Professional Documents
Culture Documents
ANDROPAUSE
Pembimbing :
dr. Tri Budiyanto, Sp.U
Disusun Oleh :
Pramasanti Hera KS
G4A013061
Handiana Samanta
G4A013062
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui referat dengan judul :
ANDROPAUSE
Disusun Oleh :
Pramasanti Hera KS
G4A013061
Handiana Samanta
G4A013062
Purwokerto,
Mengetahui,
Dokter Pembimbing,
2015
A. LATAR BELAKANG
Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti
pria dan pause yang artinya penghentian. Jadi, andropause dapat diartikan
sebagai berhentinya proses fisiologis pada pria. Sindrome andropause
merupakan sindrom penurunan kemampuan fisik, seksual dan psikologi yang
dihubungkan dengan berkurangnya hormon testosteron dalam darah.
Data mengenai menurunnnya sirkulasi androgen sesuai usia pada pria
masih belum banyak diteliti. Prevalensi andropause bervariasi sesuai dengan
kelompok usia pada studi populasi dan kriteria diagnostik yang digunakan.
Sekitar 50% pria sehat di atas usia 60 tahun memiliki kadar serum
bioavailabilitas testosteron di bawah normal (Allan dan Mclachlan, 2004).
Insidensi ADAM (Andropause Deficiency Aging Male) di Amerika sebesar
12,3 per 1000 penduduk dengan prevalensi kasus baru sebesar 481.000 pada
pria Amerika usia 40-69 tahun (Araujo etal., 2004).
Studi di kawasan Asia belum banyak dipaparkan. Sebuah studi
prevalensi mengenai andropause di India menyatakan bahwa, sebanyak
67,5% pria usia 40-60 tahun mengalami andropause simptomatik. Sebanyak
38,7% diantaranya memiliki serum testosteron bebas yang rendah, dan 30,2%
diantaranya terbuk memiliki serum total testosteron yang rendah. (Goel et al.,
2009).
Andropause kebanyakan terjadi pada pria di atas usia tengah baya, yang
ditandai dengan penurunan kemampuan fisik, seksual dan psikologi akibat
berkurangnya hormon testosteron dalam darah. Berbeda dengan wanita yang
mengalami menopause, dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen
dan siklus haid yang akan berhenti, pada pria penurunan produksi
spermatozoa, hormon testosteron dan hormon lainnya terjadi secara perlahan
dan bertahap.
Gejala dan tanda sindrom andropause dapat mempengaruhi kualitas
hidup pasien secara umum. Oleh karena itu, penting diketahui mengenai
penyebab, tanda gejala serta pengobatan sindrom Andropause.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Sindrome andropause merupakan sindrom penurunan kemampuan fisik,
seksual dan psikologi yang dihubungkan dengan berkurangnya hormon
testosteron dalam darah. Andropause terjadi pada pria di atas usia tengah baya
yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan
menopause pada wanita. Berbeda dengan wanita yang mengalami menopause,
dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan
berhenti, pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan
hormon lainnya terjadi secara perlahan dan bertahap. Walaupun istilah
andropause secara biologik salah, tetapi istilah ini sudah populer sehingga
sering digunakan.
2. Epidemiologi
Data mengenai menurunnnya sirkulasi androgen sesuai usia pada pria
masih belum banyak diteliti. Prevalensi andropause bervariasi sesuai dengan
kelompok usia pada studi populasi dan kriteria diagnostik yang digunakan.
Sekitar 50% pria sehat di atas usia 60 tahun memiliki kadar serum
bioavailabilitas testosteron di bawah normal (Allan dan Mclachlan, 2004).
Insidensi ADAM (Andropause Deficiency Aging Male) di Amerika sebesar
12,3 per 1000 penduduk dengan prevalensi kasus baru sebesar 481.000 pada
pria Amerika usia 40-69 tahun (Araujo etal., 2004).
Sebuah studi prevalensi mengenai andropause di India menyatakan
bahwa, sebanyak 67,5% pria usia 40-60 tahun mengalami andropause
simptomatik. Sebanyak 38,7% diantaranya memiliki serum testosteron bebas
yang rendah, dan 30,2% diantaranya terbukti memiliki serum total testosteron
yang rendah. Dari penelitian yang sama, sebanyak 51 pria kelompok usia 4060 tahun mengalami andropause asimptomatik. Sebanyak 21,6% diantaranya
memiliki kadar serum testosteron bebas yang rendah dan 11,8% diantaranya
memiliki kadar serum testosteron total yang rendah (Goel et al., 2009).
3. Fisiologi
Ng/dl
400-1080
350-890
350-720
dari testosteron adalah testosteron terikat albumin dan testosteron bebas yang
kemudian diubah oleh enzim menjadi estradiol (dengan aromatase)
dehidrotestosteron dengan bantuan enzim 5 alfa reduktase dan koenzim
NADPH. Afinitas testosteron dengan SHBG sangat tinggi sehingga hanya
testosteron terikat albumin dan testosteron bebas yang menunjukkan
bioavalaibilitas aktif.
ini sangat bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan
biasanya tidak sampai menimbulkan hipogonadisme berat.
Testosteron antara lain bertanggungjawab terhadap berbagai sifat
maskulinisasi tubuh, yaitu terhadap perkembangan sifat kelamin primer dan
sekunder pada pria dewasa. Sifat-sifat seks primer antara lain:
1. Perkembangan/pembesaran alat kelamin laki-laki (penis) yang mulai nampak
jelas pada usia 10-11 tahun (pre-pubertas/pubertas)
2. Perkembangan/pembentukan lekuk kulit skrotum dan pigmentasi kulit
skrotum
3. Perkembangan/pembesaran volume testis dan kelenjar seks asesori (prostat
dan vesika seminalis)
Sifat seks sekunder antara lain
1. Pembesaran nada suara
2. Pertumbuhan rambut ketiak, pubis maupun jambang/janggut
3. Perkembangan bentuk tubuh (otot dan skeleton) yang menunjukkan
maskulinitas dan perilaku
Selain fungsi di atas, hormon testosteron berpengaruh pada pertumbuhan
tulang. Testosteron meningkatkan jumlah total matriks tulang dan
menyebabkan retensi kalsium. Testosteron juga berpengaruh penting pada
metabolisme basal, produksi sel darah merah, sistem imun serta pengaturan
elektrolit dan keseimbangan cairan tubuh.
Fungsi yang lain ditemukan pada fungsi seksual. Pada pria usia lanjut,
dorongan seksual dan fungsi ereksi hanya terhadap testosteron yang kadarnya
lebih tinggi dibandingkan dengan pria lebih muda. Jadi berlawanan dengan
pria yang lebih muda, pria berusia lanjut membutuhkan kadar testosteron
lebih tinggi untuk mencapai fungsi seksual yang normal. Selain
mengakibatkan disfungsi seksual, testosteron yang kurang juga
mengakibatkan spermatogenesis terganggu, kelelahan, gangguan mood,
perasaan bigung, rasa panas (hot flush), keringat malam hari serta perubahan
komposisi tubuh berupa timbunan lemak visera.
Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi sistem reproduksi
pria yang menyebakan penurunan jumlah testosteron bebas dan
Pengaruh eksternal bisa didapat dari faktor lingkungan yang tidak lagi
kondusif. Dapat bersifat fisik seperti kandungan bahan kimia bersifat
estrogenik yang sering digunakan dalam bidang pertanian, pabrik dan
rumah tangga. Juga dapat karena faktor psikis yang berperan yaitu
kebisingan dan perasaan tidak nyaman, sering terpapar sinar matahari dan
polusi yang bisa menyebabkan stres. Gaya hidup tidak sehat juga
ditengarai dapat mempengaruhi gejala andropause, misalnya merokok,
mengkonsumsi alkohol, begadang, dan pola makan yang tidak seimbang.
6. Gejala Dan Tanda Andropause
Penurunan kadar hormon testosteron pada pria menimbulkan beberapa gejala
dan keluhan pada berbagai aspek kehidupan, meliputi (Could, 2000;
Soewondo, 2006):
a. Gangguan vasomotor
Tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, rasa gelisah dan takut terhadap
perubahan yang terjadi.
b. Gangguan fungsi kognitif dan suasana hati
Mudah lelah, menurunnya konsentrasi, berkurangnya kerjasama mental/
intuisi, keluhan depresi, nervous, dan hilangnya rasa percaya diri,
menurunnya motivasi terhadap berbagai hal.
c. Gangguan virilitas
Menurunnya kekuatan dan berkurangnya tenaga secara signifikan,
menurunnnya kekuatan dan masa otot berkurangnya masa otot
(sarkopenia) terlihat pada pria yang lebih tua sebagai hasil dari
menurunnya kekuatan otot akibat hipotestosteronemia. Rata-rata akan
terjadi penurunan 12 kg masa otot antara usia 25-70 tahun. Dalam periode
yang sama tersebut terjadi peningkatan deposit lemak tubuh sebesar 1836%. Perubahan pertumbuhan rambut dan kualitas kulit, osteoporosis
karena berkurangnya massa tulang, dan insidensi fraktur patologis yang
meningkat. Terdapat koprelasi positif antara konsentrasi testosteron pada
pria yang menua dengan kepadatan mineral tulang dan osteoporosis.
d. Gangguan seksual
Menurunnya minat terhadap seksual, perubahan tingkah laku dan aktivitas
seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi/
8. Tatalaksana
Terapi sulih hormon adalah terapi yang paling direkomendasikan untuk
penanganan andropause. Pemberian testosteron (TRT Testosteron
Replacement Therapy) adalah pilihan paling baik saat imi. Belum ada
kesepakatan ambang standar untuk memulai pengobatan defisiensi testosteron.
Kadar testosteron 200-300 ng/dl yang diambil pada pagi hari dianggap rendah.
Tetapi angka ini tidak dapat dikaitkan dengan usia. Karena nilai 300 ng/dl
mungkin normal pada pria berusia 65 tahun, tapi tidak normal untuk usia 30
tahun (Olarinoye, 2006).
Prinsip penatalaksanaan kadar testosteron adalah mempertahankan kadar
testosteron pada nilai normal, terapi diberikan jika kadar testosteron
cenderung turun, tanpa menunggu kadar testosteron tersebut berada dibawah
nilai normal. Tujuan terapi adalah mempertahankan kadar testosteron tetap
pada rentang nilai normal, sehingga meminimalkan gejala akibat defisiensi
androgen, mengembalikan libido dan fungsi seksual serta meningkatkan
kualitas hidup (Olarinoye, 2006).
Berikut adalah preparat testosterone yang ada di Indonesia (Soewondo, 2006)
a. Per oral
1. Testosteron undecanoat capsul 40 mg (andriol testoscap)
2. Mesterolone tablet 25 mg (proviron. Infelon, androlon)
b. Injeksi intra muskular
1. Kombinasi testosterone proprionate 30 mg, testosterone
phenylpropionat 60 mg, testosteron decanoat 100 mg ampul (sustanon)
2. Testosterone undecanoat 1000mg ampul (nebido)
c. Transdermal
Gel testosteron (tostrex 2% gel)
Keuntungan penggunaan TRT (Olarinoye, 2006).
a. Efek anabolik androgen sudah diketahui. TRT dapat meningkatkan
densitas masa tulang, meningkatkan masa otot, kekuatan otot kaki dan
tubuh bagian atas
b. Masa lemak total seperti halnya lemak viseral berkurang dengan TRT pada
pria hipogonadism dengan obesitas sentral
C. KESIMPULAN
1. Sindrome andropause merupakan sindrom penurunan kemampuan fisik,
seksual dan psikologi yang dihubungkan dengan berkurangnya hormon
testosteron dalam darah
2. Gejala andropause meliputi gangguan vasomotor, seksual, virilitas, fungsi
kognitif dan suasana hati
3. Penegakkan diagnosis dengan anamnesis berdasar ADAM test,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang meliputi mengukur kadar
testosteron serum, total testosterone, testosteron bebas, SHBG, DHEA dan
DHEAs.
4. Tatalaksana andropause meliputi TRT (Testosterone Repplacement
Theraphy) untuk mempertahankan kadar testosteron tetap pada rentang
nilai normal, sehingga meminimalkan gejala akibat defisiensi androgen,
mengembalikan libido dan fungsi seksual serta meningkatkan kualitas
hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Allan CA dan RI Mclachlan, 2004. Age-related Changes in Testosterone and
the Role of Replacement Theraphy in Older Men. Clin Endocrinol
2004; 60: 653-670
Anita, N, Moeloek N. 2002. Aspek Hormonal Testosteron Pada Pria Usia
Lanjut (Andropause), MAI:3: 81-7
Araujo AB et al., 2004. Prevalence and Incidence of Androgen Deficiency in
Middle-aged and Older men: Estimates from the Massachusetts Male
Aging Study. J Clin Endocrinol Metab. 2004;89:5920-6
Could D.C., Rechar P. 2000. The Male Menopause Does It Exist. BMJ: 320:
858-861
Goel, Apul et al., 2009. Andropause in Indian Men: A Preliminary CrossSectional Study. Urology Journal: 2009;6:40-6
Hakansson J. The JUPITER Study Poses More Questions Than Answers.
Lakartidningen. 2009; 106(26-27): 1757.
Leifke E, Gorenoi V, Wichers C, Muhlen A von Zur, Buren E Von, Brabant G.
Age Related Changes Of Serum Sex Hormones, Insulin Like Growth
Factor-1 And Sex-Hormone Binding Globulin Levels In Men: Cross
Sectional Data From A Healthy Cohort Male. Clin Endrocrinol. 2000;
53: 689-695.