You are on page 1of 6

LAPORAN PRAKTIKUM DO METER

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


DO-METER
A. TUJUAN
1. Mengetahui nilai DO dalam sampel
2. Mengetahui hal yang mempengaruhi nilai DO
B. DASAR TEORI
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan
air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki
kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air
tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan
air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu
kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya
oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan
disamping parameter lain seperti kob dan kod.
Mekanisme
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponenkomponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki
kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik
sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan
oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses
metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat
dalam menguraikan kandungan dalam air.
Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar
oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup
untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan
pencemaran berat pada air.
Analisis dan Pengukuran
Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang sering dilakukan:
Metode titrasi
Metode elektrokimia atau lebih dikenal pengukuran dengan DO-meter

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen
juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses
difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
tersebut.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan
anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh
organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi
anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia
menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan
reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara
perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan
rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan
pereduksi bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan
tidak beracun. Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pernapasan. Organisme tertentu, seperti mikroorganisme,
sangat berperan dalam menguraikan senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain
yang Iebih sederhana dan tidak beracun. Karena peranannya yang penting ini, air
buangan industri dan limbah sebelum dibuang ke lingkungan umum terlebih
dahulu diperkaya kadar oksigennya.

C. ALAT DAN BAHAN


- Alat yang digunakan
1. Unit DO-meter
2. Aerator
3. Pendingin (freezer)
4. Kompor listrik
5. Gelas beker

6. Botol semprot
7. Tissue
8. Thermometer
- Bahan yang digunakan
1. Air Suling
2. Air kran
D. LANGKAH KERJA
1. Variasi Waktu
a. Sejumlah air dimasukkan ke dalam gelas beker dan diukur suhunya dengan
menggunakan thermometer lalu dicatat.
b. Air tersebut kemudian diaerator selama 5 menit lalu diukur DO-nya dengan
menggunakan DO-meter dengan satuan %,mbar,dan mg/L. Dan dicatat.
c. Langkah tersebut diulangi untuk penggunaan aerator selama 10, 15,20,25,dan 30
menit.
2. Variasi Suhu
a. Sejumlah air dimasukkan kedalam gelas beker dan didinginkan hingga suhunya
210C.
b. Setelah itu diukur DO-nya dengan menggunakan DO-meter dengan satuan
%,mbar,dan mg/L. Dan dicatat.
c. Langkah tersebut diulangi untuk suhu 220C, 240C, 260C, dan 280C.
E. DATA PERCOBAAN
1. Variasi Waktu Aerasi
- Menggunakan Aerator
- Pada suhu 260C
Waktu (menit) DO
% mbar mg/L
5 76,7 150,3 5,95
10 77,2 153,1 6,02
15 77,8 155,3 6,07
20 78,3 157,9 6,15
25 80,4 160,4 6,24
30 82,5 163,6 6,49

2. Variasi Suhu
Suhu ( 0C ) DO
% Mbar mg/L
21 89,8 189,5 7,73
22 84,2 167,5 7,07
24 81,4 164,8 6,59
26 80,6 159,5 6,00
28 77,6 155,1 5,95
F. PENGOLAHAN DATA
1. Variasi Waktu Aerasi

2. Variasi Suhu

G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui nilai DO dalam sampel dan untuk
mengetahui hal yang mempengaruhi DO. Penentuan DO dilakukan dengan metode
elektrokimia dengan menggunakan DO-meter. Cara penentuan oksigen terlarut
dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen
terlarut dengan alat DO-meter. Prinsip kerja dari alat DO meter ini adalah

menggunakan elektroda atau probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda
yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, biasanya
menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan,
elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable
terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi pada elektroda tersebut adalah
Katoda : O2 + 2 H2O + 4e 4 HOAnoda : Pb + 2 HO- PbO + H20 + 2e
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda.
Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi
oksigen terlarut.
Sampel yang digunakan adalah air suling atau aquadest. Pada praktikum ini juga
dilakukan beberapa variasi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
oksigen terlarut. Variasi yang dilakukan adalah waktu aerasi dan suhu pada saat
proses aerasi.
Pertama dengan variasi waktu aerasi , sampel diaerasi dengan menggunakan
aerator sebanyak lima kali dengan waktu yang berbeda kemudian masing-masing
diukur DO-nya dengan DO meter. Setelah itu dilakukan percobaan dengan variasi
suhu. Untuk menghasilkan suhu dibawah suhu kamar, maka digunakan pendingin
untuk mendinginkan sampel. Sama seperti saat variasi waktu aerasi , sampel diukur
DO-nya 5 kali dengan suhu yang berbeda. Semua pengukuran dilakukan dalam
bentuk persen, milibar dan ppm (mg/l). Data yang didapat kemudian digunakan
untuk membuat grafik.
Dari grafik waktu aerasi vs nilai DO terlihat bahwa, semakin lama waktu aerasi,
maka kadar oksigen terlarut dalam air menjadi semakin tinggi. Hal tersebut dapat
disebabkan , selama proses aerasi akan terjadi perpindahan oksigen dari udara ke
air. Aerasi merupakan pengaliran udara ke dalam air untuk menigkatkan
kandungan oksigen dengan memancarkan air atau melewatkan gelembung udara ke
dalam air. Alat yang digunakan untuk Aerasi adlah Aerator . Semakin lama proses
aerasi, maka semakin banyak oksigen dari udara yang akan terdifusi dalam air,
sehingga kadar oksigen terlarut akan bertambah. Kadar oksigen bertambah karena
terjadi difusi oksigen dari udara , pada perairan permukaan , Kecepatan difusi
oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu,
salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut.
Dari grafik suhu vs nilai DO terlihat bahwa, semakin tinggi suhu air, maka kadar
oksigen terlarut dalam air menjadi semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan, suhu
merupakan faktor yang mempengaruhi penguapan. Penguapan terjadi disepanjang
suhu, semakin tinggi suhu, maka akan semakin banyak oksigen yang teruapkan ke
udara, mengakibatakan kadar oksigen terlarut dalam air menjadi semakin rendah.
Menurut Peraturan Pemerintan No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kulaitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Air permukaan atau air untuk air minum

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dianjurkan
lebih besar atau sama dengan 6 ppm.
H. KESIMPULAN
1. Semakin tinggi nilai suhu airnya, maka nilai DO semakin kecil
2. Semakin lama waktu yang digunakan untuk aerasi, maka nilai DO akan semakin
bertambah besar/naik.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Maria, Christina. 2010. Petunjuk Praktikum INSKIM Oksigen Terlarut.
Yogyakarta: STTN-BATAN.
2. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
(http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsY
AAAHIw641/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi
%20untuk%20penentuan%20kualitas%20perairan.pdf?nmid=44066689, diakses
20 Januari 2011).
3. Anonim. 2011. Oksigen Terlarut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen_Terlarut,
diakses 20 Januari 2011).
4. PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

You might also like