You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN An

R DENGAN GASTROENTERIRITIS

DI RUANG MELATI RSUD PRAYA

OLEH:
GIGIH JASMIVA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS
MATARAM
2014

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRO ENTERITIS (GE)
A. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi
yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999).
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang
air besar. Kekerapan yang masih di anggap normal adalah sekitar 1-3 kali dan
banyaknya 200-250 gram sehari. Beberapa kasus klien mengalami peningkatan
kekerapan dan kenceran buang air besar walaupun jumlahnya kurang dari 250 mg
dalam kuraun waktu sehari (Soeparman 1990).
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari.
B. Etiologi / Faktor pencetus timbulnya diare
Penyebab utama :
Bakteri, parasit maupun virus (E. Coli, V. Cholerae Ogawa, Aeromonas sp.).
Virus : Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
Bakteri: Staphylococcus aureus, Salmonella, Shigella, dll.
Parasit : Entamoeba Histolitica, Balantidium Coli, dll.
Penyebab lain ; toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung
lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
1.

a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.


b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)

2.

Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik
yang tinggi pada usus(obat pencahar/ laksansia)

3.

Perubahan pergerakan dinding usus.

Faktor resiko terjadinya Gastroenteritis


1.

Jumlah penduduk yang padat/ramai.

2.

Makanan yang terkontaminasi /makanan dengan temperatur yang tidak


cukup tinggi sehingga tidak dapat membunuh organisme penyebab
Gastroenteritis.

3.

Sanitasi lingkungan yang jelek.

C. Pathofisiologi
Virus/bakteri masuk saluran pencernaan bersama makanan yang terkontaminasi
sehingga menimbulkan respon dengan gejala Gastroenteritis melalui cara :
1.

Organisme melepaskan toksin (enterotoksin) pada usus halus maka terjadilah


peradangan yang ditandai diare (Shigela dan E. Coli).

2.

Organisme masuk ke intestinal sehingga menimbulkan distruksi nekrosis


ulcerasi diare terus-menerus (Shigella dan Compylobacter).
D. Pathway
Infeksi

makanan

Berkembang di

Toksik tak dapat di

usus

serap

Sekresi air dan

hiperperistaltik

elektrolit
Isi usus

psikologi
ansietas

Malabsorbsi
KH,Lemak,protein

Penyerapan makanan di
usus menurun

Mening tekanan osmotic


Pergeseran air dan usus
elektroit ke usus

Diare

Frekuensi BAB meningkat

Distensi abdomen
Mual muntah

Hilang cairan & elektrolit

Gangguan

berlebihan

integritas kulit

Gangguan

Asidosis metabolik

keseimbangan
cairan
dehidrasi

Sesak

Nafsu makan menurun


Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Gangguan pertukaran gas

Kekurangan
volume cairan

E. Gejala klinik
1. Diare
Penderita merasakan sekit perut, Rasa kembung, Mual, muntah, diare,
Kadang-kadang demam/peningkatan suhu tubuh dan nyeri abdomen.
Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik
secara menetap atau berulang panderita akan mengalami penurunan berat
badan.
BAB ada darah/mucus (5x/> sehari) mungkin oleh Shigella.
BAB bau dan bercampur darah Compylobacter.
BAB kadang-kadang bercampur darah dan mucus E. Coli.

Mual,muntah

Temperatur naik 40 0c ( Campybacter dan sigellosis) dan nyeri perut.


Sakit kepala, mielgia dan kelemahan
Nyeri perut distensi meningkat,suara usus hiperaktif

2. Kehilangan cairan >> :


Mukosa mulut kering
Hipotensi
Dehidrasi : Turgor kulit turun,membran mokusa kering,hipotensi,oliguri
sampai terjadi shock.
3. Pemeriksaan auskultasi : peningkatan peristaltic usus
4. Palpasi teraba lunak pada abdominal, nyeri abdomen.
Pendekatan diagnosis dari aspek tinja
1.

Volume tinja yang banyak diare berasal dari kelainan usus halus dan
permulaan usus besar.

2.

Tinja yang sedikit dan berlendir (dengan peningkatan kemendadakan serta


kekerapan buang air besar) kelainan berasal dari kolon desenden, sigmoid
dan rektum.

3.

Tinja yang berlendir dan bercampur dengan darah peradangan usus besar.

4.

Tinja yang berbau busuk menunjukan adanya pembusukan asamamino


yang tidak diserap.

F. Pemeriksaan Penunjang
1.

Feses :
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti adanya
mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika
diare berhubungan dnegan penyakit usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita
Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang
berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan adanya keradangan kolon.
PH tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa
tinja rendah / PH kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.

2.

Pemeriksaan Darah

Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit
malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum
albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi.
Penuruna jumlah serum albumin pada klien penyakit chron.
3.

Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, BUN (Blood Ureum Nitrogen),
kreatinin dan berat jenis plasma/ Bj urin.
Penurunan PH darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonas sehingga
frekuensi nafas agak cepat.
Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.
Radiologis
-

Barrium Foloow through penyakit chron.

Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.

Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
G. Penatalaksanaan
1.

Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.


a.

Jenis cairan

Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL, bila tak
tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50
ml.
b.

Jumlah cairan
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa cara :
Metoda Pierce :

c.

Derajat Dehidrasi
Ringan

Kebutuhan cairan ( X kg BB)


5%

Sedang

8%

Berat

10 %

Jalan masuk atau cara pemberian cairan


Dapat dipilih oral atau IV.

d.

Jadwal pemberian cairan


Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan pada 2 jam
pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk
memperhitungkan kebutuhan cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap
pada akhir jam ke-3.

e.

Terapi simtomatik

Antibiotik diberikan secara klinis :


o

Tetrasiklin untuk cholera

Kloramphenikol untuk Shigella

Neomycin untuk Campylobacter

Anti diare

Absorben

Obat yang digunakan : anti diare, antidotum, antipiretik, antibiotik, oralit, dll.
Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan
yang rasional.

f.

Sifat antimotilitas dan sekresi usus.

Sifat antiemetik.

Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya.


Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A.

Preparat besi , zinc, dll.


g.

Terapi definitif
Pemberian edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene perseorangan,
sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain
terapi farmakologi.

h.

Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Di
anjurkan untuk menghindari susu.

H. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi, sbb :
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipoglikemi
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi
enzim lactase
e. Hipokalemia
f. Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein

Konsep Pengkajian
a.

Biodata
Nama
Umur
Sering terjadi pada terutama usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 1995).
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Dll

b.

Riwayat Kesehatan
1.

Keluhan utama : Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare/ BAB cair > 5
x sehari dengan volume yang banyak, Kadang demam/suhu badan meningkat,
nyeri perut/kolik pada perut bagian bawah yang berkurang dengan pergerakan
usus, Peningkatan bising usus (khususnya di kuadran kanan bawah), Obstruksi
intestinal, Peningkatan pengeluaran tinja, Adanya lendir atau pus di dalam tinja,
Tinja yang lembek atau cair, Flatus, Anoreksia, Penurunan berat badan, Malaise.

2.

Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor pendukung terjadinya diare,


serta bio- psiko- sosio- spiritual. Terdapat beberapa keluhan, permulaan
mendadak disertai dengan muntah dan diare. Faeces dengan volume yang
banyak, konsistensi cair, muntah ringan atau sering dan anak gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat dan nafsu makan menurun.

3.

Riwayat Penyakit sekarang : Kaitkan dengan kemungkinan penyebab diare,


waktu mulai diare, keluhan/perasaan lainnya, serta tindakan yang telah dilakukan
dengan respon yang dirasakan.

4.

Riwayat Sebelum sakit : keadaan serupa yang pernah dialami, keadaan yang
berkaitan dengan kondisi sekarang.

c.

d.

Tanda-tanda vital
1.

Suhu badan; kadang-kadang demam

2.

Denyut nadi: meningkat

3.

Pernapasan; meningkat

4.

Tekanan darah; menurun

Pemeriksaan Fisik dan ADL

1.

Kaji tanda-tanda dehidrasi : mata cowong, turgor kulit, mukosa mulut, warna
muka, penurunan BB, keadaan umum.

2.

Frekuensi BAB, konsistensi feses, vomitus, muntah, kram abdomen, jumlah urin.

3.

Perubahan aktivitas sehari-hari dan kemampuan beraktivitas.

Bila terjadi kekurangan cairan didapatkan :


Haus
Lidah kering
Tulang pipi menonjol
Turgor kulit menurun
Suara menjadi serak
Bila terjadi gangguan biokimia :
Asidosis metabolik
Napas cepat/dalam (kusmaul)
Bila banyak kekurangan kalium :
Aritmia jantung
Bila syok hipovolumik berat :
Nadi cepat lebih 120 x/menit
Tekanan darah menurun sampai dari tak terukur.
Pasien gelisah.
Muka pucat
Ujung-ujung ektremitas dingin
Sianosis
Bila perfusi ginjal menurun :
Anuria
Nekrosis tubular akut.
(Mansjoer, Arif., et all. 1999).
c. Pola aktivitas sehari-hari
Nutrisi
Makan menurun karena adanya mual dan muntah yang disebabkan lambung yang
meradang.

Istirahat tidur
Mengalami gangguan karena adanya muntah dan diare serta dapat juga
disebabkan demam.
Kebersihan
Personal hygiene mengalami gangguan karena seringnya mencret dan kurangnya
menjaga personal hygiene sehingga terjadi gangguan integritas kulit. Hal ini
disebabkan karena faeces yang mengandung alkali dan berisi enzim dimana
memudahkan terjadi iritasi ketika dengan kulit berwarna kemerahan, lecet disekitar
anus.
Eliminasi
Pada BAB juga mengalami gangguan karena terjadi peningkatan frekuensi,
dimana konsistensi lunak sampai cair, volume tinja dapat sedikit atau banyak.
Dan pada buang air kecil mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.
e.

f.

Keadaan Psikososial
1.

Persepsi pasien terhadap kesehatannya.

2.

Pengetahuan tentang sakit yang diderita.

3.

Tingkat kecemasan pasien.

Keadaan Spiritual
Pengaruh sakitnya terhadap keyakinan kepada Tuhan.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul antara lain :


1.

Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan yang berhubungan dengan


kehilangan sekunder terhadap muntah dan diare.

2.

Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare


dan muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.

3.

Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang


berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, dan
tanda serta gejala komplikasi.

4.

Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.

5.

Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.

6.

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).

7.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


absorpsi nutrien.

8.

Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan. (Doenges,


Marilynn E. 1999).

9.

Nyeri (akut) berhubungan dengan Hiperperistaltik, diare lama, iritasi


kulit/jaringan,ekskoriasi fisura perirektal; fistula.

10. Koping individu tak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang tak
terduga.
11. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran
feces secara terus menerus.

10

Perencanaan
1.

Resiko tinggi terhadap defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
sekunder terhadap muntah dan diare.
Tujuan :
Kebutuhan volume cairan adekuat.
Kriteria hasil : Individu akan
1.

Meningkatkan masukan cairan minimal 3000 ml (sesuai dengan hasil


pemeriksaan BJ Plasma).

2.

Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau


panas.

3.

Mempertahankan Berat Jenis Plasma dalam batas normal (1,010 & 1,025).

4.

Memperhatikan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.

Intervensi general :
1.

Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian ( misal 1000 ml


selama pagi hari, 1000 ml selama sore hari, 1000 ml selama malam hari).
Rasional : Deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit.

2.

Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan


metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan.
Rasional : Informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama klien untuk terapi.

3.

Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.
Rasional : Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak
seimbangan cairan.

4.

Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap
penurunan berat jenis urine.
Rasional : Catatan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidak
seimbangan cairan.

5.

Timbang BB setip hari dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama.
Kehilangan berat badan 2 - 4 % menunjukkan dehidrasi ringan. Kehilangan berat
badan 5 - 9 % menunjukkan dehidrasi sedang.

11

Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilanagan


cairan.
6.

Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah,


diare, demam, drain.
Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya sudah tidak
mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan yang tak kasap mata. Dehidrasi
dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, membuat haluaran tak adekuat
untuk membersihkan sisa metabolisme dengan baik dan mengarah pada
peningkatan BUN dan kadar elektrolit.

7.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen ure
darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan hemoglobin.
Rasional : Propulsi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorpsi elektrolit.
Muntah-muntah juga menyebabkan kehilangan elektrolit.

8.

Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena.


Rasional : Memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki
defisit.

2.

Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan


muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan hiperperistaltik.
Tujuan : Klien merasa nyaman.
Kriteria hasil : Klien akan :
1.

Melaporkan penurunan kram abdomen.

2.

Menyebutkan makanan yang harus dihindari.

Intervensi :
1.

Dorong klien untuk berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan


penghangat di atas abdomen.
Rasional : Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot GI dan mengurangi kram.

2.

Singkirkan pemadangan yang tidak menyenangkan dan bau yang tidak sedap dari
lingkungan klien.
Rasional : Pemandangan yang tidak menyenangkan atau bau tak sedap
merangsang pusat muntah.

12

3.

Dorong masukan jumlah kecil dan sering dari cairan jernih (misal; teh encer, air
jahe, agar-agar, air) 30 sampai 60 ml tiap 1/2 sampai 1 jam.
Rasional : Cairan dalam jumlah yang kecil cairan tidak akan mendesak area
gastrik dan dengan demikian tidak memperberat gejala.

4.

Instruksikan klien untuk menghindari hal ini :


a.

Cairan yang panas dan dingin.

b.

Maknan yang mengandung lemak dan serat (misal ; susu, buah).

c.

Kafein.

Rasional : cairan yang dingin merangsang kram ; cairan panas merangsang


peristaltik ; Lemak juga meningkatkan peristaltik dan kafein meningkatkan
motilitas usus.
5.

Lindungi area perianal dari iritasi.


Rasional : Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat mengiritasi kulit
perianal.

3.

Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang


berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet dan tanda
serta gejala komplikasi.
Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi, pembatasan diet, dan tanda-tanda serta
gejala komplikasi adekuat.
Kriteria hasil :
1.

Klien dapat menjelaskan kembali kepada perawat setelah penjelasan dari


perawat.

Intervensi :
1.

Jelaskan pembatasan diet :


a. Makanan tinggi serat (sayur & buah segar).
b. Makanan tinggi lemak (susu, makanan goreng).
c. Air yang sangat panas atau dingin.
Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

2.

Jelaskan pentingnya mempertahankan kesimbangan antara masukan cairan oral


dan haluaran cairan.

13

Rasional : Muntah dan diare dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi.


3.

Jelaskan manfaat istirahat dan dorong untuk istirahat adekuat.


Rasional : Inaktivitas menurunkan peristaltik dan memungkinkan salurang GI
untuk istirahat.

4.

Instruksikan untuk mencuci tangan :


a.

Desinfeksi area permukaan dengan desinfektan yang mengandung tinggi


alkohol.

b.

Rendam peralatan makan dan termometer dalam larutan alkohol atau


gunakan alat pencuci piring untuk peralatan makan.

c.

Tidak mengijinkan menggunkan bersama alat-alat dengan orang sakit.

Rasional : Penyebaran virus dapat dikontrol dengan desinfeksi area permukaan


area (kamar tidur) dan peralatan makan. Desinfeksi dengan kandungan alkohol
rendah tak efektif melawan beberapa virus.
5.

Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan gejala ini :


a.

Urine coklat gelap menetap selama lebih dari 12 jam.

b.

Feses berdarah.

Rasional : Deteksi dini dan pelaporan tanda dehidrasi memungkinkan intervensi


segera untuk mencegah ketidakseimbangan cairan atau elektrolit serius.

4.

Kurang

pengetahuan

tentang

kondisi,prognosis

dan

kebutuhan

pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.


Tujuan :
pasien mengetahui kebutuhan perawatan di rumah & prosedur yang harus dilakukan
jika diare berulang.
Intervensi :
1.

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.

2.

Ajarkan pasien dan keluarga tentang :


o

Tanda-tanda dehidrasi & hal-hal penting yang diperhatikan segera saat


dehidrasi.

3.

Menyeimbangkan cairan yang diminum dan yang keluar.

Menjaga kebersihan daerah anal.

Cuci tangan yang benar sebelum & setelah makan.


Rasional :

14

1.

Tingkat pengetahuan pasien & keluarg merupakan indicator untuk mengetahui


sejauh mana klien memahami tentang penyakitnya.

2.
5.

Untuk meningkatkan kemandirian pasien terutama setelah pulang ke rumah.

Diare berhubungan dengan Inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus.


Tujuan: Pasien menunjukan adanya pola eliminasi yang berangsur normal dalam
frekwensi dan konsistensi tinja.
Intervensi :
1.

Kaji kebiasaan pasien dalam melakukan bab (frekwensi dan konsistensi).

2.

Perhatikan dan catat karakteristik, faktor presipitasi dari diare.

3.

Siapkan bedpan atau kamar kecil yang selalu siap di gunakan.

4.

Bersihkan bedpan secepatnya dan gunakan pewangi untuk mengurangi bau.

5.

Kurangi makan / minuman yang menjadi faktor pencetus diare (jika di ketahui).

6.

Kolaborasi dalam pemberian antispamodic, antidiare, dan antikolinergik untuk


menurunkan peristaltik usus.

7.
6.

Kolaborasi dalam pemberian anti inflamasi dan steroid.

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


banyak melalui rute normal (diare berat, muntah).
Tujuan: Selama dalam perawatan tidak terjadi defisit cairan.
Intervensi :
1.

Kolaborasi dalam pemeriksaan status cairan dengan (pemeriksaan BJ Plasma).

2.

Pertahankan pemberian cairan oral yang adekuat.

3.

Hitung dengan tepat selisih antara jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.

4.

Kolaborasi dalam pemberian cairan perpar enteral jika di perlukan.

5.

Observasi tanda-tanda terjadinya defisit cairan (membran mukosa, turgor kulit,


produksi urin, peningkatan temperatur, kelemahan, peningkatan BUN.

7.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


absorpsi nutrien.
Tujuan : selama dalam perawatan pasien tidak mengalami penurunan berat.
Intervensi :
1.

Kaji kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan individual pasien


(berdasarkan usia dan berat badan).

2.

Jika diare berkurang berikan peningkatan jenis makanan secara bertahap (lembut
dan berkalori tinggi kasar kemudian biasa).

3.

Sajikan makanan dan minuman dalam keadaan hangat.

15

4.

Anjurkan pada pasien untuk mengurangi beberapa jenis makan yang dapat
menimbulkan diare (makanan yang berlemak, pedas, susu)

5.

Kolaborasi dalam pemberian Zat besi jika terjadi anemia dan anti emetik jika
pasien mengalami mual.

8.

Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap status kesehatan.


Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1.

Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

2.

Emosi stabil., pasien tenang.

3.

Istirahat cukup.

Intervensi :
1.

Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

2.

Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

3.

Gunakan komunikasi terapeutik.

4.

Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk
ikut serta dalam tindakan keperawatan.

5.

Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

6.

Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

7.

Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Untuk menentukan tingkat


kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi
yang cepat dan tepat.

Rasional :
1

Dapat meringankan beban pikiran pasien.

Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.

Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam


melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang


dirasakan pasien.

Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas
pasien.

9.

Nyeri (akut) berhubungan dengan Hiperperistaltik.


Tujuan: Rasa nyeri berkurang atau hilang.

16

Intervensi :
1.

Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan lokasinya.

2.

Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnk relaksasi serta beberapa
cara untuk mengurangi rasa nyeri.

3.

Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.

4.

Observasi keluhan serta TTV.

10. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces
secara terus menerus
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama dalam perawatan.
Intervensi :
1.

Kaji keadaan kulit pasien terutama pada bagian bokong dan sekitarnya yang
mudah lecet akibat feces yang bersifat asam.

2.

Bersihkan sekitar lokasi bokong secara adekuat.

3.

Anjurkan pada pasien untuk mengganti sering ganti posisi pada saat istirahat
terlentang.

4.

Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.

5.

Jaga daerah sekitar bokong agar tetap kering dan tidak lembab.

6.

Observasi keadaan kulit sekitar bokong.

17

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed.
2. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :


Media Aescullapius.

Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK


Universitas Airlangga.
Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses
Penyakit, Jakarta: EGC.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indones

18

19

You might also like