Professional Documents
Culture Documents
Konfigurasi electron adalah susunan elektron-elektron pada sebuah atom. Susunan elektron pada
sebuah atom tidak sembarangan tetapi mengikuti pola atau rumus atau kaidah tertentu yang telah di
tetapkan oleh para ahli kimia yang khusus mempelajari tentang konfigurasi elektron. Pada Ilmu Kimia,
diterapkan tiga aturan dasar atau azas penting yang menjadi dasar penyusunan konfigurasi elektron suatu
atom yaitu prinsip Aufbau, kaidah Hund dan larangan Pauli. Masing-masing prinsip ini menjelaskan
tentang konfigurasi elektron yang mungkin terjadi pada suatu atom dengan peraturan-peraturan yang
mengikat dan harus terpenuhi.
Konfigurasi elektron pertama kali muncul saat Niels Bohr, pada tahun 1923 mengajukan teori
bahwa periodisitas pada sifat-sifat unsur kimia dapat dijelaskan oleh struktur elektronik atom yang
bersangkutan. Teori ini didasarkan pada model atom Bohr. Pada saat itu, Bohr telah mencetuskan teori
konfigurasi elektron yang memang sangat berbeda dengan yang ada sekarang.
Adapun ke 3 kaidah yang mengatur konfigurasi elektron adalah sebagai berikut :
Prinsip Aufbau
Kata Aufbau berasal dari bahasa Jerman yaitu "Aufbauen" yang berarti "membangun". Pada saat
menuliskan konfigurasi elektron, maka sama dengan membangun elektron orbital yang tersusun dari
atom-atom. Pada saat menulisnya, maka orbital akan terisi dengan elektron untuk menambah nomor
atom. Prinsip Aufbau berasal dari asa larangan Pauli yang mengatakan bahwa tidak ada dua elektron
dalam sebuah atom dapat memiliki bilangan kuantum yang sama, karena harus "menumpuk" atau
"membangun" ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Contoh :
Cl, e =17 1s 2s 2p6 3s 3p5
K, e =19 1s 2s 2p6 3s 3p1 4s2
Pada aturan Aufbau terdapat penyimpangan terhadap beberapa konfigurasi elektron atom-atom tertentu.
Hal ini disebabkan karena berdasarkan kaidah kestabilan (orbital berisi setengah penuh atau penuh).
Hanya berlaku pada atom-atom yang berakhir pada subkulit "d" diantaranya adalah Cr (krom) dan
Cu(tembaga), dengan pola :
ns2 (n-1)d4 berubah menjadi ns1 (n-1)d5
ns2 (n-1)d9 berubah menjadi ns1 (n-1)d10
Contoh :
Cr, e =24 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4
menjadi
Cr, e =24 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5
Kaidah Hund
Aturan ini dikemukakan oleh Friedrick Hund Tahun 1930. yang menyatakan elektron-elektron dalam
orbital-orbital suatu subkulit cenderung untuk tidak berpasangan. Dengan kata lain setiap orbital di
subtingkat diisi elektron tunggal sebelum orbital diisi pasangan elektron. Semua elektron tunggal yang
mengisi orbital akan mempunyai spin yang sama. Ketika menetapkan elektron dalam orbital, setiap
elektron pertama akan mengisi semua orbital dengan energi yang sama (juga disebut sebagai degenerat)
sebelum berpasangan dengan elektron lain dalam orbital setengah penuh. Atom pada keadaan dasar
(ground state) cenderung memiliki banyak elektron yang tidak berpasangan.
Suatu orbital digambarkan dalam bentuk kotak, sedangkan elektron yang menghuni orbital digambarkan
dengan dua anak panah yang berlawanan arah. Jika orbital hanya mengandung satu elektron, maka anak
panah yang ditulis mengarah ke atas.
Kaidah Hund
Larangan Pauli
Aturan ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli pada tahun 1926. Yang menyatakan Tidak boleh
terdapat dua elektron dalam satu atom dengan empat bilangan kuantum yang sama.
Larangan Pauli menyatakan bahwa tidak ada dua elektron dapat memiliki empat bilangan kuantum yang
sama. Dalam satu orbital maksimal dua elektron dapat ditemukan dan dua elektron harus memiliki spin
yang berlawanan. Itu berarti satu elektron mempunyai spin ke atas (+) dan yang lain akan mempunyai
spin ke bawah (-).
Larangan Pauli
Tiga bilangan kuantum pertama adalah n=1, l=0, m=0. Hanya dua elektron yang sesuai, yang akan berupa
s=- atau s =+.
Penyederhanaan penulisan Konfigurasi Elektron
Penulisan konfigurasi elektron dapat disederhanakan dengan cara mengganti beberapa subkulit dengan
atom-atom gas mulia(golongan VIIIA)
Golongan VIIIA
He 1s2
Ne 1s2 2s2 2p6
Ar 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
dst.
Contoh :
Na, e =11 1s2 2s2 2p2 3s1 menjadi [Ne] 3s1
Kulit 1
2
Kulit 2
8
Kulit 3
1
Karena Na memiliki jumlah kulit sebanyak 3 kulit, maka bisa dipastikan Na berada dalam periode 3.
Maka Na dalam tabel SPU terletak dalam Golongan I A dan periode 3.
Contoh lain :
Dari konfigurasi 17Cl = 2, 8, 7. Elektron valensi Cl adalah 7, maka golongan Cl adalah VII A Sedangkan
jumlah kulit Cl ada sebanyak 3 kulit, maka Cl terletak dalam periode 3. Aturan Lewis memiliki
keterbatasan. Aturan ini hanya berlaku untuk golongan A saja, sedangkan untuk golongan transisi atau
deret Lantanida dan Actinida sangatlah tidak representative. Maka untuk tingkat lanjut, diharapkan
memakai aturan Aufbaw.
2.
Dengan Prinsip AufBaw
Prinsip Aufbaw ini memiliki keunggulan dari metode Lewis untuk menetukan golongan dan periode
dalam SPU. Karena system Aufbaw mampu menjangkau semua golongan dan periode bahkan termasuk
deret Lantanida dan Aktinida. Jadi sangat disarankan menggunakan prinsip ini dalam konfigurasi.
a.
Jika konfigurasi berakhir di sub kulit s atau p maka unsur tersebut masuk dalam golongan
A, dan jumlah electron terakhir menyatakan nomor golongan.
Contoh 1: kita punya 20Ca :
Konfigurasinya adalah sebagai berikut :
No.Kuli
Sub Kulit
Jumlah Elektron per
t
kulit
1
1s2
2
2
6
2
2s
2p
8
3
3s2 3p6
8
4
4s2
2
Atau bisa juga dengan teknik mendatar 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 4s2
Konfigurasi elektron berakhir di 4s (sub kulit s) maka dapat dipastikan bahwa unsur Ca adalah golongan
A, kemudian golongan berapa A? bisa dilihat pada jumlah electron pada kulit terkahir. Ca jumlah elekron
terakhir adalah 2, maka Ca adalah golongan II A.
Sedangkan untuk periode, sama penentuanya dengan teknis Lewis, yaitu jumlah kulit. Maka Ca berada
pada periode 4.
Contoh 2 : Misalkan kita punya 33As, tentukan golongan dan periodenya!
Konfigurasinya adalah sebagai berikut :
No.Kuli
Sub Kulit
Jumlah Elektron per
t
kulit
2
1
1s
2
2
2s2 2p6
8
2
6
10
3
3s
3p
3d
18
4
4s2 4p3
5
Atau bisa juga dengan teknik mendatar 1s2, 2s2, 2p6, 3s2, 3p6, 4s2, 3d10, 4p3
Konfigurasi elektron berakhir di 4p (sub kulit p) maka dapat dipastikan bahwa unsur As adalah golongan
A, kemudian golongan berapa A? bisa dilihat pada jumlah electron pada kulit terkahir. As jumlah elekron
terakhir adalah 5, maka Ca adalah golongan V A dan periode 4.
Jika sebuah unsur berakhir di sub kulit S atau P, maka dapat diformulasikan :
Golongan = (e kulit terakhir) A
b.
Jika konfigurasi berakhir di sub kulit d maka unsur tersebut masuk dalam golongan B, dan
jumlah electron pada sub kulit ns dan (n-1)d adalah nomor golongan.
Contoh 1: kita punya 22Ti :
Konfigurasinya adalah sebagai berikut :
No.Kuli
Sub Kulit
Jumlah Elektron per
t
kulit
2
1
1s
2
2
2s2 2p6
8
2
6
2
3
3s
3p
3d
10
4
4s2
2
2
2
6
2
6
2
Atau bisa juga dengan teknik mendatar 1s , 2s , 2p , 3s , 3p , 4s ,3d2
Konfigurasi Ti berakhir pada sub kulit 3d (sub kulit d) maka Ti masuk dalam golongan B. Penentuan
nomor golongan adalah jumlah dari dua sub kulit terakhir yaitu jumlah electron pada 4s + 3d, maka
jumlahnya adalah 4, sehingga Ti masuk dalam golongan IV B. Mudah bukan?
Untuk periode sama, yaitu jumlah kulitnya sebanyak 4, maka Ti masuk dalam periode 4.
Contoh 2: kita punya 43Tc :
Konfigurasinya adalah sebagai berikut :
No.Kuli
Sub Kulit
Jumlah Elektron per
t
kulit
2
1
1s
2
2
2s2 2p6
8
2
6
10
3
3s
3p
3d
18
4
4s2 4p6 4d5
13
5
5s2
2
2
2
6
2
6
2
10
Atau bisa juga dengan teknik mendatar 1s , 2s , 2p , 3s , 3p , 4s , 3d , 4p6, 5s2, 4d5
Konfigurasi Tc berakhir pada sub kulit 4d (sub kulit d) maka Tc masuk dalam golongan B. Penentuan
nomor golongan adalah jumlah dari dua sub kulit terakhir yaitu jumlah electron pada 5s + 4d, maka
jumlahnya adalah 7, sehingga Tc masuk dalam golongan VII B.
Untuk periode sama, yaitu jumlah kulitnya sebanyak 5, maka Ti masuk dalam periode 5.
Jika sebuah unsur berakhir di sub kulit d, maka dapat diformulasikan :
Golongan = (elektron 2 sub kulit terakhir) B
Atau
Golongan = (electron nS + electron (n-1) d) B
Dimana : n = kulit terakhir.
c.
Jika konfigurasi berakhir di sub kulit f maka unsur tersebut masuk dalam golongan IIIB secara
otomatis , dan masuk dalam deret Lantanida (jika konfigurasi berhenti di 4f) atau deret
Actinida (jika konfigurasi berhenti di 5f)
(1) Deret Lantanida
Contoh : kita punya 59Pr :
Konfigurasinya adalah sebagai berikut :
No.Kuli
t
1
2
3
4
5
6
Sub Kulit
1s2
2s2
3s2
4s2
5s2
6s2
2p6
3p6
4p6
5p6
3d10
4d10
4f3
Sub Kulit
2p6
3p6
4p6
5p6
6p6
3d10
4d10
5d10
4f14
5f2
contoh adalah ikatan kovalen pada molekul HC1 (Gambar 1). Struktur Lewis juga dapat menggambarkan
jumlah pasangan elektron bebas dan jumlah pas-angan elektron ikatan yang berada di sekitar atom pusat.
elektron
yang
terletak
berlawanan
pada
orbital
berupa
balon
terpilin.
Molekul BeC12 berbentuk linear dengan sudut 1800. Bagaimana dengan bentuk molekul lain,
semisal SO2 dan BC13? Perhatikan Gambar 3. dan 4.
Jumlah
Jumlah
Notasi
Domain
PEI
PEB
VSEPR
AX2
BeCl2
AX3
BCl3
AX2E
SO2
AX4
CH4
Molekul
AX3E
NH3
AX2E3
H 2O
AX5
PCl5
AX4E
TeCl4
AX3E2
ClF3
AX2E3
XeF2
AX6
SF6
AX5E
IF5
AX4E2
XeF4
Contoh
Molekul
BeCl2
Bentuk Molekul
BCl3
SO2
CH4
NH3
H2O
PCl5
TeCl4
ClF3
XeF2
SF6
IF5
XeF4
Penentuan bentuk molekul dari beberapa molekul dapat lebih jelas jika kalian perhatikan contoh soal
berikut. Contoh Soal : Tentukan PEB, PEI, serta notasi VSEPR dan bentuk molekul dari:
a. CH4
b. NH3
Jawaban :
a. CH4
Atom pusat C memiliki nomor atom 6, dengan konfigurasi elektron: 1s2, 2s2, 2p2, sehingga mempunyai 4
elektron valensi. Atom C mengikat 4 atom H yang masing-masing memiliki 1 elektron tunggal, sehingga:
Jumlah atom
C = 4 x 1 = 4 elektron
H = 4 x 1 = 4 elektron
8 elektron
Dari 8 elektron (4 pasang elektron) tersebut, keempatnya merupakan PEI (Pasangan Elektron Ikatan)
dengan 1 elekton atom C berikatan dengan 1 elektron atom H. Berdasarkan data pada Tabel 1, kita dapat
menyimpulkan bahwa molekul CH4 dengan notasi VSEPR AX4, memiliki bentuk molekul tetrahedron
(tetrahedral).
Atom pusat N memiliki nomor atom 7, dengan konfigurasi elektron: 1s2, 2s2, 2p3, sehingga memiliki 5
elektron valensi. Atom C mengikat 3 atom H yang masing-masing memiliki 1 elektron tunggal, sehingga:
Jumlah atom
N = 5 x 1 = 4 elektron
H = 3 x 1 = 4 elektron
8 elektron
Dari 8 elektron (4 pasang elektron) tersebut, 3 pasang merupakan PEI (3 elekton atom N berikatan dengan
3 elektron atom H), dan sepasang elektron merupakan PEB (Pasangan Elektron Bebas). Berdasarkan data
pada Tabel 1, kita dapat menyimpulkan bahwa molekul NH3 dengan notasi VSEPR AX3E memiliki
bentuk molekul piramida trigonal.
Cara Menentukan Bentuk Molekul Berdasarkan Teori VSEPR
1. Tentukan atom pusatnya.
2. Cari tahu nomor atomnya dan buat konfigurasi elektronnya.
3. Tentukan jumlah elektron valensinya.
4. Tentukan jumlah domain elektron dari atom lain yang berikatan (ligan).
5. Jumlahkan elektron dari semua atom.
6. Bagilah dua untuk mendapatkan jumlah pasangan elektron.
7. Tentukan PEI berdasarkan jumlah atom yang terikat pada atom pusat, sisanya merupakan PEB.
8. Tentukan notasi VSEPR dan bentuk molekul berdasarkan jumlah PEB dan PEI (lihat tabel 1.
sebagai acuan).
2. Bentuk Molekul Berdasarkan Teori Hibridisasi
Orbital hibrida adalah orbital yang terbentuk sebagai hasil penggabungan (hibridisasi) 2 atau lebih orbital
atom. Sebagai contoh, sebuah atom C yang pada kulit valensinya memiliki 3 orbital, yaitu 2s2, 2px1,
2pyl, dan sebuah orbital kosong, 2pz. Keempat orbital ini dapat berhibridisasi membentuk empat orbital
hibrida sp3. Masing-masing orbital hibrid dari atom C inilah yang digunakan untuk berikatan dengan 4
orbital s dari 4 atom H membentuk sebuah molekul CH4 Keempat ikatan ini saling mem-bentuk sudut
tetrahedron. Lebih jelasnya, lihatlah Gambar 6.
menggunakan 4 orbital atom untuk berikatan, 1 orbital dengan elektron berpasangan dan 3 orbital lain
dengan elektron tunggal. Perhatikan Gambar 8. agar lebih jelas.
Jumlah domain (pasangan elektron) dalam suatu molekul baik domain elektron bebas maupun domain
domain elektron ikatan, dapat dinyatakan dengan cara berikut ini:
Contoh: Molekul yang terdiri atas 4 domain elektron ikatan dan 0 domain elektron bebas (seperti molekul
CCl4) dirumuskan sebagai AX4
Jumlah Pasangan
Elektron Ikatan
4
3
2
5
4
3
2
6
5
4
Jumlah Pasangan
Elektron Bebas
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
Rumus
Bentuk Molekul
Contoh
AX4
AX3E
AX2E2
AX5
AX4E
AX3E2
AX2E3
AX6
AX5E
AX4E2
Tetrahedron
Piramida trigonal
Planar bentuk V
Bipiramida trigonal
Bidang empat
Planar bentuk T
Linear
Oktahedron
Piramida sisiempat
Segiempat planar
CH4
NH3
H2O
PCl5
SF4
IF3
XeF2
SF6
IF5
XeF4
Contoh :
1. Bentuk molekul CCl4
Konfigurasi elektron
6C = 2 4
17Cl = 2 8 7
Elektron Valensi
C = 4 dan Cl = 7
(1 x 4) + (4 x 7) = 32 buah
PEI= 4 pasang
PEB= 16 4 = 12 pasang
Disebarkan sekitar atom pusat secara merata sehingga memenuhi kaidah oktet, jika masih ada sisa
letakkan pada atom pusat
Struktur Lewis :
4. Gaya Molekul
Gaya antar molekul adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang saling berdekatan. Gaya antar
molekul berbeda dengan ikatan kimia. Ikatan kimia, seperti ikatan ionik, kovalen, dan logam, semuanya
adalah ikatan antar atom dalam membentuk molekul. Sedangkan gaya antar molekul adalah gaya
tarik antar molekul. Kita akan mempelajari tiga macam gaya antar molekul, yaitu:
Agar dapat memahami gaya antar molekul dengan baik. kita harus memahami terlebih dahulu
tentang apa yang dimaksud dengan dipol dalam suatu molekul.
Dipol
Dipol adalah singkatan dari di polar, yang artinya dua kutub. Senyawa yang memiliki dipol adalah
senyawa yang memiliki kutub positif (+) di satu sisi, dan kutub negatif (-) di sisi yang lain. Senyawa
yang memiliki dipol biasa disebut sebagai senyawa polar. Senyawa polar terbentuk melalui ikatan
kovalen polar. Perlu diperhatikan bahwa dipol berbeda dengan ion. Kekuatan listrik yang dimiliki dipol
lebih lemah dibanding kekuatan listrik ion. Kita pasti ingat, bahwa ion terdapat pada senyawa ionik,
dimana molekul terbagi menjadi dua , yaitu ion positif/kation (+) dan ion negatif/anion (-).
Untuk memahami perbedaan antara ion dan dipol, mari kita perhatikan gambar berikut:
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada senyawa ion, molekul terbagi (bisa juga dikatakan terbelah)
menjadi dua bagian. Jadi ion positif dan ion negatif sebenarnya terpisah. Mereka bersatu hanya karena
adanya gaya tarik-menarik antar ion positif dan negatif (gaya coulomb).
Pada senyawa polar, tidak terjadi pemisahan. Molekul merupakan satu kesatuan. Hanya saja pada satu
sisi/tepi terdapat kutub positif ( +) dan di sisi/tepi yang lain terdapat kutub negatif (-). Untuk senyawa
non polar, sama sekali tidak ada muatan listrik yang terkandung.
Gaya Van Der Waals
Gaya Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non polar (Gaya London), antara
molekul-molekul polar (Gaya dipole-dipol) atau antara molekul non polar dengan molekul polar (Gaya
dipole-dipol terinduksi). Ikatan Van Der Waals terdapat antar molekul zat cair atau padat dan sangat
lemah.
Gaya Van Der Waals dahulu dipakai untuk menunjukkan semua jenis gaya tarik-menarik antar molekul.
Namun kini merujuk pada pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul yang terlemah menjadi
dipole seketika. Pada saat tertentu, moleku-molekul dapat berada dalam fase dipole seketika ketika salah
satu muatan negative berada di sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau
menolak electron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya tarik menarik yang muncul
sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals.
Gaya van der Waals termasuk gaya tarik menarik dan tolak menolak antara atom, molekul, dan
permukaan serta antar molekul lainnya. Yang menyebabkan berbeda adalah ikatan kovalen dan ionik yang
disebabkan oleh korelasi dalam polarisasi fluktuasi partikel terdekat.
Gaya van der Waals relatif lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen. Namun demikian tetap memiliki
peranan yang besar dalam kimia supramolekul, biologi struktural, polimer, nanoteknologi, kimia
permukaan, dan fisika bahan padat. Gaya van der Waals juga mempunyai pengaruh terhadap senyawa
organik, termasuk kelarutan pada media polar dan non polar.
Gaya intermolekuler mempunyai empat peranan besar:
1. Komponen repulsif yang dihasilkan dari prinsip pengecualian Pauli yang mencegah runtuhnya
molekul.
2. Gaya elektrostatik tarik menarik dan tolak menolak antara gaya permanen (dalam hal ion
molekuler), dipol (dalam hal molekul tanpa titik inversi), quadrupol, dan umumnya antara
moltipolar permanen. Interaksi elektrostatik sering disebut sebagai interaksi Keesom.
3. Induksi (yang disebut sebagai polarisasi), yang mana merupakan interaksi antara multipolar pada
satu molekul dengan multipolar induksi lainnya, Interaksi ini seringkali disebut gaya Debye.
4. Dispersi (sering dinamai gaya Fritz), yang mana interaksi tarik menarik anatara molekul
berpasangan, termasuk atom non-polar, yang muncul dari interaksi multipolar sementara.
Seluruh gaya intermolekuler / van der Waals bersifat anisotropik, yang artinya tergantung ada orientasi
relatif molekul, kecuali pada dua gas mulia.
Karena gaya ini sangat lemah maka zat yang mempunyai ikatan van der waals akan mempunyai titik
didih yang sangat rendah. Meskipun demikian gaya van der waals bersifat permanen dan lebih kuat dari
gaya london. Contoh gaya van der waals terdapat pada senyawa hidrokarbon. Misalnya pada senyawa
CH4. Perbedaan keelektronegatifan C (2,5) dengan H (2,1) sangat kecil, yaitu sebesar 0,4.
Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan van der waals akan mempunyai titik didih sangat rendah,
tetapi dengan bertambahnya Mr Ikatan akan makin kuat sehingga titik didih lebih tinggi. Contohnya, titik
didih C4H10>C3H8>C2H6>CH4. Contoh lainnya terdapat pada Br2 dan I2. Br2 berwujud cair tetapi
mudah menguap dan I2 berwujud gas tetapi mudah menyublim. Hal ini disebabkan karena ikatan antara
molekul Br2 dan I2 adalah ikatan van der waals.
Ikatan Hidrogen
Dalam kimia, ikatan hidrogen adalah sejenis gaya tarik antarmolekul yang terjadi antara dua muatan
listrik parsial dengan polaritas yang berlawanan. Walaupun lebih kuat dari kebanyakan gaya
antarmolekul, ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari ikatan kovalen dan ikatan ion. Dalam makromolekul
seperti protein dan asam nukleat, ikatan ini dapat terjadi antara dua bagian dari molekul yang sama. dan
berperan sebagai penentu bentuk molekul keseluruhan yang penting.
Ikatan hidrogen terjadi ketika sebuah molekul memiliki atom N, O, atau F yang mempunyai pasangan
elektron bebas (lone pair electron). Hidrogen dari molekul lain akan berinteraksi dengan pasangan
elektron bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi mulai dari yang
lemah (1-2 kJ mol-1) hingga tinggi (>155 kJ mol-1).
Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh perbedaan elektronegativitas antara atom-atom dalam
molekul tersebut. Semakin besar perbedaannya, semakin besar ikatan hidrogen yang terbentuk.
Ikatan hidrogen mempengaruhi titik didih suatu senyawa. Semakin besar ikatan hidrogennya, semakin
tinggi titik didihnya. Namun, khusus pada air (H 2O), terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya.
Akibatnya jumlah total ikatan hidrogennya lebih besar daripada asam florida (HF) yang seharusnya
memiliki ikatan hidrogen terbesar (karena paling tinggi perbedaan elektronegativitasnya) sehingga titik
didih air lebih tinggi daripada asam florida.
Frits London (1930), fisikawan Jerman, menerangkan terjadnya gaya tarik menarik antarmolekul
yang bersifat nonpolar. Suatu molekul nonpolar, seperti gas H 2, N2, O2, CO2 dan CH4 yang tidak memiliki
ujung-ujung kutub listrik, tetapi dapat saling tarik menarik sehingga gas-gas tersebut dapat dicairkan dan
dipadatkan pada keadaan suhu dan tekanan yang tepat. Gaya yang bekerja pada molekul nonpolar itu
disebut gaya london atau gaya dispersi.
Frist London menjelaskan bahwa pada suatu saat elektron-elektron yang senantiasa bergerak dan
bergeser dalm sebuah molekul akan menimbulkan dipol sesaat (ujung-ujung listrik yang terjadi sesaat).
Dipol sesaat tersebut akan mengimbas atau menginduksi molekul sebelahnya sehingga terjadi dipol
terinduksi atu imbasan dipol sesaat dan dipol imbasan tersebut menimbulkan tarik menarik yang
menghasilkan gaya london.
Titik didih gas-gas mulia semakin bertambah besar dari atas ke bawah dalam satu golongan sesuai
dengan bertambahnya massa atom relatifnya.
Gaya London termasuk gaya antarmolekul yang relatif lemah. Pada umumnya, molekul-molekul
kecil berwujud gas pada suhu kamar, seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, metana, dan karbon dioksida.
Dalam-suatu kumpulan atom atau molekul pergerakan elektron pada partikel-partikel tak begitu bebas.
Ketika ujung negatif dari dipol sesaat dimulai terbentuk maka ini akan mengusir elektron disekitar
partikel seperti terlihat pada (Gambar 12.4).
Sesuatu yang penting mengenai Gaya London adalah cara bagaimana ini berputar dan berhenti secara
cepat. Dipol sesaat yang menyebabkan adanya gaya tarik sementara kemudian hilang ketika elektron
melanjutkan pedalanannya. Pergerakan yang sebentar ada, kemudian
Gamber 12.4. Gaya Umdon. Ketika dipol sesaat terbeniuk pada atom A ini, akan menginduksi suatu
dipol pads atom B.
Pemandangan saat bagaimana kepadatan elektron berubah-ubah dalam dua atom tetangga,
memberikan gays tarik pada antara dipol sesaat.
hilang dari dipol digambarkan dalam (Gambar 12.5) dan karena keberadaannya yang sebentar ini, pada
umumnya Gaya London ini agak lemah. Walaupun demikian gaya ini tetap ada pada semua partikel
baik pada ion-ion maupun pada molekul-molekul polar atau tidak. Peranannya sangat kecil pada gaya
tarik antara ion karena gaya tarik antara ion sangatlah kuat. Tetapi Gaya London memegang peranan
penting dalam gaya tarik antara molekul-molekul terutama yang nonpolar.
Kekuatan Gaya London tergantung dari beberapa faktor. Salah satu adalah bagaimana kompleksnya
molekul. Misalkan molekul-molekul hidrokarbon propana C 3 H 8 , dan heksana
C6H141