Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi
sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti otak (stroke),
ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada pasien hipertensi
lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat antihipertensinya.
2.2Krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2 berdasar tingkat kegawatannya
a. Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat): Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus
diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan
sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di
Indonesia memakan patokan >220/140.
b. Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) :Tekanan darah yang tinggi
tapi belum disertai kerusakan organ. Tekanan darah harus diturunkan dalam
hitungan jam atau hari untuk mencegah kerusakan target organ. Sama seperti
Hipertensi darurat, tidak ada patokan mutlak, namun sebagai patokan tekanan
darah yang lebih dari 180/110 sudah dapat dikatakan tekanan darah urgency.
2.3Gejala krisis Hipertensi ini bervariasi, mulai dari gejala ringan sampai berat
a. Gejala ringan :
- Mual, muntah
b.
Sakit Kepala
Nyeri Dada
Sesak Napas
Gejala yang lebih berat
Penurunan
tekanan
darah
yang
terburu-buru
dapat
menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi
25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100
dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral
(Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral
dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral
yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg,
Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
b. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension)
Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek,
tekanan darah harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.
2.6Pengeloaan
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis
penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan
pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari
keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
1. Diazoxide
Adalah derivat benzotiadiazin, obat ini menurunkan tekanan darah secara kuat
dan cepat dengan mempengaruhi secara langsung pada otot polos arterial,
sehingga terjadi penurunan tekanan perifer tanpa mengurangi curah jantung
atau aliran darah ke ginjal. Tetapi menurut beberapa penulis, diazoxide juga
menaikkan isi sekuncup, isi semenit dan denyut jantung permenit, sehingga
tidak dianjurkan pada krisis hipertensi yang disertai aorta diseksi atau kelainan
coroner.
Efek samping dari diazoxide adalah : hipoglikemi, hiperurikemi dan
dapat menembus plasenta sehingga mempengaruhi metabolisme janin
sehingga tidak direkomendasikan untuk krisis hipertensi pada kasus eklamsia.
Diazoxide diberikan dengan intravena 75-300 mg selama 10-30 detik,
penurunan tekanan darah akan tampak dalam waktu 1-2 menit, pengaruh
puncak dicapai antara 2-3 menit, dan bertahan 4-12 jam.
Untuk penderita dengan perdaraham otak, dianjurkan pemberian intra
vena sebesar 500-1.000 mg. Pemberian dapat diulang setiap 10-15 menit
sampai didapat tekanan diastolik 100-105 mmHg
2. Sodium Nitropusid
Sodium nitropusid merupakan vasodilator pada arteri dan vena. Obat ini dapat
menurunkan isi sekuncup dan isi semenit jantung. Untuk menghindari
hipotensi, pengawasan ketat harus dilakukan pada pemberian obat ini.
Dosis : 0,3-0,6 ug/kgBB/menit, dinaikkan pelan-pelan sampai tercapai
penurunan tekanan darah yang cukup.
Penurunan tekanan darah terjadi dalam beberapa detik dan puncak tercapai
dalam 1-2 menit, hanya berlangsung 3-5 menit.
Efek samping : takikardi dan sakit kepala.
3. Trimetapan (Artonad)
Merupakan penghambat ganglion, bekerja dengan cara menurunkan isi
sekuncup jantung dan isi semenit jantung. Obat ini baik digunakan pada kasus
krisis hipertensi dengan payah jantung atau diseksi aorta anerisma
Dosis : 500 mg/500 cc Dextrosa 5% dengan kecepatan 0,25 mg%/menit,
kemudian dinaikkan perlahan sampai dicapai penurunan tekanan yang
dikehendaki, yaitu tekanan diastolik 110 mmHg dalam waktu 1 jam. Jangka
waktu kerja 5-15 menit. Infus diberikan dengan posisi duduk, untuk
menghindari efek hipotensi yang berlebihan.
4. Hidralazin (Apresolin)
Obat ini bekerja langsung pada otot polos arterial dan menimbulkan
vasodilatasi perifer, tanpa menurunkan aliran darah ke ginjal. Tetapi hidralazin
menaikkan denyut jantung permenit, isi sekuncup dan isi semenit jantung.
Hidralazin direkomendasikan untuk diberikan pada toksemia gravidarum dan
krisis hipertensi dengan ensefalopati
Dosis : 5-20 mg diberikan intramuskular setiap 2-4 jam, atau ecara intra vena
(1 ampul dari 20 mg/ml dilarutkan dalam 300 cc NaCl 0,9%) dengan
kecepatan 10-60 tetes/menit. Penurunan tekanan darah terjadi dalam 10-20
menit, berlangsung sampai 1 jam. Apabila selama 30 menit tidak berhasil,
dapat diulang tiap 3-6 jam.
5. Klonidin (Catapres)
Merupakan derivat imidazolin, yang merangsang reseptor alfa adrenergik pada
batang otak, mengakibatkan penurunan discharge symphatis, sehingga
menurunkan tekanan vaskular sistemik, juga menekan pengeluaran renin oleh
ginjal.
Klonidin diberikan intravena 1 ampul (150 ug) diencerkan dalam 10 ml NaCl
0,9% dalam waktu 10 menit. Efek penurunan tekanan terjadi dalam waktu 510 menit. Pemberian intramuskular, 1-2 ampul dan dulang dalam 3-4 jam,
terjadi penurunan tekanan dalam waktu 10-15 menit. Pemberian IM dinilai
lebih aman dan terkontrol, tetapi kurang dalam kekuatan dan kecepatan
dibanding dengan Diazoxide, Sodium Nitroprusid dan Trimetapan.
Efek samping yang muncul biasanya adalah mulut kering dan kantuk yang
hebat.
Obat ini direkomendasikan dipakai untuk krisis hipertensi dengan eklamsia dan
aorta anerisma.
6. Kaptopril (Kapoten)
Obat ini cukup memberikan harapan karena menaikkan kecepatan filtrasi
glomeruli dengan menhambat pembentukan vaso konstriktor yang sangat kuat
(angiotensin II) dan juga menghambat perusakan vasodilator yang kuat
(bradikinin).
Dosis awal 12,5 mg, dinaikkan pelan-pelan sampai dosis optimal. Diuretik
dapat memberikan efek potensiasi.
7. Pentolamin dan Penoxi Benzamin
Kedua obat merupakan penghambat alfa adrenergik, diberikan terutama untuk
feokromositoma atau karena hambatan MAO (mono amino oksidase).
Dosis : 5-15 mg IV, akan menurunkan tekanan darah dalam 10-15 menit.
8. Antagonis Kalsium (Nifedipin)
Antagonis kalsium (Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil) bekerja dengan
5. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan.
Obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
6. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah
disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan.
Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik
dipertahankan sekitar 110-120 mmHg
Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.
3. pingsan
4. tachikardia > 100/menit
5. tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat
Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
Airway
1. yakinkan kepatenan jalan napas
2. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segeramungkin ke ICU
Breathing
1.kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
2. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
3.
Pertimbangkan
untuk
mendapatkan
pernapasan
denganmenggunakanbag-valve-mask ventilation
4. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
PaCO2
5. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
6. Lakukan pemeriksan system pernapasan
7. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti
paru
Circulation
1. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
2. Kaji peningkatan JVP
3. Monitoring tekanan darah
4. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
1. Sinus tachikardi
2. Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
3. right bundle branch block (RBBB)
4. right axis deviation (RAD)
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
Faktor presipitasi pada krisis hipertensi
Dari anamnese dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dapat dibedakan
hipertensi emergensi urgensi dan faktor-faktor yang mempresipitasi krisis hipertensi.
Keadaan-keadaan klinis yang sering mempresipitasi timbulnya krisis hipertensi,
antara lain :
o Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis essensial (tersering)
Hipertensi renovaskular.
o Glomerulonefritis akut.
o Sindroma withdrawal anti hipertensi.
o Cedera kepala dan ruda paksa susunan syaraf pusat.
o Renin-secretin tumors.
o Pemakaian prekusor katekholamine pada pasien yang mendapat MAO Inhibitors.
o Penyakit parenkhim ginjal.
o Pengaruh obat : kontrasepsi oral, anti depressant trisiklik, MAO Inhibitor,
simpatomimetik ( pil diet, sejenis Amphetamin ), kortikosteroid, NSAID,
ergotalk.
o Luka bakar.
o Progresif sistematik sklerosis, SLE.
Difrensial diagnosa
Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang menyerupai krisis hipertensi
seperti :
Hipertensi berat
Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan.
Ansietas dengan hipertensi labil.
Oedema paru dengan payah jantung kiri.
Penatalaksanaan Krisis Hipertensi:
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh kedalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
Krisis Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis
hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi
kurang dari 1 %.
Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan
tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik
lebih atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan
gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III IV menurut
Keith-Wagner (KW).
Beberapa keadaan yang termasuk keadaan darurat hipertensi atau krisis hipertensi
akut adalah :
1. Ensefalopati Hipertensi.
2. Hipertensi Maligna.
3. Hipertensi dengan komplikasi :
a. Gagal jantung kiri akut
b. Perdarahan intra kranial
c. Perdarahan pasca operasi
d. Aortic dessection.
4. Eklamsia.
5. Feokromositoma.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Krisis hipertensi adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa penderita yang
memerlukan penanganan intensif di Rumah Sakit dengan pengawasan yang ketat.
2. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman.
3. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapi
dalam menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kapita selekta kedokteran,editor Mansjoer Arif edisi 3 jakarta: 2000
www.google.com askep krisis hipertensi /Penatalaksanaan Hipertensi oleh Admin
www.google.comASKEP, gawat darurat, HIPERTENSI oleh YUNIE
www.google.com Diagnosa Krisis Hipertensi by andimarlinasyam
www.google.com Krisis Hipertensi leehongkyun Posted by: leehongkyun in
General