Professional Documents
Culture Documents
PROGRAM INTERNSIP
DOKTER INDONESIA
TATALAKSANA
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Pembimbing :
Letkol CKM dr. A. Antonius Rumambi, DK,M.kes
Disusun oleh :
dr.Leony Anatasia Maranatha
O Ketrampilan
O Penyegaran
O Tinjauan Pustaka
O Diagnostik
Manajemen
O Masalah
O Istimewa
O Neonatus
O Bayi
O Anak
O Remaja
Dewasa
O Lansia
O Deskripsi
3 bulan SMRS menurut keluarga pasien sering merasa mudah lapar dan
sehari makan bisa sampai 6 kali sehari. Namun pasien merasa berat badan
menurun. Selain itu pasien sering haus sehingga minum banyak dan sering
kencing dan sering terbangun untuk kencing malam hari 5 kali sehingga
mengganggu tidur pasien. 2 hari SMRS, pasien sering mengeluh sesak nafas,
namun sesak nafas tidak memberat dengan aktifitas. Selain itu pasien
mengeluh dada berdebar-debar, rasa mual, namun tidak ada nyeri dada, tidak
ada sakit kepala,tidak muntah dan tidak ada batuk . 2 jam SMRS pasien
diantar oleh keluarga dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam
SMRS., Pasien tidak merespon ketika keluarga mengajak pasien untuk makan.
Menurut keluarga pasien terlihat sesak nafas dan berkeringat banyak. Tidak
ada demam . Pasien tampak lemah. Pasien tidak merespon ketika keluarga
mengajak pasien untuk makan. Menurut keluarga pasien terlihat sesak nafas
dan berkeringat banyak. Tidak ada demam . Pasien tampak lemah. Buang air
kecil sehari 4-5 kali sehari, berwarna seperti kuning jernih, tidak nyeri, tidak
ada darah, volume sekitar gelas aqua. Buang air besar 1 kali sehari,
warna dan konsistensi normal, tidak ada nyeri dan tidak ada darah.
O Tujuan
Memahami tatalaksana pada pasien dengan ketoasidosis diabetikum
Bahan
Bahasan
Tinjauan
Pustaka
O Riset
Kasus
O Audit
Cara
Membahas
O Diskusi
Presentasi dan
diskusi
DATA PASIEN
Nama : Tn. AS
Nama klinik :
UGD
Telp : -
Terdaftar sejak : -
O Email
O Pos
1. Subjektif :
3 bulan SMRS menurut keluarga pasien sering merasa mudah lapar dan
sehari makan bisa sampai 6 kali sehari. Namun pasien merasa berat badan
menurun. Selain itu pasien sering haus sehingga minum banyak dan sering
kencing dan sering terbangun untuk kencing malam hari 5 kali sehingga
mengganggu tidur pasien. 2 hari SMRS, pasien sering mengeluh sesak nafas,
namun sesak nafas tidak memberat dengan aktifitas. Selain itu pasien
mengeluh dada berdebar-debar, rasa mual, namun tidak ada nyeri dada, tidak
ada sakit kepala,tidak muntah dan tidak ada batuk . 2 jam SMRS pasien
diantar oleh keluarga dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam
SMRS., Pasien tidak merespon ketika keluarga mengajak pasien untuk makan.
Menurut keluarga pasien terlihat sesak nafas dan berkeringat banyak. Tidak
ada demam . Pasien tampak lemah. Pasien tidak merespon ketika keluarga
mengajak pasien untuk makan. Menurut keluarga pasien terlihat sesak nafas
dan berkeringat banyak. Tidak ada demam . Pasien tampak lemah. Buang air
kecil sehari 4-5 kali sehari, berwarna seperti kuning jernih, tidak nyeri, tidak
ada darah, volume sekitar gelas aqua. Buang air besar 1 kali sehari,
warna dan konsistensi normal, tidak ada nyeri dan tidak ada darah.
2. Objektif :
a. Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : koma , GCS E1M1V1
Keadaan umum: Tampak sakit sedang,
Tanda vital
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Nadi
- Laju nafas
Paru/
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-)
Abdomen/
Inspeksi
Perkusi
: timpani (+)
Extremitas
Akral hangat +/+ , edema -/b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
WBC : 15,4
RBC : 4,43
HGB : 12,1
GDS : 485
SGOT : 50
SGPT : 26
HCT : 36,2
Ureum: 52
MCV : 82,3
Creatinin: 1.3
MCH : 25,2
Natrium : 133
MCHC : 30,2
PLT : 400
Urinalisis :
BJ : 1.020
Glukosa : +4
Kalium : 5.0
Klorida : 101
pH : 5,5
Protein : -
Keton : +1
Urobilinogen : 0,1
Leukosit : 3
BIlirubin : Eritrosit : -
3. Assessment
Pasien laki-laki 50 tahun dengan Ketoasidosis Diabetikum
Dasar diagnosis:
Anamnesis: Ada penurunan kesadaran , sesak nafas, badan lemah 2 jam
SMRS. Riwayat pasien sering merasa mudah lapar, namun berat badan
menurun, sering merasa haus dan sering kencing dalam 3 bulan SMRS.
Pemeriks aan Fisik:
Kesadaran : Koma , GCS E1M1V1, Bibir kering
Laju nafas: 36 kali/menit , nafas kusmaul, nafas bau aseton
Pemeriksaan Penunjang:
GDS= 485, WBC=15400, Urinalisis : glukosa =+4, keton =+1, dan
lekosit=3
4. Planning
a. Saran pemeriksaan
Pro pemeriksaan darah lengkap cito, urinalisis cito, GDS cito, analisis
gas darah, elektrolit serum, ureum creatinine, SGPT, SGOT, profil lipid.
Pro EKG
b. Tatalaksana di UGD
Oksigen 02 4 L/menit
1gr IV (skin tes)
Inj Ceftriakson 2 x
memadai.
Pemberian
insulin
akan
menurunkan
konsentrasi
dengan
pemberian
larutan
mengandung
glukosa
untuk
ketonemia.
Oleh karena itu bila konsentrasi glukosa kurang dari 200 mg%, insulin
diteruskan dan untuk mencegah hipoglikemia diberi cairan mengandung
glukosa sampai asupan kalori oral pulih kembali
Di RSCM cara pengobatan KAD dengan insulin dosis rendah sudah
diperkenalkan sejak tahun 1980 dan sampai sekarang sudah beberapa kali
mengalami modifikasi.
Pada pasien dengan klinis yang sangat berat, reguler insulin diberikan secara
kontinu intravena. Bolus reguler insulin intravena diberikan dengan dosis
0,15 U/kgBB, diikuti dengan infus reguler insulin dengan dosis 0,1
U/kgBB/jam (5-10 U/jam). Hal ini dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan kecepatan 65-125 mg/jam.
Jika glukosa darah telah mencapai 250 mg/dL pada KAD atau 300 mg/dL
pada SHH, kecepatan pemberian insulin dikurangi menjadi 0,05 U/kgBB/jam
(3-5 U/jam) dan ditambahkan dengan pemberian dextrosa 5-10% secara
intravena. Pemberian insulin tetap diberikan untuk mempertahankan glukosa
darah pada nilai tersebut sampai keadaan ketoasidosis dan hiperosmolalitas
teratasi.
Kalium
Pada awal KAD biasanya konsentrasi ion K serum meningkat. Hyperkalemia
yang fatal sangat jarang dan bila terjadi harus segera diatasi dengan
pemberian bikarbonat. Bila pada EKG ditemukan gelombang T yang tinggi,
pemberian cairan dan insulin dapat segera mengatasi keadaan hiperglikemia
tersebut.
Yang perlu menjadi perhatian adalah terjadinya hypokalemia yang fatal
selama pengobatan KAD. Ion kalium terutama terdapat intraselular. Pada
KAD, ion K bergerak ke luar sel dan selanjutnya dikeluarkan melalui urin.
Total deficit K yang terjadi selama KAD diperkiran mencapai 3-5 mEq//kgBB.
Selama terapi KAD, ion K kembali ke dalam sel. Untuk mengantisipasi
masuknya ion K ke dalam sel serta mempertahankan konsentrasi K serum ke
dalam batas normal, perlu pemberian kalium.
Pencegahan hypokalemia dapat dimulai setelah konsentrasi serum kalium
turun di bawah normal yaitu 5 mEq/L. Tujuan terapi ini adalah menjaga
serum kalium dalam batas normal yaitu 4-5 mEq/L. pemberian kalium 20-30
mEq/L dalam setiap liter cairan infus cukup untuk menjaga kalium dalam
batas normal.
Di Indonesia pemberian kalium sebagai tahap awal diberikan kalium 40
mEq/L dalam 6 jam (dalam infus). Selanjutnya setelah 6 jam diberikan sesuai
ketentuan berikut:
-
Terapi Kalium
Diabetik
Glukosa
sesuai
kadar
kalium
darah
dalam
Ketoasidosis
Infus I
Koreksi K+
Infus II
Koreksi HCO3
Jam ke
0
1
2
3
4
5
6
Bila pH
2 kolf
jam
1 kolf
2 kolf
1 kolf
1 kolf
kolf
kolf
Dst.
Bergantung pada
kebutuhan jumlah
cairan
yang
diberikan
dalam
15 jam sekitar 5
liter.
Bila
Na+
>155
Dimulai jam ke 2:
Bolus 180 mU/kgBB
dilanjutkan dengan
drip insulin 90
mU/jam/kgBB dalam
NaCl 0,%
Bila gula darah <
200 mg% kecepatan
dikurangi menjadi 45
mU/jam/kgBB
Bila gula darah stabil
sekitar 200-300 mg
% selama 12 jam
dilakukan drip
insulin 1-2 unit
perjam disamping
dilakukan sliding
scale setiap 6 jam
Bila,kadar gula
darah
insulin sk
<200 mg%
200-250
5U
250-300
10 U
300-350
15 U
>350
20 U
Bila
dilanjutkan
stabil
sliding
<7
7-7,1
100mEq
0
50mEq
>7
50 mEq/6jam
dalam infus
Bila kadar K+
<3
>6
75
0
3-4,5 4,5-6
50
25
HCO3
HCO3
26 mEq
13 mEq
K+
K+
Bila
gula
darah
Setelah sliding
<200 mg% ganti scale tiap 6 jam
dapat
dengan
dextrose
diperhitungkan
5%
kebutuhan insulin
sehari : 3x sehari
sebelum makan
Control CVP
selama Oleh
karena
itu
pemberian
bikarbonat disertai
dengan pemberian
K+