Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu pilar ilmu kesehatan
masyarakat yang memberikan perhatian terhadap segala macam bentuk
kehidupan, bahan dan kondisi di sekitar manusia yang memiliki potensi untuk
menimbulkan gangguan yang bisa mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan
serta melakukan analisis dan mencari upaya alternatif pemecahan masalah.
Dasar keilmuan kesehatan lingkungan adalah mengidentifikasi, mengukur,
menganalisis, menilai, memprediksi bahaya berbagai pajanan di lingkungan,
dan melakukan pengendalian dengan tujuan mencegah dan melindungi
kesehatan masyarakat dan ekosistem. Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari
interaksi dinamis berbagai pajanan atau agen lingkungan (fisik, radiasi, kimia,
biologi, dan perilaku) melalui wahana udara, air, limbah, makanan dan
minuman, vector dan rodent, dan manusia di lingkungan pemukiman, tempat
kerja atau sekolah, tempat-tempat umum maupun perjalanan dengan risiko
dampak kesehatan (kejadian penyakit) pada kelompok manusia atau
masyarakat.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air
minum, higienitas dan sanitasi masih sangat besar. Pada konferensi yang
diselenggarakan oleh World Bank Water Sanitation Program (WSP), Indonesia
berada di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk. Menurut
data yang dipublikasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 63 juta
penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar
sembarangan (BABS) di sungai, laut, atau di permukaan tanah.
Sanitasi yang tidak memadai, baik di pedesaan maupun perkotaan, telah
berdampak buruk pada kesehatan dan terutama pada orang miskin yang paling
tidak mampu menangani tanpa bantuan pemerintah. Karena masalah sanitasi
tersebut, tercatat setidaknya terjadi 121.100 episode diare dengan 50.000
kematian setiap tahunnya. Sedangkan pada bidang ekonomi, hal ini
menyebabkan kerugian lebih dari 31 triliun rupiah per tahun (Tim Water and
Sanitation Program, 2012).
Sranten, dan Mojosari. Walaupun begitu, cakupan sanitasi layak sesuai MDGs
2015 yaitu minimal 62,41% sudah terpenuhi di semua desa. Lima desa dengan
cakupan terendah adalah Desa Kebonan (71%), Desa Sendang (78%), Desa
Sempulur (79%), Desa Grogolan (85%) dan Desa Bangkok (89%). Sesuai
program STBM dari pemerintah, telah dilakukan kegiatan pemicuan dan
sosialisasi guna meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya stop BABS.
Pemicuan dan sosialisasi telah dilakukan di beberapa desa dengan hasil yang
cukup baik, yaitu terpicunya warga untuk membuat jamban, baik dalam bentuk
jamban cemplung ataupun leher angsa. Tercatat sebanyak 3 kepala keluarga
(KK) Desa Bantengan, 8 KK Desa Tegalsari, 1 KK Desa Grogolan, 3 KK Desa
Mojosari dan 2 KK Desa Sendang yang terpicu untuk stop BABS di triwulan
pertama Program STBM 2014. Sedangkan pada triwulan kedua, tercatat 2 KK
Desa Mojosari, 1 KK Desa Sendang, dan 2 KK Desa Kebonan terpicu untuk
stop BABS.
Pada triwulan keempat ini, program STBM memfokuskan diri ke Desa
Bangkok. Desa Bangkok dipilih karena masih masuk dalam 5 desa dengan
cakupan terendah dan belum dilakukan pemicuan dan sosialisasi pada tahun
2014. Dengan luas wilayah 3.146.165 km2, Desa Bangkok terdiri dari 5 dukuh,
4 RW, 16 RT dengan 581 rumah, 641 KK dan total penduduk sebanyak 2.301
orang. Pada laporan STBM 2014 triwulan ketiga tercatat sebanyak 174 warga
masih BABS dengan sisanya sebanyak 267 warga menggunakan jamban
cemplung dan 250 warga menggunakan jamban leher angsa. Dengan dilakukan
pemicuan dan sosialisasi mengenai stop BABS diharapkan masyarakat Desa
Bangkok dapat terpicu untuk menggunakan jamban sehingga tercapai cakupan
sanitasi layak yang lebih baik dan akhirnya tercapai kondisi masyarakat yang
bersih dan sehat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Peningkatan Kebutuhan
Upaya sistematis untuk meningkatkan kebutuhan menuju perubahan
perilaku yang higienis dan saniter.
3. Peningkatan Penyediaan atau Pasokan Sanitasi
Meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses terhadap
produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau dalam rangka
membuka dan mengembangkan pasar sanitasi.
4. Pengelolaan Pengetahuan
Pengelolaan pengetahuan, pembelajaran, pengalaman, hasil studi dan
riset agar pihak yang berkepentingan memiliki akses yang mudah, cepat dan
murah.
5. Pembiayaan
Sinergi sumber daya untuk mendukung, dan penguatan pendekatan
STBM dengan fokus nonsubsidi untuk pembangunan sarana individu (onsite system)
6. Pemantauan dan Evaluasi
Agar dapat mengukur perubahan dalam pencapaian program dan
mengidentifikasi pembelajaran yang dapat dipetik selama pelaksanaan.
III.
PERMASALAHAN
1. Individu
a. Masyarakat kurang memahami gangguan kesehatan yang akan
ditimbulkan bila buang air besar di sembarang tempat.
b. Masyarakat memiliki keterbatasan ekonomi dalam membangun wc
ataupun jamban cemplung.
c. Masyarakat terutama lansia yang terbiasa buang air besar
sembarangan memiliki perasaan psikologis bahwa ia tidak akan bisa
buang air besar secara lampias jika tidak BAB di sungai atau kebun.
d. Masyarakat kurang mengetahui mengenai cara menjaga kebersihan.
2. Lingkungan
a. Masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber air
bersih.
IV.
PERENCANAAN
Tempat : Desa Bangkok
Waktu : Kamis, 23 Oktober 2014 (Dukuh Karangsalam, RT 07 RW 02)
Kamis, 20 November 2014 (Dukuh Karangsalam, RT 05 RW 02)
Senin, 12 Januari 2015 (Dukuh Krajan, RT 17 dan 11 RW 03)
Sasaran : seluruh perwakilan KK di Desa Bangkok
Kegiatan : Pemicuan, penyuluhan/ sosialisasi, dan diskusi
V.
INTERVENSI
No
1.
Prioritas Masalah
Masyarakat
Rencana Kegiatan
(Intervensi)
masyarakat mengenai
yang meliputi:
tempat.
1) 5 Pilar STBM
2) Pemaparan alasan
masyarakat masih BABS
3) Penyakit-penyakit yang
dapat timbul karena
perilaku BABS, dari
yang ringan seperti
gatal-gatal hingga yang
berat yaitu Hepatitis dan
Polio
warga
jamban solusi
hemat
jamban
yang
pembuatan
terdapat
wilayah Karanggede
di
3.
Masyarakat
terutama Memberikan
buang
air
besar masyarakat
sembarangan
memiliki
terutama lansia
perasaan yang masih BABS
psikologis bahwa ia
air
besar
secara
4.
Masyarakat
cara
kebersihan.
menjaga mengenai
pentingnya cuci
tangan, penyediaan
pembuangan
masyarakat senantiasa
limbah rumah
membersihkan tangan
tangga
Masyarakat
mengalami
dalam
warga
dan pengurus
solusi
saran
RT
kepada
dan
tokoh
setempat
untuk
VI.
EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. RT 07 RW 02, Karangsalam, Bangkok
-
Materi STBM tersampaikan dengan baik oleh bidan desa dan dokter,
dilanjutkan dengan diskusi.
Dari pihak Puskesmas hadir 6 orang yang terdiri dari 1 bidan desa
dan 5 dokter.
10
Dari pihak puskesmas hadir 6 orang yang terdiri dari 1 bidan desa
dan 5 dokter.
2. Evaluasi Hasil
a. Warga menjadi lebih mengerti mengenai bahaya BABS
b. Warga mengerti cara mencuci tangan yang baik dan pentingnya
menggunakan sabun
c. Meningkatnya kesadaran warga untuk stop BABS dan mulai membuat
jamban, baik jamban cemplung maupun jamban leher angsa
d. Warga yang kesulitan membuat jamban, ada keinginan untuk
menumpang di jamban tetangga
e. Di RT 07 RW 02, Karangsalam didapatkan 11 kontrak sosial untuk
pembuatan jamban
f. Secara umum, warga mulai lebih memperhatikan kebersihan diri dan
lingkungan
VII.
11
2. SARAN
a. Dilakukan follow up pada warga yang membuat kontrak sosial
b. Dilakukan pemicuan dan sosialisasi ulang pada desa lain yang masih
memiliki angka cakupan sanitasi layak yang rendah (Kebonan, Sendang,
Sempulur)
c. Jika sudah bebas BABS, program dapat difokuskan pada subjek
higienitas yang lain, seperti penatalaksanaan limbah rumah tangga
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Penyehatan Lingkungan. 2013. Road Map Percepatan
Program STBM 2013-2015. Jakarta : Sekretariat STBM Nasional.
Entjang. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT Citra Adtya
Bakti.
Tim Water and Sanitation Program. 2012. STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat); Lebih Bersih, Lebih Sehat. Jakarta : Sekretariat STBM
Nasional.
12
IX.
LAMPIRAN
1. Dokumentasi kegiatan
2. Materi Sosialisasi
14
15
16
17
18