You are on page 1of 9

Stenosis Katup Aorta: Kelainan Katup Jantung

Published in Penyakit Jantung

Read 23646 times

font size decrease font size increase font size

Be the first to comment!

Email

Stenosis katup aorta adalah keadaan dimana terdapat ketidakmampuan katup jantung untuk membuka lebar
dan sempurna sehingga darah tidak mengalir sempurna dari ventrikel kiri ke aorta.
Di banyak negara berkembang, penyakit katup jantung yang telah akut adalah alasan utama orang-orang
melakukan operasi untuk mengganti katup jantung.
Penyakit stenosis katup aorta disebabkan oleh banyak faktor tetapi tetap saja stenosis katup aorta diklaim
sebagai hasil dari proses degeneratif yang berhubungan erat dengan umur. Dengan kata lain, penyakit ini
biasanya menyerang mereka yang berusia lanjut.
Ada banyak faktor yang menyebabkan menyempitnya katup aorta pada seseorang seperti; jantung reumatik,
kelainan katup bawaan, termasuk di dalamnya ketidakteraturan metabolisme, hiperkolesterolemia, dan
penumpukan kalsium pada katup.
Pada bayi yang menderita penyakit ini, yang kerap terjadi adalah bayi terlahir dengan 2 daun katup jantung
dimana normalnya seseorang memiliki 3 daun katup. Lahir dengan 2 daun katup tidak akan mengganggu
kesehatan hingga bayi dengan 2 daun katup ini beranjak dewasa, dimana katup jantungnya akan melemah
dan menyempit.
Pada kasus yang ringan, kelainan katup jantung hampir tidak dapat dirasakan gejalanya. Stenosis katup aorta
menengah justru sulit dibedakan dengan penyakit skeloris aorta dimana katup jantung menebal tetapi tidak
menyempit.
Meskipun gejala kelainan katup jantung ini telah ada pada usia 60, misalnya, gejalanya baru bisa terdeteksi
saat berusia 70-80 tahun. Nah, ketika stenosis katup aorta berkembang menjadi penyakit berat barulah gejalagejalanya akan mudah ditemukan. Gejala-gejala kelainan katup jantung pada stenosis katup aorta yang telah
parah adalah sebagai berikut.

Nyeri dada
Nyeri dada dialami oleh penderita stenosis katup aorta yang telah parah. Jenis nyeri dadanya hampir sama
dengan nyeri dada (angina) yang dirasakan oleh penderita penyakit jantung koroner. Pada penderita jantung
koroner, nyeri dada lebih disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah akibat adanya lapisan lemak dan
kolesterol pada pembuluh darah. Namun, nyeri dada pada stenosis katup aorta diakibatkan oleh otot jantung
yang menebal sehingga harus memompa dan melawan tekanan yang tinggi agar darah bisa melalui
klep/katup jantung yang menyempit. Kondisi ini menuntut suplai oksigen yang lebih banyak daripada yang
dikirim oleh darah sehingga menyebabkan nyeri dada.

Pingsan
Penurunan kesadaran pada penderita kelainan katup jantung disebabkan oleh kegembiraan. Kondisi ini
menyebabkan relaksasi pembuluh darah dan berefek pada penurunan tekanan darah. Keadaan kelainan
katup ternyata membuat jantung tidak mampu meningkatkan aliran darah sebagai kompensasi turunnya
tekanan darah. Hal ini menyebabkan otak kekurangan suplai oksigen sehingga penderita stenosis katup aorta
akan pingsan.

Sesak Nafas
Gejala ini disebabkan oleh kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrem
dari aortic stenosis. Jika gejala ini telah dirasakan, maka harapan hidup tanpa perawatan adalah 6-24 bulan.

Jika ditemukan kelainan katup jantung yang telah parah, maka sangat perlu untuk melakukan operasi
pergantian katup sesegera mungkin sebab prognosis stenosis katup aorta yang buruk.

2.1 Definisi
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan
meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi
menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi
cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalanpersoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta. Penyempitan pada Katup aorta
ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung
menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga
darah bisa melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih sempit dan bisa
menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.
2.2 Etiologi
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah masuk ke aorta. Penyebab
atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart
Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
1.

Kelainan kongenital

Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta . sedangkan sebagian kecil
lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun).
Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai ia
dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.
1.

Penumpukan kalsium pada daun katup

Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan
mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka
menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup
aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasla dari proses kalsifikasi banyak terjadi pada lansia di atas
65 tahun, namun gejalanya beru timbul saat klien berusia 70 tahun.
1.

Demam rheumatik

Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke
seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut
mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan
penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat
menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup jantung dapat
berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.
2.3 Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik
antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada
ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri).
Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran
atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan
menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard
yang hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat bila area katup aorta
<1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut berat. Kemampuan adaptasi miokard
menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi baru muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah

pada stenosis katup aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangtsang
mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami
hipertrofi.Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar dapat melampaui
tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang normal berdasarkan rumus Laplace: Stress=
(pressurexradius): 2xthickness. Namun bila tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi
patologik disertai penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel,penurunan cadangan
diastolic,penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard .Pada akhirnya performa ventrikel kiri akan tergangu
akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after load mismatch. Gradien trans-valvular menurun,tekanan arteri
pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak nafas.Gejala yang mentolok adalah sinkope,iskemia subendokard yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung kongestif). Angina timbul
karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen
akibat dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan katup aorta.
Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan jantung memenuhi peningkatan curah jantung saat
aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer. Aritmia supra maupun ventricular, rangsangan
baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir diastolik dapat menimbulkan hipotensi dan sinkop.
Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta yang dapat diidentifikasi dari
pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan
seluruh dinding jantung. Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik.
Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan
diastolic ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan penurunan curah jantung yang disebut sebagai
disfungsi sistolik
2.4 Manifestasi klinis
Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis katup aorta berkembang
ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa
gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi
klinis dari stenosis katup aorta :
1.

Nyeri dada

Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada setengah dari pasien-pasien
dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada
(angina) yang dialami oleh pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya
dari kondisi-kondisi ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh pengerahan
tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat. Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada
disebabkan oleh suplai darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteri-arteri koroner yang menyempit. Pada
pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala penyempitan dari arteri-arteri koroner
yang mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong
darah melalui klep aortic yang menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai
yang dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).
Ciri-ciri angina :
Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang dada (sternum).
Nyeri juga bisa dirasakan di:
-

Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.

Punggung

Tenggorokan, rahang atau gigi

Lengan kanan (kadang-kadang).

Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan nyeri.
Yang khas adalah bahwa angina:
-

dipicu oleh aktivitas fisik

berlangsung tidak lebih dari beberapa menit

- akan menghilang jika penderita beristirahat.


Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan tertentu.
Angina seringkali memburuk jika:

aktivitas fisik dilakukan setelah makan

cuaca dingin

stres emosional.
1.

Pingsan (syncope)

Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan dengan pengerahan tenaga atau
kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi (pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh
(vasodilation), menurunkan tekanan darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil
untuk mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan
pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu denyut jantung yang tidak teratur
(arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya
nyeri dada atau gejala-gejala syncope.
1.

Sesak napas

Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia mencerminkan kegagalan otot
jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh
tekanan yang meningkat pada pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat
yang diperlukan untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika penyakit
berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya sulit untuk berbaring tanpa
menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan hidup rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang
disebabkan oleh aortic stenosis adalah antara 6 sampai 24 bulan.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1.

Electrocardiogram (EKG)

EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu
otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang,
kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.
1.

Chest x-ray

Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic
seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar
di daerah-daerah paru bagian atas seringkali terlihat.
1.

Echocardiography

Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari


ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang
berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan
suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan
kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk menentukan
perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic.
1.

Cardiac catheterization

Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga
yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanantekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur
menggunakan suatu kateter khusus.
2.6 Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu timbul gejala seperti sinkop,
angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup, tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung.
Dapat dilakukan reparasi(repair) atau replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu
dirujuk untuk pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk
menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit memberikan nasihat operasi yang
dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan
begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup
harus dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat
mengerikan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika terdapat

perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadp anggapan
tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa
diharuskan, tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani
dan jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah
menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran murni, yaitu dengan membelah membran
diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter yang dilengkapi dengan
balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya penyempitan kembali sering.
Berikut bebearpa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:
1.

Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)

2.

Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).

Seringnya tindakan yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa menggantinya merupakan tindakan
yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty dilakukan dengan kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi
balon yang dapat dikembangkan ketika mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan katup
yang menyempit sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal kembali.
Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan stenosis katup aorta beserta manifestasi klinis
yang timbul karenanya terutama efektif pada infant dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini
tidak selalu berhasil karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan balon valvuloplasty. Oleh karena alasan
di atas, untuk penyembuhan stenosis katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada
klien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup atau valvuloplasty.
1.

Percutaneous aortic valve replacement.

Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan merupakan penatalaksanaan
yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini
memungkinkan untuk melakukan metode ini dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada
klien dengan resiko tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta
1.

Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain :

2.

Penempatan kembali katup aorta.

Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta. Pembedahan dilakukan dengan
mengambil katup yang rusak dengan katup mekanik baru atau bagian dari jaringan katup. Katiup mekanik terbuat
dari metal, dapat bertahan lama tetapi dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah
yang dekat dengan katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti koagulan seperti
warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan darah. Sedangkan penggantian dengan
katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya menggunakan jaringan
katup yang berasal dari katup pulmonary klien itu sendiri jika dimungkinkan.
1.

Valvuloplasty.

Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk dilakukan daripada penggunaan
metode balon valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru lahir yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta
menyatu. Dengan menggunakan cara operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang
menyatu dan meningkatkan kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup
yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.
2.7 Komplikasi
1.

Gagal jantung

2.

Hipertensi sisitemik

3.

Nyeri dada (angina pectoris)

4.

Sesak nafas

2.8 Prognosis
Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan rata rata 30% katup artifisial
bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan operasi ulang.Katup Metal artificial harus
dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan
mengalami komplikasi perdarahan ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon

dapat dilakukan pada anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-kalsifikasi.Pada orang dewasa
dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi

Aorta regurgitasi
Dilatasi ventrikel merupakan kompensasi utama pada regurgitasi aorta, bertujuan untuk mempertahankan curah
jantung disertai peninggian tekanan artifisial ventrikel kiri. Pada saat aktivits, denyut jantung dan resistensi vaskular
perifer menurun sehingga curah jantung bisa terpenuhi.
Pada tahap lanjut, tekanan atrium kiri, pulmonary wedge pressure, arteri pulmonal, ventrikel kanan dan atrium
kanan meningkat sedangkan curah jantung menurun walaupun pada waktu istirahat.

Regurgitasi katup aorta yang ringan tidak menimbulkan gejala selain murmur
jantung yang khas (setiap kali ventrikel kiri mengalami relaksasi), yang dapat
didengar melalui stetoskop. Pada regurgitasi yang berat, ventrikel kiri
mengalirkan sejumlah besar darah, yang menyebabkan pembesaran ventrikel
dan akhirnya menjadi gagal jantung. Angina dapat muncul sebelumnya akibat
rendahnya tekanan artifisial dan timbulnya hipertrofi ventrikel kiri. Gagal
jantung menyebabkan sesak nafas sewaktu melakukan aktivitas atau sewaktu
berbaring telentang, terutama pada malam hari. Duduk tegak memungkinkan
dialirkannya cairan dari paru-paru bagian atas sehingga pernafasan kembali
normal. Penderita juga mungkin mengalami palpitasi (jantung berdebar) yang
disebabkan oleh kontraksi yang kuat dari ventrikel yang membesar. Bisa
terjadi nyeri dada, terutama pada malam hari.

Terdapat 2 penyebab utama dari AR yaitu:


1. Abnormalitas pada katup aorta, yang terdiri atas abnormalitas kongeniatal, endokarditis,
dan penyakit reumatik. Penyakit reumatik dapat menyebabkan penebalan, deformitas,
dan pemendekan katup aorta, sehingga menyebabkan stenosis maupun insufisiensi aorta.
Selain itu, kelainan congenital yang menunjukkan adanya fenetrasi dari katup aorta juga
dapat menimbulkan AR kronik yang progresif, dan biasanya terdapat pada VSD atau
degenerasi myxomatosa.
Endokarditis infektif dapat menimbulkan deformitas katup, perforasi atau erosi katup.
Penyakit sifilis dapat menyebabkan jaringan parut pada katup dan terdapat retraksi.
Ankylosing spondilitis dapat menyebabkan AR karena mempengaruhi dinding aorta.

2. Dilatasi orta, yang terdiri atas aneurisma aorta akibat inflamasi atau sindrom marfan,
disesksi aorta, ekstasia annuloaortikus, dan sifilis. Dilatasi aorta dapat menyebabkan AR,
yang menyebabkan pelebaran annulus aortikus dan pemisahan katup aorta. Beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan dilatasi aorta yaitu degenerasi kistik medial pada
aorta asendens, dilatasi aorta idiopatik, ekstasia annuloaortikus, osteogenesis imperfect,
hipertensi berat.
Regurgitasi aorta terjadi setiap fase sistolik, sehingga jumlah darah yang harus dipompa
ventrikel kiri menjadi bertambah, karena ventrikel kiri juga menanggung beban darah
regurgitasi. Akibat dari bertambahnya volume darah ini, terjadi kompensasi hemodinamika oleh
tubuh berdasarkan hukum Frank-Starling. Beratnya AR ini bergantung pada tiga hal yaitu ukuran
dari lubang katup aorta yang insufisiensi, tekanan dari aorta selama fase diastolic, dan durasi
dari diastolic.
Terdapat dua jenis AR yaitu AR akut dan kronik. Pada AR akut, ukuran ventrikel kiri normal,
namun adanya pertambahan volume darah dari regurgitasi menyebabkan peningkatan tekanan
diastolic pada ventrikel. Tekanan tersebut mempengaruhi atrium kiri dan trunkus pulmonal, yang
menyebabkan dispnea dan edem pulmonal. Biasanya, AR akut yang berat merupakan indikasi
dari pembedahan yang membutuhkan penggantian katup segera.
Pada AR yang kronik, terdapat respon adapatasi dari ventrikel kiri sehingga regurgitasi dapat
berjalan lebih lama. Respon tersebut berupa dilatasi dan hipertrofi ventrikel. Dilatasi tersebut
dapat meningkatkan volume ventrikel kiri sehingga dapat menerima volume regurgitasi dengan
sedikit peningkatan tekanan diastolic. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya tekanan pada
atrium kiri dan trunkus pulmonal. Karena terjadi peningkatan kapasitas volume ventrikel,
tekanan pada aorta saat diastolic berkurang, namun terjadi peningkatan tekanan sistolik karena

stroke volume ventrikel kiri meningkat. Kombinasi peningkatan tekanan sistolik dan penurunan
tekanan diastolic mengakibatkan besar tekanan pulsasi meningkat, yang merupakan gejala dari
AR kronik. Akibat penurunan tekanan diastolic, perfusi arteri koroner menjadi berkurang, yang
dapat menyebabkan penurunan suplai o2 ke myocardium. Kombinasi ini dengan peningkatan
ukuran ventrikel dapat menyebabkan angina.

You might also like