Professional Documents
Culture Documents
II. ANAMNESIS
1
teraba
Jika teraba lokasi dimana, apakah di kantong skrotum, di inguinal
(sindrom Turner jika dari seorang perempuan gonad) atau di labia
mayora/labiascrotal (ovotestes)
Tentukan apakah clitoromegali atau mikropenis
sekiranya ada hipospadia perhatikan posisi urethra.
Labioskrotal lipatan dapat dipisahkan atau mungkin menyatu di garis
sindrom adrenogenital.
2. Tentukan apakah ada anomali kongenital yang lain pada anak
3. tentukan apakah ada tanda-tanda renjatan
sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah.2
b. Analisa kromosom
Tujuan pemeriksaan ini untuk melihat fitur kromosom seseorang termasuk struktur,
nomor dan posisi. Bagian dari kromosom bisa hilang , bertambah atau bergerak ke bagian
lain pada kromosom lain.
Dua cara untuk melakukan tes kromosom ini yaitu:
1. Kariotyping
- Untuk menentukan jantina dengan mendeteksi kromosom seks XX atau XY
-Bisa mengidentifikasi perubahan nomor dari kromosom (cth : Sindrom Klinefelter
(47,XXY) ada penambahan kromosom seks X pada anak laki-laki.
- Sumber sel yang sering digunakan adalah limfosit.
2. Fluorescent in situ hybridisation (FISH) analysis
- Biasanya digunakan untuk mendeteksi delesi atau adisi kromosom submikroskopik
(sangat kecil).
Indikasi klinik yang perlu analisis kromosom :
1. Hambatan pertumbuhan, perkembangan awal, hambatan tinggi tubuh , genitalia
meragukan dan retardasi mental
2. Kematian saat lahir atau neonatus
3. Masalah kesuburan/infertilitas. Wanita amenorrhea , pasutri riwayat infertilitas (3-6%)
4. Wanita hamil usia lanjut, adanya peningkatan resiko kelainan kromosom pada fetus.3.4
c. Tes Biokimiawi
Untuk melihat jumlah atau aktivitas dari key-protein. Gen mengandungi kode DNA
untuk membuat protein. Sekiranya ada abnormalitas pada jumlah atau aktivitas dari protein
menampakkan signal adanya gen yang tidak berfungsi secara abnormal. Misalnya, skrining
biokimia dapat mendeteksi bayi yang ada kondisi metabolik seperti bayi dengan genital
ambigua karena kekurangan enzim 5-alfa reduktase .6
V. WORKING DIAGNOSIS
Disorder of Sexual Development
3
Setelah revisi
Female pseudohermaphrodite
46,XX DSD
Male pseudohermaphrodite
46,XY DSD
True hermaphrodite
Ovotesticular DSD
XX male
XY sex reversal
Kriptorkismus bilateral.
Inderteminate/meragukan
Genitalia ambigua
Tampak Perempuan
Clitoromegali
VII. PATOFISIOLOGI
Pemahaman yang memadai diferensiasi seksual yang normal dan abnormal adalah
penting untuk memahami DSD. Ringkasan pengetahuan saat ini mengenai embriologi dan
klasifikasi kondisi ini memberikan pengenalan yang sesuai dengan topik.
Diferensiasi gonad Selama bulan kedua kehidupan janin, gonad acuh dipandu untuk
berkembang menjadi testis dengan informasi genetik hadir pada lengan pendek dari
kromosom Y. Testis-menentukan faktor (TDF) adalah sepasang 35-kilobase (kbp) urutan
pada subband 11,3 dari kromosom Y, suatu daerah disebut daerah seks menentukan dari
kromosom Y (SRY). Ketika daerah ini tidak ada atau berubah, gonad acuh berkembang
menjadi ovarium. Keberadaan pasien dengan 46, XX testis DSD, yang memiliki jaringan
testis dengan tidak adanya kromosom Y jelas atau materi genetik SRY, jelas memerlukan
penjelasan genetik lainnya. Gen lain penting untuk perkembangan testis termasuk DAX1
pada kromosom X, SF1 pada band 9q33, WT1 pada band 11p13, Sox9 pada band 17q24Q25, dan AMH pada band 19q13.3. Ovarium janin berkembang ketika gen TDF (atau
gen) tidak ada.
testis hadir, dua zat yang dihasilkan tampaknya penting untuk perkembangan laki-laki
saluran seks internal dan eksternal fenotipe pria, yaitu testosteron dan mullerianmenghambat substansi (MIS) atau AMH.
Testosteron diproduksi oleh sel Leydig testis dan menginduksi Wolffii primordial
(mesonefrik) saluran untuk berkembang menjadi epididimis, vas deferens, dan vesikula
seminalis. Hubungan spasial adalah penting dalam efek testosteron. Struktur Wolffii
terletak paling dekat dengan sumber testosteron mengalami tingkat terbesar diferensiasi
laki-laki. Dengan demikian, pasien dengan ovotesticular DSD sering memiliki tingkat
perkembangan Wolffii dekat jaringan testis, bahkan ketika bergabung dengan ovarium
sebagai ovotestis. Tidak ada pengembangan Wolffii diharapkan dalam hubungan dengan
gonad beruntun atau non-penghasil testosteron testis dysgenetic.
Kadar testosteron tinggi lokal (efek parakrin) tampaknya diperlukan untuk diferensiasi
duktus Wolffii karena konsumsi ibu androgen tidak menyebabkan diferensiasi internal
laki-laki dalam janin perempuan, juga tidak diferensiasi ini terjadi pada wanita dengan
CAH, juga disebut sindrom adrenogenital.
MIS diproduksi oleh sel Sertoli pada testis dan sangat penting untuk perkembangan
normal saluran laki internal. MIS adalah protein dengan berat molekul 15.000 d yang
disekresikan oleh testis awal pada minggu janin kedelapan. Peran utama dari MIS adalah
untuk menekan perkembangan pasif dari saluran-saluran mullerian (misalnya, saluran
telur, rahim, vagina bagian atas). Pada janin laki-laki dengan fungsi testis normal, MIS
merepresi mullerian pembangunan saluran, sedangkan testosteron merangsang
perkembangan saluran Wolffii.
Alat kelamin eksternal dari kedua jenis kelamin adalah sama selama 7 minggu
pertama kehamilan. Tanpa tindakan hormon testosteron androgen dan dihidrotestosteron
(DHT), genitalia eksterna muncul fenotipe wanita. Pada pria gonad, diferensiasi terhadap
7
fenotip laki-laki aktif terjadi selama 8 minggu berikutnya. Pembedaan ini dimoderatori
oleh testosteron, yang diubah menjadi 5-DHT oleh aksi enzim, 5-alfa reduktase, yang
hadir dalam sitoplasma sel pada genitalia eksterna dan sinus urogenital. DHT terikat pada
reseptor sitosol androgen dalam sitoplasma dan selanjutnya diangkut ke inti, di mana itu
mengarah pada terjemahan dan transkripsi material genetik.
hormone (LH) yang tinggi, masalah dalam kemampuan berbicara, masalah dalam akademis
akibat dari pembelajaran yang lambat dalam membaca dan menulis, masalah orientasi
seksual, ataupun osteopenia atau osteoporosis. Ciri-ciri tersebut diakibatkan karena
kurangnya testosteron. Orang dengan sindrom klinefelter juga mempunyai resiko terkena
kanker payudara yang besar bila dibandingkan pria normal ataupun penyakit imunitas seperti
diabetes melitus ataupun sistemik lupus eritomatosus . Dalam bentuk mosaik klinefelter
jarang menimbulkan ginekomastia dan infertilitas.
Anak laki-laki dengan kromosom XXY cenderung memiliki kecerdasan intelektual IQ
di bawah rata-rata anak normal.Sebagian penderita klinefelter memiliki kepribadian yang
kikuk, pemalu, kepercayaan diri yang rendah, ataupun aktivitas yang dilakukan dibawah level
rata-rata (hipoaktivitas).7
Sindrom Turner
Sindrom Turner 45,XO adalah suatu kelainan genetik pada wanita karena kehilangan
satu kromosom X. Cukup banyak ditemukan pada embrio yang mengalami abortus spontan
dan cuma 10% ditemukan hidup. Wanita normal memiliki kromosom seks XX dengan jumlah
total kromosom sebanyak 46, namun pada penderita sindrom Turner hanya memiliki
kromosom seks XO dan total kromosom 45. Hal ini terjadi karena satu kromosom hilang saat
nondisjungsi atau selama gametogenesis atau pembentukan gamet atau pun pada tahap awal
pembelahan zigot. Sindrom Turner sering disebut juga sindrom Ullrich-Turner, sindrom
Bonnevie-Ullrich, sindrom XO, atau monosomi X
Sindrom Turner adalah suatu kondisi yang hanya mempengaruhi anak perempuan dan wanita,
yang disebabkan kekurangan kromosom seks. Sindrom Turner dapat menyebabkan berbagai
masalah medis dan perkembangan, termasuk perawakan pendek, kegagalan untuk mulai
pubertas, infertilitas, cacat jantung dan ketidakmampuan belajar tertentu. 5
wanita, tergantung pada jumlah testosteron yang dikeluarkan oleh testis. Secara genotip,
pasien dengan 46,XY atau 45,X/46,XYmosaik (paling umum), keduanya disertai dengan
gangguan perkembangan gonad. Selama mutasi dari gen SRY tidak dapat dideteksi (80%
mempunyai gen SRY normal), gonadal dysgenesis bisa disebabkan oleh cytogenetic
mosaicism atau oleh mutasi pada testis-organizing gen dekat dengan region SRY gen. Satu
dari gen kemungkinan merupakan klon baru dari gen testatin manusia hambatan yang baik
dari cathepsin inhibitor bisa di ekspresikan lebih awal pada perkembangan testis tidak lama
sesudah ekspresi dari gen SRY.7
IX. GENETIK KONSELING
Genetik konseling adalah proses dimana pasien atau keluarga yang berisiko kelainan
tertentu yang mungkin herediter untuk menerima saran dan konsekuensi dari kelainan
tersebut, probabilitas-probabilitas perkembangan penyakit dan bagaimana kelainan tersebut
diteruskan dalam keluarga dan bagaimana prevensinya.
Elemen penting dalam genetik konseling adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
datang
f. Memberi sokongan pada pasien dalam membuat keputusan dan juga menyokong
keputusan yang telah pasien ambil.
Tim untuk genetic konseling bisa terdiri dari spesialis-spesialis medis yaitu ahli genetik atau
spesialis lain yang sudah mendapatkan pendidikan dalam genetika klinik, dan yang akan
berperan dalam diagnosis dan menjelaskan implikasi klinis dan medik akan kelainan yang
ada. Kaunselor genetik yang sudah mendapat pendidikan khusus dalam bidang sains dan
skillnya akan berperan untuk memberi penjelasan dalam proses konseling. Anggota tambahan
yang lain seperti pekerja sosial, psikolog , rohaniwan , dan support group juga bisa ikut
terlibat sesuai kebutuhan. Yang sangat penting adalah yang memberikan konseling harus
sangat mengerti dengan hal yang berhubungan dengan diagnosis dan pengelolaan interseks.8.9
Indikasi Genetik Konseling
10
Persetujuan pengobatan
Praktisi medis dituntut memberikan informasi yaitu dengan informed consent pada pasien
agar mereka mampu memahami :
-
Rekam Medis
Praktisi medis diharuskan menyimpan dengan akurat, rekaman perawatan yang telah
diberikan pada pasien.
11
n.
o.
p.
q.
publik
Sertifikasi orang dengan penyakit mental
Panggilan tertulis untuk tampil di pengadilan
Resiko serius untuk dirinya dan orang lain
Pengungkapan terhadap otoritas pemerintah
Menyediakan laporan sebagaimana yang diminta pihak ketiga merupakan bagian penting
pada praktek medis kontemporer. Hal itu juga merupakan satu dari banyak pengalaman
praktisi medis sebagai gangguan terhadap kewajiban klinis mereka.
Praktisi medis yang diminta untuk memberikan laporan mungkin saja sebagai seorang dokter
biasa yang mengobati pasien, atau diminta sebagai ahli independen untuk menilai pasien dan
memberikan opini dan/atau rekomendasi tentang permasalahan semisal kebugaran untuk
kembali bekerja. Kunci permasalahannya adalah bahwa laporan seperti itu ditulis sebagai
permintaan pihak ketiga dan biasanya dibayar oleh pihak tersebut.
12
Pihak ketiga yang mencari laporan mungkin saja perusahaan asuransi, pemberi kerja pasien,
otoritas menurut undang-undang, polisi, praktisi hukum, dan pengadilan.8
XI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan genitalia ambigua meliputi penentuan jenis kelamin (sex
assessment), pola asuh seksual (sex rearing), pengobatan hormonal, koreksi secara
pembedahan, dan psikologis. Oleh karena itu pelibatan multi-disiplin ilmu harus sudah
dilakukan sejak tahap awal diagnosis yang meliputi bidang : Ilmu Kesehatan Anak, Bedah
Urologi, Bedah plastik, Kandungan dan Kebidanan, Psikiatri, Genetika klinik, Rehabilitasi
medik, Patologi klinik, Patologi anatomi, dan Bagian hukum Rumah Sakit/Kedokteran
forensik.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan :
Potensi fertilitas
Fungsi endokrin.
Perubahan keganasan
Faktor psikoseksual: gender identity (identitas gender), gender role (peran gender)
dan gender orientation (orientasi gender)
Aspek kultural
1. Pengobatan Endokrin
Bila pasien adalah dibesarkan sebagai lelaki , maka tujuan pengobatan endokrin
adalah dengan mendorong perkembangan maskulinisasi dan menekan perkembangan tandatanda seks feminisasi dengan tujuan untuk membesarkan ukuran penis , distribusi bulu
rambut dan massa tubuh bisa diperoleh dengan pengobatan testosteron.
Pada pasien wanita juga sama untuk meningkatkan feminisasi dan menekan maskulinisasi
dengan tujuan membesarkan buah dada, dan pengaturan menstruasi untuk dengan mengikuti
pengobatan estrogen.
13
Krisis adrenal
Depresi
Gangguan orentasi seksual
Keganasan/kanker
14
XIII. PENUTUP
Disorders of Sex Development(DSD) adalah kelainan kongenital di mana
perkembangan alat kelamin di kromosom, gonad, atau anatomi terjadi secara atipikal
menyebabkan tidak sesuai denga klasifikasi laki-laki atau perempuan. Disebut juga
mempunyai jenis kelamin ganda yaitu ambiguous genitalia. Pemeriksaan analisa kromosom
dibutuhkan untuk mengatahui jantina berdasarkan kariotyping. Penatalaksaan dengan
psikososial yaitu genetik kaunseling dan pengobatan hormonal dan surgikal. Follow up
setelah pengobatan masih perlu diteruskan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achermann JC, Hughes IA. Disorders of sex development. Williams Textbook of
Endocrinology. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2008; p.783-838
2. Mendoca BB, Domenice S, Arnhold I, Costa E. 46,XY Disorders of sex
development (DSD). Clinical Endocrinology. 2009; 70: 173-187.
3. MacLaughlin DT, Donahoe PK. Sex Determination and Differentiation. 2004. N Engl
J Med; 350: 367-378.
4. John C. Achermann , J. Larry Jameson. Disorder of Sex Development. Harrison's
Principle of Internal Medicine 18th ed. 2012; 876-880.
15
16