You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk
220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di
Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan
terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum
terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5
tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap
datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit.
Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara
penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan
radikal diikuti kemotherapy.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah mengenai Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat Karsinoma Tulang/Gangguan
Metabolik Osteosarcoma, agar tenaga kesehatan dapat memahami bagaimana
merawat pasien dengan Osteosarcoma. Dan diharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan
pada pasien dengan osteosarcoma?
1.3 Tujuan
Memahami konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan
pada pasien dengan osteosarcoma.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Osteosarkoma
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. (Price. 1998: 1213)
Sarkoma Osteogenik (osteosarkoma) merupakan tumor tulang primer
maligna yang paling sering dan berakibat fatal. Tumor ini menyebabkan
metastasis awal pada paru dan lebih sering menyerang kelompok usia 15 25
tahun ( pada usia pertumbuhan ) (Smeltzer Suzanne, 2001; 2347)
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah suatu neoplasma ganas di
daerah metafise tulang panjang pada anak-anak namun juga dapat diderita
pada usia tua (60 tahun) akibat timbulnya osteosarkoma sekunder yang
berasal dari pagets disease (De Jong, 2013; Kawiyana, 2009; Patterson,
2008).
Jadi, Osteosarcoma merupakan tumor tulang yang sangat ganas,
perkembangannya berasal dari sel osteoblastik dan menyebabkan metastasis
awal pada paru,, tumor ini paling sering menyerang bagian ujung tulang
panjang terutama lutut pada anak-anak, dewasa dan lebih tinggi pada orang
diatas 60 tahun.
2.2 Etiologi Osteosarkoma
Menurut (American Cancer Society, 2014), peyebab osteosarcoma belum
jelas tetapi beberapa faktor resiko terjadinya osteosarcoma yaitu :
Umur: Risiko tertinggi pada remaja dan dewasa muda, tetapi juga lebih
tinggi pada orang di atas 60.
Tinggi: Anak-anak dengan osteosarkoma biasanya lebih tinggi dari usia
mereka.

Jenis Kelamin: Osteosarkoma lebih sering terjadi pada laki-laki


daripada perempuan.
Ras / etnis: Osteosarcoma adalah sedikit lebih umum di Afrika Amerika
daripada kulit putih.
Radiasi tulang: Remaja yang diobati dengan radiasi untuk kanker
sebelumnya memiliki risiko yang lebih tinggi dari osteosarkoma di area
yang sama nanti.
Penyakit tulang tertentu: Orang dengan penyakit tulang non-kanker
tertentu lebih berisiko meningkat mendapatkan osteosarcoma:
Penyakit Paget tulang
Beberapa osteochondromas keturunan
(American Cancer Society, 2014).
2.3 Klasifikasi Osteosarkoma
Berdasarkan atas gradasi, lokasi, jumlah dari lesinya, penyebabnya, maka
osteosarkoma dibagi atas beberapa klassifikasi antara lain (De Jong, 2013;
Erwin, 2007; Kawiyana, 2009; Rasad, 2006):
a. Osteosarkoma klasik
Osteosarkoma klasik osteosarcoma intrameduler derajat tinggi
(High-Grade Intramedullary Osteosarcoma) merupakan tipe yang
paling sering dijumpai. Tipe ini sering terdapat di daerah lutut pada
anak-anak dan dewasa muda, terbanyak pada distal dari femur.
Penderita biasanya datang karena nyeri atau adanya benjolan.
Penderita osteosarkoma umumnya mengeluh terdapat benjolan yang
nyeri dengan batas yang tidak tegas. Nyeri yang dirasakan semakin
bertambah, terutama di malam hari. Kulit di atas tumor terabah
hangat dan terdapat pelebaran pembuluh darah. Tumor bertambah
besar secara cepat, apabila tidak segera ditangani maka, akan timbul
nekrosis pada kulit dan membentuk ulkus. Jika destruksi tulang
cukup besar, dapat terjadi fraktur patologis.
b. Osteosarkoma hemoragi atau telangektasis

Telangiektasis osteosarkoma pada foto polos kelihatan


gambaran lesi yang radiolusen dengan sedikit kalsifikasi atau
pembentukan tulang sehingga sering dikelirukan dengan lesi benigna
pada tulang seperti aneurysmal bone cyst. Terjadi pada umur yang
sama dengan klasik osteosarkoma. Tumor ini mempunyai derajat
keganasan yang sangat tinggi dan sangat agresif. Diagnosis dengan
biopsi sangat sulit oleh karena tumor sedikit jaringan yang padat, dan
sangat vaskuler. Pengobatannya sama dengan osteosarkoma klasik,
dan sangat resposif terhadap kemoterapi.

Gambaran telangiektasis osteosarkoma os. Tibia proximal pada X-ray


c. Parosteal osteosarcoma
Parosteal osteosarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi
pada permukaan tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat
rendah dari fibroblas dan membentuk woven bone atau lamellar
bone. Biasanya terjadi pada umur lebih tua dari osteosarkoma klasik,
yaitu pada umur 20 sampai 40 tahun. Bagian posterior dari distal
femur merupakan daerah predileksi yang paling sering, selain bisa
juga mengenai tulang-tulang panjang lainnya. Tumor dimulai dari
daerah korteks tulang dengan dasar yang lebar, yang makin lama lesi
ini bisa invasi kedalam korteks dan masuk ke endosteal.
d. Osteosarkoma sekunder
Osteosarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang
mengalami mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih

tua, misalnya bisa berasal dari pagets disease, osteoblastoma, fibous


dysplasia, benign giant cell tumor. Contoh klasik dari osteosarkoma
sekuder adalah yang berasal dari pagets disease yang disebut
pagetic osteosarcomas. Di Eropa merupakan 3% dari seluruh
osteosarkoma dan terjadi pada umur tua. Lokasi yang tersering
adalah di humerus, kemudian di daerah pelvis dan femur. Perjalanan
penyakit sampai mengalami degenerasi ganas memakan waktu
cukup lama berkisar 15-25 tahun dengan mengeluh nyeri pada
daerah inflamasi dari pagets disease. Selanjutnya rasa nyeri
bertambah dan disusul oleh terjadinya destruksi tulang. Prognosis
dari pagetic osteosarcoma sangat jelek dengan five years survival
rate rata-rata hanya 8%. Oleh karena terjadi pada orang tua, maka
pengobatan dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan karena
toleransinya rendah.
e. Osteosarkoma intrameduler derajat rendah
Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasi osseofibrous
derajat rendah yang terletak intrameduler. Secara mikroskopik
gambarannya mirip parosteal osteosarkoma. Lokasinya pada daerah
metafise tulang dan terbanyak pada daerah lutut. Penderita biasanya
mempunyai umur yang lebih tua yaitu antara 15- 65 tahun, mengenai
laki-laki dan wanita hampir sama.
Pada pemeriksaan radiografi, tampak gambaran sklerotik
pada daerah intrameduler metafise tulang panjang. Seperti pada
parosteal osteosarkoma, osteosarkoma tipe ini mempunyai prognosis
yang baik dengan hanya melakukan lokal eksisi saja.
f. Osteosarkoma akibat radiasi
Osteosarkoma bisa terjadi setelah mendapatkan radiasi
melebihi dari 30Gy. Onsetnya biasanya sangat lama berkisar antara
3- 35 tahun, dan derajat keganasannya sangat tinggi dengan
prognosis jelek dengan angka metastasenya tinggi.
g. Multifokal osteosarkoma

Variasi ini sangat jarang yaitu terdapatnya lesi tumor yang


secara bersamaan pada lebih dari satu tempat. Hal ini sangat sulit
membedakan apakah sarkoma memang terjadi bersamaan pada lebih
dari satu tempat atau lesi tersebut merupakan suatu metastase.
Ada dua tipe yaitu: tipe Synchronous dimana terdapatnya lesi
secara bersamaan pada lebih dari satu tulang. Tipe ini sering terdapat
pada anak-anak dan remaja dengan tingkat keganasannya sangat
tinggi. Tipe lainnya adalah tipe Metachronous yang terdapat pada
orang dewasa, yaitu terdapat tumor pada tulang lain setelah beberapa
waktu atau setelah pengobatan tumor pertama. Pada tipe ini tingkat
keganasannya lebih rendah.
2.4 Patofisiologi Osteosarcoma
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery.
Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan osteosarkoma pada
hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung
osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang
berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu
protein P53 ( kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi
bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma
mengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada

tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase


pada saat diagnosis ditegakkan. (Salter, robert : 2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan
tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa
tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya
dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa
ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan
ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang
baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang
abortif.

Radiasi radium, genetic, mutasi gen


Gen penekan tumor TP53/MDM2

Metapisis tulang
Tumor menginvasi jaringan lunak
merangsang histamin
Respon osteolitik osteoblastik
simpatis
Destruksi tulang local
usus

saraf
pristaltik

Penimbunan periosteum tulang yg baru


lambung

distensi

Pertumbuhan tulang abortif (kanker)


anorexia, energy turun
Menekan jar.sekitar

distropi dan artropi otot

Tumbuh 2x lebih cepat

takut gerak

Gg.

Nutrisi<kebutuhan

Perubahan bentuk tulang

mobilisasi tertanggu
fatique,kelelahan

Benjolan

Gg. Activity daily living

Perubahan peran
Sel sel ujung tidak dapat nutrisi

Gg.

psikologi
Luka Terbuka
Nyeri Infeksi
Gg. Rasa nyaman nyeri

Terpapar mikroorganisme
Infeksi
Mengelurkan cairan terus menerus
Perluasan infeksi

2.5 Tanda dan Gejala Osteosarcoma

Gejala dan tanda biasanya dapat terjadi seminggu atau sebulan sebelum
pasien didiagnosa osteosarcoma. Dibawah ini tanda gejala menurut
Bruner&Suddarth (2001):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Nyeri
Pembengkakan
Keterbatasan gerak
Kehilangan berat badan
Masa tulang dapat teraba
Nyeri tekan dan tak bisa digerakan
Peningkatan suhu kulit di atas masa

2.6 Komplikasi Osteosarcoma


Komplikasi tergantung metastase penyakit terhadap organ-organ tubuh
yang lain, seperti : paru-paru, jantung, saraf, dan lain-lain.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Osteosarcoma
a. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain :
1) Melakukan tindakan rontgen pada tulang yang terkena
osteosarkoma
2) Melakuakn CT Scan pada tulang yang terkena osteosarkoma
3) Melakukan CT Scan pada bagian dada untuk emmastikan ada
atau tidaknya penyebaran yang sampai paru-paru
4) Pemindaian radionuklida
5) Scanning tulang utnuk mengetahui tingkat penyebaran
tumornya
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium

merupakan

peneriksaam

tambahan/penunjang dalam membantu menegakan diagnosis


tumor. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain :
1) Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endapan darah
(LED), haemoglobin(Hb), fosfatase alkali serum, elektroforesis
protein serum, fosfatase asam serum yang memberikan
diagnostik pada tumor tulang ganas
2) Urine

Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein


Bence-Jones
3) Biopsi
Ada dua metode pemeriksaan biopsi yaitu:
1) Biopsi tertutup
Dengan
menggunakan
jarum
halus(fine

needle

aspiration,FNA) dan sitodiagnosis merupakan salah satu


biopsi untuk melakukan diagnosis pada tumor.
2) Biopsi terbuka
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan
operatif. Keunggulan biopsi terbuka dibanding biopsi
tertutup yaitu dapat mengambil jaringayang lebih besar
untuk

pemeriksaan

ultramikroskopis,
jaringan,

dan

histologis

mengurangi
mengurangi

dan

pemeriksaan

kesalah

pengembilan

kecenderungan

perbedaan

diagnostik tumor jinak dan tumor ganas


2.8 Penatalaksanaan Medis dan non Medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya
meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau
metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin
digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan
seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
Penatalaksanaan medis pada klien dengan osteosarcoma antara lain
sebagai berikut:

1) Pembedahan
Sasaran penatalaksanaan adalah mengahncurkan atau mengangkat
tumor. Ini dapat dilakukan dengan eksisi bedah. Eksisi tumor
melalui tindakan operasi dapat dilakukan dengan beberepa teknik:
a) Intralesional dan intrakapsular
b) Eksisi marginal. Eksisi marginal adalah pengeluaran tumor
diluar dari kapsulya. Teknik ini terutama dilakukan pada
tumor jinak atau ganas jenis low rade malignancy.
c) Eksisi luas. Pada eksisi luas, tumor dikeluarkan secara utuh
disertai dengan jaringan sekitar tumor yang berupa pseudokapsul atau jaringan yang bereaksi diluar tumor. Tindakan
eksisi luas dilakukan pada tumor ganas dan biasnaya
dikombinasi dengan pemebrian kemoterapi atau radioterapi
pada pra/pasca operasi.
d) Operasi radikal . operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi
luas dan ditambah dengan pengeluaran seluruh tulang serta
sendi dan jaringan sebagai satu bagian utuh. Cara ini
biasanya berupa amputasi angota gerak diatasnya dan disertai
pengeluaran sendi di atasnya.
2) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan penatalaksanaan tabahan pada tumor
ganas

atilang

dan

dipergunakana

jaringan

adalah

lunak.

Obat-obatan

metotreksat,

siklofosfamid,vinkristin,siaplatinum

yang

adriasmin,

pemberian

kemoterapi

biasanya dilakukan pada pra/[asca operasi .penanganan kanker


tulang metastasis adalah paliatif dan sasaran terapeutik adalah
mengurangi

nyeri

dan

ketidaknyamanann

klien

sebanyak

mungkin. Terapi tambahan sesuai dengan metode yang digunakan


untuk menangan kanker asal.
3) Radio terapi .
Radiasi dengan energy tingi merupakan suatu cara untuk eradikasi
tumor ganas yang radio-sensitif dan dapat juga sebagai

penatalaksanaan

awal

sebelum

dilakukan

operasi.

Radio

dilakukan pada keadaan yang in-operable, misalnya adanya


metastasis atau keadaan local yang tidak memungkinkan untuk
tindakan operasi.
4) Terapi kombinasi
Terapi kombinasi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah
pembedahan sebagai usaha mengeradikasi lesi mikrometastasis.
Harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang
lebih tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambal
menrunkan kemungkinan resistensi terhadap obat.
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan osteosarcoma antara
lain menurut (Smeltzer. 2001: 2350)
1) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi
( pemberian analgetika ).
2) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai
efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan
nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral
dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
4) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka di rumah.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Ny. Ferdiawati berusia 35 tahun, seorang ibu rumah tangga yang baru berhenti
bekerja sebagai sekretaris perusahaan satu bulan yang lalu. Dua minggu terakhir
NY. Ferdiawati mengeluh nyeri pada tulang humerus kanan. Tulang humerus
kanan tersebut telah mengalami pembesaran sejak 4 bulan yang lalu. Pertumbuhan
benjolan tersebut mulai dirasakan sebesar kelereng dan sekarang sudah berukuran
diameter 10 cm. kemarin Ny. Ferdiawati dating ke berobat ke rumah sakit dan
didiagnosa mengalami osteosarcoma oleh dokter.
1. Lengkapi data yang harus dikumpulkan baik melalui anamnesha maupun
pemeriksaan fisik yang mendukung terjadinya keganasan tulang pada Ny.
Fediawati?
Pengkajian
a. Identitas klien
Nama
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
No. RM
Tgl. Masuk

: Ny.F
: 35 tahun
:: Ibu rumah tangga
:::-

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Untuk tumor metastatik biasanya klien menderita tumor primer
diorgan lain sebelumnya misalnya sperti tumor payudara, prostate,
paru dan ginjal.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Dua minggu terakhir Ny. Ferdiawati mengeluh nyeri pada tulang
lengan atas sebelah kanan, Ny. F mengatakan tulang pada lengan
atasnya tersebut telah mengalami pembesaran sejak 4 bulan yang lalu.
Awalnya terdapat benjolan yang dirasakan sebesar kelereng namun
seiring berjalannya waktu semakin membesar.
3) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya ditemukan adanya keluarga (keturunan sebelumnya) yang


menderita kanker tulang atau tumor lainnya
c. Pemeriksaan fisik :
1) Terjadi peningkatan suhu tubuh
2) Terabanya benjolan atau msa pada daerah sekitar tulang
3) Wajah pasien pucat karena anemis
4) peningkatan tekanan darah
5) pada pasien dengan stadium lanjut berat badan menurun drastic
6) pasien terlihat cemas
7) rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena
adanya masa, nyeri atau fraktur patologis
8) terjadi kelemahan otot pada pasien
9) disritmia jantung
10) nadi meningkat
11) pernafasan meningkat
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Diagnostic:
a) rontgen tulang yang terkena
b) pemeriksaan radiogram untuk melihat aktifitas osteoblas dan
osteoklas paada kanker tulang terdi peningkatan osteoklas atau
osteoblast
c) ct scan tulang yang terkena
d) ct scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
e) biopsi terbuka dilakukan untuk identifikasi histologik, biopsy
harus dilakukan dngan sangat hati- hati untuk mencegah
terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah
eksisi tumor.
f) skening tulang untuk melihat penyebaran tumor karena
gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan
keganasan relative dari tumor- tumor tulang. Contoh :suatu lesi
yang bertepi bulat dan berbatas tegas cenderung bersifat lunak.
Gambaran tepi lesi yang tidak tegas menandakan bahwa ada
proses invasi tumor ke jaringan lunak yang ada disekitarnya.
Perluasan dari lesi melalui korteks tulang merupakan ciri khas
suatu keganasan.
2) Pemeriksaan Laboraturium

a) pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)


2. Bagaimana pathofisiologi setiap perubahan fisik yang dialami oleh Ny.
Ferdiawati?
Perubahan fisik yang terjadi pada Ny. Ferdiawarty adalah adanya
pembesara tulang dan benjolan sebesar 10 cm. Hal ini disebabkan karena
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu
proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau
proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses
osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif. (sumber : Price.1998: 1213).
Yang mungkin terjadi adalah penurunan bobot badan secara dratis.
Ketika sel kanker bekembang biak tidak terkendali, maka aliran darah dan
aliran udara akan terhambat. Akibatnya, sel-sel sehat menderita kelaparan
secara massal. Sehingga penderita kanker stadium lanjut biasanya
memiliki tubuh sangat kurus.
3. Diagnose keperawatan apa yang mugkin timbul pada Ny. Ferdiawati
Analisa Data
Data

Etiologi
Penyebab (radiasi,

DS:
Pasien
nyeri

mengeluh
pada

tulang

herediter, virus
onkogenik)

humerus kanan
Mulai

membesar

Kerusakan gen

sejak 4 bulan lalu


Neoplasma

DO:
Pasien

terlihat

meringis kesakitan
Terdapat massa pada
tulang

humerus

Osteosarkoma
Lesi pada jaringan

Masalah
Nyeri

kanan

dengan

diameter 10 cm

Proliferasi sel tulang


secara abnormal
Menekan saraf-saraf
sensori
Respon nyeri

DS:

Osteosarkoma

Pasien
nyeri

tulang

humerus kanan

mobilitas

fisik

mengeluh
pada

Kerusakan

Proliferasi sel tulang


yang abnormal

DO:
Terdapat massa pada
tulang

humerus

kanan

dengan

Mobilitas fisik
terganggu

diameter 10 cm
DS:

Osteosarkoma

Pasien
nyeri

tulang

humerus kanan

Tumbuh di dalam atau


permukaan tulang

DO:
Terdapat massa pada

Tumbuh sampai ke

tulang

humerus

jaringan lunak di

kanan

dengan

sekitar tulang rawan

diameter 10 cm

intergritas

kulit atau jaringan

mengeluh
pada

Kerusakan

epifisi dan tulang


rawan sendi
Neoplasma tumbuh ke
dalam sendi

Jaringan lunak di invasi


oleh sel tumor
Reaksi tulang normal
(osteolitik dan
osteoblastik)
Penimbunan
periosteum di sekitar
lesi
Pertumbuhan tulang
yang abnormal
Kerusakan integritas
kulit, jaringan
Osteosarcoma

DS:

Resiko infeksi

Pertumbuhan tulang

DO:
Adanya massa pada
tulang

humerus

kanan

dengan

diameter 10 cm

yang abnormal
Kerusakan jaringan
lunak / fraktur terbuka

Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan proses
patologik atau pembedahan (amputasi).
b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, nyeri, dan amputasi.

c. Kerusakan intergritas kulit atau jaringan berhubungan dengan


penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yg lama.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka, kerusakan
jaringan lunak.
4. Rencana indakan keperawatan apa yang dapat dibuat untuk setiap
kemungkinan diagnose keperawatan Ny. Ferdiawati
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan proses
patologik atau pembedahan (amputasi).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam
masalah nyeri akut teratasi seluruhnya dengan kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol
2) Klien tampak rileks tidak meringgis dan mampu istirahat /tidur
dengan cukup
3) Klien memahami metode untuk menghilangkan nyeri
4) Skala nyeri 2 (0-10)
Intervensi
Rasional
Catat dan kaji lokasi dan Mengetahui respon dan sejauh mana tingkat
intensitas

nyeri

Selidiki

(0-10). nyeri pasien


perubahan

karakteristik nyeri
Ubah posisi menjadi semi Mencegah pergeseran tulang dan penekanan
fowler
pada daerah yang luka
Berikan bantalan / sokongan Peningkatan vena return,

menurunkan

pada ekstremitas yang luka


edema, dan mengurangi nyeri
Ciptakan lingkungan yang Agar istirahat klien terpenuhi dan klien
tenang dengan cara batasi tidak mengalami stress
pengunjung dan minimalisir
kegaduhan
Kolaborasi

dengan

tim Analgetik dapat membantu mengurangi rasa

medis pemberian analgetik


nyeri
Observasi
keefektifitasan Mengetahui perkembangan nyeri
dari
nyeri

tindakan

penurunan

b. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal, nyeri, dan


amputasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam
masalah kerusakan mobilitas fisik teratasi seluruhnya dengan kriteria
hasil:
1) Klien menyatakan pemahaman situasi individual, program
pengobatan, dan tindakan keamanan
2) Klien tampak ikut serta dalam program latihan/menunjukan
keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
3) Pasien menunjukan teknik/perilaku yang menunjukan mampu
beraktivitas
4) Klien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai
tingkat optimal
Intervensi
Rasional
Observasi tingkat imobilisasi Klien akan membatasi gerak karena
yang disebabkan oleh edema dan salah persepsi
persepsi

pasien

imobilisasi tersebut
Anjurkan
klien

tentang
melakukan Memberikan

kesempatan

teknik distraksi (menonton tv, mengeluarkan


membaca koran, dsb)

perhatian,

energi,

untuk

memusatkan

meningkatkan

perasaan,

mengontrol diri pasien dan membantu


dalam mengurangi isolasi social
Ajarkan teknik latihan gerak Meningkatkan aliran darah ke otot dan
aktif dan pasif pada ekstremitas tulang untuk meningkatakan tonus otot,
yang cedera dan tidak cedera

mempertahankan
mencegah

mobilitas

kontraktur/atropi

sendi,
dan

reabsorpsi Ca yang tidak digunakan


Bantu klien dalam melakukan Meningkatkan sirkyulsi dan kekuatan
perawatan diri

otot,

emningkatkan

mengontrol

situasi,

klien

dalam

meningktakan

kemauan klien untuk sembuh


Kolaborasi dengan ahli gizi Mempercepat proses penyembuhan,
dalam pemberian diet TKTP mencegah

penurunan

BB,

karena

(tinggi kalori tinggi protein), imobilisasi biasanya terjadi penurunan


vitamin, dan mineral
BB
Kolaborasi dengan fisioterapi Menentukan program latihan klien
dalam

menentukan

program

latihan yang harus diberikan


c. Kerusakan intergritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yg lama.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selamax24 jam tidak terjadi
kerusakan jaringan dengan kriteria hasil kerusakan kulit/jaringan tidak
berlanjut
Observasi

Intervensi
Rasional
adanya perubahan Menunjukan informasi tentang sirkulasi

warna kulit
kulit
Pertahankan tempat tidur kering Untuk menurunkan tekanan pada area
dan rapih/bebas kerutan

yang peka resiko kerusakan kulit lebih

lanjut
Ubah posisi setiap 30 menit Untuk mengurangi tekanan konstan
sekali

pada

area

yang

sama

dan

meminimalkan resiko kerusakan kulit


Kolaborasi dengan tim medis Untuk
mengurangi
terjadinya
dalam pemberian antibiotik

kerusakan integritas kulit

d. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka, kerusakan


jaringan lunak.
Tujuan: setelah dillakukan perawatan selama 3x24 jam infeksi tidak
terjadi dengan kriteria hasil :
1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada daerah luka
2) Leukosit dalam batas normal
3) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Observasi adanya tanda-tanda Adanya rubor, kalor, dolor, tumor
infeksi
Anjurkan

mengindikasikan
klien

untuk

telah

terjadinya

infeksi
tidak Meminimalkan terjadinya kontaminasi

memegang bagian yang luka


Rawat
luka
dengan Mencegah

kontaminasi

menggunakan teknik aseptik


kemungkinan infeksi silang
Pantau adanya keluhan nyeri Merupakan
indikasi

dan
adanya

mendadak, keterbatasan gerak, osteomyelitis


edema lokal, eritema pada luka
Kolaborasi dengan tim medis Hasil
pemeriksaan darah : leukosit

lelukosit

yang

meningkat

mengindikasikan

telah

terjadinya

infeksi

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
American

Cancer

Society.

2014.

Osteosarcoma

Overview.

Dalam

http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003069-pdf.pdf.
Diakses 23 April 2015
De Jong. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.
Erwin,

Dian

Wienarni.

2007.

Referat

Osteosarkoma.

Dalam

http://www.scribd.com/ doc/239023694/50436953-Referat-Osteosarkoma-DrNajib-Repaired. Diakses 23 april 2015


http://penyakitkanker.org/
http://viraguna.blogspot.com/2013/06/osteosarcoma.html?m=1.

Pemeriksaan

diagnostic dan komplikasi.


Kawiyana, Siki. 2009. Osteosarkoma Diagnosis Dan Penanganannya. Dalam
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/viewFile/3882/2877. Diakses 23
April 2015
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Rasad, Sjahriar. 2006. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Sukarja, I Made. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Pusdiklatnakes. Badan PPSDM Kesehatan: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2,
Edisi 8.Jakarta: EGC
Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3, Penerbit
Buku Kedokteran EGC
.

You might also like