Professional Documents
Culture Documents
KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
: An. Z
: 418667
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 5 tahun
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Oesao
MRS
ANAMNESIS
Keluhan Utama
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
: tidak dilakukan
Nadi
Respirasi
: 18 kali/menit, reguler
Suhu aksila
: 36,0 C
1
Tinggi badan
: 107 cm
Berat badan
: 18 kg
Status Oftalmikus
IV.
OD
Simetris
Normal
OS
Simetris
Normal
Edema (-)
Hiperemis (+)
ruptur
Sinekia anterior
Prolapse iris
sde
keruh
>2/60
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
Visus
Edema (-)
Hiperemis (-)
Jernih
Dalam
Intak
Bulat, reflex cahaya (+)
Jernih
>2/60
LABORATORIUM
Darah Lengkap
RBC
4.89 x 106/mm3
PDWc
37.4 %
HGB
12.0 g/dL
PDWs
12.6 fl
HCT
37.2 %
WBC
9.42
103/mm3
MCV
76
LYM
3.46
103/l
MCH
24.5 pg
LYM
36.7
MCHC
32.2 g/dL
RDWc
14.3
RDWs
43.0 fl
PLT
466 x 103/mm3
MPV
9.5
PCT
0.44 %
m3
fl
Kimia Darah
GDS
114 mg/dl
Hematologi
V.
6 menit 55 detik
2 menit 10 detik
DIAGNOSIS
Ruptur Kornea Okuli Dextra + Prolaps Oris et causa Trauma Okuli
VI.
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
IVFD D5 NS 1400 cc/24 jam intravena
Operatif
Repair Ruptur Kornea OD
Reposisi Iris
VII.
Sikatrik
OD
Simetris
Normal
OS
Simetris
Normal
Edema (-)
Hiperemis (+)
Palpebra
Konjungtiva
Edema (-)
Hiperemis (-)
Sikatriks kornea
Dalam
intak
Bulat, reflex cahaya (+)
keruh
5/15
Kornea
COA
Iris
Pupil
Lensa
Visus
Jernih
Dalam
Intak
Bulat, reflex cahaya (+)
Jernih
5/5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga
orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata
sebagai indra penglihatan. 1
2.1.2. Klasifikasi
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma mata dibagi
menjadi:
a. Tertutup
-
b. Terbuka
-
2.1.3. Etio-Patogenesis
Beratnya trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda, komposisi
dan kecepatan pada saat bertumbukan. Benda tajam seperti pisau akan
menimbulkan luka laserasi yang jelas pada bola mata. Berbeda dengan
kerusakan akibat benda asing yang terbang beratnya kerusakan ditentukan
oleh energi kinetik yang dimiliki. Contohnya pada peluru pistol angin yang
besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar memiliki energi kinetik
yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata yang cukup parah. Kontras
dengan pecahan benda tajam yang memiliki massa yang kecil dengan
kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan batas yang jelas dan
6. Lensa bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina
sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan
menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.
7. Iris bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga
pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa terdapat warna
gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisis.
8. Pupil, bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter
pupil sehingga pupil menjadi midriasis
2.1.4. Manifestasi Klinis
Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai
tertinggalnya benda asing di dalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat
bersifat tidak beracun (seperti pasir, kaca) dan beracun (contohnya logam besi,
tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu). Bahan tidak
beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya
masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata
tembus seperti :1
a. Tajam penglihatan yang menurun akibat terdapatnya kekeruhan media
refraksi secara langsung atau tidak langsung akibat trauma tembus tersebut
b. Bentuk dan letak pupil yang berubah
c. Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sclera
d. Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca
atau retina
e. Konjungtivis kemotis
Kemungkinan adanya benda asing pada bola mata dan atau pada orbita.
Aksesoris mata yang dapat melindungi atau berkontribusi pada trauma akut.
Riwayat medis
Riwayat mata
Medikasi yang sedang dijalani termasuk obat tetes mata dan alergi.
Pemeriksaan fisik
Orbita
Periksa adanya deformitas tulang, benda asing, dan dislokasi bola
mata. Benda asing pada mata yang tertanam atau bila terjadi perforasi
harus dijaga hingga dilakukan pembedahan.
Palpebra
Palpebra dan trauma kelenjar lakrimal dapat menunjukan adanya
trauma yang dalam pada mata. Laserasi pada palpebra dapat menyebabkan
perforasi bola mata. Perbaikan palpebra ditunda hingga trauma bola mata
ditentukan penyebabnya.
Konjungtiva
Laserasi konjungtiva dapat terjadi pada kerusakan sklera yang serius.
Perdarahan konjungtiva yang berat dapat mengindikasikan ruptur bola
mata.
Kornea dan sclera
Laserasi kornea penuh atau yang melibatkan sklera merupakan bagian dari
ruptur bola mata dan harus diperbaiki di kamar operasi. Dapat terjadi
prolapse iris pada laserasi kornea penuh. Tekanan bola mata umumnya
rendah, namun pengukuran merupakan kontraindikasi untuk menghindari
bola mata.
Segmen anterior
Pada pemeriksaan dengan lampu sliIt, bisa ditemukan defek pada iris,
laserasi kornea, prolaps iris, hifema, dan kerusakan lensa. Bilik mata
depan dangkal dapat menjadi tanda ruptur bola mata dengan prognosis
yang buruk. Pada ruptur posterior dapat ditemukan bilik mata depan
edema, ablasio, dan hemoragi dapat terjadi pada ruptur bola mata.1,2
Pemeriksaan penunjang
Foto polos orbita untuk mencari benda asing radioopak.
koroid, ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan perdarahan sub retina.
CT Scan untuk evaluasi struktur intraokuler dan periorbita, deteksi adanya
benda asing intraokuler metalik dan menentukan terdapatnya atau derajat
kerusakan
periokuler,
keikutsertaan
trauma
intrakranial
misalnya
perdarahan subdural.
MRI sangat baik untuk menilai jaringan lunak tetapi kontraindikasi pada
dengan
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi yang ditentukan setelah trauma okuli perforans :
a. Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis
b. Katarak traumatik
c. Glaukoma sekunder
d. Oftalmika simpatika
e. Ablasi retina
f. Perdarahan intraokuler
g. Ptisis bulbi
Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam beberapa
minggu tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis
dapat berlanjut menjadi panoftalmitis.
Simpatetik oftalmika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang tidak
cedera dalam jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi
11
dalam 1 tahun.8 Diduga akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena
cedera, keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan
mendadak, dan fotofobia yang dapat membaik dengan enukleasi mata yang
cedera.1
2.1.8. Prognosis
Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe
dan luasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda asing.
Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau
ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar
yang menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan
retina yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik
dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror. Trauma tembus
akibat benda asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang baik.
Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya reaktif magnetik lebih mudah
dikeluarka dan prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi, 50-75% mata akan
mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik.2
12
a. Ruptur kornea (luka terbuka atau open globe) diakibatkan oleh trauma
yang bersifat tumpul. Luka terjadi akibat peningkatan tiba-tiba melalui
mekanisme inside-out (dalam ke luar) sebagai mekanisme cedera.
b. Laserasi adalah luka full thickness pada dinding mata akibat objek yang
tajam. Mekanisme adalah outside in (luar ke dalam). Termasuk di bawah
laserasi adalah luka perforasi, luka penetrasi, dan akibat benda asing.3
2.2.3. Diagnosis
a. Anamnesis, perlu ditanyakan bagaimana cedera pada mata terjadi, ketajaman
penglihatannya, dan mengetahui mekanisme bagaimana mata itu rusak secara
spesifik.
b. Inspeksi, diperhatikan apakah adanya darah di belakang kornea (hifema), ini
menunjukkan cedera yang signifikan pada kornea, perhatikan jika terdapat
laserasi pada kornea dan jika terdapat prolaps iris yang ditandai dengan pupil
yang berbentuk iregular.
c. Pemeriksaan dengan slitlamp menunjukkan kamera okuli anterior yang
dangkal, penumpukkan darah di segmen anterior atau posterior,lensa yang
opak,dan prolaps iris,dengan menggunakan teknik iluminasi retrograde
dimana kornea diiluminasi dengan cahaya yang dipantulkan dari iris melalui
slitlamp yang diarahkan langsung ke dalam mata3
2.2.4. Penatalaksanaan
a. Penyembuhan Luka Kornea
Dalam waktu satu jam setelah trauma, sel epitel parabasilar mulai
membelah dan bermigrasi ke seluruh denudation area secara terus menerus
untuk menutup defek. Penyembuhan yang lengkap, termasuk restorasi
ketebalan epitel (4-6 lapis) dan reformasi fibril, membutuhkan waktu 4-6
minggu.
13
14
15
endoftalmitis,
panoftalmitis,
ablasio retina,
perdarahan
16
17
Iris merupakan salah satu jaringan sensitif pada mata, pada saat terjadi prolaps
maka penderita akan merasakan nyeri, msalnya penderita dengan ulkus kornea yang
mengalami prolaps iris akan mengalami nyeri hebat yang sebelumnya sudah mereda.
Iris dapat mengalami prolaps misalnya pada tindakan bedah (ex : katarak,
transplantasi kornea), didahului danya trauma pada mata (ex : laserasi kornea, laserasi
sklera), perforasi ulkus kornea, akibat kornea yang melarut berhubungan dengan
penyakit rheumathoid arthritis. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya tehnik
bedah micro pada mata maka jarang dijumpai prolaps iris akibat pembedahan begitu
pula prolaps iris akibat perforasi ulkus kornea. Yang saat ini sering dijumpai adalah
prolaps iris akibat adanya trauma pada mata meskipun insidensinya tidak diketahui
secara pasti. Pada kasus prolaps iris perifer dapat menimbulkan sinekia anterior
parsial, akan tetapi bila prolaps iris berada ditengah maka dapat menimbulkan sinekia
anterior total. Prolaps iris dapat diamati dengan jelas pada kasus perforasi kornea.
Manifestasi klinisnya bervariasi tergantung dari durasi atau lama terjadinya prolaps
iris, pada kasus dini maka iris masih terlihat viable tapi jika terlalu lama maka iris
akan terlihat kering dan tidak viable. Tekanan intraocular dapat kurang dari normal
tapi jarang menimbulkan hipotoni pada kasus prolaps iris. Pada stadium lanjut
prolaps iris dapat terjadi iridocyclitis, cystoids macular edema atau glaucoma. Prolaps
iris dapat memacu terjadinya infeksi pada mata, menurunkan proses epitelisasi,
peningkatan jaringan fibros bahkan meskipun jarang dapat juga menimbulkan
ophtalmia symphatica. 4
2.3.6. Diagnosis banding
a.
b.
c.
d.
18
Pada kasus prolaps iris yang sudah berjalan lama apabila dicurigai mengalami
cystoids macular edema maka diperlukan adanya pemeriksaan flourescein
angiography. CT scan pada mata diindikasikan pada kasus prolaps iris yang
diakibatkan oleh trauma untuk mengetahui kemungkinan terjadinya trauma pada
bagian mata yang lain. Sementara itu CT scan dan juga ocular ultrasound berguna
untuk mengetahui lokasi benda asing pada mata serta melihat kondisi segmen
posterior mata.4
2.3.8. Penatalaksanaan
Prolaps iris merupakan suatu kondisi yang membahayakan dan bersifat serius,
penanganan harus diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut. Penanganan secara medikamentosa hanya dapat
dilakukan jika prolaps iris kecil, terlindung oleh konjungtiva dan tanpa komplikasi
atau penyulit lain. Pemberian obat tetes antibiotic dan cyclopegikdapat dilakukan
selama fase akut. Antibiotic secara intravena dapat diberikan pada kasus yang berat
atau massif untuk menghindari penyebaran infeksi intraocular, sementara tetaus
toxoid dapat pula diberikan tergantung dari riwayat imunisasi pasien dan jenis dari
lukanya. Tindakan bedah dilakukan ketika konjungtiva tidak dapat melindungi atau
menutupi prolaps iris dan terdapat penyulit atau komplikasi. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan integritas anatomi mata dan mengembalikan fungsi visual mata.
Melalui tehnik incisi paracentesis pada kasus incarserata iris perifer dapat diberikan
acetylcoline sementara pada kasus incarserata iris central dapat diberikan epinephrine
intraocular. Jika tehnik incise paracentesis tidak berhasil maka dapat dilakukan injeksi
viscoelastic pada bilik anterior di region iris yang mengalami prolaps dengan syarat:
prolaps yang terjadi tidak > 24-36 jam, iris masih viable atau masih ada tanda-tanda
untuk epitelisasi. Jika tetap tidak berhasil maka dilakukan tehnik spatula cyclodialisis
dengan ujung panjang, dilakukan sepanjang incise paracentesis. Pemberian antibiotik
sistemik sebagai profilaksis hal ini untuk menghindari terjadinya endophthalmitis,
karena walaupun jarang terjadi akan tetapi dampaknya buruk, hendaknya
19
2.3.9. Komplikasi
Komplikasi berat akibat prolaps iris yang mungkin terjadi antara lain :
endophthalmitis, adanya epitelisasi berlebih dan pembentukan jaringan fibros pada
mata, opthalmia simpatika (jarang), iritis, cystoid macular edema, dan glaukoma
sekunder. 4
2.3.10. Prognosis
Prognosis tergantung dari beberapa faktor, semakin kecil prolaps maka
prognosis akan jauh lebih baik, adanya infeksi ikutan serta epitelisasi dan
pembentukan jaringan fibros berlebih akan memperburuk prognosis. 4
BAB 3
PEMBAHASAN
20
Pasien anak berumur 5 tahun mengalami trauma okuli terbuka sejak 1 minggu
pada okuli dextra. Pemeriksaan fisik didapati okuli dextra, konjungtiva menjadi
hiperemis, rupture kornea, sinekia anterior, prolapse iris dan terjadi penurunan tajam
penglihatan. Hal ini disebabkan karena bila ada tembus kornea dapat mengganggu
fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma
tembus kornea menyebabkan iris prolaps yang dapat menurunkan visus. Sehingga
pasien ini diberikan tindakan operatif berupa repair kornea dan reposisi iris untuk
mengembalikan penglihatan dan membersihkan bilik mata depan. Namun dari hasil
follow up visus mata kanan pasien 5/15 hal ini disebabkan karena sikatriks kornea
sehingga kornea tidak lagi jernih sebagai media refraksi dan pada anak ini terjadi
katarak traumatik akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada lensa sesudah traumatic.
21