Professional Documents
Culture Documents
PERIODONTITIS MARGINALIS
Oleh :
Fauziyyah Karimah
12100114047
12100114001
12100114024
Sekar Asmara JD
12100114100
BAB I
Status Pasien
: Tn.S
Umur
: 66 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
: Cempaka Arum
Tgl pemeriksaan
: 12 Agustus 2015
Riwayat Keluarga : Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit asthma, diabetes
melitus, dan kolesterol tinggi
1.5 General Survey
Keadaan umum
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda vital
- BP : 140/ 90 mmHg
- PR : 80x/ menit
- RR : 20/ menit
-T
: afebris
Bentuk wajah
: Simetris
KGB
Oral higiene
: Sedang
Bibir
: Normotonus
Gingiva
Lidah
: Normal
Dasar mulut
: Normal
Palatum
Tonsil
: T1, T1
1.8 Odontogram
8
8
X
7
7
O
6
6
X
5
5
4
4
V
3
3
2
2
1
1
1
1
2
2
3
3
47
+ (superficial)
+
+
Edema + Hiperemis +
Gr II
>2mm
47 Periodontal Abses
Pro Resep
Pro scalling
4
4
5
5
6
6
X
7
7
X
8
8
1.14 Terapi
R/ amoxicillin tab 500mg no XV
S 3 dd 1
R/ metronidazole tab 500mg no XV
S 3 dd 1
1.15 Konseling
1
Cara menyikat gigi yang baik dan benar serta frekuensi minimal 2 kali sehari setelah
makan dan sebelum tidur
Dental check up 6 bulan sekali, ada atau tidak ada keluhan. Apabila ada keluhan harus
secepatnya datang ke dokter gigi.
1.16 Prognosis
Quo ad vitam
: Ad bonam
Quo ad functionam
: Ad malam
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
2.1 Analisa Kasus
TN.S 66 tahun
Pada pemeriksaan ditemukan adanya hiperemis dan edema pada ginggiva 47, mobility
gr II pada 47, dan adanya saku gusi > 2 mm.
PERIODONTITIS
2.2 Periodontitis
Definisi
Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi
epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang alveolar.
Pada pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing
(ditempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur
fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan, pembengkakan gingiva dan biasanya tidak ada
rasa sakit.
Epidemiologi
Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih merupakan
masalah di masyarakat. Prevalensi meningkat pada :
-
Bertambahnya usia
Peningkatan akumulasi plak dan kalkulus
Dibetes melitus
Kunjungan ke dokter gigi yang rendah
Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi,
sedangkan faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.
Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor lokal yaitu
inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya. Kerusakan yang
disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan ketinggian tulang alveolar,
sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya tulang alveolar pada sisi permukaan
akar.
letak huniannya, plak dibagi atas supra gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak
sub-gingiva yang berada apikal dari dasar gingival. Bakteri yang terkandung dalam plak di
daerah sulkus gingiva mempermudah kerusakan jaringan. Hampir semua penyakit
periodontal berhubungan dengan plak bakteri dan telah terbukti bahwa plak bakteri bersifat
toksik. Bakteri dapat menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung dengan jalan :
1. Meniadakan mekanisme pertahanan tubuh.
2. Mengurangi pertahanan jaringan tubuh
3. Menggerakkan proses immuno patologi.
Meskipun penumpukan plak bakteri merupakan penyebab utama terjadinya gingivitis,
akan tetapi masih banyak faktor lain sebagai penyebabnya yang merupakan multifaktor,
meliputi interaksi antara mikroorganisme pada jaringan periodontal dan kapasitas daya tahan
tubuh.
2. Kalkulus
Kalkulus terdiri dari plak bakteri dan merupakan suatu massa yang mengalami
pengapuran, terbentuk pada permukaan gigi secara alamiah. Kalkulus merupakan pendukung
penyebab terjadinya gingivitis (dapat dilihat bahwa inflamasi terjadi karena penumpukan sisa
makanan yang berlebihan) dan lebih banyak terjadi pada orang dewasa, kalkulus bukan
penyebab utama terjadinya penyakit periodontal. Faktor penyebab timbulnya gingivitis
adalah plak bakteri yang tidak bermineral, melekat pada
permukaan kalkulus, mempengaruhi gingiva secara tidak langsung.
3. Impaksi makanan
Impaksi makanan (tekanan akibat penumpukan sisa makanan) merupakan keadaan
awal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal. Gigi yang berjejal atau miring
merupakan tempat penumpukan sisa makanan dan juga tempat terbentuknya plak, sedangkan
gigi dengan oklusi yang baik mempunyai daya self cleansing yang tinggi. Tanda-tanda yang
berhubungan dengan terjadinya impaksi makanan yaitu
a. perasaan tertekan pada daerah proksimal
b. rasa sakit yang sangat dan tidak menentu
c. inflamasi gingiva dengan perdarahan dan daerah yang terlibat sering berbau.
d. resesi gingiva
e. pembentukan abses periodontal menyebabkan gigi dapat bergerak dari soketnya,
sehingga terjadinya kontak prematur saat berfungsi dan sensitif terhadap perkusi.
tidak baik adaptasinya atau kontak yang salah, karena hal ini menyebabkan mudahnya
sampai tang pencabutan dapat menimbulkan rusaknya gingiva karena tidak hati hati
Penyingkiran karang gigi (manual atau ultra skeler) juga harus berhati hati, karena
dapat menimbulkan kerusakan jaringan gingiva.
Faktor Sistemik
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat oleh
keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material seperti hormon,
vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini terganggu dapat mengakibatkan
gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi
yang dibutuhkan oleh sel-sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya
dapat ditahan atau hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan
keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau
menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.
Faktor-faktor sistemik ini meliputi :
biasanya berbentuk cair. Pada keadaan ini saliva dan debris berkumpul pada mulut
menyebabkan mudahnya terbentuk plak dan terjadi penyakit periodontal.
2. Defisiensi vitamin
Defisiensi vitaman dapat menjadi salah satu faktor penyebab periodontitis. Defisiensi
vitamin C sebenarnya tidak menyebabkan penyakit periodontal, tetapi adanya iritasi lokal
menyebabkan jaringan kurang dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersebut sehingga
terjadi reaksi inflamasi (defisiensi memperlemah jaringan).
3. Drugs atau obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan hiperplasia, hal ini sering terjadi pada anak-anak
penderita epilepsi yang mengkomsumsi obat anti kejang, yaitu phenytoin (dilantin). Dilantin
bukan penyebab langsung penyakit jaringan periodontal, tetapi hiperplasia gingiva
memudahkan terjadinya penyakit. Penyebab utama adalah plak bakteri.
4. Hormonal
Penyakit periodontal dipengaruhi oleh hormon steroid. Peningkatan hormon estrogen
dan progesteron selama masa remaja dapat memperhebat inflamasi margin gingiva bila ada
faktor lokal penyebab penyakit
Klasifikasi
menyebabkan
kerusakan
yang
lebih
luas
pada
jaringan
periodontal.
dan 2) Periodontitis Apikalis, yaitu peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar apeks gigi
yang biasanya merupakan lanjutan dari infeksi atau peradangan pada pulpa.
B. Insidensi
Angka kejadian periodontitis marginalis berhubungan dengan umur, dan secara umum
efeknya pada jenis kelamin adalah sama. Bukan umur dari individu yang menyebabkan
meningkatnya prevalensi, tetapi lamanya waktu jaringan periodontal berubah oleh akumulasi
plak. Menurut jenis kelamin, laki- laki lebih banyak dari wanita, dan gambaran klinik
penyakit ini pada laki-laki lebih berat. Sedangkan pada ras kulit hitam, gambaran kliniknya
lebih berat daripada ras kulit putih. Pada saat ini angka kejadian periodontitis marginalis
berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan.
C. Etiologi
berlebih dari jaringan gusi (gingiva hiperplasia), membuat plak lebih sulit untuk
dihilangkan.
4) Genetik
Biasanya kerusakan periodontal sering terjadi di dalam satu keluarga, ini kemungkinan
menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengaruhi periodontitis marginalis ini.
Waktu
Sisa
makanan
Bakter
i
Plak
Kalkulus
Invasi Ginggiva melalui
Ginggival pocket
Ginggivitis
Marginalis
merusak Epitelial attachment
pada cementoenamel junction
Inflamasi membran
Periodental
Periodontitis Marginalis
Pemeriksaan
1. Inflamasi gingiva dan pendarahan
Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status kebersihan mulut; bila buruk,
inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi pendarahan waktu penyikatan atau bahkan
pendarahan spontan.
2. Poket
Penatalaksanaan
1. Skaling dan root planing
Skaling subginggiva adalah metode paling konservatif dari reduksi poket dan bila
poket dangkal, merupakan satu-satunya perawaan yang perlu dilakukan. Meskipun
demikian, bila kedalaman poket 4 mm atau lebih, diperlukan perawatan tambahan. Ayng
pain gsering adalah root planing dengan atau tanpa kuretase subginggiva.Skaling adalah
suatu tindakan pembersihan plak gigi,kalkulus dan deposit-deposit lain dari permukaan
gigi. Penghalusan akar dilakukan untuk mencegah akumulasi kembali dari deposit-deposit
tersebut. Tertinggalnya kalkulus supragingival maupun kalkulus subgingival serta ketidak
sempurnaan penghalusan permukaan gigi dan akar gigi mengakibatkan mudah terjadi
rekurensi pengendapan kalkulus pada permukaan gigi.
2. Antibiotik
Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di
bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting. Obat pilihan
adalah tetrasiklin, tetapi akhir-akhir ini obat yang mengandung metronidazol dibuktikan
sangat efektif terhadap bakteri patogen periodontal.
Pengalaman
klinik
menunjukkan
bahwa
metronidazol
dikombinasikan
dengan
amoksisilin sangat efektif untuk perawatan periodontitis lanjut dan hasilnya memuaskan.
3. Kumur-kumur antiseptik
Terutama yang sering digunakan pada saat sekarang adalah chlorhexidin atau heksitidin
yang telah terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal dan
dapat mematikan bakteri patogen periodontal serta dapat meghambat terbentuknya plak.
4. Bedah periodontal
Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan akan jauh lebih
kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman poket tidak berkurang, maka
perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang disebut gingivectomy. Tindakan operasi ini dapat
dilakukan di bawah bius lokal. Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi
dengan perawatan di atas, dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur yang
meliputi pembukaan jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang
meradang di bawahnya.
5. Ektraksi gigi
Bila kegoyangan gigi parah atau didapatakan gangren pulpa, maka dilakukan ektraksi
gigi.
Pencegahan Periodontitis
Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum
tidur.
Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang
tersangkut di antara celah gigi-geligi.
Berhenti merokok
Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol
rutin dan pembersihan
Komplikasi
Kehilangan gigi
Stroke
Premature, BBLR
Gangguan Respirasi
Rheumatoid arthritis
Asthma
Prognosis
Prognosis bergantung pada perawatan periodontik, perawatan saluran bukan
merupakan indikasi, terutama jika pulpanya masih vital. Bila penanganan dilakukan segera,
kehilangan gigi dapat dicegah, bila tidak ditangani dengan baik dapat terbentuk pus dan bisa
meluas menjadi pyorrhea alveolaris atau dapat menimbulkan kegoyangan gigi yang parah
sehingga harus dilakukan ekstraksi gigi.
Kandungan glukosa yang terdapat di dalam cairan gusi dan darah pada pasien diabetes
dapat mengubah lingkungan dari mikroflora, meliputi perubahan kualitatif bakteri yang
berpengaruh
terhadap
keparahan
dari
penyakit
periodontal.