Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
1. Konsekuensi Ekonomi
Konsekuensi ekonomi adalah suatu konsep yang menekankan bahwa, terlepas dari
implikasi teori pasar sekuritas yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan. Gagasan mengenai konsep ini adalah bahwa
kebijakan akuntansi perusahaan dan perubahannya sangat penting bagi
manajemen. Pemahaman terhadap konsep konsekuensi ekonomi dari pilihan
kebijakan akuntansi diperlukan karena dua alasan. Pertama konsep ini menarik
dan pernyataan bahwa kebijakan akuntansi tidak penting tidak sesuai dengan
pengalaman akuntan.
Konsep konsekuensi ekonomi muncul di sebuah artikel awal oleh Stephen Zeff
(1978) yang berjudul Timbulnya Konsekuensi Ekonomi (The Rise of Economic
Consequences). Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai dampak
pelaporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan dari kalangan
usaha, pemerintah, dan kreditor. Menurut Zeff intervensi pihak ketiga sangat
mempersulit penyusunan standar akuntansi. Zeff menjelaskan mengenai
tanggapan badan penyusun standar terhadap beragam intervensi tersebut, yaitu
memperluas perwakilan dalam badan standar tersebut. Terlepas dari implikasi
teori pasar yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi
ekonomi bagi berbagai pengguna laporan keuangan. Konsekuensi ekonomi
semakin
mempersulit
penentuan
standar
akuntansi,
yang
memerlukan
contoh, jika saham yang dijamin memiliki nilai pasar $10 pada tanggal
pemberian, maka menetapkan harga pelaksanaan sebesar $10 tidak akan
menghasilkan pencatatan biaya, sementara menetapkan harga pelaksanaan sebesar
$8 memicu biaya sebesar $2 per ESO yang diberikan. Hal ini menyebabkan
menurunnya pencatatan biaya kompensasi dan menaikkan pencatatan laba bersih.
Alasan tidak diwajibkannya pencatatan nilai wajar untuk ESO adalah sulit
menetapkan nilainya. Sehingga muncul rumus Black/Sholes yang berasumsi
bahwa opsi dapat diperdagangkan dengan bebas. Hal ini tidak dimungkinkan
karena ESO tidak dapat dilaksanakan sampai tanggal penyerahan (vesting date).
Juga, jika karyawan mengundurkan diri dari perusahaan sebelum dilakukannya
penyerahan, maka opsi tersebut dinyatakan hangus, atau kalaupun belum
dilaksanakan, mungkin ada pembatasan-pembatasan terhadap kemampuan
karyawan untuk menjual saham yang diperolehnya. Untuk mengatasi hal ini,
FASB mengeluarkan exposure draft yang mengusulkan agar perusahaan mencatat
biaya kompensasi berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal pemberian ESO.
Namun, exposure draft ini ditolak karena muncul kekhawatiran akan konsekuensi
ekonomi dari laporan laba yang lebih rendah yang akan dihasilkan. Konsekuensi
yang dikhawatirkan tersebut mencakup harga saham yang lebih rendah, biaya
modal yang lebih tinggi, kurangnya bakat manajerial, serta rendahnya motivasi
manajer dan karyawan. Hal ini dikarenakan tidak seperti umumnya biaya, ESO
tidak memerlukan pembiayaan tunai. Intinya biaya ditanggung oleh para
pemegang saham. Karena itu, jika ESO dilaksanakan dengan harga $10 ketika
nilai pasar saham tersebut $30, maka biaya ex post bagi perusahaan dan para
pemegang sahamny adalah $20. Dengan memberi pemegang saham sebesar $10,
D. REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP AKUNTANSI SUCCESFULLEFFORT DI INDUSTRI MINYAK DAN GAS
Pembahasan didasarkan pada artikel The Impact of Accounting Regulation on the
Stock Market: The Case of Oil and Gas Companies (1979) yang ditulis oleh Lev.
Penelitian ini terkait dengan kebijakan SFAS 19 yang mewajibkan perusahaan
migas di AS mencatat biaya eksplorasi dengan metode succesfull-effort. Karena
pilihan kebijakan akuntansi untuk biaya eksplorasi mencerminkan kebijakan
akuntansi, maka teori pasar sekuritas efisien memprediksi bahwa seharusnya
manajer tidak keberatan menggunakan metode succesfull-effort.
Secara khusus, terdapat kekhawatiran mengenai dampak yang mungkin
merugikan terhadap persaingan dalam industri migas. Kekhawatiran tersebut
adalah bahwa sebagian besar perusahaan kecil yang bergerak di bidang migas
menggunakan akuntansi full-cost. Ini karena metode succesfull-effort cenderung
menghasilkan laba bersih yang lebih kecil daripada metode full-cost, terutama
untuk perusahaan yang aktif melakukan eksplorasi, maka ditakutkan bahwa laba
bersih yang lebih kecil dalam laporan akan menjadikan perusahaan kecil lebih
sulit menghimpun modal, dan karenanya akan mengurangi persaingan dan
cakupan eksplorasi.
Lev memulai penelitian dengan menentukan apakah harga sekuritas perusahaan
migas terpengaruh oleh penggunaan metode akuntansi succesfull-effort. Lev
Teori pasar sekuritas yang efisien tidak meramalkan reaksi harga terhadap
perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi probabilitas jaminan
dan aliran kas. Dengan kata lain, teori pasar yang efisien menyiratkan pentingnya
pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Meskipun
demikian, begitu pengungkapan penuh terhadap kebijakan akuntansi dilakukan,
pasar akan menafsirkan nilai sekuritas perusahaan berdasarkan kebijakan yang
dipakai. Jika dilihat dari pengguna laporan keuangan, manajemen dan investor,
tentu akan bereaksi terhadap perubahan kebijakan akuntansi. Berbagai reaksi
dirumuskan dalam konsep konsekuensi ekonomi. Karena itu, kebijakan akuntansi
berpotensi mempengaruhi keputusan manajemen yang sebenarnya, termasuk
keputusan untuk mengintervensi, baik mendukung atau menentang usulan standar
akuntansi.
TAP berpendapat kebijakan akuntansi akan dipilih sebagai bagian dari masalah
yang lebih dari pencapaian manajemen perusahaan yang lebih efisien.
TAP tidak menyarankan perusahaan harus menjelaskan sepenuhnya kebijakan
akuntansi yang dipergunakan. TAP berpendapat bahwa manajer sifatnya rasional
dan memilih kebijakan akuntansi demi kepentingan perusahaan. Tujuan TAP
adalah untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akutansi manajerial
dalam perusahaan yang berbeda-beda. Akan muncul teori normatif. Baik-tidaknya
kemampuan teori normatif melakukan prediksi tergantung sampai sejauh mana
setiap individu sungguh-sungguh mengambil keputusan sesuai teori tersebut.
2. Tiga Hipotesis Teori Akuntansi Positif
a. Hipotesis rencana bonus (The bonus plan hypothesis)
Para manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin memilih prosedur
akuntansi yang menggeser pendapatan yang dilaporkan dari masa datang ke saat
ini.
b. Hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman (The debt covenant hypothesis).
Semakin besar perusahaan melakukan pengingkaran persyaratan perjanjian
pinjaman berbasis akuntansi, semakin besar kemungkinan manajer memilih
prosedur akuntansi yang menggeser pendapatan dari periode akan datang ke
periode berjalan.
c. Hipotesis biaya politik (The political cost hypothesis)
Semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar
kemungkinan manajer memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan
pendapatan yang dilaporkan dari periode berjalan ke periode akan datang.
Ketiga hipotesis tersebut membentuk komponen yang penting dari TAP. Ketiga
hipotesis TAP dapat juga ditafsirkan dari perspektif perjanjian kontrak yang
efisien.
terlalu tinggi, yang keduanya menggeser pendapatan dari masa akan datang ke
masa kini. Penelitian Basu (1993) mendapati bahwa semakin konservatif
akuntansinya, semakin tinggi rating hutang perusahaan yang mengakibatkan
rendahnya biaya bunga, dengan semua hal dianggap sama. Hasil tersebut sesuai
dengan kontrak hutang yang efisien karena perusahaan menjadi semakin
konservatif jika kebutuhannya makin besar. Jika manajer berperilaku oportunistis,
mereka tidak akan begitu memperhatikan biaya bunga dan karenanya akan
berusaha mengeluarkan diri dari ancaman pelanggaran persyaratan pinjaman
hutang dengan menggeser ke pendapatan periode berjalan dari pendapatan yang
akan datang.
dari
kebutuhan
perusahaan
secara
menyeluruh
untuk