You are on page 1of 4

globalization

The influence of globalization on the one hand actually causes


negative effects for the culture of Indonesia. The norms contained in
the Indonesian culture slowly began to fade. The unceasing rush of
technology is accompanied interinsik values imposed on it, has raised
the issue of globalization and eventually cause a new value of the unity
of the world. Radhakrishnan in his book Eastern Religion and Western
Though (1924) states "for the first time in human history, awareness of
the unity of the world has stamped us, whether he likes it or not, East
and West have merged, and never again separate. It means that
between the west and east there is no difference. Or in other words our
culture merged with a foreign culture. If the east and west are united,
there masihkah hallmark of our culture? Or are we lost in the culture of
other nations without leaving the slightest our value system? Therefore
it is necessary dipertahanan socio-cultural aspects of Indonesia as a
nation's identity. The trick is filtering into the culture of Indonesia and
the preservation of national culture. For people who are trying to
develop traditional art became part of modern life, will certainly
continue to modify the forms of art are still berpolakan past to be a
commodity that can be consumed by modern society. Because the real
art is beautiful and expensive. Art is the wealth of Indonesia which is
priceless and not owned by foreign nations. Therefore, as the younger
generation, which is the heir to the national culture, art and culture
should preserve for the future of our children and grandchildren.

Bon Jovi fans sell possessions for concert tickets


As the second concert of American rock band Bon Jovi approaches,
fans have placed their belongings for sale on social media in order to
purchase tickets for the concert.
The tickets for the Sept. 11 concert, which range in price from Rp
500,000 (US$37.43) to as much as Rp 3,500,000, became available on
Monday from various outlets.
A Twitter user called @CiptoYeones announced on his Twitter account
that he was willing to sell an Alexander Christie watch for Rp 500,000.
"I want to buy the ticket," the user said in a tweet posted on Saturday.
Meanwhile, a Twitter user named @Vidi_sehat posted his DSLR camera
Olympus E520 for sale on Twitter with the hashtag #DemiBonJovi (for
the sake of Bon Jovi) on June 20.
Another fan, a Twitter user named @_lynnavirna, went to more
extreme lengths by selling her Vespa Piaggio 150ie.
"For Bon Jovi, I let go my maroon lvx 150ie 3V! Super serious!" she said
on a tweet posted Monday.
The cheapest tickets are for the stadiums upper tiers, followed by the
lower tiers priced at Rp 750,000, festival B seats for Rp 950,000,
festival A seats for Rp 1,250,000 and the most expensive, VIP seats,
priced at Rp 3,500,000.
- See more at:
http://www.thejakartapost.com/news/2015/06/29/bon-jovi-fanssell-possessions-concert-tickets.html#sthash.kSZ5Pk0b.dpuf

globalisasi
Pengaruh globalisasi di satu sisi benar-benar menyebabkan efek
negatif bagi budaya Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam
budaya Indonesia perlahan mulai memudar. Terburu-buru tak hentihentinya teknologi disertai nilai-nilai interinsik dikenakan pada itu,
telah mengangkat isu globalisasi dan akhirnya menyebabkan nilai baru
dari kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Agama Timur dan
Barat Meskipun (1924) menyatakan "untuk pertama kalinya dalam
sejarah manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah dicap kita,
apakah dia suka atau tidak, Timur dan Barat telah bergabung, dan
tidak pernah lagi terpisah . Ini berarti bahwa antara barat dan timur
tidak ada perbedaan. Atau dengan kata lain budaya kita bergabung
dengan budaya asing. Jika timur dan barat disatukan, ada masihkah
ciri khas budaya kita? Atau kita hilang dalam budaya lain negara tanpa
meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu
dipertahanan aspek sosial budaya yang diperlukan Indonesia sebagai
identitas bangsa. Caranya adalah penyaringan ke dalam budaya
Indonesia dan pelestarian budaya nasional. Bagi orang-orang yang
mencoba untuk mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari
kehidupan modern, tentu akan terus memodifikasi bentuk seni masa
lalu masih berpolakan menjadi komoditas yang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat modern. Karena seni sebenarnya adalah indah dan mahal.
Seni adalah kekayaan Indonesia yang tak ternilai harganya dan tidak
dimiliki oleh negara-negara asing. Oleh karena itu, sebagai generasi
muda, yang merupakan pewaris budaya nasional, seni dan budaya
harus melestarikan untuk masa depan anak cucu kita.

Penggemar Bon Jovi menjual harta untuk tiket konser


Sebagai konser kedua band rock Amerika pendekatan Bon Jovi,
penggemar telah menempatkan barang-barang mereka untuk dijual di
media sosial untuk membeli tiket untuk konser.
Tiket untuk 11 September konser, yang kisaran harga dari Rp 500.000
(US $ 37,43) untuk sebanyak Rp 3.500.000, menjadi tersedia pada hari
Senin dari berbagai outlet.
Seorang pengguna Twitter bernamaCiptoYeones mengumumkan di
Twitter-nya akun bahwa ia bersedia untuk menjual Alexander Christie
menonton untuk Rp 500.000.
"Saya ingin membeli tiket," kata pengguna dalam tweet yang diposting
pada Sabtu.
Sementara itu, seorang pengguna Twitter bernamaVidi_sehat diposting
kamera DSLR-nya Olympus E520 dijual di Twitter dengan hashtag
#DemiBonJovi (demi Bon Jovi) pada tanggal 20 Juni.
Fan lain, seorang pengguna Twitter bernama_lynnavirna, pergi ke
panjang lebih ekstrim dengan menjual nya 150ie Vespa Piaggio.
"Untuk Bon Jovi, saya melepaskan maroon saya LVX 150ie 3V Super
serius!" katanya pada sebuah tweet yang diposting Senin.
Tiket termurah adalah untuk tingkatan atas stadion, diikuti oleh
tingkatan yang lebih rendah dengan harga Rp 750.000, kursi festival B
Rp 950.000, A kursi festival seharga Rp 1.250.000 dan yang paling
mahal, kursi VIP, harga Rp 3.500.000

You might also like