You are on page 1of 4

LANDASAN TEORI MEDIS

PTERIGIUM
A. Pengertian
Pteregium merupakan pertumbuhan jaringan ikat pada fibrovaskuler
konjungtiva bulbar intrapalpebra dengan ektensi ke kornea yang bersifat
degeneratif. Pteregium berbentuk segi tiga dengan puncaknya di bagian
sentral kornea dan dasarnya di bagian perifer kornea, biasanya terletak di
celah kelopak mata bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas
ke kornea.
B. Etiologi
- Tidak jelas diduga merupakan sutu neoplasma radang dan degenerasi.
- Iritasi korronis oleh suatu debu,sinar ultra violet( cahaya matahari ) dan
angin (udara panas ) yang mengenai kongtungtiva bulbi.
C. Patogenesis
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang
berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan
pada daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat degenerasi stauma
yang berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembulih darah.
Degenerasi ini menekan kedalam kornea serta merusak membran bauman
dan stoma kornea bagian atas.
D. Tanda dan gejala
- Mata irritatatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmatisme
- Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea
(Zona Optic)
- Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan
garis besi yang terletak di ujung pteregium.
E. Terapi dan Perawatan
- Tidak ada pengobatan yang spesifik
- Pembedahan :
Pengangkatan secara bedah transplantasi kornea,ketebalan parsial
diperlukan bila pteregium menarik sumbu pandangan dan mengganggu
kenyamanan. 30 50 % pasien pteregium kambuh lagi setelah pembedahan
- Bersifat rekuren
- Operasi dilakukan bila terjadi kemunduran tajam penglihatan atau
gangguan kosmetik (Estetika)
- Bila meradang dapat diberikan steroid atau obat tetes mata dekongestan
- Pada keadaan residif (kemungkinan tumbuh kembali) dapat dilakukan
penyinaran sinar(Beta) (stronsium 90), atau eksterpasi dan transplantasi
mukosa mulut. Radiasi Beta pasca operasi menurunkan angka kekambuhan
namun bukannya tanpa komplikasi

- Tetes mata Mitomycin (Bahan anti metabolik) efektif mencegah


kekambuhan. Mitomycin C adalah bahan anti myoplastik yang mempunyai
efek samping seperti infalamasi, photo phobia, pengeluaran air mata dan
nyeri.
- Perawatan yang penting lindungi mata dari sinar matahari langsung, debu
atau udara panas. Gunakan juga kaca mata pelidung untuk menghindari
pajanan sinar matahari debu dan udara.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Data Demografi
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dst.
B. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan
Keluhan Utama : Penglihatan kabur
Riwayat penyakit :
- Sejak kapan dirasakan, sudah berapa lama
- Gambaran gejala apa yang dialami, apa yang memperburuk atau
memperbaiki?
- apa yang dilakukan untuk menyembuhkan gejala.
Penggunaan obat sekarang :
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat trauma pada mata
Riwayat penyakit keluarga : Keluarga yang pernah menderita
b. Pola aktivitas: Aktivitas sedikit terganggu
c. Pola kognitif Konseptual
- Terjadi kemunduran tajam penglihatan, pandangan kabur
- Pemeriksaan Fisik mata :
Konjungtiva
Visus
C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
Pre operasi
1. Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori akibat pterigium.
Intervensi:
- Tentukan ketajaman mata klien, catat apakah satu / dua mata yang
gejala terlibat.
- Orientasikan klien pada lingkungan sekitar
- Letakkan barang yang dibutuhkan klien di dekatnya
- Libatkan klien dan orang lain dalam pemenuhan aktivitas kehidupan
sehari-hari
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
prosedur invasive (bedah) yang akan dilaksanakan.

Intervensi:
- Kaji tingkat ansietas
- Beri penjelasan tentang prosedur operasi yang akan dilaksanakan
- Beri dukungan moril berupa doa dan motivasi untuk klien
Post operasi
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan trauma jaringan
sekunder terhadap operasi transplantasi kornea
- Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien
- Ajarkan kepada klien metode distraksi / relaksasi
- Ciptakan tempat tidur yang nyaman
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik
2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur (invasif) bedah.
Intervensi:
- Pantau balutan setiap 2 4 jam
- Diskusikan dengan klien tentang pentingnya mencuci tangan sebelum
mengobati
- Gunakan tehnik aseptik dalam perawatan post operatif
- Beri obat-obatan sesuai indikasi seperti obat tetes mata.
3. Resiko terhadap injury (cidera) yang berhubungan dengan perubahan
ketajaman penglihatan.
Intervensi:
- Kaji ketajaman penglihatan
- Rencanakan semua perawatan denagn klien, jelaskan rutinitas setiap
hari
- Pertahankan barang-barang klien ditempat yang sama
- Bantu dalam beraktivitas sesuai dengan kebutuhan
- Anjurkan untuk menggunakan alat bantu misal tongkat
- Pertahankan penutup mata untuk meningkatkan perlindungan
4. Perubahan dalam pesepsi sensori (perseptual) sehubungan dengan
luka post operasi.
Intervensi:
- Tentukan ketajaman penglihatan
- Orientasikan klien pada lingkungan, staf, orang lain di sekitar
- Letakkan barang yang sering diperlukan dalam jangkauan sisi yang tidak
dioperasi
- Anjurkan klien untuk mengkonsumsi nutrisi yang bergizi, misalnya buahbuahan yang berwarna kuning, seperti pepaya, wortel dan lain-lain
- Berikan obat-obatan sesuai terapi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai perawatan diri dan penatalaksanaan di rumah.
Intervensi:
- Berikan penguatan kewaspadaan secara berhati-hati berhubungan

dengan penempatan perabot rumah tangga dan lain-lain


- Berikan penjelasan mengenai kondisi penyakit, proses sebelumnya dan
sesudah dilakukan pembedahan
- Jelaskan dan ajarkan perawatan secara teratur di pelayanan kesehatan
terdekat
- Libatkan orang terdekat klien dalam melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari.

You might also like