Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada perencanaan dan pelaksanaan proyek sering terjadi pembengkakan biaya
karena hal-hal yang tidak perlu. Hal ini perlu diperhatikan, karena pada dasarnya kita
sebagai engineer harus bisa mengefisiensikan biaya pada perncanaan dan pelaksanaan
suatu proyek.
Maka dari itu, perlu adanya rekayasa teknis dari perencanaan bangunan, tanpa
mengurangi fungsi struktur maupun arsitektur bangunan sehingga didapatkan biaya
pelaksanaan dan pekerjaan yang lebih murah. Hal ini disebut value engineering,
biasanya dilakukan oleh kontraktor dan pemilik proyek sebelum melaksanakan
sebuah pekerjaan. Value engineering juga dilakukan oleh konsultan perencana dalam
mennetukan tipe struktur, bahan, serta bentuk bangunan yang akan dituangkan ke
dalam sebuah design bangunan secara utuh.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan pokok dari uraian singkat ini ialah menambah pengetahuan untuk
Mahasiswa Teknik Sipil tentang Value Engineering.
1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode studi pustaka yaitu dengan
mencari sumber-sumber pustaka yang memuat materi yang hendak disampaikan
dalam hal ini adalah materi mengenai Value Engineering.
BAB II
KAJIAN TEORI
(1959)
dalam
Barrie
dan
Poulson
(1984)
mengatakan
Value
5.
pelaksanaan dan pekerjaan yang lebih murah. Value engineering biasanya dilakukan
oleh kontraktor dan pemilik proyek sebelum melaksanakan sebuah pekerjaan. Value
Engineering juga dilakukan oleh konsultan perencana dalam menentukan tipe
struktur, bahan, serta bentuk bangunan yang akan dituangkan kedalam sebuah design
bangunan secara utuh.
2.2 Faktor-faktor Timbulnya Biaya yang tidak Perlu
Beberapa hal yang mendasari value engineering sangat penting dipahami oleh
setiap perencana dan pelaksana proyek sehingga dapat menyebabkan biaya-biaya
yang tidak perlu muncul setap kegiatan proyek berlangsung, hal-hal tersebut antara
lain :
1.
2.
3.
4.
5.
2.4.1.1
Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara
umum/keseluruhan, untuk apa proyek konstruksi itu dibuat. Contohnya adalah
gedung sekolah yang mempunyai fungsi untuk mendidik anak.
2.4.1.2
Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara
ruang-ruang yang dibutuhkan dan yang akan terbentuk dalam proyek, untuk
mendapatkan fungsi ruang yang diperlukan dalam proyek konstruksi, yang dapat
dilihat pada contoh ruang kelas yang berfungsi sebagai tempat pengajaran dilakukan.
2.4.1.3
Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara
elemental yang dibutuhkan dan yang akan terbentuk dalam proyek konstruksi, yang
dapat dilihat pada contoh pintu ruangan untuk membuka akses atau menutup akses.
2.4.2 Evaluasi Fungsi
Tahapan evaluasi fungsi dilakukan untuk mendapatkan alternatif yang
digunakan. Penentuan alternatif yang dipakai sesuai dengan fungsi yang diharapkan
dan biaya yang terendah.
2.4.3 FAST Diagram
FAST diagram dilakukan untuk melihat identifikasi fungsi dasar dan fungsi
pelengkap. Cara kerja diagram ini berawal dari penentuan fungsi utama dan
bagaimana cara pencapainnya (how), dan akan dijelaskan mengana hal tersebut
dilakukan (why). Diagram ini juga melakukan pembagian antara lingkup desain dan
lingkup konstruksi untuk tercapainya analisa yang dibuat.
Pada FAST diagram dijelaskan konsep pemikiran pada fase desain dan fase
konstruksi. Pada fase desain menjelaskan bagaimana cara yang dilakukan untuk
memecahkan masalah yang akan timbul. Sedangkan pada masa konstruksi dijelaskan
bagaimana cara yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang timbul.
2.4.4 Alokasi Biaya Terhadap Fungsi (Allocated Cost of Function)
Beberapa ahli melakukan alokasi biaya terhadap fungsi dalam fungsi definisi
ini. Seperti contoh, rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai berikut :
-
Merawat pasien
Mendiagnosa pasien
sehingga dapat melihat biaya yang dihasilkan berdasarkan setiap fungsi. Perhitungan
ini dilakukan dengan membandingkan beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan dan fungi yang sama. Tabel 2.2 memberikan contoh cara alokasi
biaya terhadap fungsi.
Tabel 2.2. Contoh Allocated Cost to Function (Mcgeorge dan Palmer,
1997)
10
11
1. Tahap Persiapan
Pada tahap pertama ini akan dilakukan identifikasi permasalahan yang terjadi
sehingga dapat ditentukan tujuan yang akan dicapai.
2. Tahap Informasi
Pada tahap ini meliputi pencarian informasi sebanyak-banyaknya untuk menggali
lebih jauh mengenai proyek yang akan dibahas. Informasi ini dapat digunakan
sebagai perencanaan proyek pada tahap selanjutnya.
3. Tahap Kreatif
Pada tahap ini dilakukan identifikasi sejumlah alternatif ide-ide baru, metode
konstruksi baru, perencanaan baru. Hasil yang dapat dicapai adalah
kemungkinan-kemungkinan alternatif lain yang dapat dipakai dalam pemenuhan
fungsi.
4. Tahap Analisa
Tahapan ini bertujuan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada dan
melakukan analisa terhadap alternatif-alternatif tersebut untuk mendapatkan yang
terbaik.
5. Tahap Pengembangan
Tahapan ini membuat perbandingan perencanaan yang direncanakan, sehingga
dapat melihat perbandingan dari tiap-tiap life-cycle cost sehingga dapat melihat
keuntungan maupun kerugian perencanaan yang dibuat.
6. Tahap Presentasi
Tahapan ini paling penting karena komunikasi yang kurang baik akan menjadi
hambatan terhadap respon dari tim perencana. Keberhasilan tahap ini banyak
12
diatas
mempunyai
keuntungan
maupun
kerugian,
yang
memerlukan
13
2. The Charette
Metode ini dilakukan pertama kali oleh ahli VE yang bernama Bob Charette
yang merumuskan arahan melalui identifikasi fungsi dari ruang yang
direncanakan. Pendekatan ini dilakukan pada akhir perumusan arahan pemilik
(setelah tim perencana ditunjuk tetapi sebelum perencanaan dimulai).
Koordinator tim VE memimpin tim perencana dan pemilik melaksanakan VE
selama satu atau dua hari pertemuan.
3. The Contractor Change Proposal
Pelaksanaan VE ini dilakukan atas dasar inisiatif kontraktor yang mengusulkan
perubahan desain setelah pelelangan atau pada tahapan kontruksi, yang sering
disebut VECP (Value Engineering Change Proposal). Hal ini dapat dilakukan
oleh kontraktor yang ditujukan kepada pemilik yang mengajukan proposal
terhadap penghematan biaya yang dapat dihasilkan.
4. Japanese 3 Hour Compact VE Program
14
pada
saat
awal
dengan
memutuskan
apakah
benar-benar
15
2. Brief
Pembelajaran yang memerlukan definisi dari fungsi ruang dalam proyek, hal ini
lebih pada alternatif yang dilakukan.
3. Sketch design
Melakukan proses pembelajaran mulai desain pertama itu dibuat, dengan
memperhatikan hal-hal yang penting untuk dilakukan.
4. Construction stage
Proses pembelajaran yang dilakukan pada saat konstruksi dan dilakukan oleh
kontraktor yang ditujukan kepada owner untuk melakukan perubahan dalam
evaluasi penghematan yang dapat dilakukan, biasa disebut dengan VECP (Value
Engineering Change Proposal).
5. Combination of above
Proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan dari cara yang
dapat dilakukan seperti diatas.
6. Continuous process
Proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus mulai dari tahap
desain, tahap konstruksi sampai proyek tersebut selesai.
2.4.13 Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)
Evaluasi sangat penting dilakukan untuk melihat alternatif mana yang terbaik
dilakukan. Teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan evaluasi alternatif adalah :
16
1. Weight matrix
Evaluasi dari alternatif yang dihasilkan dengan menggunakan pembobotan pada
setiap komponen.
2. Other mathematical techniques
Teknik matematika yang dapat digunakan dalam penentuan evaluasi alternatif
yang dapat dilakukan.
3. Voting
Melakukan suara terbanyak (voting) yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
alternatif yang dipakai.
4. Subjective evaluation
Evaluasi yang dilakukan secara subyektif yang dipakai untuk menentukan
alternatif yang dipakai.
2.5 Waktu Mengaplikasikan Value Engineering
Value Engineering Program dapat diaplikasikan pada setiap saat sepanjang
waktu berlangsungnya proyek itu, dari awal hingga selesainya pelaksanaan
pembangunan proyek tersebut.
Seringkali proyek telah berjalan tanpa diadakan Value Study. Hal yang demikian
ini seharusnya tidak terjadi, adalah penting sekali bagi Value Consultant untuk
menjamin dan meyakinkan bahwa setiap proyek akan dapat mencapai suatu
penghematan biaya melalui usaha Value Engineering. Lebih praktis apabila Value
Engineering dapat diaplikasikan pada saat tertentu dalam tahap perencanaan untuk
mencapai hasil yang maksimal.
17
Waktu adalah sangat penting, secara umum bahwa Value Engineering Program
harus dimulai sejak dini pada tahap konsep dan secara kontinyu pada interval sampai
selesainya perencanaan.
2.5.1
Tahap Perencanaan
Aplikasi Value Engineering harus diusahakan pada tahap konsep perencanaan.
Karena pada saat ini, kita mempunyai flexibilitas yang maksimal untuk mengadakan
perubahan-perubahan
tanpa
menimbulkan
biaya
untuk
redesign.
Dengan
(requirements),
dan
kriteria-kriteria
yang
bersangkutan
18
Koordinasi yang terpadu antara Value Engineering specialist, Pemilik Proyek dan
Perencana meneliti secara mendalam, menyeluruh dan menyatakan dengan tegas
kebenaran dari semua keperluan-keperluan dan menghilangkan kesimpang
siuran.
2.5.2
Value
Engineering
ini
harus
dilaksanakan
pada
tahap
19
sangat tergantung dengan keadaan time schedule dari proyek pada saat dimana Value
Engineering study akan dilaksanakan.
2.5.3
Apabila suatu item atau sistem telah diteliti oleh Value Engineering study pada
tahapan sebelumnya, yang mana memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum
diputuskan. Misalnya suatu item atau sistem telah diteliti oleh Value Engineering
study pada tahap pengembangan perencanaan, yang mana memerlukan testing
atau research sebelum diputuskan. Meskipun terjadi kelambatan dengan proses
yang demikian, mungkin akan menguntungkan untuk diteruskan apabila dapat
memberikan potensi penghematan biaya dan peningkatan kualitas yang sangat
besar.
20
21
22
NPV =
n=0
Cn
(1+r )n
=0
Rt
(1+i)t
dimana:
-
23
NPV < 0 => investasi yang dilakukan akan mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan => proyek ditolak
Suku bunga yang dipakai harus sejalan (satuan yang sama) dengan waktu arus
kas. Bila waktu arus kas dalam satuan tahun, maka suku bunga juga dalam
periode satu tahun, demikian pula bila waktunya dalam satuan bulan.
3. PP (Payback Period)
Payback period adalah untuk mengetahui berapa lama suatu investasi yang
dilakukan akan kembali dengan cara mengurangkan investasi dengan rangkaian
proceed (laba bersih + penyusutan + bunga + nilai sisa yang akan diterima).
Rumus Payback Period jika arus kas dari suatu rencana investasi proyek berbeda
jumlahnya setiap tahun:
PP=n+
ab
x 1tahun
c b
Dimana:
n = tahun terakhir dimana arus kas masih belum bisa menutupi nilai investment
a = jumlah nilai investment
b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n+1
Rumus PP jika arus kas dari suatu rencana investasi/proyek sama jumlahnya
setiap tahun:
24
PP=
initial investment
=1 tahun
cash flow
B
C
Dimana :
B = benefit
C = cost
BCR > 1 => menguntungkan
BAB III
PENUTUP
25
3.1 Kesimpulan
Rekayasa nilai atau value engineering (VE) didefinisikan sebagai suatu metode
untuk mengurangi biaya produksi atau penggunaan barang dan jasa, tanpa
mengurangi mutu, fungsi, manfaat, dan estetika dari pekerjaan tersebut.
Value engineering dalam penerapannya pada proyek konstruksi merupakan
sebuah kegiatan merakayasa teknis dari perencanaan bangunan yang sudah ada tanpa
mengurangi fungsi struktur maupun arsitektur bangunan sehingga didapatkan biaya
pelaksanaan dan pekerjaan yang lebih murah. Value engineering biasanya dilakukan
oleh kontraktor dan pemilik proyek sebelum melaksanakan sebuah pekerjaan. Value
Engineering juga dilakukan oleh konsultan perencana dalam menentukan tipe
struktur, bahan, serta bentuk bangunan yang akan dituangkan kedalam sebuah design
bangunan secara utuh.
VE mengikuti suatu metodologi berupa langkah yang tersusun secara
sistematis yang dikenal dengan rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job
plan). Metodologi penelitian sesuai dengan teori Dellisola adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tahap Persiapan
Tahap Informasi
Tahap Kreatif
Tahap Analisa
Tahap Pengembangan
Tahap Presentasi
Secara umum parameter yang menyatakan bahwa suatu proyek dikatakan
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Marzuki, Puti Farida. 2007. Rekayasa Nilai : Konsep dan Penerapannya di dalam
Industri Konstruksi. Makalah. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Teknologi Bandung.
Prastowo, Elfran Budy. 2012. Analisis Penerapan Value Engineering (VE) Pada
Proyek Konstruksi Menurut Persepsi Kontraktor Dan Konsultan. Magister
Teknik Sipil, Manajemen Konstruksi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Ahadi.
2015.
Value
Engineering
Proyek.
[Online].
Tersedia
http://www.ilmusipil.com/value-engineering-proyek
Elmumtazah. 2010. Parameter Kelayakan Proyek/Usaha. [Online]. Tersedia :
http://elmumtazah.wordpress.com/
Farahdiansari, Ardana Putri. 2014. Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of
Return).
[Online].
Tersedia
http://kelincicoklatdiary.wordpress.com/2010/10/14/net-present-value-npv-daninternal-rate-of-return-irr/
Septiantoni.
2015.
Value
Engineering.
[Online].
Tersedia
http://septiantoni.wordpress.com/engineering/value-engineering/
28