You are on page 1of 13

Herpes Zooster

Vivi N Rumahlatu (102011321/Pbl 2)


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11470
Email: Vrumahlatu@yahoo.co.id

Pendahuluan
Herpes zoster (dampa, cacar ular) merupakan penyakit yang disebabkan infeksi virus vaisela-zoster
yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer. Kadang-kadang infeksi primer berlangsung subklinis. Frekuensi penyakit pada pria dan wanita
sama. Herpes zoster merupakan juga Suatu penyakit akut dengan gejala malaise, demam dan rasa
nyeri pada daerah yang terserang. Erupsi berupa eritema yang disusul oleh vesikel dan bula yang
berkelompok. Erupsi ini distribusinya segmental dermatomal dan hampir selalu unilateral. Jarang
menyerang anak. Daerah yang sering terseranng adalah daerah thoraks, daerah ikat pinggang (karenya
sering disebut golderroors). Neuralgia dapat timbul beberapa hari sebelum timbul erupsi atau
bersama-sama dengan timbulnya erupsi dan kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama setelah
erupsi itu hilang sama sekali (neuralgia pasca herpetik). Isi vesikel mula-mula jernih, kemudianm
menjadi keruh dan kadang-kadang bercampur darah (Herpes zoster hemorhagikus). Involusi secara
spontan terjadi dalam beberapa hari, yaitu vesikel dan bula berubah menjadi krusta yang berwarna
coklat . yang rontok dan meninggalkan makula putih. Makula ini berangsur-anngsur hilang pula.
Kadang-kadang tidak terjadi involasi, yaitu vesikula dan bula pecah sehingga timbul infeksi sekunder
dengan ulkus dan nekrosis. Penyembuhan akan menimbulkan jaringan parut. Herpes zoster sering
disertai pembesaran kelenjar regional. Herpes zoster supraorbitalis kadang-kadang disertai paralisis
otot-otot ekstrinsik bola mata. Pada herpes zoster oftalmikus harus waspada akan timbulnya
komplikasi pada mata berupa ulkus kornea, iritis, iridosiklitis. Pada herpes zoster yang menyerang
nerves VIIII , dapat timbul gejala nausea, nistagmus, ketulian, dan vertigo. 1

Pembahasan

Anamnesis
Anamnesis berasal dari kata Yunani artinya mengingat kembali. Anamnesis adalah cara
pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (Auto
anamnese)atau pada orang tua atau sumber lain (Allo anamnese). 80% untuk menegakkan
1|Herpes Zoster

diagnosadidapatkan dari anamnesis. Tujuan anamnesis yaitu: untuk mendapatkan keterangan


sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien, membantu menegakkan diagnosa sementara.
Ada beberapakondisi yang sudah dapat ditegaskan dengan anamnesis saja, membantu
menentukanpenatalaksanaan selanjutnya.Dalam melakukan anamnesis diusahakan agar
pasien atau orang tua dapat menyampaikankeluhan dengan spontan, wajar, namun tidak
berkepanjangan. Pada saat yang tepat pemeriksaperlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang lebih rinci & spesifik, sehingga dapat diperoleh gambaran keadaan pasien yang lebih
jelas dan akurat. Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa
sebaiknya tidak sugestif, sedapat mungkin dihindari pertanyaan yang jawabannya hanya
yaatau tidak, beri

Identitas Pasien

Keluhan utama pasien

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat keluarga

Riwayat sosial dan kebiasaan.2

Pemeriksaan fisik

Biasanya dilakukan dengan cara 2 dimensi, yaitu inspeksi, palpasi . Inspeksi yaitu melihat
dan mengamati daerah keluhan pasien seperti pada kulit, palpasi yaitu meraba daerah kulit
keluhan pasien.
Perlu mengetahui keadaan umum , kesadaran, tanda-tanda vital ( suhu , tekanan darah ,
frekuensi nadi, frekuensi pernafasan).2
Pemeriksaan penunjang
Test Tzank
Salah satu metode laboratorium yang paling murah dan paling sederhana diagnostik untuk varicellazoster virus (VZV) dan virus herpes lainnya adalah hapusan Tzanck. Pap Tzanck dilakukan dengan
mendapatkan Scraping dari dasar lesi vesikular segar setelah telah unroofed, menyebarkan dan

2|Herpes Zoster

pengeringan bahan dikumpulkan pada slide kaca, pewarnaan hasilnya dengan Giemsa, dan memeriksa
materi dengan mikroskop untuk karakteristik adanya sel raksasa berinti banyak.
Pap Tzanck tidak dapat membedakan antara VZV dan virus herpes lainnya. Selanjutnya, tes ini
memiliki sensitivitas yang terbatas dibandingkan dengan metode diagnostik lain seperti polymerase
chain reaction (PCR). Oleh karena itu, hasil negatif tidak menyingkirkan infeksi virus herpes dan
tidak boleh menghalangi pengobatan empiris pada pasien. 1,3
Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA. 1,3
Kultur virus
Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media virus untuk segera
dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman cukup lama, sampel dapat diletakkan
pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki
tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%. 1,3
Deteksi antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel. Sel dari
ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum kemudian dioleskan
pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi dengan pewarna fluoresens.
Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.1,3
Diagnosa deferensial
Herpes zoster
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes
zoster mengenai umur lebih sering menyerang orang dewasa. Pada permulaannya, herpes zoster akan
menyebabkan sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk
infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa dirasakan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Nyeri
akan terasa di bagian tubuh Anda yang sarafnya terpengaruh. Nyeri ini berkisar dari ringan sampai
berat berupa rasa pegal, terbakar atau menusuk-nusuk. Kulit di bagian tubuh yang terkena biasanya
terasa lunak.

Herpes zoster ditandai dengan lesi khas vesikel berkelompok di atas dasar kulit

eritemasus, sepanjang persarafan sensorik sesuai dematom; unilateral. Di sertai dengan gejala
malaise , demam dan rasa nyeri pada daerah yang terserang. Erupsi herpes zoster berupa eritema yang
disusul oleh vesikel dan bula yang berkelompok. Erupsi ini distribusinya segmental dermatomal dan

3|Herpes Zoster

hampir selalu unilateral. Daerah yang sering terserang adalah daerah thoraks, daerah ikat pinggang.
Gelembung kulit ini mungkin terasa agak gatal sehingga dapat tergaruk tanpa sengaja. Jika dibiarkan,
gelembung akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak berwarna gelap di kulit (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan
pudar tanpa meninggalkan bekas. Namun, jika gelembung tersebut pecah oleh garukan, keropeng
akan terbentuk lebih dalam sehingga mengering lebih lama. Kondisi ini juga memudahkan infeksi
bakteri. Setelah mengering, keropeng akan meninggalkan bekas yang dalam dan dapat membuat parut
permanen.1
Varisela zoster
Varisela zoster(Cacar air) adalah infeksi akut primer oleh virus varisela zoster yang menyerang kulit
dan mukosa. Masa tunas adalah sekitar 14 hari. Varisela zoster bermanifestasi sebagai gejala
prodromalringan (malaise, demam, sakit kepala) . kadang-kadang terjadi penyakit sistemik yang lebih
parah dengan demam tinggi yang turun dan gejala konstitusional yang mencolok. Beberapa hari
kemudian, terjadi erupsi : lesi awal berupa papul merah muda, tetapi dengan cepat berubah menjadi
vesikel, kemudian pustul sebelum terbentuk krusta di permukaaanya. Lesi mereda dan sembuh dalam
3-4 hari, meninggalkan cekungan atau makula merah muda. Selama beberapahari, timbul gelombanggelombang lesi baru secara terus-menerus. 4
Dermatitis Venenata
Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan
yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. Dermatitis Venenata
adalah peradangan kulit yang berasal dari luar. The iritasi eksternal yang paling dikenal dengan ratarata awam poison ivy. Namun demikian, ratusan zat kimia, hewan, atau sayuran alam yang mampu
menghasilkan jenis letusan. Wabah terjadi pada eksposur terhadap iritasi diberikan apabila individu
yang rentan terhadap iritasi tertentu. Adalah dermatitis yang disebabkan oleh gigitan, liur, atau bulu
serangga.Penyebabnya : toksin atau allergen dalam cairan gigitan serangga tersebut
Dermatitis Venenata merupakan gambaran spesifik, disebabkan olehsekret/debris serangga terutama
dari genus Paederus, serta getah tumbuhan dengan bentuk lesi linier. Kulit yang terkena penyakit ini
akan menjadi merah dan melepuh,disertai rasa panas seperti terbakar. Fase merah, melepuh, dan terasa
panas ini berlangsung 1-3 hari. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini dapat menyebar danmeluas. Inilah
mengapa penyakit ini sering disangka sebagai penyakit infeksi. Bila penyakit ini sudah mendekati
sembuh, maka kulit akan berwarna coklat, dan menimbulkan bekas seperti luka bakar dan herpes. 4

Working diagnosa
4|Herpes Zoster

Herpes Zoster
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama
dengan varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat
unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf
spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis. Beberapa hari kemudian timbul
bintik kecil kemerahan pada kulit. Bintik-bintik ini lalu berubah menjadi gelembung-gelembung
transparan berisi cairan, persis seperti pada cacar air namun hanya bergerombol di sepanjang kulit
yang dilalui oleh saraf yang terkena. Bintik-bintik baru dapat terus bermunculan dan membesar
sampai seminggu kemudian. Jaringan lunak di bawah dan di sekitar lepuhan dapat membengkak
untuk sementara karena peradangan yang disebabkan oleh virus. Gelembung kulit ini mungkin terasa
agak gatal sehingga dapat tergaruk tanpa sengaja. Jika dibiarkan, gelembung akan segera mengering
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak berwarna gelap
di kulit (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar tanpa meninggalkan bekas. Namun,
jika gelembung tersebut pecah oleh garukan, keropeng akan terbentuk lebih dalam sehingga
mengering lebih lama. Kondisi ini juga memudahkan infeksi bakteri. Setelah mengering, keropeng
akan meninggalkan bekas yang dalam dan dapat membuat parut permanen. Virus varisela-zoster
umumnya hanya mempengaruhi satu saraf saja, pada satu sisi tubuh. Sesekali, dua atau tiga syaraf
bersebelahan dapat terpengaruh. Saraf di kulit dada atau perut dan wajah bagian atas (termasuk mata)
adalah yang paling sering terkena. Herpes zoster di wajah seringkali menimbulkan sakit kepala yang
parah. Otot-otot wajah juga untuk sementara tidak dapat digerakkan. 5
Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini seperti yang diterangkan dalam definisi, merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Kadang-kadang varisela ini
berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara
aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.1
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan tersebar
merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan perempuan, angka
kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini
dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1%
setahun.
Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan
herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari
varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali

5|Herpes Zoster

jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di
bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.
Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid tersusun dari
162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion
lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat
infeksius. Penularannya secara aerogen. Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf,
sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan
gejala. Pada individu yang immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar
dari badan saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang
dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada satu
dermatom.1
Patofisiologi

Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Selama terjadinya infeksi varisela,
VZV meninggalkan lesi dikulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik.
Kemudian secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam ganglion
ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksios dan tidak mengadakan multiplikasi
lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi virus.
Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis
pada saraf serta menjadi inflamasi yang berat dan biasanya disertai neuralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik, sehingga terjadi neuritis.
Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik di kulit dengan gambaran erupsi yang
khas untuk erupsi herpes zoster.
1) Neuralgia pascaherpetika adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan.
Neuralgia dapat berlangsung berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini
cenderung terjadi pada penderita di atas usia 40 tahun dengan gradasi nyeri yang
bervariasi.
2) Infeksi sekunder oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan
meninggalkan bekas sikatriks.
3) Pada sebagian kecil penderita dapat terjadi paralysis motorik, terutama bila virus juga
menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis, terjadinya biasanya 2 minggu
setelah timbulnya erupsi.6
6|Herpes Zoster

Manifestasi klinis

1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal local
(nyeri otot tulang, gatal, pegal).
2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna
abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta.
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper
selalu unilateral.6
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a. Herpes zorter of taimika : menyerang dahi dan sekitar mata
b. Herpes zorter servikali : menyerang pundak dan lengan
c. Herpes zorter torakalis : menyerang dada dan perut
d. Herpes zorter lumbalis : menyerang bokong dan paha.
e. Herpes zorter sakralis

: menyerang sekitar anus dan getalia

f. Herpes zorter atikum

: menyerang telinga.6

Komplikasi
1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic

(singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di
dermatom yang terkena setelah erupsi.

2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu

bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan
menghilang spontan setelah 16 bulan
3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan

hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder,

ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
5. Herpes zoster diseminata / generalisata
6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf

motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral


granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster
optalmik).

7|Herpes Zoster

VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik/sehingga terjadi neuritis.
Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi
yang khas untuk erupsi horpes zoster.
1.Neurologi pasca herfetike
Rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan neuralgia ini dapat
berlangsung berbulan-bulan sampai beberapa tahun.
2. Infeksi sekunder
Oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan
bekas sebagai sikatritis.
3. Pada sebagian kecil penderita dapat terjadi paralysis motorik, terutama bila virus
juga menyerang ganglion anterior bagian motorik kranialis. Terjadi biasanya 2
minggu setelah timbul erupsi.1,7
Faktor Resiko Herpes Zoster
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukemia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan terapi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang
Faktor pencetus kambuhnya Herpes zoster :
1. Trauma / luka
2. Kelelahan
3. Demam
4. Alkohol
5. Gangguan pencernaan
6. Obat obatan
7. Sinar ultraviolet
8. Haid
9. Stres7
Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medika Mentosa

8|Herpes Zoster

Pengobatan terhadap herpes zoster terdiri dari tiga hal utama yaitu pengobatan infeksi
virus akut, pengobatan rasa sakit akut yang berkaitan dengan penyakit tersebut, dan
pencegahan terhadap neuralgia pascaherpes. Penggunaan agen antiviral dalam kurun
waktu 72 jam setelah terbentuk ruam akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan
meringankan rasa sakit akibat ruam tersebut. Apabila ruam telah pecah, maka penggunaan
antiviral tidak efektif lagi. Contoh beberapa antiviral yang biasa digunakan untuk

perawatan herpes zoster adalah Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir.


Untuk meringankan rasa sakit akibat herpes zoster, sering digunakan kortikosteroid oral
(contoh prednisone). Sedangkan untuk mengatasi neuralgia pascaherpes digunakan
analgesik (Topic agents), antidepresan trisiklik, dan antikonvulsan (antikejang). Contoh
analgesik yang sering digunakan adalah krim (loion) yang mengandung senyawa
calamine, kapsaisin, dan xylocaine. Antidepresan trisiklik dapat aktif mengurangi sakit
akibat neuralgia pascaherpes karena menghambat penyerapan kembali neurotransmiter
serotonin dan norepinefrin. Contoh antidepresan trisiklik yang digunakan untuk perawatan
herpes zoster adalah Amitriptyline, Nortriptyline, Nortriptyline, dan Nortriptyline. Untuk
mengontrol sakit neuropatik, digunakan antikonvulsan seperti Phenytoin, carbamazepine,

dan gabapentin.
Tujuan terapi pada infeksi herpes zoster adalah untuk (1) memperpendek perjalanan klinis,
(2) memberikan analgesia, (3) mencegah komplikasi, dan (4) mengurangi kejadian
postherpetic neuralgia. Meta-analisis dan uji coba terkontrol secara acak menunjukkan
bahwa agen antivirus oral asiklovir, famsiklovir, dan valacyclovir, dimulai dalam waktu 72
jam setelah onset ruam, mengurangi keparahan dan durasi nyeri akut, serta kejadian
postherpetic neuralgia.7

Antivirus
Tujuan dari terapi antiviral adalah untuk mengurangi rasa sakit, menghambat replikasi virus dan
mencurahkan, membantu penyembuhan penyakit kulit, dan mencegah atau mengurangi keparahan
neuralgia postherpetic. Acyclovir juga dapat mengurangi kejadian postherpetic neuralgia.
Famsiklovir dan valasiklovir (agen antivirus dengan sifat yang sama dengan asiklovir)
menawarkan rejimen dosis lebih nyaman dibandingkan asiklovir. Mereka juga telah kurang
dipelajari dan lebih mahal.

Acyclovir (Zovirax) Acyclovir merupakan turunan guanin yang mencegah varicella-zoster


virus (VZV) replikasi melalui penghambatan polimerase DNA virus. Ini mengurangi

durasi lesi simtomatik.


Famsiklovir (Famvir) Setelah tertelan, famsiklovir dengan cepat biotransformed ke dalam
senyawa aktif penciclovir dan terfosforilasi oleh kinase timidin virus. Dengan persaingan

9|Herpes Zoster

dengan triphosphate deoxyguanosine, penciclovir trifosfat menghambat polimerase virus.

Sesuaikan dosis pada pasien dengan insufisiensi ginjal atau penyakit hati.
Valacyclovir (Valtrex) Valacyclovir adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi
asiklovir sebelum mengerahkan aktivitas antivirus nya.

Kortikosteroid
Agen ini memiliki sifat anti-inflamasi dan menyebabkan efek metabolik yang mendalam dan
bervariasi. Kortikosteroid memodifikasi respon kekebalan tubuh terhadap rangsangan beragam.
Penggunaan kortikosteroid oral atau epidural dalam hubungannya dengan terapi antivirus telah
ditemukan untuk menjadi bermanfaat dalam mengobati sedang sampai zoster akut parah, tetapi
tidak berpengaruh terhadap perkembangan atau durasi neuralgia postherpetik.
Administrasi intratekal kortikosteroid telah terbukti menghasilkan penurunan yang signifikan
dalam postherpetic neuralgia Namun., Sebagai hasil ini belum menerima konfirmasi independen,
dan ada masalah keamanan yang signifikan dengan pemberian steroid intratekal, ini modalitas
pengobatan tidak dianjurkan.

Prednisone (Sterapred) Penambahan kortikosteroid oral telah dievaluasi pada pasien zoster
diobati dengan asiklovir dalam 2 studi terkontrol. Steroid yang ditemukan untuk
mempercepat resolusi neuritis akut dan memberikan peningkatan yang jelas dalam
kualitas-hidup tindakan dibandingkan dengan pasien yang dirawat dengan antivirus saja.
Penggunaan steroid oral tidak berpengaruh terhadap perkembangan atau durasi neuralgia
postherpetik. Steroid oral belum diteliti dengan valacyclovir atau famciclovir, sehingga
manfaatnya tidak diketahui.1,7

Analgesik
Mengontrol rasa sakit sangat penting untuk kualitas perawatan pasien. Analgesik memastikan
kenyamanan pasien, mempromosikan toilet paru, dan memungkinkan regimen terapi fisik.
Analgesik narkotika yang paling lisan telah penenang sifat yang bermanfaat bagi pasien yang
memiliki lesi kulit. Analgesik topikal yang mengandung capsaicin telah terbukti efektif untuk nyeri
neuropatik yang berhubungan dengan neuralgia postherpetic.

Oxycodone (OxyContin, Roxicodone) Oksikodon adalah analgesik narkotika yang


diindikasikan untuk menghilangkan nyeri sedang sampai berat. Pasien dengan herpes
zoster biasanya mengalami nyeri. Terapi antivirus dan steroid memberikan bantuan relatif

kecil rasa sakit, dan analgesik narkotik sering dibutuhkan.


Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Bebas Anacin) Ini adalah obat pilihan untuk pengobatan
nyeri pada pasien yang (1) telah mendokumentasikan hipersensitivitas terhadap aspirin
10 | H e r p e s Z o s t e r

atau NSAID, (2) memiliki penyakit GI atas, atau (3) mengambil antikoagulan oral.
Acetaminophen mengurangi demam dengan aksi langsung terhadap hipotalamus panas
pengatur pusat, yang meningkatkan disipasi panas tubuh melalui vasodilatasi dan

berkeringat.
Ibuprofen (Motrin, Advil) Ibuprofen merupakan obat pilihan untuk pengobatan nyeri
ringan sampai cukup parah, jika tidak ada kontraindikasi ada. Menghambat reaksi
inflamasi dan nyeri, mungkin dengan mengurangi aktivitas siklooksigenase enzim, yang,
pada gilirannya, menghambat sintesis prostaglandin. Ibuprofen merupakan salah satu

NSAID beberapa yang diindikasikan untuk mengurangi demam.


Naproxen (Naprosyn, Naprelan, Anaprox) Naproxen umumnya digunakan untuk
menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Menghambat reaksi inflamasi dan rasa sakit
dengan mengurangi aktivitas siklooksigenase, yang menghasilkan penurunan sintesis
prostaglandin.1

Topikal Analgesik
Analgesik topikal mengurangi rasa sakit yang terkait dengan neuralgia postherpetic.

Capsaicin (Capzasin-P, Zostrix) Capsaicin berasal dari tanaman dari keluarga Solanaceae.
Ini adalah reseptor sementara potensi vanilloid-1 (TRPV1) agonis diindikasikan untuk
nyeri neuropatik yang berhubungan dengan neuralgia postherpetic. TRPV1 adalah
kompleks reseptor-saluran ion diekspresikan pada serat saraf kulit nociceptive. Capsaicin
topikal menyebabkan stimulasi TRPV1 awal yang dapat menyebabkan rasa sakit, diikuti
dengan rasa sakit melalui pengurangan TRPV1-mengekspresikan ujung saraf nosiseptif.
Nyeri neuropatik bisa kambuh secara bertahap selama beberapa bulan; kekambuhan ini

diduga disebabkan oleh TRPV1 reinnervation serat saraf dari daerah yang dirawat.
Capsaicin transdermal patch (Qutenza) Ini adalah reseptor sementara potensi vanilloid-1
(TRPV1) agonis diindikasikan untuk nyeri neuropatik yang berhubungan dengan neuralgia
postherpetic. TRPV1 adalah kompleks reseptor-saluran ion diekspresikan pada serat saraf
kulit nociceptive. Capsaicin topikal menyebabkan stimulasi TRPV1 awal yang dapat
menyebabkan rasa sakit, diikuti dengan rasa sakit melalui pengurangan TRPV1mengekspresikan ujung saraf nosiseptif. Nyeri neuropatik bisa kambuh secara bertahap
selama beberapa bulan; kekambuhan ini diduga disebabkan oleh TRPV1 reinnervation
serat saraf dari daerah yang dirawat. 7

Vaksin

11 | H e r p e s Z o s t e r

Agen ini memperoleh imunisasi aktif untuk meningkatkan resistensi terhadap infeksi. Vaksin
terdiri dari mikroorganisme yang dilemahkan atau komponen seluler, yang bertindak sebagai
antigen. Administrasi merangsang produksi antibodi dengan sifat pelindung khusus.

Varicella zoster vaksin (Zostavax) Ini adalah persiapan lyophilized dari strain Oka / Merck
hidup, dilemahkan varicella-zoster virus (VZV). Telah terbukti untuk meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap virus herpes zoster (shingles) pada pasien yang lebih tua. Ini
mengurangi terjadinya herpes zoster pada individu yang lebih tua dari 60 tahun sekitar
50%. Untuk individu yang berusia 60-69 tahun, mengurangi terjadinya sebesar 64%.
Dalam sidang ZEST, vaksin secara signifikan mengurangi risiko sebesar 70% pada subyek
yang berusia 50-59 tahun. Hal ini juga sedikit mengurangi nyeri dibandingkan tanpa
vaksinasi pada mereka yang mengembangkan herpes zoster. Hal ini diindikasikan untuk
pencegahan herpes zoster pada pasien yang tidak memiliki kontraindikasi. 7

b. Penatalaksanaan Non Medikamentosa:

Isolasi untuk mencegah penularan


Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat
Upayakan agar vesikel tidak pecah : gunakan bedak
Jangan menggaruk vesikel
Kuku jangan dibiarkan panjang
Bila hendak mengeringkan badan, cukup tempelkanhanduk pada kulit. Jangan digosok.7

Pencegahan
Herpes zoster hanya dapat dicegah jika Anda tidak pernah memiliki cacar air, atau jika Anda memiliki
kekebalan sangat baik terhadap virus cacar air. Pencegahan yang lebih aktif adalah dengan imunisasi
cacar air.
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi.Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus
tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang
telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen.Penggunaan
virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit
tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta
imunosupresi.8
Prognosis

Kebanyakan akhirnya menyembuh tetapi angka kekambuhan tinggi


Neuralgia pasca-herpes merukan komlikasi utama yang berat dan seringkali untuk waktu yang
lama

12 | H e r p e s Z o s t e r

Bila dermatom yang terkena lebih dari dua buah, perlu ditentukan keadaan-keadaan yang
menyebabkan keadaan imunosupresi.8

Kesimpulan
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. terutama

terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya
lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis.
Daftar pustaka
1. Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta :

FKUI
2. Sudoyono A W, Setiyohadi B, Alwi I dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I.
Edisi V. Jakarta: Interna publishing; 2009.h. 2445-95.
3. Diagnosa fisik pada anak. Edisi 2nd. Jakarta: CV Sagung Seto; 2003
4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Ed.III.
Jakarta: Media Aeculapius;2001.hal.536-39
5. Ilmu kesehatan anak Nelson. Ed 15th. Jilid II. Jakarta: EGC; 2000.1382-95.
6. Stawiski MA. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6 th. Volum 2.
Jakarta: EGC; 2005.1430-2.
7. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K. Dermatology in general medicine. 4th edition. New
York: McGraw Hill Medical Publisher; 2003.p.2182-3.
8. Buxton PK, Jones M. Abc of dermatology. 5 th edition. London: Willey Blackwell
Publisher; 2009.p.124-6.

13 | H e r p e s Z o s t e r

You might also like