You are on page 1of 19

Kekurangan Energi Protein (KEP)

Pengertian.
Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG. Menurut Supariasa ( 2000) Kurang Energi
Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu.
Etiologi.
Defisiensi kalori dan asupan gizi lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala
utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai
biologis baik. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan
yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat
badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering
menderita akibat kekurangan gizi Pada anak-anak KEP dapat menghambat
pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat
kecerdasan (Almatsier, 2003). Penyebab langsung dari KEP adalah kekurangan kalori
protein. (Sediaoetomo, 1999), masukan makanan yang kurang dan penyakit atau
kelainan yang diderita anak, misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain.
Penyebab tak langsung dari KEP sangat banyak, sehingga disebut juga sebagai
penyakit dengan kausa multifaktorial (Sediaoetomo, 1999). Dapat juga karena
penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan
protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar,
dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik (Nelson,
1999), faktor ekonomi, faktor fasilitas perumahan dan sanitasi, faktor pendidikan
dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor pertanian dan lainlain. Kurang energi protein dijumpai dalam tiga bentuk yaitu marasmus,
kwashiorkor dan bentuk campuran marasmic-kwashiorkor. Bentuk marasmus terjadi
karena kekurangan energi terutama kekurangan energi / kalori, sedangkan kwashiorkor
terutama oleh karena kekurangan zat protein Manifestasi Klinik. Bukti klinik malnutrisi
protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis, atau iritabilitas. Bila terus maju,
mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang stamina, kehilangan jaringan
muskuler, bertambah kerentanan terhadap infeksi, dan udem atau pembengkakan.
Gejala klinik dari tiga bentuk kekurangan energi protein menurut standar pelayanan
medik RSUP Dr. Sardjito (2000) adalah gejala klinik yang selalu ada, gejala klinis yang
biasanya ada dan gejala klinis yang kadang-kadang ada.
Kwashiorkor. (1) gejala klinis yang selalu ada. (a) edema (gejala cardinal, tanpa edema
tidak dapat ditegakkan diagnosis kwashiorkor) karena hipoalbuminemia. (b)
pertumbuhan terlambat. (c) cengeng, apatis. (d) brkurangnya jaringan lemak sub
kutan. (2) gejala klinis yang biasanya ada. (a) perubahan rambut (tipis, lurus, jarang,
mudah dicabut tanpa rasa sakit, kemerahan karena gangguan melanogenesis), kalau

terjadi akut kelainan rambut idak ada. (b) pigmentasi kulit (pellagroid dermatosis). (c)
moon-face. (d) anemia. (30 gejala klinis yang kadang-kadang ada. Flaky-paint rash,
hepatomegali (karena infiltrasi lemak), gejala defisiensi vitamin yang menyertai,
gejala/tanda penyakit infeksi yang menyertai. Marasmus. (1) gejala klinis yang selalu
ada. (a) pertumbuhan yang sangat lambat. (b) lemak subkutan yang hampir tidak ada
(sel lemak masih ada) sehingga kulit anak keriput, wajah seperti orang tua, perut
tampak buncit, (c) jaringan otot mengecil, (d) tidak ada edema, BB<>
Tanda-tanda lain yang menyertai adalah muka bulat, rambut tipis, kulit pecah,
mengelupas dan terlihat sengsara. Secara langsung gizi buruk disebabkan terus
rendahnya konsumsi energi protein, juga mikronurien dan makanan sehari-hari dalam
jangka waktu yang lama.
Bila anak menderita gizi buruk tidak segera ditangani, amat berisko tinggi dan berakhir
dengan kematian, sehingga akan menyebabkan meningkatnya angka kematian. Padahal
angka kematian menjadi salah satu indikator derajat kesehatan. Anak yang pernah
menderita gizi buruk sulit mengejar pertumbuhan sesuai umurnya. Pada tingkat
tertentu, kekurangan gizi akan menyebabkan berat otak, jumlah sel ukuran besar sel,
dan zat-zat biokimia lain lebih rendah dari pada anak normal. Makin muda usia anak
yang menderita kurang gizi maka makin berat akibat yang ditimbulkan. Keadaan akan
menjadi lebih berat jika kurang gizi dialami sejak dalam kandungan. Kemunduran
mental akibat gizi buruk dapat bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki
(irreversible).
Namun, pada keadaa kurang gizi ringan maupun sedang, kecenderungan mental dapat
dipulihkan jika keadaan gizi dan lingkungan bertambah baik. Diagnosis. Pada
pemeriksaan antropometri, dapat dilakukan pengukuran-pengukuran fisik anak (berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas) dan dibandingkan dengan angka standar
(anak yang normal). Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang umum dilakukan
adalah dengan hanya menimbang berat badan balita dibandingkan dengan umur anak.
KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna
kuning diatas garis merah. KEP sedang bila hasil penimbangan BB pada KMS berada
dibawah garis merah (BGM) atau BB/U 60%-70% baku median WHO-NHCS. KEP berat
bila hasil penimbangan BB/U <60%>

Flora & Zefanya:


* Kurang Gizi Pada Anak *
Rabu, 1 Agustus, 2001 oleh: Siswono <siswono@gizi. net>
*Kurang Gizi Pada Anak*
*Gizi.net - * GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh.
Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas
dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi

selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan


otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak
agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus
mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.
*Tanda kurang gizi*
Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan
Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga. Pertama,
disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri
menjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan
jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat
badan normal. Sedangkan yang kedua, disebut sebagai Kurang Energi Protein
Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari
berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas
adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan. Ketiga,
disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi
menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada
marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang
dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai
Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda
lainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki
mengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian
karena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami
kekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa
pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda
lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut
misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering
terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah
di sudut mulut.
*Faktor penyebab*
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun).
"Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan
tinggi badan yang kurang dari normal," kata Sri. Sri menambahkan, jika
tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu
menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama. Sri
menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada
anak. *Pertama*, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut
mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita
dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak
diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang
gizi. "Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri,
terutama ntuk makan," tutur Sri. *Kedua*, anak yang mulai bisa berjalan
mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain. Selain
itu, yang *ketiga* adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga
anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang

gizi. *Keempat*, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi.
"Kurang gizi yang murni adalah karena makanan," kata Sri. Menurut Sri, si
Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. "Tidak
harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik,"
lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan
untuk anak. *Kelima*, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini
cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka
otomatis mereka akan kekurangan gizi. *Keenam*, selain karena makanan, anak
kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus
dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.
*Upaya yang harus dilakukan*
Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit,
anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan
demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak.
Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk
memperbaiki gizinya. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah
meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan
kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi
si anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan
makanan yang baik untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalah
makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Makanan dengan kuantitas yang
baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak.
Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai
kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein
melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya
mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah
makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat,
zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhi adalah dengan mengobati
penyakit-penyakit penyerta. (m-4)
*KOMPONEN MAKANAN SEHAT*
*Kelompok Makanan*
*Protein* diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian jaringan
tubuh. Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan produk susu
lainnya; amat banyak mengandung protein. Dari bahan nabati, antara lain
kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, dan sebagainya).
*Hidrat-arang* untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan disimpan
dalam tubuh sebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat arang adalah gula,
beras, jagung, dan umbi-umbian.
*Lemak* juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih banyak
dari makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah yang berasal dari
kacang-kacangan.

*Serat* adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan. Tidak
mengandung gizi atapun energi, hanya berguna untuk kelancaran kegiatan
pencernaan.
*Vitamin* adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah
sedikit. Anak makannya normal tak punya kecenderungan kekurangan vitamin.
*Mineral* dan garam-garam diperlukan dalam jumlah sedang. Termasuk
didalamnya zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam garam
meja). Seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini bila
makanannya seimbang.
*Kalori* adalah satuan untuk mengukur besarnya nilai energi dalam makanan.
Bila seorang memakan lebih banyak kalori dari yang dipakainya, sisanya akan
disimpan sebagai lemak. Sebaliknya, bila lebih banyak energi dari yang
dimakan, simpanan lemak itu akan dipakai dan tubuh akan tampak menjadi
kurus. Makanan yang banyak mengandung lemak atau kalori umumnya bernilai
kalori tinggi.
*Saran Diet*
Umumnya makanan berprotein dari sumber hewani banyak mengandung lemak, jadi
sebaiknya pilihlah yang berasal dari sumber nabati.
Dalam memilih makanan hidrat arang, sebaiknya pilihlah beras merah atau
jagung yang mengandung serat serta zat lainnya, dibanding gula atau makanan
jadi lain yang hanya mengandung energi.
Usahakan sesedikit mungkin memakan makanan berlemak.
Untuk mendapatkan serat, pilihlah makanan dari padi-padian, buah, dan
sayuran.
Vitamin bisa hilang bila makanan dimasak terlalu lama. Jadi sebaiknya
makanlah sayuran sebagai lalapan dan buah mentah.
Terlalu banyak garam malah merugikan, jadi sebaiknya jangan terlalu banyak
memakan garam-garaman.
Makanan anak harus cukup mengandung kalori, namun jangan terlalu banyak.
Untunglah bahwa mekanisme pengaturan nafsu makan anak-anak biasanya sudah
menjamin cukupnya kalori dari makanannya.
Sumber : Harian Pelita, Jum'at, 1 Juni 2001; Halaman 9

GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik,
tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus
dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk
pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu, orang tua
harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami
kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kurang
gizi itu.
Tanda kurang gizi
Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin
Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga. Pertama, disebut sebagai
Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri menjelaskan bahwa belum ada
tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak
hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal. Sedangkan yang kedua, disebut
sebagai Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya
mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat
dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak
kemerahan. Ketiga, disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini
terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada
marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang
dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai
Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang
bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki mengalami pembengkakan,
rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian karena kekurangan vitamin
A, mata menjadi rabun, kornea mengalami kekeringan, dan terkadang terjadi borok
pada kornea, sehingga mata bisa pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala
tersebut, ada juga tanda lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit
penyerta tersebut misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang
sering terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah
di sudut mulut.
Faktor penyebab
Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). Pedoman
untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan
yang kurang dari normal, kata Sri. Sri menambahkan, jika tinggi badan si anak tidak
terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada
anak tersebut sudah berlangsung lama. Sri menjelaskan, ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab kurang gizi pada anak. Pertama, jarak antara usia kakak dan
adik yang terlalu dekat ikut mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk
si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak
terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak
menjadi kurang gizi. Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri,
terutama ntuk makan, tutur Sri. Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah
terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain. Selain itu, yang ketiga
adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan.
Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi. Keempat, kurangnya
pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. Kurang gizi yang murni adalah
karena makanan, kata Sri. Menurut Sri, si Ibu harus dapat memberikan makanan
yang kandungan gizinya cukup. Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan
yang murah, asal kualitasnya baik, lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintarpintar memilihkan makanan untuk anak. Kelima, kondisi sosial ekonomi keluarga

yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang
makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi. Keenam, selain karena
makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa
anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.
Upaya yang harus dilakukan
Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit,
anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan
demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak.
Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk
memperbaiki gizinya. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah
meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada
si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak
menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik
untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan
kualitasnya baik. Makanan dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak. Misalnya, memberi makanan si anak
berapa piring sehari adalah sesuai kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika
memberikan vitamin dan protein melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa
menyiasatinya, misalnya mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang
kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain
protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhi adalah dengan
mengobati penyakit-penyakit penyerta. (m-4)

KOMPONEN MAKANAN SEHAT

Kelompok Makanan
Protein diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian jaringan tubuh.
Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan produk susu lainnya; amat banyak
mengandung protein. Dari bahan nabati, antara lain kacang-kacangan (kacang hijau,
kedelai, dan sebagainya).
Hidrat-arang untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan disimpan dalam
tubuh sebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat arang adalah gula, beras,
jagung, dan umbi-umbian.
Lemak juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih banyak dari
makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah yang berasal dari kacangkacangan.
Serat adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan. Tidak
mengandung gizi atapun energi, hanya berguna untuk kelancaran kegiatan
pencernaan.
Vitamin adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit.
Anak makannya normal tak punya kecenderungan kekurangan vitamin.
Mineral dan garam-garam diperlukan dalam jumlah sedang. Termasuk didalamnya
zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam garam meja). Seorang
anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini bila makanannya seimbang.

Kalori adalah satuan untuk mengukur besarnya nilai energi dalam makanan. Bila
seorang memakan lebih banyak kalori dari yang dipakainya, sisanya akan disimpan
sebagai lemak. Sebaliknya, bila lebih banyak energi dari yang dimakan, simpanan
lemak itu akan dipakai dan tubuh akan tampak menjadi kurus. Makanan yang
banyak mengandung lemak atau kalori umumnya bernilai kalori tinggi.
Saran Diet
Umumnya makanan berprotein dari sumber hewani banyak mengandung lemak, jadi
sebaiknya pilihlah yang berasal dari sumber nabati.
Dalam memilih makanan hidrat arang, sebaiknya pilihlah beras merah atau jagung
yang mengandung serat serta zat lainnya, dibanding gula atau makanan jadi lain
yang hanya mengandung energi.
Usahakan sesedikit mungkin memakan makanan berlemak.
Untuk mendapatkan serat, pilihlah makanan dari padi-padian, buah, dan sayuran.
Vitamin bisa hilang bila makanan dimasak terlalu lama. Jadi sebaiknya makanlah
sayuran sebagai lalapan dan buah mentah.
Terlalu banyak garam malah merugikan, jadi sebaiknya jangan terlalu banyak
memakan garam-garaman.
Makanan anak harus cukup mengandung kalori, namun jangan terlalu banyak.
Untunglah bahwa mekanisme pengaturan nafsu makan anak-anak biasanya sudah
menjamin cukupnya kalori dari makanannya.
Sumber : Harian Pelita, Jumat, 1 Juni 2001; Halaman 9
Oleh: Dr. Tony Smith (editor), Pertolongan Pertama Dokter di Rumah Anda, Dian Rakyat, 1986

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid996638532,62208,
Next: MAKANAN BUKAN FAKTOR UTAMA GIZI BURUK

Derajat Kesehatan Masyarakat perlu Ditingkatkan


Arsip
Badung (BisnisBali) -Masalah kesehatan gizi masyarakat, menjadi tanggung jawab bersama dan
bukan semata-mata Dinas Kesehatan saja. Praktik kerja lapangan (PKL) mahasiswa Poltekes
Denpasar di pandang memiliki arti penting bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Demikian diungkapkan Ketua Penggerak PKK Pemkab Badung, Nyonya Ratna A.A Gde Agung pada
saat pembukaan pameran gizi yang diselenggarakan mahasiswa Poltekes Denpasar di Banjar Tengah
Gulingan, Mengwi, Rabu (21/2) lalu. Ditambahkan, pameran gizi akan membantu dalam mengubah
pola pikir dan perilaku masyarakat, sehingga mempunyai kesadaran akan pentingnya gizi bagi
kehidupan. Kegiatan ini sejalan dengan usaha Pemerintah Kabupaten Badung dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Direktur Poltekes Denpasar, Dra. I Gusti Ayu Adnyawati, M. Kes mengatakan, dengan adanya kerja
sama ini akan ada potensi bersinergi dan berpadu yang dapat memberi manfaat positif bagi

masyarakat. Melalui kegiatan ini mampu memberi pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya
hidup sehat dan kepada tokoh masyarakat seperti Perbekel dan Bendesa Adat, dengan kapasitasnya
masing-masing diharapkan dapat memberi kontribusi yang optimal dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Pameran ini dapat dijadikan sebagai momentum strategis guna mensosialisasikan dan
mempromosikan perilaku hidup sehat kepada masyarakat khususnya masyarakat Desa Gulingan,
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain dikatakan, kekurangan energi protein adalah suatu keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari.
Gejala kekurangan energi protein
Secara klinis tiap kekurangan energi protein memiliki gejala berbeda antara lain :
Merasmus
Bayi yang menderita merasmus biasanya : pertumbuhan terlambat, anak tampak kurus, tinggal kulit
pembalut tulang, anak apatis dan terlihat sudah tua, kulit keriput, perut cekung dan lainnya.
Kwashiokor
Gejala utama dari kwashiorkor adalah pertumbuhan terlambat, tangan, kaki serta wajah tampak
bengkak, pandangan mata agak sayu dan lainnya.
Penyebab kekurangan energi protein Kekurangan energi protein disebabkan beberapa faktor antara
lain : produksi bahan pangan rendah dapat menyebabkan persediaan pangan berkurang, sehingga
konsumsi menjadi terganggu dan timbullah kekurangan energi protein. Anak sering sakit, sehingga
absorbsi dan utilisasi terganggu yang disebabkan karena kesadaran akan kebersihan atau sanitasi dan
higinese masih kurang dan lainnya. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
kekurang energi protein yaitu memperbaiki status gizi anak, deteksi dini, menjaga kebersihan
lingkungan, memberikan makanan tambahan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dan kemampuan
untuk mengkonsumsinya. Makanan yang dianjurkan untuk penderita kekurangn energi ptotein adalah
makanan yang mudah dicerna dengan porsi kecil tepi sering yang mengandung kalori tinggi dan
protein tinggi. Contoh makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi adalah sumber protein
hewani (ayam, daging, hati, ikan, telur, susu dan lainnya). Sumber protein nabati seperti kacangkacangan dan hasil olahan (tahu dan tempe). *oka
Resep makanan untuk kekurangan energi protein
Puding maizena
Bahan :
Tepung maizena 10 gram
Gula pasir 20 gram
Untuk via:
Tepung maizena 10 gram
Gula pasir 10 gram
Kuning telur 20 gram
Susu bubuk skim 10 gram
Cara Membuatnya :
1. Campur air, gula pasir dan tepung maizena kemudian didihkan diatas api hingga mengental
2. Tuangkan ke dalam cetakan biarkan hingga dingin
Pembuatan via:
1. Campurkan tepung maizena, kuning telur, gula pasir dan susu bubuk skim yang telah dilarutkan ke
dalam air.
2. Aduk-aduk dan didihkan di atas api hingga lebih mengental, kemudian angkat dan tuangkan di atas
puding yang telah dingin.
Nilai gizi :
Energi : 339,5 kalori
Protein : 5,84 gram
Lemak : 9,38 gram
Karbohidrat : 65,96 gram. *oka/ berbagai sumber
copyright bisnisbali.com 2005 all right reserved. Designed, developed and maintained by IT Balipost

Gizi buruk1
Ditulis oleh Carko Budiyanto
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Protein-energy malnutrition atau kekuranagan energi protein adalah masalah
kesehatan dunia yang cukup serius pada anak-anak di dunia. Kekurangan energi
protein ini dapat mengakibatkan gizi buruk dan jika parah dapat menimbulakan
kwashiorkor, marusmus, dan marasmik kwashiorkor. Gizi buruk merupakan masalah
yang harus mendapat perhatian khusus, karena dapat menimbulkan hilangnya
generasi yang berkualitas. Kualitas bangsa di masa depan sangat dipengaruhi keadaan
atau status gizi pada saat ini, terutama balita.
B. Definisi Masalah
Anak berumur 4 tahun dibawa ke Rumah Sakit Moewardi dengan keluhan kurus dan
status gizi pada KMS di bawah garis merah.

Anamnesis : kurus sejak 3 bulan, sulit makan, rambut mudah rontok, kaki sering
kram, buta senja.
Pemeriksaan : BB 10 kg, TB 95 cm, kurus, lemah, lemak subkutan hilang, tulang
terlihat jelas, kulit keriput, otot atropi, tugir jelek, wajah tua, rambut tipis mudah
rontok, bintik bitot pada mata, abdomen sejajar torak, usus terlihat jelas, hepar
membesar, badan dingin, ada pitting edema pada ekstermitas bawah, tidak pada
skrotum, tidak ada crazy pavement dermatosis, reflek patela negatif.
C. Tujuan Penulisan
1. menyelesaikan tugas tutorial
2. mengenal dan mengetahui gangguan malnutrisi
3. menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan marasmik kwashirokor.
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar sistem endokrinologi.
2. Mahasiswa dapat menerapkan konsep dan prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku,
dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer
pada penyakit akibat defisiensi protein-energi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Malnutrisi Energi-Protein
Penyebab
Malnutrisi umum yang terjadi di negara berkembang umumnya adalah kekurangan
asupan kalori total dan protein total. Anak kecil cenderung terserang karena mereka
mengalami peningkatan kebutuhan metabolik akan zat gizi selama fase pertumbuhan

awal yang cepat dan karena sering tidak dapat memenangkan persaingan untuk
mendapatkan sumber makanan yang terbatas.
Marasmus dan kwashiorkor adalah bagian spektrum klinis malnutrisi energi protein;
kwashiorkor adalah gangguan yang lebih ekstrim. Konsep awal tentang marasmus
sebagai kekuranngan kalori murni dan kwashiorkor sebagai kekurangan proteim murni
saat ini dipertanyakan. Pada sebagian besar kasus, unsur kedua kondisi tersebut ada dan
menyebabkan meningkatnya pemakaian istilah malnutrisi energi protein (MEP).
Gambaran Klinis
A. Efek perkembangan
1. Retardasi pertumbuhan. Perbandingan berat dan tinggi anak menurut usia
merupakan ukuran MEP paling akurat. Namun, penetapan nilai normal itu sendiri
menimbulkan masalah. Jika ukuran berat dan tinggi di Amerika Serikat digunakan
di masyarakat bukan industri, sekitar 80% anak akan masuk dalam kelompok
pertumbuhan terhambat. Teori sebelumnya yang menyebutkan bahwa faktor
genetik mungkin menyebabkan perbedaan ini telah dipertanyakan karena generasi
pertam keturunan imigran ke AS memiliki tinggi dan berat yang sebanding jika
mereka mengkonsumsi makanan serupa.
2. Gangguan kecerdasan. Peran MEP pada gangguan perkembangan kecerdasan
masih dipertanyakan, meskipun makin banyak bukti yang menunjukan bahwa
malnutrisi pada 2 tahun pertama kehidupan menyebabkan gangguan menetap.
3. Gangguan imunitas. MEP berat berkaitan dengan gangguan pada kekebalan
humoral dan seluler yang mengakibatkan tingginya insidensi infeksi serius.
B. Marasmus
Marasmus merupakan fase kompensasi terhadap MEP, dengan kekurangan kalori
yang dikompensasi dengan katabolisme jaringan tubuh yang dapat dikeluarkan, yaitu

jaringan adiposa dan otot rangka. Kalori dan asam amino tersebut digunakan untuk
mempertahankan metabolisme sel normal.
Katabolisme jaringan adiposa dan otot menyebabkan penyusutan yang merupakan
tanda marasmus. Akan kehilangan lemak subkutan, hanya memiliki tulang dan kulit
pada ekstremitas, dan penyusustan otot dan lemak wajah menimbulkan wajah tua
keriput.
Kadar serum albuminnormal dipertahanklan, tidak terjadi edema. Sintesis protein
struktural dan enzim yang adekuat juga terus berlanjut.
C. Kwashiorkor
Merupakan fase dekompensasi MEP. Sementara asupan kalori total mungkin cukup,
tidak demikian dengan protein, yaitu pada tahap katabolisme protein endogen tidak
dapat mengkompensasi. Terjadi penurunan sintesis enzim dan protein struktural serta
kadar albumin serum. Kegagalan metabolisme sel terjadi dan bermanifestasi di otak
menyebabkan letargi dan somnolen. Manifestasi lainnya adalah edem, ascites,
hepatomegali, rambut mudah rontok, dermatosis, anemia.
PEMBAHASAN
Pada skenario, oleh dokter pasien didiagnosis menderita marasmik kwashiorkor.
Marasmik kwashiorkor adalh 1 dari 3 bentuk malnutrisi energi protein (MEP). Berikut ini
perbandingan dan perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor berdasar manifestasi
klinisnya :
Ciri
Gagal tumbuh
Kurus kering
Edema
Perubahan rambut
Perubahan mental
Dermatosis

Kwashiorkor
Ada
Ada
Ada
Biasanya ada
Sangat sering
Biasa

Marasmus
Ada
Ada
Tidak ada
Kurang biasa
Tidak biasa
Tidak terjadi

Nafsu makan
Anemia
Lemak subkutan
Muka
Perlemakan

Rendah
Kadang-kadang
Reduksi tapi masih ada
Mungkin edema
hati Ada

Bagus
Ada, sangat jarang
Tidak ada
Muka tua, keriput
Tidak ada

(hepatomegali)
Ket : ciri yang ditulis miring dan digaris bawah adalah manifestasi yang ada pada pasien
pada skenario.
Sedangkan pada marasmik kwashiorkor menunjukan manifestasi campuran antara
marasmus dan kwashiorkor atau sering disebut marasmus dengan kwashiorkor. Pada
skenario, memang terlihat pasien menunjukan manifestasi campuran dari marasmus dan
kwashiorkor.
Pasien berumur 4 tahun dengan BB 10 kg. jika dilihat pada KMS, tampak BB pasien jauh
di bawah garis merah. Ini berarti terjadi gangguan pertumbuhan pada pasien. Untuk
penilaian status gizi pasien dengan cara lain, tidak bisa dilakukan, karena jenis kelamin
pasien pada skenario tidak disebutkan.
Pasien tampak kurus, lemah, lemak subkutan menghilang. Hal ini disebabkan oleh
kekurangn kalori. Ketika tubuh kekurangan kalori, tubuh melakukan kompensasi dengan
katabolisme jaringan tubuh yaitu jaringan adiposa dan otot rangka. Kalori dan asam
amino tersebut digunakan untuk mempertahankan metabolisme sel normal. Katabolisme
jaringan adiposa dan otot menyebabkan penyusutan tubuh sehingga tubuh akan tampak
kurus, lemak subkutan menghilang, sehingga tulang terlihat jelas. Penyusutan lemak dan
otot wajah menimbulkan gambaran wajah lesu dan berkeriput. Karena kekurangan kalori
itu pula, pasien tidak dapat memproduksi panas dengan baik sehingga badan pasien
teraba dingin dan memilikipeluang terjadi komplikasi berupa hipotermia. Ini semua
merupakan gejala dan tanda dari marasmus.
Pada skenario, pasien juga memiliki beberapa gejala dan tanda dari kwashiorkor, antara
lain otot tampak atropi, tugor jelek, rambut tipis mudah dicabut, hepatomegali, dan
edema.

Pada kwashiorkor, terjadi kekurangan asupan protein dimana katabolisme protein tidak
dapat mengkompensasi. Akhirnya, terjadilah penurunan sintesis enzim dan protein
struktural

serta

kadar

albumin

serum.

Penurunan

sintesis

protein

struktural

mengakibatkan atropi pada otot. Selain itu, pembentukan rambut menjadi terganggu
sehingga rambut menjadi mudah rontok. Penurunan produksi enzim pencernaan dalam
usus disertai atropi otot usus halus mengakibatkan kegagalan penyerapan makanan dan
menjadikan anak sulit makan. Penurunan kadar albumin serum akan menurunkan tekanan
osmotik pembuluh darah sehingga cairan pada pembuluh darah akan tertarik keluar dan
tertimbun dalam ruangan jaringan ekstravaskular sehingga menimbulkan edema.
Kekurangan protein pengangkut seperti apoprotein yang mengikat lemak, mengakibatkan
lemak tertimbun di dalam hati. Penimbunan / perlemakan hati membuat hati menjadi
besar / hepatomegali.
Biasanya pasien yang menderita MEP juga disertai dengan defisiensi vitamin dan
mineral. Begitu pula dengan pasien pada skenario, disertai defisiensi vitamin A dan B6.
Vitamin A adalah sekelompok senyawa yang meliputi retinol dan provitamin betakaroten. Sumber retinol adalah hati dan produk susu, sedang beta-karoten ada pada
sayuran berdaun hijau atau kuning, seperti wortel.
Efek paling awal defisiensi vitamin A adalah gangguan penglihatan di waktu malam
(niktalopia). Penglihatan malam adalah fungsi sel batang retina dan rodopsin, yaitu
pigmen yang peka cahaya. Pada defisiensi vitamin A terjadi kegagalan regenarasi
rodopsin pada sel batang. Juga, epitel skuamosa mengalami penebalan akibat hiperplasia
dan keratinisasi berlebih, mengakibatkan konjungtiva menjadi keruh, kering dan berkerut.
Muncul bercak bitot atau plak putih meninggi yang tersusun oleh debris keratinaseaosa.
Piridoksin atau vitamin B6 cukup penting. Salah satu perannya adalah pada sintesis asam
gamma amino butirat neurotransmiter. Defisiensi vit B6 menyebabkan refleks pattela
negatif.
PENUTUP

SIMPULAN
1. Berdasar manifestasi yang ada pada pasien, menunjukan marasmik kwashiorkor,
karena memiliki manifestasi dari keduanya yaitu marasmus dan kwashiorkor.
2. Marasmus menunjukan manifestasi klinis lebih karena kekurangan kalori, sedangkan
kawashiorkor lebih pada kekurangan protein.
SARAN
Sebaiknya pemerintah dan masyarakat bekerjasama dengan baik dalam menanggulangi,
terutama mencegah gizi buruk yang dapat menimbulkan marasmus, kwashiorkor, atau
marasmik kwashiorkor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2008. Malnutrisi. http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?
idktg=10&iddtl=628 (29 April 2008).
2. Anonim. 2000. Mother and Child Nutrition in The Tropics and Subtropics-Protein
Energy

Malnutrition.

http://www.oxfordjournals.org/our_journals/tropej/online/mcnts_chap7.pdf (29 April


2008).
3. Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC.
4. Murray, Robert K (et al). 2003. Biokimia Harper. 5th ed. Jakarta : EGC.
5. Parakrama Chandrasoma dan Clive R Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi
2. Jakarta : EGC.
April 3, 2009 - Ditulis oleh ackogtg | KEDOKTERAN | | Tidak ada Komentar

Sekilas Tentang Gizi Buruk


Di saat teknologi kian berkembang pesat di satu bagian dunia, ternyata di sisi belahan dunia lain
masih tercatat satu dari tiap tiga orang anak meninggal setiap tahunnya karena gizi yang buruk.
Begitu pula di Indonesia, saat ini masih jutaan
balita tercatat memiliki status gizi yang buruk, hasil
pemetaan dari depkes menunjukkan bahwa 2 dari
4 orang anak di 72 % kabupaten di seluruh
Indonesia menderita gizi kurang.

Masalah kurang gizi ini banyak dialami


anak-anak

sejak

masih

dalam

kandungan, dan sedihnya, kerusakan yang terjadi tidak dapat diperbaiki ketika
anak menjelang dewasa. Anak-anak yang pernah menderita status kurang gizi
cenderung memiliki tinggi badan yang pendek dan biasanya tidak berprestasi
dalam

proses

pendidikan.

Di dunia kedokteran gizi buruk lebih dikenal dengan nama Kurang Energi Protein
(KEP) tingkat berat. KEP, sesuai dengan namanya, memiliki pengertian keadaan
kekurangan energi dan protein akibat kurang mengonsumsi makanan yang
bergizi

dan

atau

menderita

sakit

dalam

waktu

lama.

KEP terbagi menjadi dua yaitu KEP ringan dan KEP berat. KEP ringan biasa
disebut gizi kurang, terjadi bila berat badan anak hanya 60-90 % dari berat
badan menurut standar yang telah ditentukan. Sedangkan gizi buruk atau KEP
berat terjadi bila berat badan anak kurang dari 60 % dari angka standar.
Istilah yang juga berhubungan dengan gizi buruk adalah marasmus dan
kwashiorkor. Bentuk marasmus terjadi bila

si anak lebih kekurangan

kalori/energi, sedangkan kwashiorkor lebih karena kekurangan zat protein.


Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk memastikan gizi buruk
1.

Penimbangan

2.
3.

Pengukuran panjang/tinggi badan, dan atau pemeriksaan tanda klinis


Pembandingan hasil pengukuran dengan Buku Rujukan Penilaian Status Gizi

4.

Pemeriksaan Darah Lengkap, seperti Hb

Bila dari hasil pembandingan hasilnya jauh di bawah garis normal dan atau ditemukan satu atau dua tanda klinis,
maka kemudian ditetapkan sebagai Gizi Buruk.

Pengobatan dan Pencegahan Yang Bisa Dilakukan

Pengobatan / Terapi
Kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, lemak dan gula. Pemberian protein akan dimulai setelah
sumber-sumber kalori lainnya sudah meningkatkan energi. Suplemen mineral dan vitamin juga
penting diberikan. Kadangkala anak-anak penderita gizi buruk mengalami intolerance lactosa,
sehingga perlu diberikan suplemen enzim lactase.
Terapi untuk kondisi ini bervariasi tergantung dari berat ringan penyakit. Apabila sudah sampai banyak
menimbulkan penyakit penyerta, seperti diare, anemia, infeksi paru dan kulit serta berbagai penyakit lainnya, maka
hal ini juga perlu diobati.
Penanganan yang dini biasanya menimbulkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa
meningkatkan kondisi kesehatan secara umum, namun biasanya terdapat sisa gejala fisik permanen dan akan
muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
Pencegahan
Pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari status gizi buruk :
1.

Berikan makanan yang tepat dan seimbang kepada anak anda yang terdiri dari karbohidrat, protein,
lemak, mineral dan vitamin. Lemak minimal diberikan 10 % dari total kalori yang dibutuhkan, sementara
protein diberikan 12 % dari total kalori. Sisanya adalah karbohidrat.

2.

Rajin mengukur berat badan dan tinggi badan anak anda dan mengawasi apakah anak anda berada
dalam standar pertumbuhan normal

Istilah yang juga berhubungan dengan gizi buruk adalah marasmus dan
kwashiorkor. Bentuk marasmus terjadi bila

si anak lebih kekurangan

kalori/energi, sedangkan kwashiorkor lebih karena kekurangan zat protein.


Gejala dan Tanda Yang Harus Diwaspadai
Gejala dan Tanda yang bisa ditemukan pada anak yang menderita gizi buruk
adalah :
1.

Anak sangat kurus

2.

Tinggi badan jauh lebih pendek dibanding anak-anak seusianya

3.
4.

Wajah seperti orang tua


Anak tampak lemah, lesu dan tidak bertenaga

5.
6.

Cengeng dan rewel


Rambut tipis, jarang, dan kusam

7.
8.

Kulit keriput
Tulang iga tampak jelas

9.
10.

Pantat kendur dan keriput


Perut cekung

Akibat dan Pemeriksaan Yang Bisa Dilakukan


Akibat yang bisa terjadi oleh status gizi buruk adalah;
1.

Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga kesehatan.

2.

Intelegensia yang rendah

3.
4.

Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal
Lebih sering terkena sakit infeksi seperti batuk pilek, diare, TBC, dan lain-lain karena turunnya kekebalan
tubuh

You might also like