpanan dan Pengamanan Bahan Peledak.

KSO

PENUTUP
Demikian pra rencana keselamatan dan kesehatan kerja kontrak :
Pembangunan
Gedung
Kantor
Dinas
Pemakaman
dan
Pertamanan Kota Bandung (Lelang Ulang) secara garis besar,
selanjutnya dalam pelaksanaan nanti kami akan tetap meminta masukan
dan arahan dari konsultan pengawasan/ MK untuk setiap item pekerjaan
yang bersangkutan dengan pra-RK3K. Mudah-mudahan uraian ini dapat

memberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah-langkah yang


akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini.

Jakarta, 1 April 2015


PT.
BRAHMAKERTA
ADIWIRA

Ir. H. YUFIZAR
Direktur Utama

You might also like