You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

AUTISME PADA ANAK


A. KONSEP DASAR AUTISME

1. Pengertian
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autism hingga saat ini masih belum
jelas penyebabnya. Dari berbagai penelitian klinis hingga saat ini masih belum
terungkap dengan pasti penyebab autisme. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa
Autisme adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh muktifaktorial

dengan

banyak ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Beberapa ahli menyebutkan


autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Terdapat juga pendapat
seorang ahli bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang
salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan
kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan
fisik termasuk autisme.
Tetapi beberapa penelitian menunjukkan keluhan autism dipengaruhi dan
diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena manifestasi alergi. Renzoni A
dkk tahun 1995 melaporkan autism berkaitan erat dengan alergi. Menage P tahun
1992 mengemukakan bahwa didapatkan kaitan IgE dengan penderita Autism.
Obanion dkk 1987 melaporkan setelah melakukan eliminasi makanan
beberapa gfejala autisme tampak membaik secara bermakna. Hal ini dapat juga
dibuktikan dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya perbaikan gejala
pada anak autism yang menderita alergi, setelah dilakukan penanganan elimnasi
diet alergi. Beberapa laporan lain mengatakan bahwa gejala autism semakin
buruk bila manifestasi alergi itu timbul.

a. Menurut Pendapat Lain Autisme Berasal Dari Kata Auto


Yang Berarti Sendiri.
1) Autisme diartikan oleh Lei Kanner dalam penelitiannya
pada tahun 1943 adalah suatu gangguan metabolisme
tubuh yang dapat menyebabkan kelainan pada
seseorang sehingga secara tidak langsung individu
tersebut dapat dikatakan hidup dalam dalam
dunianya sendiri (Dr. Melly Budhiman, 2002)
2)

Autisme infatil adalah salah satu kelainan psikosis (istilah umu yang dipakai
untuk menjelasakan suatu perilaku aneh dan tak dapat diprediksi berlanjut) yang
berarti penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain yang
terjadi pada masa usia anak-anak (M.Sacharin, 1993).

3)

Autisme adalah ketidakmampuan anak untuk mengerti perilaku, apa yang mereka
lihat, dengan yang mengakibatkan masalah yang cukup berat dalam hubungan
sosialnya.

4)

Autisme merupakan istilah untuk sekumpulan gejal / masalah gangguan


perkembangan pervasif pada 3 tahun pertama kehidupan karena adanya
abnormalitas pada pusat otak, sehingga terjadi gangguan dalam interaksi
sosialgangguan komunikasi dan gangguan perilaku.

5)

Autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan pervasif


yang ditandai dengan gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, komunikasi dan
adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku minatdan
kegiatan yang terjadi pada anak sebelum umur 3 tahun.

6)

Autisme bukanlah penyakit menular namun suatu gangguan perkembangan yang


luas yang ada pada anak. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan bahwa
autisme merupakan dasar dari manusia yang berkepribadian ganda (scizhophren).

b. Jenis Kelainan Autisme :


1)

Childhood autisme yaitu kelainan pertumbuhan anak sejak lahir sampai usia 3
tahun.

2)

Atypical autisme yaitu kelainan pertumbuhan pada anak sesudah usia 3 tahun.

3)

Reffs syndrom yang umumnya pada anak perempuan.

4)

Overach disorder associated with Mental Retardation and Stereotyped


Movement.

5)

Childhood Disintegrative Disorders.

6)

Asperges Syndrom.

7)

Other persasive development Disorder.

2. Etiologi
Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti dan masih dalam tahap
penelitian, tetapi dalam beberapa asumsi menyatakan bahwa penyebab dan faktor
pencetus autisme dapat berasal, dari (Dr. Melly Budhiman, 2002) :
a. Lingkungan yang terpapar oleh organisme atau bahan beracun seperti virus,
jamur, rubella, herpes toxoplasma dalam vaksin imunisasi MMR (Mums, Measles,
Rubella), zat aditif yaitu MSG, pewarna, ethil mercury (Thimerosal) dalam
pengawetmakanan, serta beberapa logam berat seperti Arsen (As), Cadmium (Cd),
Raksa (Hg), Timbal (Pb), alergi berat, obat-obatan, jamu peluntur, muntah hebat,
perdarahan berat.
b.

Adanya gangguan pencernaan dan radang dinding usus karena alergi sehingga
terjadi ketidak sempurnaan pencernaan kasein dan gluten.

c.

Kelainan otak organik, hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan SSP yaitu
jumlah serat Purkinje Cerebellum yang diikuti oleh dampak menurunnya jumlah
serotonin sehingga jumlah rangsang informasi antar otak menurun. Pada struktur
sistem limbik otak yang mengatur emosi juga mengalami kelainan.

d. Faktor genesis atau keturunan (yang diperkirakan menjadi penyebab utama) dan
kelainan gen yang dapat menyebabkan gangguan proses sekresi logam berat dari
tubuh yang dapat berdampak pada keracunan otak. Hal ini dapat menjadi pencetus
autisme jika ada faktor pemicu lain yang ikut berperan.
a.

Faktor pemicu lain yang berperan dalam timbulnya gejala Autisme adalah :
Kelainan Otak Organik
Bagian otak yang mengalami kelainan adalah :

1) Lobus Parietalis otak, yang menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya.


2)

Otak kecil (cerebellum) pada lobus VI dan VII yang bertanggung jawab pada
proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses

atensi

(perhatian). Juga didapatkan jumlah sel purkinje di otak kecil yang sangat sedikit,
sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamin, lalu terjadi
kekacauan impuls di otak.
3)

Sistem Limbik yang disebut hippocampus dan amygdala, yang mengganggu


fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Amygdala bertanggung jawab terhadap
berbagai rangsang sensoris, Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi
belajar dan daya ingat, sehingga terjadilah kesulitan menyimpan informasi baru.

b. Faktor Genetika
Diperkirakan adanya kelainan kromosom pada anak autisme.
c.

Gangguan Kehamilan dan Kelahiran

1) Gangguan pada ibu saat kehamilan semester pertama


Faktor pemicunya adalah : infeksi (toksoplasmosis, rubella, candida), logam berat
(Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), alergi berat, obat-obatan,
jamu peluntur, hiperemesis dan perdarahan hebat.
2) Kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan
oksigenasi pada janin serta pemakaian forcep.
d. Lingkungan
Terjadi sesudah lahir yaitu infeksi ringan-berat pada bayi oleh karena imunisasi
MMR dan Hepatitis B (masih kontroversi), logam berat, zat pewarna dan
pengawet, protein susu sapi (kasein), protein tepung terigu (gluten), infeksi jamur
akibat pemakaian antibiotik yang berlebihan.

3. Gejala
Perilaku autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis :
a. Eksesif (berlebihan) misalnya hiperaktif, tantrum,
menjerit, mengepak, menggigit, mencakar, memukul,
sering terjadi self abuse.
b.

Defisit (kekurangan) misalnya gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai,


defisit sensori, emosi tidak tepat (tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab dan
melamun).

Umumnya penderita autis infantil memperlihatkan pertumbuhan fisik yang wajar


dan normal seperti pada tingkat kemampuan gerak (berjalan, merangkak, berdiri),
kemampuan bercakap-cakap, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak
dengan autis juga dapat meniru beberapa lagu yang didengarkannya atau dapat
mengunakan panca indranya dengan normal dan luas ketika mengeksploraesi
lingkungannya. Walaupun terdapat kenormalan pada proses pertumbuhannya,
pada anak penderita autis didapati keterbatasan dalam memfungsikan organnya.
Misalnya :
a.

Sulit berbicara (Aphasia), pada pertumbuhan anak normal didapati kelancaran


bicara pada usia 12-14 bulan.

b. Sulit menggerakkan badan karena gangguan saraf motorik (Apraxia).


c.

Sulit menggerakkan otot (Athaxia)

d. Tangan terus bergerak dan tak terkendali (Athetoid).


e.

Mengalami kesulitan membaca(Dyslexia).

f.

Mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat yang sulit dan rumit
(Dyphasia).

g. Sulit menggerakkan kaki dan tangan (Dyskinesia) karena kekakuan otot kaki dan
tangan (Spastic) atau kelemasan ototkaki dan tangan (hipotonic) sehingga tak
mampu untuk mengembangkan kemampun duduk, berdiri dan berjalan secara
mandiri, pada pertumbuhan anak normal didapati kemampuan untuk berdiri
sendiri dan berjalan pada usia 6-18 bulan.
h. Terdapat kegagalan untuk memberikan respon terhadap rangsang nyeri sehingga
anak sering terlihat menyakiti diri sendiri.
i.

Mungkin didapatkan adanya kelainan bentuk jari tangan dan kaki yang nantinya
juga dapat mempengaruhi perkembangan mental, kejiwaan, dan intelektual.
Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2
tahun setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastic, Kriteria DSM-IV
(Diagnostik dan Stastistikal Manual) autisme ,Harus ada sedikitnya 6 gejala dari
1,2 dan 3

a.

Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal 2 gejala :

1) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata kurang,
ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju.
2)

Tak bisa main dengan teman sebaya.

3) Tak dapat merasaka apa yang dirasa orang lain.


4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam komunikasi
1) Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ad usaha untuk
mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
2) Bila bisa bicara tak dipakai untuk komunikasi.
3) Cara main kurang variatif, kurang imajinatif, kurang bisa meniru.
4) Menggunakan bahasa aneh dan diulang.
c.

Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan kegiatan

1) Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebih.
2)

Terpaku suatu kegiatan ritualistik/ rutinitas tidak berguna, menolak suatu


perubahan.

3) Gerakan aneh yang khas dan diulang.


4) Sering terpukau pada bagian benda.
d. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan / gangguan dalam bidang :
1) Interaksi sosial
2) Bicara dan berbahasa
3) Cara bermain yang kurang variatif
e.

Bukan disebabkan oleh Reffs Syndrom.

4. Ciri Dan Mitos Autisme


Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah
standar Amerika DSM revisi keempat (Diagnostic and Statistical Manual) yang
memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa autisme.
Diagnosa ini hanya dapat dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli bersadarkan
pengamatan seksama terhadap perilaku anak autisme dan disertai konsultasi
dengan orang tua anak.
Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme
mengingat tidak ada / jarang ditemukan antara satu dan lain penyandang autisme

yang mempunyai gejala yang sama. Setiap penyandang autisme mempunyai


ke-'khas'-annya sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis atau mungkin satu
juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah
yang lazim dipakai saat ini oleh para ahli adalah 'kelainan spektrum autisme' atau
ASD (Autism Spectrum Disorder).
Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD mempunyai
persamaan dalam hal kekurang mampuan bersosialisasi dan berkomunikasi akan
tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu dengan lainnya.
Seperti dikatakan oleh Ibu Dra Dyah Puspita (psikolog) quote - karena
begitu banyaknya jenis / ciri penyandang autisme, sehingga lebih berupa
rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu tua sekali... (banyak nuansa-nya)
. Penggunaan istilah autisme berat/parah dan autisme ringan dapat menyesatkan
karena jika dikatakan berat/parah orang tua dapat merasa frustasi dan berhenti
berusaha karena merasa tidak ada gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan
ringan/tidak parah maka orang tua merasa senang dan juga dapat berhenti
berusaha karena merasa anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya, baik
ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan intensif, penyandang autisme
sulit mandiri - unquote.
Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum autisme
yang ada, dapat dilihat dari kategori utama dibawah ini:
a.

Kelainan Autis
Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan umur 3
tahun mempunyai daya imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai
perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).
Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai
minat dan aktifitas yang terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan
berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat normal atau diatas normal.

b. PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified)


Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat
dilakukan jika anak tidak memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan
tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa perilakunya.

c.

Kelainan Rett
Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai saat ini
diketahui hanya menimpa anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti
dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah dikuasai dengan baikkhususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti
menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang dimulai pada umur 1 hingga 4
tahun.

d. Kelainan Disintegrasi Masa Kanak-kanak


Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian kehilangan
kemampuan yang sebelumnya telah dikuasai dengan baik.
e.

Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K)


"Klasifikasi autisme ditentukan berdasarkan kesepakatan para dokter dan
dituangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual IV (DSM-IV) atau
International Classification of Diseases 9 dan 10 (ICD-9 dan ICD-10). Dalam
klasifikasi tersebut, diagnosis autisme harus memenuhi syarat tertentu. Bila tidak
memenuhi semua kriteria diagnosis, digolongkan dalam PDD-NOS (Pervasive
Developmental Disorders not otherwise specified). Akhir-akhir ini, banyak
ditemukan kasus-kasus yang masih sangat kecil dengan gejala yang tidak khas.
Khusus untuk kasus-kasus ini, kriteria DSM-IV atau ICD-9-10 sulit diterapkan.
Beberapa peneliti mencoba membuat klasifikasi khusus untuk anak yang masih
kecil dengan fokus pada tahapan perkembangan anak, disebut sebagai Diagnostic
Classification: 0-3 (DC 0-3). Walaupun klasifikasi ini belum diterima secara
menyeluruh, ada baiknya kita mempelajarinya. Dalam DC 0-3, ada beberapa
klasifikasi untuk anak-anak yang menunjukkan gejala mirip sekali dengan autisme
misalnya Regulatory Disorder dan Disorders of Relating and Communicating
dengan MSDD (Multisystem Developmental Disorder) sebagai salah satu contoh.
Sebagian anak ini akan berkembang menjadi autisme, namun banyak di antaranya
yang sangat responsif terhadap terapi dan berkembang menjadi anak yang normal.
"

f.

Pertanyaan seputar MSDD (Multisystem Developmental Disorder)

Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan Autistik
untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental
Disorders Not Otherwise Specified) untuk yang tidak memenuhi kriteria.
g.

Klasifikasi Yang Menyebut Tentang MSDD Dibuat Oleh Sekelompok Peneliti


Yangdisebut Sebagai Klasifikasi 0-3 (Diagnostic Classification:0-3).
DC:0-3 berpendapat bahwa ada kasus-kasus dimana gangguan interaksi dan
komunikasi terjadi sekunder terhadap kesulitan pemrosesan input sensoris,
sehingga kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi respons yang baik terhadap
intervensi dini. Gangguan prosesing menyebabkan gangguan komprehensi/
pengertian, dan kesanggupan melakukan ekspresi atau aksi. Istilah MSDD
menggambarkan bahwa anak mengalami gangguan sensoris multipel
dan interaksi sensori-motor.
Ada 3 pola MSDD:

1.

Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan hubungan untuk
sebagian besar waktunya. Mereka menunjukkan kesulitan yang menonjol dalam
perencanaan gerak, sehingga tidak memperlihatkan suatu mimik yang sederhana
sekalipun.

2.

Pola B: Anak-anak ini memperlihatkan pola hubungan yang intermiten.


Merekadapat menunjukkan mimik yang sesuai sekali-sekali.

3. Pola C: Anak-anak ini memperlihatkan hubungan yang lebih konsisten.Jadi bila


berpegang pada DSM-IV hanya ada Gangguan Autistik dan PDD-NOS,
4. Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A paling berat, B
lebih ringan, C paling ringan.
8. Indikator Perilaku
a.

Bahasa
1)

Ekspresi wajah yang datar

2) Tidak menggunakan bahasa / isyarat tubuh


3) Jarang memulai komunikasi
4) Tidak meniru aksi dan suara
5) Bicara sedikit / tidak ada mungkin cukup verbal

6) Membeo kata / ekolia (bicara yang mengulang kata)


7) Intonasi atau ritme vokal yang aneh
8) Tampak tidak mengerti arti kata
9) Mengerti dan menggunakan kata secar terbatas (Literally, letterlik)
b. Hubungan dengan orang
1) Tidak responsif
2) Tidak ada senyum sosial
3) Tidak komunikasi dengan mata
4) Kontak mata terbatas
5) Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
6) Tidak melakukan permainan giliran
7) Menggunakan tangan dewasa sebagai alat
8) Menarik diri
c.

Hubungan dengan lingkungan

1) Bermain repetitif / diulang


2) Marah atau tidak menghendaki perubahan
3) Berkembangnya rutinitas yang kaku
4) Memperlihatkan ketertarikan sangat dan tidak fleksibel
d. Respon terhadap rangsangan indra
1) Kadang seperti tuli
2) Panik / ketakutan terhadap suara tertentu yang akan mengarah anak mangalami
gangguan mental psikotik paranoid, schizonypal (menyendiri), histionik (selalu
ingin diperhatikan).
3) Sensitif terhadap suara
4) Main dengan cahaya dan pantulan
5) Memainkan jari didepan mata
6) Tidak suka terhadap pakaian dan makanan tertentu
7) Tertarik pola/ tekstur/ bentuk tertentu
8) Hiper/ inaktif
9) Memutar-mutar, membentur-benurkan kepala, menggigit pergelangan
10) Lompat-lompat/ mengepakkan tangan

11) Tahan / respon aneh terhadap nyeri


12) Sering mengedipkan mata
13) Wajah sering menyeringai

9. Patofisiologi
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab
utama dari autisme. Tapi selain itu juga faktor lingkungan
misal terinfeksi oleh bahan beracunyang akan merusak
struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat
menyebabkan autisme.karena kita ketahui bahwa bila bahan
tersebut masuk dalam tubuh akan merusak pencernaan dan
radang dinding usus karena alergi. Bahan racun masuk
melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi bisa
menuju ke otak kemudian bereaksi dengan endhorphin yang
akan mengakibatkan perubahan perilaku.
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada
otaknya yang terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh
jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan, kasein
dan gluten. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam
kandungan maupun setelah lahir. Kelainan yang dialami anak
autisme terjadi pada otak bagian lobus parietalis, otak kecil
(cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan ini
menyebabkan anak mengalami gangguan dalam berpikir,
mengingat dan belajar berbahasa serta dalam proses atensi.
Sehingga anak dengan autisme kurang berespon terhadap
berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam
menyimpan informasi baru.
10. Terapi dan Penatalaksanan
Terapi dan stimulasi mana yang diperlukan? Kita kembali kepada
kenyataan bahwa terapi bersifat individual dan harus disesuaikan dengan umur,
fase perkembangan dan gejala yang ditemukan. Tidak ada metode yang 100%
paling baik untuk semua anak. Para terapis yang menggunakan berbagai metode
berlainan harus bekerjasama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami kemajuan
dengan satu metode terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau dicari cara
terapi yang lain.

Apakah peran obat-obatan? Karena penyebab belum diketahui dengan


pasti, obat biasanya hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala yang sangat
mengganggu. Contoh paling klasik adalah perilaku self-injurious yang sangat
berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang menyakiti atau merusak diri
sendiri misalnya membenturkan kepala ke tembok atau lantai, memukul kepala
dengan sangat keras, atau menggigit anggota tubuhnya. Dua puluh persen
penyandang autisme mengalami kejang atau epilepsi. Hal ini juga harus mendapat
obat yang tepat. Ini berarti bahwa terapi obat untuk penyandang autisme bersifat
sangat individual. Bila dokter menganggap bahwa anak memerlukan pengobatan
khusus, sebaiknya hal tersebut didiskusikan dengan orang tua. Orang tua harus
mendapat penjelasan mengapa perlu diberikan, bagaimana cara mengkonsumsi
obat, efek samping yang mungkin terjadi dan lain-lain. Dokter juga harus
menghargai pendapat orang tua bila mereka tidak menginginkan terapi obatobatan.
Dalam bidang yang masih merupakan grey area, dokter dan orang tua
harus memahami bahwa tidak semua publikasi kedokteran atau publikasi lain
adalah benar atau sahih. Dokter harus mempelajari teknik menilai Evidence-based
medicine sehingga mereka dapat menentukan apakah suatu publikasi memang
benar atau kurang benar, dan mendiskusikan hal tersebut dengan orang tua.
Selanjutnya, karena ilmu kedokteran belum dapat memberi jawaban yang pasti,
muncul berbagai terapi komplementer dan alternatif. Bila terapi komplementer
dan alternatif ini memang merupakan hasil suatu penelitian yang sahih, pasti akan
di adopsi oleh dunia kedokteran sebagai terapi standar. Dokter dan orang tua harus
waspada terhadap laporan anekdotal, testimoni, serta berbagai klaim berlebihan
mengenai kesembuhan, terutama bila teknik pengobatan tersebut memerlukan
kepatuhan, waktu, enerji, dan biaya yang berlebihan.
Bila keluarga sudah memutuskan untuk memberikan terapi komplementer
atau alternatif, lakukanlah diskusi dengan dokter anda. Barangkali dokter dapat
memberi bantuan mengenai bagaimana cara mengevaluasi terapi, menentukan
hasil yang harus diperoleh, menentukan kemungkinan efek samping dan
menentukan apakah terapi dapat diteruskan karena bermanfaat atau dihentikan

karena tidak bermanfaat atau ada efek samping. Berilah kesempatan kepada
dokter untuk mempelajari terapi alternatif tersebut dan mendiskusikannya dengan
anda.
Akhirnya, khusus dalam bidang autisme tidak ada yang dapat mengklaim
diri sebagai pakar, tidak ada juga yang dapat mengklaim bahwa autisme milik
suatu subspesialisasi tertentu. Kerjasama antara dokter, terapis dan orang tua
sangat penting demi kemajuan anak, jangan saling merasa benar sendiri atau
saling menyalahkan.
Tetapi Menurut Beberapa Sumber Ada Terapi Yang Biasanya Digunakan
Yaitu :
a.

Terapi perilaku misal dengan Tx. Okupasi, Tx. Wicara, sosialisasi dengan
menghilangkan perilaku yang tidak benar.
Terapi perilaku pada anak dengan autisme berguna untuk mengurangi perilaku
yang tidak lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima oleh
masyarakat.

1) Terapi Okupasi
Terapi okupasi pada anak dengan autisme bertujuan untuk membantu
menguatkan, memperbaiki koordinasi dan ketrampilan ototnya karena kadang
anak autisme juga mempunyai perkembangan motorik yang kurang baik.
2) Terapi Wicara
Speech Therapy merupakan suatu keharusan karena semua penyandang autisme
mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa
3) Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar
Terapi ini dimulai dari kepatuhan dan kontak mata, kemudian diberikan
pengenalan konsep atau kognitif melalui bahasa reseptif dan ekspresif. Setelah itu
barulah anak dapat diajarkan hal-hal yang bersangkutan dengan tata krama.
b. Terapi Biomedik
Obat-obatan untuk autisme sifatnya sangat individual dan perlu berhati-hati,
sebaiknya dosis dan jenisnya diserahkan kepada dokter spesialis yang memahami
autisme.

Jenis obat, food suplement dan vitamin yang sering dipakai saat ini untuk anak
autisme adalah risperidone (Risperdal), ritalin, baloperidol, pyridoksin (vit. B6),
DMG (vit. B15), TMG, magnesium, omega-3 dan omega- 6.
c.

Sosialisasi school regular


Anak dengan autisme yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan
baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan umurnya.

d. Sekolah Khusus.
Di dalam pendidikan khusus ini biasanya telah diramu terapi perilaku, terapi
wicara dan terapi okupasi dan bila perlu dapat ditambah dengan terapi obatobatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.
Pada saat ini masih belum terdapat terapi medis maupun psikologis yang
dianggap efektif dalam proses penyembuhan autis ini. Tujuan umum terapi pada
autis ini menurut Sacharin (1995) ialah untuk membantu mengatasi cacatnya dan
mengembangkan ketrampilan sosialnya. Farmakoterapi pada penderita auits hany
a bermanfaat untuk menangani masalah penyimpangan perilaku ( gelisah, selalu
ribut, dan berusaha untuk melukai diri sendiri)yaitu dengan Tionidazin dan
Klorpromazin.

Keadaan

tidak

bisa

tidur

dapat

diatasi

dengan

Sedatif(Kloralhidrat), konvulsi dapat diatasi dengan Antikonvulsant, dan


hiperkinesis dapat diatasi dengan diit bebas pengawet. Metode terapi non
farmakologis dapat berupa dukungan Reward-punishment yaitu pemberian haida
sebagai dorongan positif dan dorongan negatif berupa hukuman.
Sedangkan pada terapi yang diterapkan oleh Dr. Amdreas Rett
(Peduliautisme.org) didapatkan 3 buah langkah terapi yang disebut dengan istilah
Rehabilitasi :
1)

Tahapan yang pertama adalah Rehabilitasi dasar, kegiatan ini ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan anak untuk menggerakkan tangan dan kaki, berbicara
dan mengenali suara senormal mungkin.

2)

Tahap kedua adalah tahap Rehabilitasi lanjutan atau tahap fungsiologis yang
nantinya diarahkan untuk memulihakan kelemahan yang tak dapat diatasi pada
tahap sebelumnya, berisikan kegiatan pelatihan fisik lanjutan, pelatihan emosi

kejiwaan, dan peningkatan intelektualitasdasar anak secara padu dalam kelompok


bermain.
3)

Tahap ketiga adalah tahap Rehabilitasi antisipasi Plateu or Pseudo-Stationery


Stage, yang diarahkan pada terapis dan orang tua anak untuk terus mengawasi
anak dari tahapan makin sulit bergerrak ( Late Motor Deterioration) walaupun
pada tahap 1 dan 2 telah mengalami kemajuan. Bentuk lain dari terapi autis yang
ada pada masa sekarang ini pelatihan oleh sekolah autis yang bekerja sama
dengan organisasi internasional penanggulangan autis yang salah satu bentuk
pengajarannya adalah dengan melatih anak dengan berbicara sambil menatap
wajah lawan bicara dan car duduk yang tenang. Informasi dalam bidang terapi
autis yang sedang trend saat ini adalah Kasein (susu, keju, yogurth, krim), dan
Glutein (terigu, tepung vanir, bulgur, gandum dan oath).
Keduanya adalah semacam protein enzim yang tak dapat dipecah oleh
metabolisme tubuh penderita autis, kerusakan mukosa kecil akan menyebabkan
bahan masuk melalui pembuluh darah. Bahan

beracun dalam sawar darah

terbawa ke otak dan kemudian beraksi dengan endhorphin sehingga muncul


gangguan perilaku. Terapi seperti ini disebut terapi biomedis yang tujuannya
adalah untuk memperbaiki sistem pencernaan dan menurunkan jumlah alergen
yang masuk. Prinsip dari kelainan autis adalah kemunculannya disebabkan karena
adanya daya tahan tubuh anak yang menurun, sehingga prinsip pengobatan ialah
untuk meningkatkan kekebalan tubuh klien.
11. Lima Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan :
a.

Berat ringannya derajat

b. Usia anak pertama tidak ditangani secara benar dan teratur


c.

Intensitas penanganan, metode menetapkan 40 jam perminggu

d. IQ anak
e.

Keutuhan pusat bahasa di otak

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a.

Dalam mengkaji anak autis adalah :


Pola tingkah laku anak

b. Cara mereka berinteraksi / berhubungan dengan orang lain


c.

Cara berkomunikasi secara verbal

d. Perkembangan mental
2. Diagnosa
Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung
autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati
perlilaku

anak

dalam

berkomunikasi,

bertingkah

laku

dan

tingkat

perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan


oleh adanya kelainan kelainan lain (bukan autisme) sehingga tes klinis dapat pula
dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya penyebab lain tersebut.
Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya
sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada
beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit
anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang
autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit
pengetahuan / training mengenai autisme akan mengalami kesulitan dalam mendiagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi profesional keliru
melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa.
Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam
memberikan pelayanan kepada penyandang autisme yang secara umum sangat
memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.
Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak
dari kemampuan dan perilaku seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai
kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting dalam menentukan
keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme dapat terlihat
seperti anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan
pendengaran atau bahkan berperilaku aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan
lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara bersamaan.

Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan


yang lainnya sehingga diagnosa yang akurat dan penanganan sedini mungkin
dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat
Adapun Diagnosa Autis Yang Biasanya Terjadi Adalah :
a.

Resiko terjadi trauma b/d keinginan untuk bunuh diri

b. Gangguan komunikasi verbal b/d keterlambatan dan gangguan Intelektual


c.

Gangguan interaksi sosial b/d menarik diri

3. Implementasi
1.) Tujuan :
Agar anak dapat menghindari benda-benda tajam atau benda-benda yang
membahayakan dirinya.
a.

Bina hubungan saling percaya

b. Hindari benda yang berbahaya di sekitar klien


c.

Observasi perilaku yang membahayakan klien

d. Berikan aktivitas yang positif untuk mengembangkan kemampuan


e.

Dorong anak agar mau bermain dengan teman-temannya sebagai alat untuk
distraksi agar tidak menyendiri

f.

Beri reinforcement bila anak dapat mengurangi perilaku yang berbahaya

2.) Tujuan :
Anak dapat berkomunikasi dengan verbal sehingga ia dapat melakukan hubungan
sosial engan orang lain.
a.

Bina hubungan saling percaya

b. Berikan stimuli untuk mengadakan interaksi dengan lingkungan misal dengan alat
permainan
c.

Gunakan kata-kata / kalimat yang mudah dimengerti

d. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan


e.

Beri reinforcement bila anak berhasil

3.) Tujuan :
Anak mampu mengadakan interaksi sosial dengan lingkungan

a.

Bina hibungan saling percaya

b. Seringlah berinteraksi dengan anak


c.

Ajak anak untuk berinetraksi dengan teman sebayanya

d. Beri sentuhan lembut pada anak


4
a.

Evaluasi
Memantau perilaku anak apakah masih melakukan tindakan yang sekiranya
membahayakan dirinya.

b. Mengobservasi kemampuan anak dalam berkomunikasi, apakah ada hambatan.


c.

Mengobservasi anak dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, apakah anak
sudah merasa senang dan nyaman.

REFERENSI :
Handojo. 2003. Auits. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak..Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Infomedika.
Ward, N I. Assessment of chemical factors in relation to child hyperactivity. J.Nutr.&
Env.Med. (ABINGDON) 7(4);1997:333-342.
http://www.microsoft.com/isapi/redir/Autismepenelitian.autisme/padaanak/.dll?
prd=ie&pver=6&ar=msnhome
http://www.manajemenqolbu.com/new/isi/autisme/anak.2004.kolom.php?isi_id=303&produk_id=4
http://www.puterakembara.org/milis/journal/autisme5.shtml

htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.
htpp://www.allergies/wkm/behaviour.
htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.

You might also like