Professional Documents
Culture Documents
menghasilkan kuku yang lebih tipis dan kasar dan belahan pada
ujung distal dari kuku.
Mukosa ekstraoral
Lesi genital yang disebut sebagai sindrom vulvovaginal-gingival
berkembang pada 20% dari wanita dengan OLP dan ditandai
dengan rasa terbakar, sakit, tidak nyaman dan dispareunia. Lesi ini
dapat menjadi ganas.
LP esofageal telah banyak didokumentasikan dengan baik dan relatif
umum dijumpai pada pasien LP oral, namun LP pada ocular, urinary,
nasal, laringeal, otic, gastric dan mukosa anal jarang terjadi.
Reaksi Likenoid Oral
Reaksi likenoid merupakan lesi yang secara klinis dan histologis
terlihat sebagai OLP, namun memiliki etiologi yang dapat
diidentifikasi. Faktor presipitasinya antara lain penyakit Graft-versusHost kronis (cGVHD), beberapa material dental, dan berbagai
macam obat.
Reaksi likenoid memiliki tendensi untuk muncul unilateral dan erosif,
dan dalam pemeriksaan histologis dapat menunjukkan infiltrat
limfositik yang lebih difus disertai sel plasma dan eosinofil dan
dengan lebih banyak colloid bodies dibanding LP klasik.
Lesi Ekstraoral
Pasien OLP dapat mengalami lesi yang mengenai kulit, tambahan
kulit (appendage) dan mukosa lainnya.
Kulit
Sekitar 15% dari pasien OLP memiliki lesi kutaneus. Lesi ini
khususnya terlihat pada permukaan fleksor dari siku dan berupa
eritrematous, bagian atas rata, pruritik, papula poligonal yang
memiliki jalinan garis nyata (Wickhams striae) pada permukaannya,
dan berkembang dalam jangka waktu beberapa bulan hingga terlihat
sebagai OLP. (Gambar 7)
emas. Reaksi ini dapat diduga sebagai lesi OLP apabila hanya
terbatas pada mukosa yang berkontak rapat dengan, atau pada
jarak dekat dengan restorasi tersebut. Terkadang dapat muncul
unilateral. Beberapa penulis menduga bahwa sensitisasi merkuri
merupakan salah satu penyebab penting lesi ini, namun yang
lainnya menemukan bahwa pada beberapa orang yang sensitif
terhadap merkuri, tidak menunjukkan efek menguntungkan setelah
pembuangan restorasi amalgam, yang mana dapat diduga bahwa
ada faktor lain yang terlibat.
Sayangnya, tes sensitivitas kulit dan spesimen biopsi ternyata tidak
dapat memprediksi respon dari pembuangan amalgam, namun
reaksi terhadap tes kulit dengan penggunaan lebih dari satu jenis
alergen merkuri dapat meningkatkan akurasi dari diagnosis.
Selain itu juga dilaporkan adanya transformasi menjadi malignan
pada lesi likenoid yang terkait dengan restorasi.
Obat-Obatan
Reaksi likenoid yang diinduksi oleh obat paling sering dikarenakan
NSAID (Non Steroida Anti Inflammatory Drugs) dan obat inhibisi
enzim pengubah angiotensin. Beberapa obat lain juga dapat terkait
dengan reaksi likenoid, namun hanya terdapat pada kasus tertentu
saja.
Metode yang paling memungkinkan untuk mendiagnosis reaksi
likenoid adalah dengan melihat apakah reaksi hilang segera setelah
pemberian obat-obatan tersebut dihentikan dan apakah kembali ada
apabila obat itu dikonsumsi lagi. Namun, hal ini terkadang tidak
praktis dan memiliki potensi bahaya; mungkin membutuhkan
beberapa bulan sebelum reaksi likenoid sembuh sehingga
penghentian obat perlu dipertanyakan dan akan lebih terjamin
dengan penggunaan substitusi obat.
Diagnosis OLP
OLP yang berupa lesi putih yang umum mungkin akan mudah
didiagnosis dengan benar apabila terdapat lesi kulit ataupun lesi
ekstraoral lainnya. Namun, biopsi oral disertai pemeriksaan
histopatologis, keduanya direkomendasikan untuk mengonfirmasi
diagnosa klinis dan khususnya untuk mengesklusi displasia dan
malignansi.
Perlu diketahui, hasil pemeriksaan histopatologis OLP dapat bersifat
subyektif dan, pada setengah dari beberapa kasus, terdapat korelasi
buruk klinikopatologis. Pada kondisi ini, mungkin akan membantu
dengan melakukan pemeriksaan imunofluorescence secara
langsung, yang akan menunjukkan bentuk linear dari fibrin dan
fibrinogen yang terdeposit pada membran dasar epitelial atau badan
sitoid (Russel bodies), atau keduanya apabila tidak adanya deposisi
fibrinogen.
Manajemen OLP
Perawatan LP bergantung pada gejala, perluasan dari keterlibatan
oral dan ekstraoral secara klinis, riwayat medis, dan faktor lainnya.
Pada kasus pasien dengan reaksi likenoid, faktor presipitasinya
harus dieliminasi.
Pasien dengan OLP retikular dan asimptomatik lainnya umumnya
tidak membutuhkan perawatan aktif. Luka mekanis atau iritan seperti
tepi restorasi atau gigi tiruan yang tidak nyaman harus diberi
perhatian serius dan perlu dibuat program untuk mengoptimalkan
higienitas oral, terutama pada pasien LP gingival.
Pasien dengan lesi simptomatik juga membutuhkan perawatan
,biasanya dengan obat, terkadang dibutuhkan terapi bedah.
1. Perawatan Obat
Perawatan dengan agen topikal lebih diutamakan untuk mencegah
efek samping. Namun, agen sistemik mungkin dibutuhkan apabila
lesi telah meluas, atau terjadi penyakit yang bersifat recalcitrant.
Obat untuk OLP umumnya bersifat imunosupresif dan beberapa
dikembangkan khusus untuk penyakit oral, konsekuensinya, kurang
adanya studi yang mencukupi mengenai penggunaannya. Pasien
harus diberi peringatan mengenai pentingnya mengikuti instruksi
yang ada, terutama pada instruksi obat yang terdapat tulisan, hanya
untuk pemakaian luar
2. Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid topikal dengan potensial sedang seperti triamcinolone,
steroid poten yang terfluorinasi seperti fluocinolone acetonide dan
memicu OLP.
Cryosurgery telah digunakan secara khusus pada OLP erosif yang
resisten terhadap obat, tetapi lesi ini dapat berkembang pada bekas
lesi yang telah sembuh ataupun sembuh dalam bentuk jaringan
parut.
Laser juga telah digunakan untuk merawat OLP; laser karbon
dioksida digunakan pada lesi multisentrik atau area yang sulit
dijangkau, dan laser eksimer 308 nm dengan dosis rendah terbukti
cukup menjanjikan pada tiga kali percobaan, namun perlu bukti lebih
lanjut untuk membukti efektifitasnya pada OLP, sebagaimana pada
kasus terapi fotodinamik.
6. Surveillance Kanker
Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa pentingnya untuk
memonitoring pasien dengan OLP pada jangka waktu lama.