You are on page 1of 12

DERMATITIS SEBOROIK

I.

PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik adalah papuloskuama dermatosis kronik yang
biasanya dapat dengan mudah dikenali. Itu mempengaruhi bayi dan orang dewasa
dan selalu berhubungan dengan penurunan produksi sebum (seborea) dari kulit
kepala dan area yang kaya akan folikel sebasea dari wajah dan tubuh. Membuat
kulit merah muda, edematous, yang mencakup kulit yang sisik kuning-cokelat dan
krusta. Penyakit berubah dari ringan, sedang termasuk pola psoriasiform atau
ptyriasiform dan eritroderma. Dermatitis Seboroik adalah satu dari

sebagian

besar manifestasi kulit pada pasien infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dan Aquired Immunideficiency Syndrome (AIDS). Akibatnya, ini termasuk dalam
lesi spectrum peringatan dan harus berhati-hati dievalusasi pada pasien yang
beresiko tinggi.(1)
Dermatitis Seboroik bisa saja berhubungan dengan atau ditekankan
oleh beberapa penyakit dalam. Penyakit Parkinson biasanya bersamaan oleh
Dermatitis Seboroik. Diabetes mellitus, terutama pada orang obesitas; sariawan;
gangguan malabsorpsi, epilepsy, obat-obatan neuroleptik, seperti haloperidol,
memproduksi dermatitis seboroik seperti erupsi.(2)
II.

DEFINISI
Dermatitis seboroik adalah segolongan kelainan kulit yang didasari
oleh faktor konstitusi dengan predileksi pada area seboroik.(3) Merupakan bentuk
dermatitis kronik yang sulit untuk dijabarkan dengan tepat, tetapi mempunyai
morfologi yang khas (merah, berbatas tegas, lesi ditutupi dengan sisik yang
kelihatan berminyak) dan tersebar di tempat-tempat yang khas seperti area yang
banyak terdapat kelenjar sebasea, seperti kulit kepala dan wajah. Dibeberapa
kasus area lipatan juga terserang. Penyakit ini beragam dari ringan sampai berat,
termasuk bentuk yang mirip psoriasis atau pola pityriasis dan eritroderma.(1,4)
1

(1)

(3)
(4)

Gb.1. Dermatitis seboroik pada wajah yang lebih tersebar di daerah nasolabial.
Gb.2. Dermatitis seboroik pada ketiak, daerah lipatan adalah tempat yang biasa
terinfeksi.
Gb.3. Dermatitis seboroik pada bayi. Terdapat lesi bentuk psoriasis pada badan dan
daerah inguinal.

III.

ETIOLOGI
Walaupun ada banyak sekali teori yang ada, penyebabnya belum
diketahui pasti. Faktor predisposisinya ialah kelainan konstitusi berupa status
seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya belum
bisa dipastikan. Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan
penyakit ini dengan infeksi oleh bakteri atau pityrosporum ovale yang
merupakan flora normal kulit manusia. Hal ini sesuai dengan fakta yang
menyebutkan bahwa dermatitis seboroik adalah tanda awal dari AIDS, dan juga
memberikan respon pada anti jamur seperti sampo ketokonazol topikal atau krim
(1,3,5)

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktifan glandula


sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi
tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti.
(1)

IV.

EPIDEMIOLOGI
Dermatitis memiliki dua puncak, pertama dalam masa pertumbuhan
dalam 3 bulan pertama dari kehidupan dan yang kedua sekitar dekade keempat
hingga dekade delapan dari kehidupan. Tidak ada data insiden yang pasti
dermatitis seboroik pada bayi, tapi penyakit ini sering ditemukan. Pada orang
dewasa, dermatitis seboroik lebih banyak ditemukan daripada psoriasis. Pada
semua kelompok umur, penderita dermatitis seboroik lebih banyak pada laki-laki
laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak tampak pengaruh ras untuk penyakit
ini. Dermatitis seboroik ditemukan hingga 85% pada pasien dengan infeksi HIV
dan AIDS.(1)

V.

FAKTOR RISIKO

1. Lemak dan hormon


2. Kondisi penyakit, seperti penyakit Parkinson, cranial nerve palsy, truncal
paralyses, mood disorders, HIV/AIDS, kanker, alcoholic pancreatitis,
sindrom Down
3. Faktor imun, seperti jumlah T helper yang kurang, titer antibody yang rendah
4. Nutrisi dan hygiene yang kurang(6)

VI.

GEJALA KLINIS
Kelainan kulit yang terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan
agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan
hanya mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai
3

bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuamaskuama yang halus dan kasar. Kelainan ini disebut sebagai pitiriasis sika
(ketombe, dandruff). Bentuk yang berminya disebut pitiriasis steatoides yang
dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut
memiliki kecenderungan rontok, mulai di bagian vertex dan frontal.
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama
dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela,
telinga posaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut biasanya batas
cembung.
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krustakrusta yang kotor dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang
kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala
disebut cradle cap.(3,7)
Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat di alis
mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak skuama
kekuningan, dapat pula terjadi blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah
disertai skuama-skuama halus.
Selain tempat-tempat tersebut, dermatitis seboroik juga dapat mengenai
liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah sternal, aerola mammae, lipatan di
bawah mammae pada wanita, interskapular, umbilikus, lipat paha, dan daerah
anogenital. Pada daerah pipi, hidung dan dahi, kelainan dapat berupa papulpapul.
Dermatitis seboroik dapat bersama akne yang berat. Jika meluas dapat
menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner.(3)
VII.

DIAGNOSIS
Dermatitis seboroik biasa didiagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisis.(8) Biopsi mungkin dibutuhkan pada pasien dengan eritroderma
eksfoliatif, dan kultur jamur mungkin dibutuhkan untuk menyingkirkan diagnosis

tinea kapitis. Walaupun, hasil dari kultur jamur tidak selalu berguna dalam
diagnosis dermatitis seboroik karena penyebabnya adalah flora normal kulit.(7)
VIII.

DIAGNOSIS BANDING
A. Dermatitis Seboroik Infantil
Dermatitis seboroik pada bayi didiagnosis banding dengan dermatitis atopi.
Dermatitis atopi merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gatal, yang umumnya sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat
atopi pada keluarga atau penderita (rhinitis alergik, dan atau asma bronkial).
Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan

likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).(3)

A
B. Dermatitis Seboroik pada Orang Dewasa
Diagnosis banding dermatitis seboroik dibedakan berdasarkan lokasi kelainan
kulit yang terlihat, yaitu pada kepala, wajah, telinga, dada dan punggung, dan
area intertriginosa.(1)
Kulit kepala dan wajah
Ketombe
Hubungan antara ketombe dan dermatitis seboroik telah lama menjadi
kontroversi. Ada beberapa peneliti menganggap dermatitis seboroik lebih parah
dibandingkan ketombe di kulit kepala, namun yang lain menganggap bahwa
6

ketombe harus digunakan untuk menggambarkan setiap pengelupasan kulit


kepala. Kulit kepala yang normal memiliki sedikit pengelupasan saja dan terlihat
sehat dengan kulit yang halus.

Gambar 1. Perbedaan kulit kepala normal, kulit kepala yang berketombe, dan kulit
kepala penderita dermatitis seboroik.
Psoriasis
Kulit kepala merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering
terkena psoriasis. Plak yang terbentuk biasanya tipis hampir sama dengan yang
terbentuk di kulit, kecuali sifat plak yang tidak mudah terlepas karena tertahan
oleh rambut. Plak biasanya terbentuk hingga ke daerah dahi.

Walaupun

biasanya seluruh kulit kepala dapat ditutupi oleh plak yang tebal, namun
kerontokan rambut jarang terjadi kecuali terjadi pityriasis amaintacea.

Gambar 2. Perbedaan psoriasis dan dermatitis seboroik. A. Pada psoriasis jarang terlihat sisik,
sedangkan pada B. Dermatitis seboroik terlihat sisik tebal yang terbentuk di kulit kepala .

Gambar 3. A.Psoriasis kulit kepala. Plak biasanya terbentuk di kulit kepala dan sepanjang margin
rambut. Kadang plak terjadi pada wajah.B. Penampakan dermatitis seboroik pada orang dewasa yang
menyerang hampir seluruh permukaan kulit kepala hingga wajah.

Dermatitis kontak alergi

Gambar 4. Dermatitis kontak alergi terhadap fosfor sesquisulphide yang terlihat seperti dermatitis
seboroik.

IX.

PENATALAKSANAAN
Pada umumnya prinsip penanganan dermatitis seboroik adalah dengan
menghilangkan sisik dan krusta di kulit, menghambat pertumbuhan jamur,
mencegah infeksi sekunder, serta mengurangi eritema dan rasa gatal. Pada pasien
dewasa harus diberikan pemahaman tentang sifat alami penyakit ini yang bisa
rekuren sehingga terapi terhadap penyakit ini lebih ditekankan pada pencegahan
daripada pengobatan. Pada pasien bayi dan anak- anak, pasien dapat sembuh
dengan sempurna dengan pengobatan karena masih bersifat ringan dan dapat
sembuh sendiri (self limited diseases).
Pengobatan topikal paling sering digunakan pada dermatitis seboroik,
meliputi kortikosteroid topikal dan obat topikal anti jamur. Penatalaksanaan
dermatitis seboroik pada bayi dan dewasa cukup berbeda.
Penatalaksanaan pada bayi
Kulit kepala

Penatalaksanaan meliputi : menghilangkan krusta dengan asam


salisilat 3 % yang terkandung dalam minyak zaitun atau kompres minyak
zaitun hangat yang diaplikasikan dengan glukokortikosteroid krim atau lotion
potensi rendah (misalnya: hidrokortison 1 %) untuk beberpa hari. Diberikan
topikal anti jamur dalam bentuk imidazole (sampo), sampo bayi yang lembut,

serta perawatan bayi yang tepat dengan emolien, krim, atau pasta lembut.
Daerah lipatan
Penanganan menggunakan lotion pengering, seperti 0,2- 0,5 %
clioquinol didalam lotion atau minyak zinc. Jika terdapat kandidiasis. Nistatin
atau amphoterisin B lotion/ krim.

Penatalaksanaan pada orang dewasa


Kulit kepala
Pasien menggunakan samp1-2,5 % selenium sulfat, imidazol (2%
ketokonazol), zinc pyrithione, benzoil peroksida, dan asam salisilat. Krusta
dan sisik dapat dihilangkan dengan mengaplikasikan glukokortikosteroid atau

asam salisilat pada malam hari.


Wajah dan badan
Glukokortikosteroid potensi rendah ( hidrokortison 1 %) cukup
membantu dalam penganan awal penyakit ini, namun tidak boleh digunakan
dalam waktu lama karena memiliki banyak efek samping. Topikal anti jamur
yang member hasil yang memuaskan adalah imidazol. Obat anti jamur oral
seperti ketokonazol, itrakonazol, dan terbinafin juga efektif namun dibatasi
penggunaannya karena efek samping yang dapat ditimbulkan. Obat- obat
topikal lain yang juga dapat digunakan seperti metrodinazol, litium glukonat,
dan litium sukinat. Topikal tacrolimus dan pimecrolimus dapat menjadi
alternative pengganti kortikosteroid sebagai anti inflamasi. Fototerapi berupa
penyinaran sinar UVB juga dapat diterapkan terhadap pasien

I.

EDUKASI
Pasien dermatitis seboroik harus diedukasi tentang sifat penyakit yang
kronik dan kemungkinan terjadinya relaps. Pasien juga harus diberikan

10

pengertian bahwa pangobatan yang diberikan mungkin tidak akan memberikan


hasil yang sempurna pada kulit pasien. Untuk mencegah penyakit kambuh
kembali pasien dapt disarankan untuk menggunakan sampo yang mengandung
ketokonazol 2 % atau selenium sulfat 2,5 % sekali seminggu. Selain itu pasien
juga harus tetap menjaga kebersihan tubuhnya, serta mencegah mengkonsumsi
makanan- makanan yang dapat memacu produksi kelenjar keringat misalnya
makanan yang berlemak.(8)

DAFTAR PUSTAKA
11

1.
James R. Schwartz YMD, Thomas L. Dawson Jr. TRI Book. Dandruff and
Seborrheic Dermatitis: A Head Scratcher2011.
2.
Psoriasis. In: Tony Burns SB, Neil Cox, Christopher Griffiths editor. Rook's
Textbook of Dermatology. Australia: Wiley-Blackwell; 2012. p. 870-85.
3.
A.Schwart CJSaR. Seborrheic Dermatitis. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. 7 ed. New York: Mc Graw-Hill; 2008. p. 257-63```.
4.
Contact Dermatitis: Allergic. In: Tony Burns SB, Neil Cox, Christopher Griffiths
editor. Rook's Textbook of Dermatology. Australia: Wiley-Blackwell; 2012. p. 1111.

1.
A.Schwart CJSaR. Seborrheic Dermatitis. Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine. 7 ed. New York: Mc Graw-Hill; 2008. p. 257-63```.
2.
Luigi Naldi AR. Seborrheic Dermatitis. NEJM. 2009;4(med 360;4):1-10.

1. Plewrg G, Jansen T. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7 th ed


2.

Vol 1 & 2. USA; 2008. P.257-63.


( Andrews derma page 192-193 Seborrheic dermatitis, psoriasis,

recalcitrant palmoplantar eruptions)


3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. hal 200-3
4. Tony B, Stephen B, Neil C, Christopher G. Rooks Textbook of
Dermatology 7th ed. USA; 2004. P.23.29-33.
5. John H, John S, Mark D. Clinical dermatology, 3th ed. USA; 2003. P.87
6. 083060333.pdf
7. Bolognia
8. NEJMcp0806464
9. James R. Schwartz YMD, Thomas L. Dawson Jr. TRI Book. Dandruff and
Seborrheic Dermatitis: A Head Scratcher2011.

10.

12

You might also like