You are on page 1of 13

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RESIKO INFEKSI

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang
sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat.
Ditempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk
sembuh.

Tetapi

rumah

sakit

selain

untuk

mendapatkan

kesembuhan, juga dapat menyebabkan sakit akibat berbagai


macam penyakit yang berasal dari penderita maupun pengunjung
yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang dilingkungan rumah sakit seperti udara, air, lantai,
makanan dan benda-benda medis maupun non-medis.
Infeksi adalah adanya suatu organism pada jaringan atau
cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik local maupun
sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di
rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang
itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial.
Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit,
dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien
berada di rumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa
sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur
Tengah, Asia Tenggara da pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi
nosokomial

dengan

Asia

Tenggara

sebanyak

10,0%.

Infeksi

nosokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus setiap


tahunnya.
Adapun faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial
yaitu:
1. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme
selama ia dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien
dengan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu
menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang
dapat

menyebabkan

terjadinya

infeksi

nosokomial.

Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik


mikroprganisme,

resistensi

terhadap

za-zat

antimikroba,

tingkat virulensi dan banyaknya materi infeksius.


Bakteri, jenis bakteri yang paling sering dijumpai
sebagai penyebab infeksi saluran penyakit kemih yaitu
Escheria colli. Adapun bakteri pathogen lebih berbahaya dan
menyebabkan infeksi baik sporadic maupun endemic yaitu
Anaerobik

Gram-positif

Clostridium

yang

menyebabkan

gangren, bakteri Gram Positif Staphylococcus aureus yang


menjadi parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan
gangguan pada paru, jantung, infeksi pembuluh darah yang
sering resisten terhadap antibiotic. Bakteri gram negative
seperti Enterobacteriacae yaitu E. colli, Proteus, Klebsiella,
Enterobacter dan Pseudomonas.
Virus, viru yang sering menyebabkan infeksi nosokomial
adalah

Cytomegalovirus,

Ebola,

Influenza

virus,

herpes

simplex virus dan varicella. Respiratory syncytial virus (RSV),


rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kontak tangan
ke mulut atau melalui rute fecal oral.

Parasit dan jamur, beberapa parasit seperti Giardia


lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa
maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul
selama

pemberian

immunosupresan,

obat

contoh

antibiotika
infeksi

bakteri

dari

dan

Candida

obat

albicans,

Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.


2. Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi
dan respon tubuh pasien dalam hal ini yaitu umur, status
imunitas penderita, penyakit yang diderita, obesitas dan
malnutrisi,

orang

yang

menggunakan

obat-obatan

immunosupresan dan steroid.


3. Infection by direct or indirect contact
Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju
seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat juga melalui
cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis
dan HIV. Peralatan dan instrument kedokteran. Makanan yang
tidak steril, tidak dimasak dan diambil menggunakan tangan
yang menyebabkan terjadinya cross infection.
4. Resistensi Antibiotika
Meningkatnya resistensi bakteri dapat meningkatkan
angka

mortalitas

terutama

pasa

pasien

yang

immunocompramise. Penggunaan antibiotika secara besarbesaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama
terjadinya

resistensi.

Banyak

strains

dari

pneumococci,

staphylococci, enterococci dan tuberculosis telah resisten


terhadap

banyak

antibiotika,

begitu

klebsiella

pseudomonas aeroginosa juga telah bersifat multiresisten.


5. Faktor alat

dan

Penelitian klinis, infeksi nosokomial terutama disebabkan


infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infuse, infeksi asluran
nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septicemia.
Adapun macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi
nosokomial yaitu:
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, 40% dari
infeksi nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan dengan
penggunakan kateter urin. Organisme penyabab yaitu E. colli,
Klebsiella,

proteus,

Kebanyakan

pasien

Pseudomonas
terinfeksi

dan

Enterococcus.

seta;ah

1-2

minggu

pemasangan kateter. Penyebab utama adalah kontaminasi


tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter, atau
air yang digunakan untuk membesarkan bola kateter, dapat
juga karena strelisasi yang gagal dan tehnik septic dan
aseptic.
2. Pneumonia nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul tertutama pada
pasien yang menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi,
intubasi,

pemasangan

NGT

dan

terapi

inhalasi.

Kuman

penyebab infeksi tersering berasal dari gram negative seperti


Klebsiella dan Pseudomonas. Organism ini sering berada di
mulut,

hidung,

kerongkongan,

dan

perut.

Keberadaan

organism ini dapat menyebabkan infeksi karena adanya


aspirasi oleh organisme ke traktus respiratorius bagian
bawah. Dari kelompok virus dapat disebabkan oleh CMV,
Influenza virus, Adeno virus, Para influenza virus, Enterovirus
dan Corona virus. Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah
perokok

berat,

tidak

sterilnya

alat-alat

bantu,

kualitas

perawatan, penyakit jantung kronis, pemyakit paru kronis,


beratnya

kondisi

pasien

dan

kegagalan

organ,

tingkat

penggunaan antibiotika, penggunaan ventilator dan intubasi,


penurunan kesadaran pasien dan obesitas.
3. Bakteremi Nosokomial
Infeksi ini hanya mewakili 5% dari infeksi nosokomial,
tetapi resiko kematian sangat tinggi, terutama disebabkan
oleh bakteri yang resisten antibiotika seperti Staphylococcus
dan Candida. Infeksi dapat muncul ditempat masuknya alatalat seperti jarum suntik, kateter urin dan infus. Faktor utama
penyebab infeksi ini adalah panjangnya kateter, suhu tubuh
saat

melakukan

prosedur

invasive

dan

perawatan

dari

pemasangan kateter atau infuse.


4. Infeksi nosokomial lainnya
Infeksi nosokomial lainya seperti tuberculosis dimana
penyebab utama adalah starins bakteri multi drug resisten
dan kotrol terpenting untuk penyakit ini adalah identifikasi
yang baik, isolasi dan pengobatan serta tekanan negative
dalam ruangan. Penyakit lainnya diarrhea dan gastroenteritis
yang disebabkan oleh bakteri yaitu E. colli, Salmonella, Vibrio
cholera

dan

Clostridium

dan

penyebab

virus

yaitu

Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, dan Hepatitis A.


Infeksi pembuluh darah merupakan infeksi yang sangat
berkaitan erat dengan penggunaan infuse, kateter jantung
dan suntikan. Virus yang menulari yaitu hepatitis B virus,
hepatitis C virus dan HIV, dan masih banyak penyakit infeksi
nosokomial lainnya.
Adapun pencegahan terjadinya Infeksi nosokomial diperlukan
suatu

rencana

yang

terintegrasi,

monitoring

dan

program.

Pencegahan yang dimaksud meliputi membatasi transmisi organism

dari

atau

antar

pasien

dengan

cara

mencuci

tangan

dan

penggunaan sarung tangan, tindakan apetik dan septic, sterilisasi


ruang, disinfektan media air bersih, mengontrol resiko penularan
dari lingkungan, melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika
yang adekuat, nutrisi yang cukup dan vaksinasi, membatasi resiko
infeksi

endogen

pengawasan

dengan

infeksi,

meminimalkan

identifikasi

penyakit

prosedur
dan

invasive,
mengontrol

penyebarannya.
1. Dekontaminasi tangan
Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi
dengan menjaga hand hygiene. Masalah yang dihadapi hand
hygiene yaitu ketidakpatuhan hand hygiene, dokter dan
tenaga medis lainnya terlalu sibuk, tempat peletakan alat
tidak strategis, kurang pengetahuan SDM tentang hand
hygiene, antispetik atau aseptic habis dan belum membudaya
patient safety di rumah sakit. Tujuan dilakukan hand hygiene
untuk menurunkan angka infeksi nosokomial di rumah sakit.
Indikator keberhasilan hand hygiene

Input
Proses
Output
Outcome
Tahap perencanaan Plan of action hand hygiene
General
a. Manajemen support sebagai pekerjaan awal yang dapat
dilakukan

adalah

menginformasikan

kepada

pimpinan

tentang Guidelines on Hand Hygiene in health care on the


WHO patient safety and Hand Hygiene Self-Assessment
Framework

2010

serta

meminta

persetujuan

untuk

mengembangkan rencana tersebut.


b. Guidelinesand tool membuat atau mengadopsi pedoman
WHO tentang hand hygiene dan mempersiapkan alat apa
aja

yang

dibutuhkan

sesuai

plan

of

action

beradaptasi sesuai dengan kebutuhan local.


c. Coordination memberikan nama coordinator
memungkinkan

segera

membentuk

tim

serta

dan jika
(idealnya

multidisiplin) yang membawahi program hand hygiene ini.


d. Integration and alignment mengidentifikasi kebijakan,
protocol dan SOP tentang control infeksi dan hand hygiene

yang telah berlaku kemudian disesuaikan dengan Plan of


Action yang akan dikembangkan.
System Change
a. Restrukturisasi TIM PPI
PPWK
d
aPae
aAlt

s
Ku
R
ta

e
a
e

e
a

K
mo
tm
Pi
IeIe

n k

g
n

g
e
f

a
a

g
n

h
d

u
o

n
l

a
o

o
i
e
t

P
PP
I

b. Penilaian dasar, memetakan sumber daya yang dibutuhkan


untuk hand hygiene pada titik perawatan ditempat-tempat
mana

saja

yang

belum

tersedia,

mencatat

dan

menjelaskan produk tambahan yang diperlukan.


c. Produk hand hygiene, menyediakan produk dan instruksi
terkait dititik perawatan secara progresif diseluruh fasilitas
dengan jangka waktu pelaksaan yang jelas.
d. Dukungan dari pihak manajemen, membuat proposal
tentang penambahan fasilitas yang mendukung program
termasuk dana, untuk pengadaaan produk terus-menerus.
Training and Education
a. Penilian terhadap kebutuhan. Pelatihan hand hygiene yang
berpusat

pada

moments

WHO,

sesuai

dengan

pengetahuan, persepsi dan pengamatan pelaksanaan oleh


petugas kesehatan.
b. Perencanaan. Program hand hygiene akan diamati oleh
observer disetiap unit.
c. Eksekusi. Setiap tahun akan diadakan pelatihan tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai kebutuhan
petugas dan karyawan.

d. Dukungan dari pihak manajemen. Mendapatkan dukungan


untuk pelatihan rutin seperti SDM atau dana.
e. Berkelanjutan/berkesinambungan.
Mengembangkan
rencana pendidikan berkelanjutan dan update (termasik
pendekatan inovatif seperti system buddy)
Evaluation and Feedback
a. Evaluasi secara berkala. Observasi kepatuhan pelaksanaan
program hand hygiene secara berkala, paling tidak 1 tahun
sekali dan memonitor indikator lain seperti penggunaan
produk, pengetahuan, dan persepsi petugas kesehatan.
b. Acces to expertise. Mengakses pada petugas yang ahli
seperti epidemiologis, tim surveilans untuk analalisis data
seperti angka kejadian infeksi nosokomial di RS, tingkat
kepatuhan

petugas

kesehatan

dan

karyawan

dalam

melaksakan program hand hygiene.


c. Feedback. Membangun dan memelihara system untuk
mencatat dan melaporkan dengan cepat dari komite PPI ke
manager

begitupun

sebaliknya

tentang

hasil

yang

diharapkan dan yang didapatkan dan secara terbuka


mengkomunikasikan hasil-hasil tersebut.
d. Pengaturan sasaran, mementapkan target tahunan untuk
angka kepatuhan.
Reminders in Workplace
a. Kapasitas,

mengikutirencana

untuk

selalu

merefresh

pengingat secara berkala seperti poster dan menggantinya


jika rusak.
b. Pengiriman Pesan, menyediakan dan menampilkan poster
dan selebaran disemua tempat di RS.
c. Berkelanjutan,
rencana
untuk
memproduksi
mendistribusikan

pengingat

atau

tambahan

dan
terus-

menerus, termasuk ide-ide inovatif selain poster dan


leaflet.
Safety Climate
a. Pendekatan multimodal.
Penilaian terhadap program hand hygiene setidaknya 1
tahun sekali dan membandingkannya dengan evaluasi
sebelumnya.
b. Anggaran
Menyediakan anggran rutin untuk program hand hygiene
c. Kapasitas
Menetapkan fungsi jangka panjang bagi para professional
yang bertanggungjawab atas kegiatan hand hygiene dan
menstimulasikan staf untuk menjadi juara dan atau role
model.
d. Komunikasi
Hasil dari program hand hygiene dapat di share dalam
bentuk jurnal internal, web, dan kelembagaan resmi baik
local, nasional maupun internasional.
e. Keterlibatan pasien dan masyarakat
Mengembangkan informasi dasar dan edukasi tentang
hand hygiene kepada pasien, keluarga dan pengunjung.
Lead Person setiap tahap Plan of Action hand hygiene

GesTF yer santidne bmri naa lcg k E d u c a t i o n


R m in d e r in

2. Instrument yang sering digunakan rumah sakit


Penelitian menyatakan bahwa lebih dari 50% suntikan
yang dilakukan di Negara berkembang tidaklah aman (contoh:
jarum, tabung atau keduanya yang dipakai berulang-ulang)
dan banyaknya suntikan yang tidak penting. Untuk mencegah
penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
a. Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan
b. Pergunakan jarum steril
c. Penggunaan alat suntik yang disposable
d. Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang
ditularkan melalui udara. Begitupun dengan pasien yang

menderika infeksi saluran nafas, mereka menggunakan


masker saat keluar dari kamar penderita.
e. Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika
menyentuh darah, cairan tubuh, fese maupun urine.
Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap pasiennya.
Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor,
sarung tangan harus selalu diganti.
3. Mencegah penularan dilingkungan rumah sakit
Rumah sakit harus selalu teratur untuk membersihkan
dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar
mandi, dan alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
Pengaturan udara dengan penyaringan udara terutama bagi
penderita dengan status imun yang rendah atau bagi
penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara.
Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas
penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta
filternya

untuk

mencegah

terjadinya

pertumbuhan

bakteri.toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama unit


perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi
antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi
disinfektan.
4. Ruangan Isolasi
Penyebaran infeksi nosokomial juga dapat dicegah
dengan membuat suatu pemisahan pasien.
sangat

diperlukan

terutama

untuk

Ruang isolasi

penyakit

yang

penularannya melalui udara, seperti tuberculosis dan SARS


yang mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang
melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Pasien yang
mempunyai resistensi seperti leukemia dan pengguna obat
imunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi.

Ruang isolasi harus selalu tertutup dengan ventilasi udara


selalu menuju keluar.

You might also like