Professional Documents
Culture Documents
enderoperoksida
siklik.
Ederoperoksida
siklik
merupakan
prazat
dari
prostaglandin yang terlibat dalam terjadinya nyeri dan demam serta reaksi-reaksi
radang (Rachdiati, dkk., 2008).
Kofein (1,3,7-trimetil xantin) merupakan salah satu drivat xantin yang
mempunyai daya kerja sebagai stimulant sistem saraf pusat, stimulant obat
jantung, relaksasi otot polos, dan meningkatkan dieresis, dengan tingkatan yang
berbeda. Efek kofein dapat meningkat apabila berinteraksi dengan beberapa jenis
obat, antara lain obat asma (epinefrin/teofilin), pil KB, antidepresan, antipsikotika,
simetidin. Akibatnya mungkin terjadi kofeinisme disertai gejala gelisah dan
mudah terangsang, sakit kepala, tremor, pernapasan cepat, dan insomnia. Orang
yang minum minuman mengandung kofein dapat menghilangkan rasa letih, lapar,
mengantuk (Hartono, 2009).
Kofein adalah substansi alamiah yang terkandung dalam berbagai
bagian tanaman seperti pada daun teh, daun mate, biji kopi, biji coklat, biji kola
dan biji guarana. Pada tanaman kopi, bagian yang banyak menghasilkan kofein
adalah bijinya. Biji kopi yang disangrai mengandung kofein sekitar 0.7 1.7 %.
Dilihat dari sifat fisikanya, kofein apabila dipanaskan akan dapat menyublim yaitu
pada suhu 178 180 0C dan pada tekanan 1 atm (Dira, 2012).
Kadar kafein lebih tinggi dari kopi Arabika. Kafein mempunyai daya
kerja sebagai stimulant sistem saraf pusat, stimulant obat jantung, relaksasi otot
polos, dan diuresi. Efek kafein dapat meningkat apabila interaksi dengan beberapa
jenis obat dan menyebabkan kofeinisme (Hartono, 2009).
menunjukkan
hasil
positif pada
skrining
fitokimia
(alkaloid,
saponin,
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
Chamber
Cawan petri
Botol vial
Penyemprot
Batang pengaduk
Sudip
Pipa kapiler
Plat KLT
Pipe tukur 10 ml
Timbangan analitik
Lampu UV
Pingset
Filler
Oven
2.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
Kafein murni
Serium sulfat
Paracetamol murni
Tablet Paramex
Metanol
Kloroform
Etilasetat
Asam asetat
D. PROSEDUR KERJA
1.
Larutan pengembang
2.
1.
2.
Lokasi noda
Lempeng
-
Rf kofein = 0,75
Rf sampel kofein = 0,7875
Rf paracetamol = 0,9125
Rf sampel paracetamol = 0,9
E. HASIL PENGAMATAN
1. Gambar pengamatan
2. Penentuan nilai Rf
Jarak euen
= 4 cm
= 3,6 cm
= 3,65 cm
= 3,15 cm
Jarak kafein
= 3 cm
,
Nilai Rfparasetamol
Nilai Rfkafein
= 0,9
= 0,9125
= 0,7875
= 0,75
F. PEMBAHASAN
Kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi mempengaruhi efek
terapi yang diharapkan, namun juga kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang
telah ditetapkan pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat berefek buruk, baik
ditunjukkan dengan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan ataupun
timbulnya efek toksisitas. Kadar atau konsentrasi paracetamol dalam berbagai
jenis merk obat generik yang dijual di pasaran umumnya sama, yaitu 500 mg.
Penggunaan kofein sebagai adjuvant bersama dengan analgetika sebesar 5 mg
sekali, bersama ergotamine pada migraine 100 mg.
Struktur masing-masing senyawa obat digambarkan sebagai berikut :
(Paracetamol)
(Kofein)
uap
akan
menghentikan
penguapan
pelarut
sama
halnya
besar maka akan menurunkan resolusi. Penotolan yang tidak tepat juga akan
menyebabkan bercak menyebar dan menghasilkan puncak ganda, sehingga dapat
menggangu hasil analisis. Setelah sampel dan pembanding ditotolkan pada plat
KLT, selanjutnya dimasukkan ke dalam chamber dimana sebelumnya eluen yang
berada di dalamnya telah dijenuhkan. Ketika plat masuk ke dalam chamber,
pelarut mulai membasahi plat dari bawah hingga sampai pada batas atas plat pelat
dikeluarkan dari chamber. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada
lempengan KLT mengikuti pergerakan eluen atau campuran pelarut yang
digunakan. Senyawa akan berinteraksi antara eluen dan silika sehingga senyawa
yang paling polar akan terperangkap di bagian paling bawah menunjukan bahwa
senyawa tersebut dapat membentuk ikatan hidrogen yang akan melekat pada silika
(polar) lebih kuat dibanding senyawa lainnya.
Lokasi noda sampel yang telah ditotolkan pada silika dibandingkan
dengan lokasi noda pembanding berupa senyawa parasetamol dan kafein murni
yang digunakan. Jika jarak noda sampel sama dengan jarak noda pembanding dan
nilai Rf-nya tidak jauh berbeda, maka dapat diketahui bahwa sampel yang
digunakan memang mengandung parasetamol ataupun kafein. Sebelumnya, untuk
pengamatan yang lebih lanjut, silika yang dari dalam chamber disemprotkan
dengan dengan serium sulfat yang berfungsi agar noda sampel yang terbentuk
pada plat terlihat jelas dan dikeringkan di dalam oven sehingga memperlihatkan
bercak noda pada plat.
Langkah terakhir yaitu menentukan nilai Rf yang terdapat pada plat.
Pengukuran Rf dilakukan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut.
Semakin besar nilai Rf sampel maka semakin besar jarak bergeraknya senyawa
pada plat kromatografi lapis tipis. Dari hasil pengamatan jarak eluen yaitu 4 cm,
diperoleh jarak sampel parasetamol 3,6 cm, parasetamol murni 3,65 cm. Jarak
sampel kafein 3,15 cm dan jarak kafein 3 cm. Nilai Rf pada sampel paracetamol
dan kafein berturut-turut yaitu 0,9 cm dan 0,7875, sedangkan nilai Rf untuk
pembanding parasetamol dan kofein yaitu 0,9125 cm dan 0,75 cm. Jika nilai Rf
nya sama maka dalam sediaan tersebut mengandung senyawa yang diidentifikasi
dan jika tidak sama maka dalam sediaan tersebut tidak mengandung senyawa yang
diidentifikasi.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa nilai Rf bercak noda kafein sebesar 0,7875 dan Rf sampel parasetamol
sebesar 0,9. Nilai tersebut mendekati nilai Rf parasetamol dan kafein murni yang
menyatakan bahwa sampel memang mengandung parasetamol dan kafein.
DAFTAR PUSTAKA
Dira. 2012. Isolasi Kofein dari Daun Kopi (Coffea Arabica L.). Scientia. Vol.2
(1). Padang.
Fauziyah, Begum. 2012. Analisis Kualitatif Fenilalanin Secara Chormatography
Kertas dan Chormatography Lapis Tipis. Saintis. Vol.1 (2). Malang.
Firdaus, Muhammad I., Pri Iswati Utami. 2009. Analisis Kualitatif Parasetamol
pada Sediaan Jamu Serbuk Pegal Linu yang Beredar di Purwokerto.
Pharmacy. Vol.6 (2). Purwokerto.
Hartono, Elina. 2009. Penetapan Kadar Kofein dalam Biji Kopi Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Biomedika. Vol.2 (1). Surakarta.
Kondawar, M.S., R.R. Shah, J. J. Waghmare, N. D. Shah, M. K. Malusare. UV
Spectrophotometric estimation of Paracetamol and Lornoxicam in Bulk
drug and Tablet dosage form using Multiwavelength Method.
International Journal of PharmTech Research. Vol.3 (3). Maharashtra.
India.
Marliana, S.D., Venty Suryanti, Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Labu Siam (Sechium edule
Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. Vol.3 (1). Surakarta.
Rachdiati, H., Ricson P. Hutagaol, Erna Rosdiana. 2008. Penentuan Waktu
Kelarutan Paracetamol pada Uji Disolusi. Jurnal Nusa Kimia. Vol.8 (1).
Bandung.
Widada, B. 2000. Pengenalan Alat Kromatografi Gas. Urania, No.23-24. ISSN
0852-4777.