You are on page 1of 22

CASE REPORT SESSION (CRS)

PERIODONTITIS MARGINALIS

Oleh :
Fauziyyah Karimah

12100114047

Serly Sri Wahyuni

12100114001

Ayu Niendar Puspita D

12100114024

Sekar Asmara JD

12100114100

Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut


Program Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung
RS Al-Islam Bandung
2015

BAB I
Status Pasien

1.1 Identitas Pasien


Nama

: Tn.S

Umur

: 66 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Pensiunan

Alamat

: Cempaka Arum

Tgl pemeriksaan

: 12 Agustus 2015

1.2 Keluhan Utama: Nyeri gigi kanan bawah


1.3 Riwayat Keluhan Sekarang:
Sejak 4 hari sebelum ke klinik gigi, pasien mengeluh adanya nyeri pada gigi kanan
bawah. Nyeri dirasakan terasa linu dan masih dirasakan hilang timbul. Keluhan dirasakan
ketika pasien menggunakannya untuk menggigit makanan, meminum air dingin ataupun
ketika sikat gigi dan akan hilang dengan sendirinya. Namun jika gigi pasien tidak di gunakan,
pasien tidak merasakan adanya linu pada gigi. Keluhan dirasakan membaik jika pasien
menggunakan koyo di bagian luar pipinya.
Pasien menyikat gigi minimal 2-3x dalam sehari. Pasien menyikat gigi dengan cara
menggosoknya ke kanan dan ke kiri saja dan jarang langsung mengganti sikat gigi jika bulu
sikat giginya sudah rusak.
Pasien menginginkan giginya dicabut agar tidak nyeri lagi.
Pasien memiliki kebiasaan mendorong lidah ke arah depan gigi namun menyangkal
memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut, menggigit jari atau kuku, menggigit bibir, tidak
merokok.
1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu:
Pasien mengatakan ia memiliki riwayat hipertensi terkontrol dan diabetes melitus
tidak terkontrol. Pasien menyangkal memiliki penyakit jantung, kelainan darah, riwayat
alergi, gastritis, tb paru, ashtma

Riwayat Keluarga : Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit asthma, diabetes
melitus, dan kolesterol tinggi
1.5 General Survey
Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Komposmentis

Tanda vital
- BP : 140/ 90 mmHg
- PR : 80x/ menit
- RR : 20/ menit
-T

: afebris

1.6 Pemeriksaan Extraoral

Bentuk wajah

: Simetris

Profil jaringan lunak : cembung

KGB

: tidak ada pembesaran

Open close jaw

: Deviasi kanan, Trismus (-)

TMJ : krepitasi (-/-)


clicking (+/+)
nyeri (-/-)

1.7 Pemeriksaan Intraoral

Oral higiene

: Sedang

Bibir

: Normotonus

Mukosa bukal : Normal,cheek biting (-)

Gingiva

: edema (-) hiperemis (-)

Lidah

: Normal

Dasar mulut

: Normal

Palatum

: Kedalaman normal,torus palatinus (-)

Tonsil

: T1, T1

1.8 Odontogram
8
8
X

7
7
O

6
6
X

5
5

4
4

V
3
3

2
2

1
1

1
1

2
2

3
3

1.9 Status Lokalis


Gigi
Karies
Sondasi
Dingin
Perkusi
Tekanan
Palpasi
Mobility
Saku gusi

47
+ (superficial)
+
+
Edema + Hiperemis +
Gr II
>2mm

Jaringan sekitar status lokalis :


- Edema (+)
- Hiperemis (+)
- Ulkus (-)
- Stomatitis (-)
1.10 Diagnosis Banding:

47 Periodontitis Marginalis Akut

47 Periodontal Abses

1.11 Diagnosis Kerja: 47 Periodontitis Marginalis Akut


1.12 Rencana Terapi:

Pro Resep

Pro Rujuk ke dokter gigi

Pro perawatan gingiva

Pro scalling

1.13 Usulan Pemeriksaan: Rontgen Panoramic

4
4

5
5

6
6
X

7
7

X
8
8

1.14 Terapi
R/ amoxicillin tab 500mg no XV
S 3 dd 1
R/ metronidazole tab 500mg no XV
S 3 dd 1

1.15 Konseling
1

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit, cara penanganannya, serta rencana


konsultasi ke dokter gigi.

Cara menyikat gigi yang baik dan benar serta frekuensi minimal 2 kali sehari setelah
makan dan sebelum tidur

Kontrol gula darah Konsul ke Penyakit Dalam

Kurangi makanan yang manis-manis

Tidak melakukan pencabutan gigi sendiri

Penggunaan mouthwash dan flossing untuk membersihkan sisa makanan.

Dental check up 6 bulan sekali, ada atau tidak ada keluhan. Apabila ada keluhan harus
secepatnya datang ke dokter gigi.

1.16 Prognosis
Quo ad vitam

: Ad bonam

Quo ad functionam

: Ad malam

BAB II
PEMBAHASAN KASUS
2.1 Analisa Kasus
TN.S 66 tahun

Nyeri pada gigi kanan bawah (4.7).

Nyeri terasa linu dan dirasakan hilang timbul.

Pada pemeriksaan ditemukan adanya hiperemis dan edema pada ginggiva 47, mobility
gr II pada 47, dan adanya saku gusi > 2 mm.

Riwayat DM tidak terkontrol

PERIODONTITIS

Gb 1 perbandingan gigi normal dengan periodontitis

2.2 Periodontitis
Definisi
Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi
epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar.
Pada pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing
(ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur
fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan, pembengkakan gingiva dan biasanya tidak ada
rasa sakit.
Epidemiologi
Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih merupakan
masalah di masyarakat. Prevalensi meningkat pada :
-

Bertambahnya usia
Peningkatan akumulasi plak dan kalkulus
Dibetes melitus
Kunjungan ke dokter gigi yang rendah

Etiologi dan Faktor Risiko


Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
-

Faktor lokal (ekstrinsik)


Faktor sistemik (intrinsik)

Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi,
sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.
Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu
inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang
disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar,
sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan
akar.

Gb. 2 Etiologi Periodontitis


a. Faktor Lokal
1. Plak bakteri
2. Kalkulus
3. Impaksi makanan
4. Pernafasan mulut
5. Sifat fisik makanan
6. Iatrogenik Dentistry
7. Trauma dari oklusi
1. Plak Bakteri
Plak bakteri merupakan suatu massa hasil pertumbuhan mikroba yang melekat erat
pada permukaan gigi dan gingiva bila seseorang mengabaikan kebersihan mulut. Berdasarkan

letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak
sub-gingiva yang berada apikal dari dasar gingival. Bakteri yang terkandung dalam plak di
daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit
periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat
toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan :
1. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh.
2. Mengurangi pertahanan jaringan tubuh
3. Menggerakkan proses immuno patologi.
Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis,
akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan multifaktor,
meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan
tubuh.
2. Kalkulus
Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami
pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan pendukung
penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan sisa
makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan
penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis
adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada
permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.
3. Impaksi makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan keadaan
awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang berjejal atau miring
merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan
gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi. Tanda-tanda yang
berhubungan dengan terjadinya impaksi makanan yaitu
a. perasaan tertekan pada daerah proksimal
b. rasa sakit yang sangat dan tidak menentu
c. inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering berbau.
d. resesi gingiva
e. pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari soketnya,
sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif terhadap perkusi.

f. kerusakan tulang alveolar dan karies pada akar


4. Pernafasan Mulut
Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk. Hal ini
sering dijumpai secara permanen atau sementara. Permanen misalnya pada anak dengan
kelainan saluran pernafasan, bibir maupun rahang, juga karena kebiasaan membuka mulut
terlalu lama. Sementara misal pasien penderita pilek dan pada beberapa anak yang gigi depan
atas protrusi sehingga mengalami kesulitan menutup bibir. Keadaan ini menyebabkan
viskositas (kekentalan) saliva akan bertambah pada permukaan gingiva maupun permukaan
gigi, aliran saliva berkurang, populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan palatum menjadi
kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit periodontal.
5. Sifat fisik makanan
Sifat fisik makanan merupakan hal yang penting karena makanan yang bersifat lunak
seperti bubur atau campuran semiliquid membutuhkan sedikit pengunyahan, menyebabkan
debris lebih mudah melekat disekitar gigi dan bisa berfungsi sebagai sarang bakteri serta
memudahkan pembentukan karang gigi. Makanan yang mempunyai sifat fisik keras dan kaku
dapat juga menjadi massa yang sangat lengket bila bercampur dengan ludah. Makanan yang
demikian tidak dikunyah secara biasa tetapi dikulum di dalam mulut sampai lunak bercampur
dengan ludah atau makanan cair, penumpukan makanan ini akan memudahkan terjadinya
penyakit. Makanan yang baik untuk gigi dan mulut adalah yang mempunyai sifat self
cleansing dan berserat yaitu makanan yang dapat membersihkan gigi dan jaringan mulut
secara lebih efektif, misalnya sayuran mentah yang segar, buah-buahan dan ikan yang
sifatnya tidak melekat pada permukaan gigi.
6. Iatrogenik Dentistry
Iatrogenik Dentistry merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan dokter gigi
yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan pada gigi dan jaringan
sekitarnya sehingga mengakibatkan kerusakan pada jaringan sekitar gigi. Dokter gigi harus
memperhatikan masa depan kesehatan jaringan periodontal pasien, misalnya :

Waktu melakukan penambalan pada permukaan proksimal (penggunaan matriks) atau


servikal, harus dihindarkan tepi tambalan yang menggantung (kelas II amalgam),

tidak baik adaptasinya atau kontak yang salah, karena hal ini menyebabkan mudahnya

terjadi penyakit periodontal.


Sewaktu melakukan pencabutan, dimulai dari saat penyuntikan, penggunaan bein

sampai tang pencabutan dapat menimbulkan rusaknya gingiva karena tidak hati hati
Penyingkiran karang gigi (manual atau ultra skeler) juga harus berhati hati, karena
dapat menimbulkan kerusakan jaringan gingiva.

7. Trauma dari oklusi


Trauma dari oklusi menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang
menyebabkan kerusakan jaringan disebut traumatik oklusi.
Trauma dari oklusi dapat disebabkan oleh :

Perubahan-perubahan tekanan oklusal Misal adanya gigi yang elongasi, pencabutan

gigi yang tidak diganti, kebiasaan buruk seperti bruksim, clenching.


Berkurangnya kapasitas periodonsium untuk menahan tekanan oklusal
Kombinasi keduanya.

Faktor Sistemik
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh
keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti hormon,
vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan
gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi
yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya
dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan
keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.
Faktor-faktor sistemik ini meliputi :

Demam yang tinggi


Defisiensi vitamin
Drugs atau pemakaian obat-obatan
Hormonal

1. Demam yang tinggi


Pada anak-anak sering terjadi penyakit periodontal selama menderita demam yang
tinggi, (misal disebabkan pilek, batuk yang parah). Hal ini disebabkan anak yang sakit tidak
dapat melakukan pembersihan mulutnya secara optimal dan makanan yang diberikan

biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada mulut
menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal.
2. Defisiensi vitamin
Defisiensi vitaman dapat menjadi salah satu faktor penyebab periodontitis. Defisiensi
vitamin C sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal
menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebut sehingga
terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan).
3. Drugs atau obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anak-anak
penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin
bukan penyebab langsung penyakit jaringan periodontal, tetapi hiperplasia gingiva
memudahkan terjadinya penyakit. Penyebab utama adalah plak bakteri.
4. Hormonal
Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan hormon estrogen
dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat inflamasi margin gingiva bila ada
faktor lokal penyebab penyakit

Klasifikasi

Gb. 2 klasifikasi Periodontitis

2.3 Periodontitis Marginalis


A. Definisi Periodontitis Marginalis
Periodontitis secara umum diartikan sebagai inflamasi yang melibatkan struktur
periodontal pendukung. Terlibatnya struktur periodontal pendukung oleh inflamasi bisa
akibat: 1) kelanjutan inflamasi dari gingivitis kronis yang tidak dirawat atau tidak tuntas
perawatannya, atau 2) penjalaran inflamasi dari pulpa gigi melalui foramen apikalis ke ruang
ligament periodontal di bagian apical.
Untuk membedakan kedua bentuk periodontitis tersebut, digunakan terminology yang
berbeda yaitu: 1) Periodontitis Marginalis, berkembang dari gingivitis (peradangan atau
infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah bawah gigi
sehingga

menyebabkan

kerusakan

yang

lebih

luas

pada

jaringan

periodontal.

dan 2) Periodontitis Apikalis, yaitu peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar apeks gigi
yang biasanya merupakan lanjutan dari infeksi atau peradangan pada pulpa.
B. Insidensi
Angka kejadian periodontitis marginalis berhubungan dengan umur, dan secara umum
efeknya pada jenis kelamin adalah sama. Bukan umur dari individu yang menyebabkan
meningkatnya prevalensi, tetapi lamanya waktu jaringan periodontal berubah oleh akumulasi
plak. Menurut jenis kelamin, laki- laki lebih banyak dari wanita, dan gambaran klinik
penyakit ini pada laki-laki lebih berat. Sedangkan pada ras kulit hitam, gambaran kliniknya
lebih berat daripada ras kulit putih. Pada saat ini angka kejadian periodontitis marginalis
berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan.
C. Etiologi

Pembentukkan periodontitis marginalis secara umum terjadi melalui interaksi dari


berbagai faktor. Secara umum etiologi penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa
faktor, antara lain;
1) Faktor lokal.
Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang
mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada
permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan
gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan
produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan
terjadilah periodontitis.
2) Faktor sistemik
Kebanyakan periodontitis marginalis terjadi pada pasien yang memiliki penyakit sistemik
yang mempengaruhi keefektivan respon host. Diabetes merupakan contoh penyakit yang
dapat meningkatkan keganasan penyakit ini, selain itu kehamilan, menopause dan
kelainan endokrin dapat juga menyebabkan periodontitis marginalis.
3) Lingkungan dan perilaku
Merokok dapat meningkatkan tingkat keparahan penyakit ini. Pada perokok, terdapat
lebih banyak kehilangan attachment dan tulang, lebih banyak furkasi dan pendalaman
poket. Obat-obatan juga dapat mempengaruhi penyakit ini. Antidepresan, parasetamol dan
antihistamin mengandung bahan-bahan yang menurunkan produksi air liur. Karena air
liur memiliki efek pembersihan pada gigi dan membantu menghambat pertumbuhan
bakteri, jika produksinya berkurang maka plak dan karang gigi dapat terbentuk lebih
mudah. Obat lain, terutama obat anti-kejang, calcium channel blockers dan obat-obatan
yang menekan sistem kekebalan tubuh, kadang-kadang menyebabkan pertumbuhan

berlebih dari jaringan gusi (gingiva hiperplasia), membuat plak lebih sulit untuk
dihilangkan.
4) Genetik
Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu keluarga, ini kemungkinan
menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengaruhi periodontitis marginalis ini.

Patogenesis Periodontitis Marginalis

Waktu

Sisa
makanan

Bakter
i

Plak
Kalkulus
Invasi Ginggiva melalui
Ginggival pocket
Ginggivitis
Marginalis
merusak Epitelial attachment
pada cementoenamel junction
Inflamasi membran
Periodental
Periodontitis Marginalis

Patofisiologi Periodontitis Marginalis


Kalkulus dan plak menginduksi inflamasi dalam sulcus ginggival kemudian mendesak kearah
apikal

Destruksi membran periodental

Timbul kantung periodental yang semakin dalam

Hubungan cementum dan tulang alveolar terputus

Terjadi resorpsi tulang dan gigi lepas

Tanda dan Gejala

Rasa sakit berdenyut-denyut, terus menerus dan terlokalisir


Gigi penyebab dan beberapa gigi lain goyang
Rasa dan bau tidak enak di mulut
Kesehatan gigi buruk, ditemukan banyak plak dan kalkulus
Adanya pembengkakan dan hiperemis pada ginggival
Migrasi gigi patologis
Terdapat pocket periodental

Pemeriksaan
1. Inflamasi gingiva dan pendarahan
Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status kebersihan mulut; bila buruk,
inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi pendarahan waktu penyikatan atau bahkan
pendarahan spontan.
2. Poket

Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting dari diagnosis periodontal.


Bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya
migrasi ke apikal dari epitelium krevikular
3. Resesi gingiva
Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat meyertai periodontitis kronis.
4. Mobilitas gigi
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi gigi yang bersangkutan dengan
alat atau ujung jari dengan ujung jari lainnya pada sisi gigi yang berseberangna dan gigi
tetangganya yang digunakan sebagai titik pedoman sehingga gerakan realtif dapat diperiksa.
5. Nyeri
Nyeri atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya inflamasi aktif dari jaringan
penopang.
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesa, gambaran klinik dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesa didapatkan gejala berupa banyak ditemukan kalkulus, gusi


mudah berdarah, gigi goyang.

Dari pemeriksaan penunjang untuk memastikan bakteri penyebab dapat


dilakukan kultur, dan pemeriksaan radiologis.

Penatalaksanaan
1. Skaling dan root planing
Skaling subginggiva adalah metode paling konservatif dari reduksi poket dan bila
poket dangkal, merupakan satu-satunya perawaan yang perlu dilakukan. Meskipun
demikian, bila kedalaman poket 4 mm atau lebih, diperlukan perawatan tambahan. Ayng
pain gsering adalah root planing dengan atau tanpa kuretase subginggiva.Skaling adalah
suatu tindakan pembersihan plak gigi,kalkulus dan deposit-deposit lain dari permukaan
gigi. Penghalusan akar dilakukan untuk mencegah akumulasi kembali dari deposit-deposit
tersebut. Tertinggalnya kalkulus supragingival maupun kalkulus subgingival serta ketidak

sempurnaan penghalusan permukaan gigi dan akar gigi mengakibatkan mudah terjadi
rekurensi pengendapan kalkulus pada permukaan gigi.
2. Antibiotik
Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di
bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting. Obat pilihan
adalah tetrasiklin, tetapi akhir-akhir ini obat yang mengandung metronidazol dibuktikan
sangat efektif terhadap bakteri patogen periodontal.
Pengalaman

klinik

menunjukkan

bahwa

metronidazol

dikombinasikan

dengan

amoksisilin sangat efektif untuk perawatan periodontitis lanjut dan hasilnya memuaskan.
3. Kumur-kumur antiseptik
Terutama yang sering digunakan pada saat sekarang adalah chlorhexidin atau heksitidin
yang telah terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal dan
dapat mematikan bakteri patogen periodontal serta dapat meghambat terbentuknya plak.
4. Bedah periodontal
Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan akan jauh lebih
kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman poket tidak berkurang, maka
perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang disebut gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat
dilakukan di bawah bius lokal. Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi
dengan perawatan di atas, dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur yang
meliputi pembukaan jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang
meradang di bawahnya.
5. Ektraksi gigi
Bila kegoyangan gigi parah atau didapatakan gangren pulpa, maka dilakukan ektraksi
gigi.
Pencegahan Periodontitis

Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum
tidur.

Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang
tersangkut di antara celah gigi-geligi.

Berhenti merokok

Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol
rutin dan pembersihan

Komplikasi

Kehilangan gigi

Coronary artery disease

Stroke

Premature, BBLR

Gangguan Respirasi

Rheumatoid arthritis

Asthma

Prognosis
Prognosis bergantung pada perawatan periodontik, perawatan saluran bukan
merupakan indikasi, terutama jika pulpanya masih vital. Bila penanganan dilakukan segera,
kehilangan gigi dapat dicegah, bila tidak ditangani dengan baik dapat terbentuk pus dan bisa
meluas menjadi pyorrhea alveolaris atau dapat menimbulkan kegoyangan gigi yang parah
sehingga harus dilakukan ekstraksi gigi.

2.4 Mekanisme terjadinya penyakit periodontal pada penderita diabetes mellitus

Penyakit diabetes mellitus berpengaruh aktif terhadap kerusakan jaringan. Pada


penderita diabetes mellitus dengan kelainan periodontal selalu diikuti dengan factor iritasi
lokal. Disebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan factor predisposisi yang dapat
mempercepat kerusakan jaringan periodontal yang dimulai oleh agen microbial, perubahan
vaskuler pada penderita diabetes dapat mengenai pembuluh darah besar dan kecil.
Perubahan pada pembuluh darah kecil dapat dijumpai pada arteriol, kapiler dan
venula pada bermacam macam organ serta jaringan. Akibat adanya angiopati pada penderita
diabetes mellitus , pada jaringan periodontal akan mengalami kekurangan suplai darah dan
terjadi kekurangan oksigen, akibatnya akan terjadi kerusakan jaringan periodontal.
Selanjutnya akibat kekurangan oksigen pertumbuhan bakteri anaerob akan meningkat.
Dengan adanya infeksi bakteri anaerob pada diabetes mellitus akan menyebabkan pertahanan
dan perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan hipoksia jaringan sehingga bakteri anaerob
yang terdapat pada plak subgingiva menjadi berkembang dan lebih pathogen serta
menimbulkan infeksi pada jaringan periodontal. Pada neuropati diabetes mellitus yang
mengenai syaraf otonom yang menginervasi kelenjar saliva, akan mengakibatkan produksi
saliva berkurang dan terjadi xerostom
Menurunnya kepadatan tulang seringkali mempunyai kaitan dengan diabetes mellitus.
Sehubungan dengan kejadian ini, perlu diketahui bahwa insulin dan regulasi diabetes mellitus
mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang, antara lain insulin meningkatkan uptake
asam amino dan sintesis kolagen oleh sel tulang, yang penting untuk formasi tulang oleh
osteoblast. Regulasi jelek diabetes mellitus menyebabkan hipokalsemia yang akan
menimbulkan peningkatan hormon paratiroid ( resorbsi tulang akan meningkat) regulasi jelek
diabetes mellitus juga mengganggu metabolisme vitamin D3 dengan kemungkinan
menurunnya absorbsi kalsium di usus. Selain itu juga akan merangsang makrofag untuk
sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkan resorbsi tulang. Semua pengaruh diabetes
mellitus pada tulang inilah yang menyebabkan adanya hubungan antara diabetes mellitus
dengan penurunan kepadatan tulang.
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan jaringan periodontal. Ada beberapa hal yang terjadi pada pasien diabetes sehingga
penyakit ini cenderung untuk memperparah kesehatan dari jaringan periodontal :
Bacterial Pathogens

Kandungan glukosa yang terdapat di dalam cairan gusi dan darah pada pasien diabetes
dapat mengubah lingkungan dari mikroflora, meliputi perubahan kualitatif bakteri yang
berpengaruh

terhadap

keparahan

dari

penyakit

periodontal.

Polymorphonuclear Leukocyte Function


Penderita diabetes rentan terhadap terjadinya infeksi. Hal ini dihipotesiskan sebagai
akibat dari polymorphonuclear leukocyte deficiencies yang menyebabkan gangguan
chemotaxis, adherence, dan defek phagocytosis. Pada pasien dengan diabetes yang tidak
terkontrol terjadi pula gangguan pada fungsi PMN (polymorphonuclear leukocytes) dan
monocytes/macrophage yang berperan sebagai pertahanan terhadap bakteri patogen.

Altered Collagen Metabolism


Pada pasien diabetes yang tidak terkontrol yang mengalami hiperglikemi kronis
terjadi pula perubahan metabolisme kolagen, dimana terjadi peningkatan aktivitas
collagenase dan penurunan collagen synthesis.
Kolagen yang terdapat di dalam jaringan cenderung lebih mudah mengalami
kerusakan akibat infeksi periodontal. Hal ini mempengaruhi integritas jaringan tersebut.

You might also like