You are on page 1of 21

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

TUMOR PARU

NAMA KELOMPOK :
I Made Purwanta
Ni Nengah Novy Darmayanti
I Putu Agus Prayoga Suprapta
I Putu Andika Sentana Putra
I putu Meiada Eka Prananjaya
I Wayan Agus Budi Antara
I Wayan Diarsa
I Wayan Juniharta Kusuma
Ida Ayu Gede Shinta Swandewi

09.321.0630
09.321.06331
09.321.0632
09.321.0633
09.321.0634
09.321.0635
09.321.0636
09.321.0637
09.321.0638

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN
2010

LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR PARU
1. DEFINISI
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal.
Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis
tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan
NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma
sel besar )
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas.
( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal
dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker.
( Zerich 150105 Weblog, by Erich )

2. ETIOLOGI
( Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 1005 )
Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :
1. Merokok
2. Terpapar asap rokok
3. Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion, radon arse )
4. Polusi udara
5. Genetik

3. PATOFISIOLOGI
( Zerich 150105 weblog )
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan
terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang
permulaan

terjadinya

perubahan

sel.

Diperlukan

perangsangan

yang

lama

dan

berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor. Initiati agen biasanya bisa
berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah
struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan
yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini
berlangsung

lama

meingguan

sampai

tahunan.

Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel
primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil
( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil
umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma
umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma
sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel
skuamosa dan adenokar atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.

Faktor kimiawi
nutrisi

faktor genetik

faktor fisik

Faktor bioorganisme

faktor
faktor hormon

Tumor paru

Ulserasi bronkus

karsinoma sel besar


Karsinoma sel oat

Reaksi radang

metaplasia sel skuamosa


Pada bronkus
obstruksi bronkus

Prognosis buruk
Penumpukan sekret

empisema
Ansietas

Batuk

Jalan nafas inefektif

Ggn pertukaran gas

Mencapai pleura
Anoreksia

Intake

kadar O2 ke jaringan

nyeri

lemah/letih

Ggn pemenuhan
nutrisi

Intoleransi aktivitas

4. MANIFESTASI KLINIK
manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (www mediaindonesia.co.id) :
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.

1. T : T0 : tidak tampak tumor primer


T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun berjarak
lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina dan
atau disetai efusi pleura.
2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ organ lain.

5. KOMPLIKASI
- Hematorak
- Pneumotorak
- Empiema
- Endokarditis
- Abses paru
- Atelektasis

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
( Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah )
Pemeriksaan Penunjang

a. Foto dada menunjukkan sisi lesi


b. Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker
c. Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran
tumor
d. Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sample untuk biopsi dan
mengumpulkan hapusan bronkial tumor yang terjadi dicabang bronkus
e. Aspirasi dengan janim dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan
radiologi menunjukan lesi di paru-paru perifer
f. Radionuklide scan terhadap organ-organ lain menentukan luasnya netastase ( otak,
hepar tulang, limpa )
g. Mediastinoskopi menentukan apakah tumor telah metastase telah metastase ke limfe
mediastinum
.
7. PENATALAKSANAAN MEDIK
( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
1. Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus
yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah
hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan
6% pada pneumonektomi
2. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa
dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya
menyembuhklan sedikit diantaranya.
3. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal

4. Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak pernah
sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel
kecil belum jelas.
5. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang
signifikan
6. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan

8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
- Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
- Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering,
sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna
respons terhadap pengobatan.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
a. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
b. Kebutuhan dasar:
1. Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan
terjadi kesulitan menelan(disfagia), penurunan berat badan.
2. Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
3. Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
4. Aktivitas : keletihan, kelemahan
c. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
a.

Sesak nafas, nyeri dada

b. Batuk produktif tak efektif


c. Suara nafas: mengi pada inspirasi
d. Serak, paralysis pita suara.

2.

Sistem kardiovaskuler
a. tachycardia, disritmia menunjukkan efusi (gesekan
pericardial)

3.

Sistem gastrointestinal

a. Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat


badan menurun.
4.

Sistem urinarius
a. Peningkatan frekuensi/jumlah urine.

5. Sistem neurologis
a. Perasaan takut/takut hasil pembedahan Kegelisahan
d. Data Penunjang
a. Foto dada, PA dan lateral
b. CT scan/MRI
c. Bronchoscope
d. Sitologi TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.

B. Pengelompokan Data
a. Data Subjektif: Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif,
Serak, haus, Anoreksia, disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan
frekuensi/jumlah urine, Takut
b. Data Objektif: Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi,
Sianosis, pucat, Edema, Demam, Gelisah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial
sekunder karena invasi tumor
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor
paru

c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi


d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan
e. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status
kesehatan
f. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
menurun

D. RENCANA KEPERAWATAN
( Doenges, Marilyn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC )

Hari/tgl

Dx
No
1

Rencana perawatan
Tujuan dan
kriteria hasil

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawata
n
diharapkan
bersihan
jalan nafas
kembali
efektif
dengan
kriteria hasil
pasien tidak
tampak
sesak, batuk
berkurang/
hilang, tidak
ada
mengi, nyeri
dada hilang,
htakikardi
berkurang/
hilang, tidak
gelisah.

Intervensi

Rasional

1. Auskultasi dada
untuk karakter
bunyi napas atau
adanya sekreat.

1. Pernapasan
bising, ronki dan
menunjukkan
tertahannya
sekreat /
obstruksi jalan
napas

2. Observasi jumlah
dan karakter
sputum / aspirasi
sekret. Selidiki
jalan perubahan
sesuai indikasi
3. Dorong masukan
cairan per oral
( sedikitnya 2500
ml / hari ) dalam
toleransi jantung.
4. Kaji nyeri /
ketidak nyamanan
dan obati dengan
dosis rutin dan
lakukan latihan
pernapasan
5. Berikan atau
bantu dengan
IPPB,
spirometriinsentif,
meniup botol,
drainase postural
6. Gunakan oksigen,
humidifikasi /
nebuliser. Berikan

2. Peningkatan
jumlah sekret
tidak berwarna
( atau berck
darah 1 berair
awalnya normal
dan harus
menurun sesuai
kemajuan
penyembuhan
3. Hidrasi adekuat
untuk
mempertahankan
sekreat hilang /
peningkatan
keluaran
4. Mendorong
pasien untu
bergerak, batuk
lebih efektif dan
napas lebih
dalam untuk
mencegah
kegagalan napas.
( pernapasan )

ttd

cairan tambahan
melalui IV sesuai
indikasi

5. Memperbaiki
ekspansi paru /
vemntilasi dan
mudahkan
pembuangan
sekret.
Catatan :
Drainase
postuural dapat
dikotraisdikasikan
pada beberapa
pasien dan pada
setiap
kejadian harus
dilakukan untuk
mencegah
gangguan
pernapasan dan
ketidaknyamanan
insisi.

6.

Memberikan hidrasi
maksimal membantu
penghilangan/
pengenceran sekret
untuk meningkatkan
pengeluaran

1. Tanyakan
Setelah
pasien tentang
dilakukan asuhan
nyeri. Tentukan
keperawatan
karakteristik
nyeri pasien
nyeri
hilang dengan
( P,Q,R,S,T )
kriteria hasil
misal : teruspasien
menerus,
mengatakan
sakit menusuk,
nyeri berkurang,
terbakar. Buat
skala nyeri = 0,
skala nyeri 0-10
tidak ada
rentang
perilaku
intensitasnya.
distraksi, tidak
ada penampilan 2. Kaji pertanyaan
verbal dan non
wajah menahan
verbal nyeri
nyeri.
pasien

3. Berikan
tindakan
kenyamanan.
Misal : sering
ubah posisi,
pijat punggung,
sokongan
bantal,
dorong
penggunaan
teknik
relaksasi,
misal :
visualisasi,
bimbingan
imajinasi
danaktivitas
hiburan
yang tepat.
4. Bantu aktivitas
perawatan diri,
pernapasan /
latihan tangan
dan ambulasi
5. Berikan
analgetik rutin
sesuai indikasi,

1. Membantu dalam
mengevaluasi
gejala nyeri
karena kanker
yang dapat
melibatkan
visera, saraf atau
jaringan tulang.
Penggunaan
skala rentang
membantu
pasien dalam
mengkaji tingkat
nyeri dan
memberikan alat
unutk evaluasi
keefektifan
analgetik,
meningkatkan
kontrol nyeri
2. Ketidak sesuaian
antara petunjuk
verbal atau non
verbal dapat
memberikan
petunjuk
derajat nyeri,
kebutuhan /
keefektifan
intervensi
3. Meningkatkan
relaksasi dan
pengalihan
perhatian.
Menghilangkan
ketidak
nyamanan
dan
meningkatkan
efek terapeutik
analgesik
4. Mencegah
kelemahan yang
tidak perlu dan
regangan insisi

khususnya 4560 menit


sebelum
tindakan napas
dalam
latihan batuk.
Bantu dengan
PAC atau
analgesik
melalui kateter
epidural.

Mendorong dan
membantu fisik
mungkin
diperlukan untuk
beberapa waktu
sebelum
pasien merasa
percaya diri
untuk melakukan
aktivitas ini
karena nyeri atau
takut nyeri

1.

5.

Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
pertukaran gas
menjadi lancar
dengan kriteria
hasil sianosis
hilang, edema
hilang,
pemeriksaan
AGD dalam batas
normal.

1. Auskultasi paru
untuk gerakan
udara dan bunyi
nafas tidak normal
2. Selidiki
kegelisahan dan
perubahan mental
3. Pertahankan
kepatenan jala
nafas dengan
memberikan
posisi duduk
terlentang sampai
posisi miring
4. Catat terjadinya
demam
5. Kolaborasi
dengan dokter
Berikan oksigen
tambahan
6. Awasi atau buat
gambaran AGD

Mempertahankan kadar
obat lebih konstan
menghindari puncak
periode nyeri, alat
dalam menyembuhkan
otot dan memperbaiki
fungsi pernapasan dan
kenyamann /
koping emosi

1. Konsolidasi dan
kurangnyagerakan
udara pada posisi
dada menunjukkan
aliran udara tidak
normal pada lobus
paru.
2. Dapat menunjukkan
peningkatan hipoksia
atau komplikasi
seperti penyimpangan
mediastinal pada
pasien tumor paru.
3. Memaksimalkan
ekspansi paru dan
drainase sekret
dimana obstruksi jalan
nafas mempengaruhi
ventilasi.
4. Demam dalam 24 jam
pertama, pada tumor
paru terkadang

nadi oksimetri,
catat kadar Hb.

5.
6.

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
diharapkan
pasien dapat
melaukan
aktivitas
sedara
normal
dengan
kriteria hasil
pasien tidak
lemah, pasien
dapat
melakukan
tindakan
secara
mandiri.

1. Berikan
lingkungan tenang
dan batasi
pengunjung
selama perawatan,
dorong
penggunaan
managemen stress
dan pengalihan
yang tepat
2. Perhatikan
disapneu,
peningkatan
/kelemahan tanda
vital, tachycardia
selama dan
setelah istirahat.
3. Jelaskan
pentingnya
istirahat dalam
rencana proses
pengobatan dan
perlunya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.
4. Bantu aktifitas
perawatan diri,
berikan
peningkatan
aktivitas selama
fase
penyembuhan

1.

2.

3.

4.

menunjukan adanya
atelektasis, infeksi
atau peningkatan
metastasis.
Memaksimalkan
sediaan O2
Penurunan PaO2 atau
peningkatan PaCO2
dapat menunjukan
kebutuhan untuk
dukungan ventilasi.
Dengan tindakan ini
menurunkan stress
dan rangsangan
berlebihan,
meningkatkan
istirahat
Menetapkan
kemampuan pasien
dan memudahkan
pemilihan intevensi.
Menghemat energi
untuk penyembuhan,
pembatasan aktiviitas
berdampak positif
terhadap pasien dalam
perbaikan kegagalan
pernafasan.
Menimbulkan
kelelahan dan
membantu
keseimbangan suplai
serta pergerakan otot.

Setelah dilakkan
asuhan
keperawatan
diharapkan
pasien tidak
mengalami
anxietas lagi
dengan kriteria
hasil pasien
menerima kondisi
saat ini. pasien
tidak gelisah,
tidak murung.

1. Evaluasi
tingkat
pemahaman
pasien / orang
terdekat
tentang
diagnosa
2. Akui rasa
takut /
masalah
pasien dan
dorong
mengekspresi
kan perasaan
3. Berikan
kesempatan
untuk
bertanya dan
jawab dengan
jujur. Yakinkan
bahwa pasien
dan
pemberi
perawatan
mempunyai
pemahaman
yang sama.

1. Pasien atau orang


terdekat
mendengar atau
mengasimilasi
informasi baru
yang
meliputi
perubahan ada
gambaran diri
dan pola hidup
2. Dukungan
memampukan
pasien
membuka /
menerima
kenyataan kanker
dan
pengobatan

3.

Membuat kepercayaan
dan menurunkan
kesalahan persepsi atau
salh interprestasi
terhadap informasi

4.

Bila penyangkalan
ektrim atau ansietas
mempengaruhi
kemajuan
penyembuhan,
menghadapi isu pasien
perlu dijelaskan dan
membuka cara
penyelesaian

5.

Takut atau ansietas


menurun, pasien mulai
menerima / secara
positif dengan
kenyataan. Indiokator
kesiapan pasien untuk
menerima tanggung
jawab untuk
berpartisipasi dalam
penyembuhan dan untuk

4. Terima
penyangkalan
pasien tapi
jangan
dikuatkan
5. Catat
komentar atau
perilaku yang
menunjukkan
menerima dan
atau
menggunakan
strategi
efektif
menerima
situasi

berpartisipasi dalam
penyembuhan dan
untuk mulai hidup lagi.

Setelah
dilakukan asuhan
keperawatan
diharapkan
kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
dengan kriteria
hasil nafsu
makan pasien
meningkat,
disfagia hilang.
Dapat
mempertahankan
berat badan ideal.

1.

2.

3.

4.

6
5.

Kaji
kemampuan
pasien untuk
makan, batuk
dan mengatasi
sekresi
Timbang BB
sesuai indikasi

1.

2.

Tingkatkan
kenyamanan
lingkungan yang
baik untuk
sosialisasi saat
makan
Beri porsi
makanan dengan
jumlah sedikit
tapi sering

3.

Konsultasi
dengan ahli gizi

4.

5.

Faktor
ini menentukan
jenis makanan
sehingga
pasien
terlindung dari
aspirasi
Mengev
aluasi
keefektifan
atau mengubah
kebutuhan
pemberian
nutrisi
Perbaika
n lingkungan
dan sosialisasi
waktu makan
dapat
meningkatkan
pemasukan dan
menormalkan
fungsi makan
Meningk
atkan fungsi
pencernaan
dan toleransi
pasien
terhadap nutrisi
yang diberikan.
Merupak
an sumber
yang efektif
mengidentifikas
i kebutuhan
pasien.

E. Implementasi : dilaksanakan berdasarkan intervensi sesuai dengen prioritas


masalah
F. Evaluasi
: ditentukan berdasarkan pencapaian tujuan dengan keberhasilan
kriteria yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaaaff, Hood. dkk. 1993. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : AirLangga
University Press.
Amin, Zulkifli. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Erlangga
Davey, Patrick. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Doengoes, Marylin. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan

dan 5. 5. Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih bahasa : I Made Kariasa


dan Ni Made S. Jakarta: EGC
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I. Jakarta :
EGC

You might also like