You are on page 1of 13

NEONATUS CUKUP BULAN- BESAR MENURUT

KEHAMILAN (NCB-BMK) DENGAN


SEFALOHEMATOMA

Ain Nabila binti Zulkufli


anz_arein@yahoo.com
102010389
Mahasiswa Universitas Kristen Krida Wacana
Fakultas Kedokteran Ukrida
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna 6 Jakarta Barat
11510 Jakarta
05.06.2013

BAB I. Pendahuluan

Definisi diabetes mellitus dalam kehamilan ialah gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat
yang terjadi (atau pertama kali dideteksi) pada kehamilan. Batas ini tanpa melihat
dipakai/tidaknya insulin atau menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan toleransi
glukosa yang mendahului kehamilan. Diabetes mellitus dalam kehamilan masih merupakan
masalah yang memerlukan penanganan kusus karena angka kematian perinatal yang relative
tinggi.
Sefalohematoma adalah kumpulan darah di bawah periosteum, jaringan sangat kuat yang
menutupi dan menyelubungi tulang (tengkorak). Kondisi ini hamper selalu merupakan
komplikasi persalinan, terutama ketika kepala janin dipaksa keluar melalui jalan lahir, kepala
di dorong maju sementara serviks mencengkeram kulit kepala gigih. Pembuluh-pembuluh
darah kecil akan robek dan hasilnya adalah benjolan berbatas tegas di bawah kulit kepala.

BAB II. Pembahasan


i.

Anamnesis
Dilakukan anamnesis yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut ini:
a. Riwayat penyakit keturunan
b. Riwayat kehamilan sebelumnya
c. Riwayat kehamilan sekarang
d. Riwayat persalinan sekarang
Untuk mencari kelainan congenital perlu ditanyakan:
a. Apakah ibu menggunakan obat-obatan teratogenik, terkena radiasi, atau
infeksi virus pada trimester pertama.
b. Adanya kelainan bawaan pada keluarha
c. Apakah ibu menderita penyakit yang dapat menganggu pertumbuhan janin,
sepertu diabetis mellitus, asma bronchial dan sebagainya
Informasi ini sangat membantu dalam menilai kelainan yang ditemukan dalam
pemeriksaan fisik.

ii.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bayi dilakukan dalam keadaan telanjang dibawah lampu yang terang,
yang berfungsi sebagai pemanas untuk mencegah kehilangan panas.
Tujuan pemeriksaan:
a. Untuk menilai adaptasi neonates dari kehidupan intrauterine ke ekstrrauterine
b. Untuk mencari kelainan congenital terutama yang perlu penanganan segera
c. Vital sign
d. Keadaan umum
2

e. Thorax, abdomen, congenital, urogenital, ekstremitas dan spine


Penilaian adapatasi neonates
Penilaian terhadap adaptasi neonates dilakukan dengan cara menghitung nilai
Apgar (Apgar score). Kriteria yang dinilai adalah seperti berikut:
Tabel 1. Perhitungan nilai Apgar
Penilaian
Appearance

Nilai= 1
Badan merah,

Nilai= 2
Seluruh tubuh

(warna kulit)

ekstremitas

kemerahan

Pulse (Denyut

Tidak ada

biru
<100

>100

nadi)
Grimace

Tidak ada

Sedikit gerakan

Batuk/ bersin

(Reflex)
Activity

Tidak ada

mimic
Ekstremitas

Gerakan aktif

Tidak ada

fleksi
Lemah tidak

Baik/

teratur

menangis

(Tonus otot)
Respiration

Nilai= 0
Pucat

(usaha napas)

Apgar score dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang memberikan
petunjuk adaptasi neonatal.
i.
ii.
iii.

Nilai 7-10 : Neonatus yang beradaptasi dengan baik


Nilai 4-6 : Asfiksia ringan sampai sedang
Nilai 0-3 : derajat asfiksia yang berat

Penilaian Apgar ini perlu diulangi setelah lima menit untuk mengevaluasi apakah
tindakan resusitasi sudah adekuat. Bila belum, perlu dilakukan permeiksaan
penunjang lain.
Berat lahir dan masa kehamilan
Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan adalah dua kali lebih banyak
disbanding pada bayi cukup bulan, dan pada bayi kecil untuk masa kehamilan
kejadian congenital tersebut sampai 10 kali lebih besar.
Klasifikasi neonatus dibedakan menurut tiga kategori:
3

1. Klasifikasi menurut masa gestasi:


Neonatus kurang bulan (preterm infant): kurang 259 hari
Neonatus cukup bulan (term infant): 259-293 hari
Neonatus lebih bulan (postterm infant): lebih 294 hari
2. Klasifikasi menurut berat lahir:
Neonatus berat lahir rendah: < 2500gram
Neonatus berat lahir cukup: >2500 gram
Neonatus berat lahir lebih: >4000gram
3. Klasifikasi menurut masa gestasi dan berat lahir:
Neonatus cukup bulan sesuai untuk masa kehamilan
Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan
Neonatus cukup bulan besar untuk masa kehamilan
Neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
Neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan
Neonatus kurang bulan besar untuk masa kehamilan
Neonatus lebih bulan sesuai untuk masa kehamilan
Neonatus lebih bulan kecil untuk masa kehamilan
Neonatus lebih bulan besar untuk masa kehamilan
Tanda-tanda vital:
i.
ii.
iii.

Respiration rate: normal: 40-60X/ menit


Heart rate: normal: 180x/ menit
Suhu: normal 36,5- 37,5 C

Pemeriksaan umum:
i.

Warna kulit normalnya kemerahan, kadang-kadang terlihat sianosis pada


hujung jari pada hari pertama. Sianosis perifer menandakan kedinginan,
sianosis sentral menandakan kelainan jantung. Warna kulit pucat pada

ii.
a.
b.

iii.

anemia berat, dan kuning pada ikterus akibat kadar bilirubin yang tinggi.
Kepala dan leher
Bentuk kepala: tergantung macam persalinan: pervaginam/ section caesaria
Trauma lahir:
a. Kaput succadeneum
b. Sefalohematom
c. Pendarahan subaponeurotik.1

Pemeriksaan penunjang
Diagnosis terutama tergantung pada pemeriksaan fisik atau pengamatan, biasanya
laboratorium tes tidak diperlukan, CT scan atau X-ray tengkorak dapat dilakukan
jika muncul gejala-gejala neurologis.
Pada CT atau MRI, sefalohematoma kelihatan sebagai lesi berbentuk bulan sabit
(crescent-shaped) yang berdekatan dengan luar tengkorak, dan hiperdense.2

Gambar 1. Sefalohematoma pada CT scan. Anak panah menunjukkan lapisan luar


yang ditutupi periosteum.
iv.

Diagnosis kerja
Bayi besar menurut kehamilan
Batasan makrosomia adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih dari
4000 gram. Dari berbagai penelitian didapatkan kesan bahwa hiperinsulinemia
dan peningkatan penggunaan zat makanan bertanggungjawab pada peningkatan
ukuran badan janin, hipotesis perdersen menyebutkan bahwa hiperglikemia
maternal merangsang hiperinsulinemia janin dan makrosomia.3
Sefalohematoma adalah perdarahan subperiosteal yang
pembengkakan

terbatas

dalam

distribusi

tulang

mengakibatkan

tengkorak.

Perdarahan

subperiosteal adalah proses yang lambat, sehingga sefalohematoma mungkin tidak


jelas sampai beberapa jam setelah lahir. Fraktur pada tengkorak, biasanya linier,
mungkin terkait sefalohematoma yg diserap antara usia dua minggu dan tiga
bulan. Dalam beberapa kasus, tonjolan tulang tersebut menetap.1
Ada dua tipe yang utama:
a. Subgaleal: Galea merupakan lapisan aponeurotik yang melekat secara longgar
pada sisi sebelah dalam periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah
ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai
sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan malahan shock, hematoma tidak
berbatas pada suatu daerah tertentu.
b. Subperiosteal: Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis
sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura

tersebut, jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan
pada tipe subgaleal. Fraktur tengkorak bisa menyertai.4
Bayi dari ibu diabetes (BID)
Bayi mengalami peningkatan risiko sakit karena insufisiensi uteroplasental,
sindrom distress pernapasan, hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
trauma kelahiran, dan anomali kongenital, secara umum besar untuk usia gestasi
bila ibu adalah diabetes kelas A, B, atau C meskipun bayi lahir pada ibu dengan
komplikasi kardiopulmoner dan diabetes kelas D, E, F atau R biasanya rata-rata
atau kecil untuk usia gestasi.
i.
ii.
iii.
iv.
v.

v.

Makrosomia
Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)
Besar untuk usia gestasi
Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion
Murmur/ sianosis yang berhubungan dengan defek jantung.5

Diagnosis banding
Kaput suksedaneum: edema kulit kepala difus yang ditemukan pada bagian
presentasi kepala bayi dan sering melebar melintasi garis sutura karena kontraksi
vena. Pembengkakan tersebut sangat jelas saat lahir dan dapat diraba sebagai
massa yang halus. Ukuran dan letaknya dicatat, dan area yang terkena diamati
sampai pembengkakan menghilang. Tidak diperlukan intervensi, dan sembuh
dalam beberapa hari.6,7

Gambar 2: A. kaput suksedaneum, B. sefalohematoma

vi.

Etiologi
Penumpukan darah di bawah periosteum tulang tengkorak dan membran yang
melapisinya, periosteum.
Faktor predisposisi:
i.
Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan
tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan
ii.

robeknya pembuluh darah.


Ekstraksi vacuum
Persalinan yang dibantu dengan vacuum yang kuat dapat menyebabkan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi

iii.

tulang kepala ke jaringan periosteum.


Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala

iv.
v.

bayi.8
Forceps
Saiz kepala besar

Diabetes gestasional adalah gangguan (secara luas) pada kehamilan akhir, yang
disebabkan oleh peningkatan stimulasi pankreas yang berhubungan dengan
kehamilan.

vii.

Epidemiologi

Pada studi dari Nova scotia, sefalhematoma teridentifikasi pada 1,6 persen dari
seluruh kelahiran. Sefalhematoma biasanya disebabkan oleh cedera di periosteum
tengkorak selama persalinan dan pelahiran serta jarang terjadi tanpa disertai
trauma lahir.
Sefalohematoma, subdural hematoma, dan caput succedaneum semuanya telah
ditemukan lebih sering pada bayi dilahirkan oleh vakum atau penggunaan forsep.
Sekitar 15, 000 bayi lahir dengan diabetes setiap tahunnya. Sejak 1980,
International Workshop-Conferense on Gestational Diabetes dan

American

Diabetic Association telah merekomendasikan skrining universal untuk diabetes


gestasional antara 24 sampai 28 minggu kehamilan.2

viii. Patofisiologi
Diabetes mellitus (DM) dicirikan oleh hiperglikemia yang terjadinya defek sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Pengrusakan autoimun sel-sel B pancreas dan
atau tahanan insulin perifer terlibat. Hiperglikemia kronis jangka panjang
dikaitkan dengan kerusakan, disfungsi dan kegagalan berbagai organ, termasuk
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.9
Pengaruh kehamian terhadap diabetes
Jika seorang wanita menjadi hamil maka ia membutuhkan lebih banyak insulin untuk
mempertahankan metabolisme karbohidrat yang normal.Jika ia tidak mampu untuk
menghasilkan lebih banyak insulin untuk memenuhi tuntutan itu, ia dapat mengalami
diabetes yang mengakibatkan perubahan pada metabolisme karbohidrat. Kadar
glukosa dalam darah wanita hamil merupakan ukuran kemampuanya untuk
memberikan respon terhadap tantangan kehamilan itu. Kadar glukosa darah maternal
dicerminkan dalam kadar glukosa janin, karena glukosa melintasi plasenta dengan
mudah. Insulin tidak melintasi barier plaenta, sehingga kelebihan produksi insulin
oleh ibu atau janin tetap tinggal bersama yang menghasilkan.akhirnya, glukosuria
lebih sering pada wanita wanita hamil dibandingkan wanita yang tidak hamil.
Perubahan hormonal yang luas terjadi pada hehamilan dalam usaha mempertahankan
keadaan metabolisme ibu yang sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan.
Hormon-hormon ini mungkin yang bertanggung jawab secara langsung maupun tidak
langsung, menginduksi resistensi insulin periver dan mengkontribusi terhadap
8

perubahan sel pancreas. Ovarium, kortek adrenal janin, plasenta, kortek adrenal ibu
dan pancreas terlibat dalam timbulnya perubahan-perubahan hormonal ini, yang
mempunyai pengaruh terhadap metabolisme karbohidrat. Terutama yang penting
adalah peningkatan progresif dari sirkulasi estrogen. Estrogen tidak mempunyai efek
dalam transport glukosa, tetapi meningkatkan peningkatan insulin maksimum ( insulin
binding). Progesteron yang dihasilkan korpus luteum sepanjang kehamilan kususnya
selama 6 minggu pertama. Trofoblas mensintesis progesterone dan kolesterol ibu dan
merupakan penyumbang utama terhadap kadar progesterone plasma yang meningkat
secara secara menetap selama kehamilan. Progesterone juga mengurangi kemampuan
dari insulin untuk menekan produksi glukosa endogen. Lactogen plasenta manusia
(HPL) merupakan hormone plasenta penting lain yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat. Kadarnya dalam darah ibu meningkat secara berlahan-lahan sepanjang
kehamilan, mencapai puncaknya saat aterm. HPL adalah salah satu dari hormonehormonutama yang bertanggung jawab menurunkan sensitivitas insulin sejalan
dengan bertambahnya usia kehamilan. Kadar HPL meningkat pada keadaan
hipoglikemia dan menurun pada keadaan hiperglikemia. Dengan kata lain HPL
merupakan antagonis terhadap insulin. HPL menekan transport glukosa maksimum
tetapi tidak mengubah pengikatan insulin. Setelah melahirkan dan pengeluaran
plasenta, kadar HPL ibu cepat menghilang, pengaturan hormonal kembali normal.
Kortek adrenal terlibat dalam peningkatan kortisol bebas secara progresif selama
kehamilan. Pada kehamilan lanjut, konsentrasi kortisol ibu diperkirakan 2,5 kali lebih
tinggi dari keadaan tidak hamil. Rizza dkk melaporkan bahwa laju produksi glukosa
hepar meningkat dan sensitivitas insulin menurun pada pemberian sejumlah besar
kortisol. Perubahan pada metabolisme karbohidrat selama kehamilan sebagai akibat
dari perubahan hormonal diatas. Pada beberapa uji toleransi glukosa didapatkan
keadaan antara lain; hipoglikemia ringan pada saat puasa, hiperglikemia pos prandial
dan hiperinsulinemia. Konsentrasi glukosa plasma selama puasa yang menurun
mungkin terjadi akibat peningkatan dari kadar plasma insulin. Tetapi hal ini tidak
dapat dijelaskan dengan perubahan metabolisme insulin karena waktu paruh insulin
selama hamil tidak berubah.
Fetus normal mempunyai system yang belum matang dalam pengaturan kadar glukosa
darah. Fetus normal adalah penerima pasif glukosa dari ibu. Glukosa melintasi barier
plasenta melalui proses difusi dipermudah, dan kadar glukosa janin sangat mendekati
9

kadar glukosa ibu. Mekanisme transport glukosa melindungi janin terhadap kadar
maternal yang tinggi, mengalami kejenuhan oleh kadar glukosa maternal sebesar 10
mmol/l atau lebih sehingga kadar glukosa janin mencapai puncak pada 8-9 mmol/l.
hal ini menjamin bahwa pada kehanmilan normal pancreas janin tidak dirangsang
secara berlebihan oleh puncak posprandial kadar glukosa darah ibu. Bila kadar
glukosa ibu tinggi melebihi batas normal/ tidak terkontrol akan menyebabkan dalam
jumlah besar glukosa dari ibu menembus plasenta menuju fetus dan terjadi
hiperglikemia pada fetus. Tetapi kadar insulin ibu tidak dapat mencapai fetus,
sehingga kadar glikosa ibulah yang mempengaruhi kadar glukosa fetus.
Sel beta pancreas fetus kemudian akan menyesuaikan diri terhadap tingginya kadar
glukosa darah. Hal ini akan menimbulkan fetal hiperinsulinemia yang sebandinga
dengan kadar glukosa darah ibu dan fetus. Hiperinsulinemia yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya makrosomia / LGA oleh karena meningkatnya lemak tubuh.3
Bentuk kepala bayi yang baru lahir dipengaruhi proses persalinan. Bentuk kepala saat
proses persalinan menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran jalan lahir, yaiut saat
memasuki daerah panggul. Hal itu terjadi karena tulang-tulang kepala terdiri dari
beberapa tulang yang belum saling menempel rapat dan masih relative lunak.
Saat memasuki jalan lahir yang sempit, tulang-tulang tersebut menyesuaikan ukuran
kepala dengan cara sedikit saling bertumpuk (moding). Bentuk kepala menjadi
memanjang (lonjong) sesuai bentuk jalan lahir. Setelah lahir, bentuk kepala akan
kembali ke bentuk semula dalam beberapa hari. Tapi bentuk ini hanya sementara, dan
bukan dalam hal ukuran kepala bayi/
Kadang diperlukan bantuan alat seperti vacuum untuk menarik kepala bayi keluar. Hal
ini juga menyebabkan bengkak (benjolan) yang bersifat sementara.10

ix.

Manifestasi klinis
Terjadi pada ibu primipara dan selama persalinan pervaginam tetapi juga dapat terjadi
pada operasi caesar. Pembengkakan hanya terbatas pada permukaan dari salah satu
dari tulang kranial dan tidak melintasi garis tengah. Pembengkakan berbatas tegas dan
secara bertahap meningkat dalam ukuran, mengambil beberapa jam hingga beberapa
hari, terutama pada hari kedua dan ketiga.1

10

a.
b.
c.
d.
e.
f.
x.

Adanya fluktuasi, benjolan biasanya dua jam setelah lahir


Pembengkakan terbatas
Tidak melewati sutura
Tempatnya tetap.8
Umumnya tidak ditemukan kelainan neurologi
Bayi tidak menunjukkan keadaan terganggu

Penatalaksanaan
1. Tindakan spesifik tidak diperlukan kecuali pengamatan dan perlindungan
2.
3.
4.
5.

kepala terhadap cedera


Pemeriksaan sinar X menyingkirkan kemungkinan fraktur
Transfusi darah diberikan jika timbul anemia yang berat
Aspirasi merupakan kontraindikasi, tindakan ini akan menimbulkan infeksi
Tindakan pembedahan diperlukan hanya kalau pendarahannya luas dan
berlanjut sehingga hematoma semakin membesar.4

xi.

Pencegahan
Pemeriksaan setelah pelahiran: kini semua wanita penderita diabetes gestasional
harus menjalani uji toleransi glukosa pada waktu antara enam sampai 12 minggu
pascanatal karena beberapa wanita akan tetap mengalami gangguan toleransi
glukosa atau diabetes, risiko seumur hidup dideritanya diabetes pada wanita
penderita diabetes gestasional mencapai hingga 50%.
Profil glukosa darah, yang meliputi kadar praprandial dan pascaprandial (biasanya
90 menit), penting dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan. Kebutuhan
insulin sangat meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan
perubahan dosisnya akan semakin sering dilakukan. Hal ini sangat menyulitkan
bagi ibu hamil tetapi sangat penting untuk menurunkan penyulit pada kehamilan,
teruatama keguguran, malformasi kpongenital, makrosomia janin, dan lahir mati.
Kadar glukosa ideal adalah antara empat dan enam mmol/l praprandial dan kurang
dari 7,5 mmol/l pascaprandial.11
Komplikasi dari persalinan pervaginam pada bayi makrosomia bisa dihindari bila
ukuran janin diketahui lebih dulu dengan pemeriksaan USG. Persalinan
pervaginam harus dipertimbangkan baik-baik mengingat besarnya resiku
terjadinya distosia bahu.3

xii.

Komplikasi
Jika sefalohematoma adalah parah mungkin menyebabkan jaundice, anemia, atau
hipotensi.
11

Tergantung pada jumlah darah yang dikumpulkan dalam hematoma, dapat terlihat
anemia dan hiperbilirubinemia. Infeksi dari darah yang terkumpul dapat terjadinya
infeksi pada bayi baru lahir yg biasanya terkait dengan sepsis dan meningitis.
Patah tulang tengkorak telah dikaitkan dengan 5 - 20% dari kasus
sefalohematoma.1

xiii. Prognosis
Diabetes mellitus dalam kehamilan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas
perinatal. Dengan pengawasan maternal yang baik. Khususnya dalam mengotrol
glukosa darah ibu, morbiditas dan mortalitas perinatal makin rendah. Benjolan
pada bayi akan membaik sendiri tanpa penatalaksanaan dalam beberapa hari.

BAB III. Penutup


Bayi 40 minggu ini mengalami neonates cukup bulan- besar menurut kehamilan
dengan sefalohematoma.

BAB IV. Daftar pustaka


1. Sulliv S, Barbara R. Panduan belajar: keperawatan ibu-bayi baru lahir. Jakarta: EGC,
2004.h. 256-9
2. Zorc JJ. Clinical handbook of paediatrics. United States: Library of congress
cataloguing in publication data, 2013.h.86
12

3. OSullivan MJ, Skyler JS, Raimer KA, Abu-Hamad A. Diabetes and Pregnancy. 2nd
ed. Norwalk Connectocut : Appleton & Lange, 2000.h. 357-75
4. Oxorn H, Forle WR. Ilmu kebidanan: patologi dan fisiologi persalinan. Jakarta:
Yayasan essential medica, 2010.h.671-2
5. Tucker Sm. Standar perawatan pasien: proses keperawatan, diagnosis dan evaluasi.
Jakarta: EGC, 2000.h. 892-3
6. Haws, Paulette S. Asuhan neonatus: rujukan cepat. Jakarta: EGC, 2007.h.281
7. Mary P. Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC,2000.h.244
8. Prawiraharjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta: EGC, 2002. h. 78
9. Sinclair, Constance. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC, 2009.h.442-4
10. Diunduh dari http:/ /health. okezone.com/read/2013/01/29/483/753153/ prosespersalinan-pengaruhi-bentuk-kepala-bayi
11. Sullivan, Amanda. Panduan pemeriksaan antenatal. Jakarta: EGC, 2009.h. 120-1

13

You might also like