You are on page 1of 15

METABOLISME

Adisyahputra
Metabolisme merupakan proses kimia yang terjadi di dalam sel,
dengan ribuan reaksi biokimia terkendali secara enzimatis. Secara
umum metabolisme terdiri atas dua macam proses:
KATABOLISME adalah proses pemecahan makromolekul organik
menjadi bentuk sederhana disertai pembebasan sejumlah energi.
ANABOLISME adalah proses pembentukan atau sintesa makromolekul
organik dari unit-unit pembangun (building block) dengan bantuan
energi fisiologi (ATP) dan pereduksi organik (NADH atau NADPH).
Contoh katabolisme adalah pemecahan glukosa dalam reaksi respirasi
C6H12O6 + 6 O2

6 CO2 + 6 H2O

Contoh anabolisme adalah proses


peristiwa fotosintesis tumbuhan hijau

pembentukan

glukosa

pada

6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2


Reaksi kimia di atas sebenarnya tidak sesederhana rumusan di
atas, tetapi melalui tahapan-tahapan reaksi yang panjang, dimana
setiap tahapannya dikatalis oleh suatu enzim yang spesifik. Agar suatu
reaksi dapat berjalan, maka setiap komponen yang akan bereaksi
harus dalam keadaan reaktif. Untuk menjadi reaktif, maka setiap
komponen yang akan bereaksi harus diberi sejumlah energi
pengaktif (energi aktivasi) sehingga mencapai posisi titik
kritisnya. Karena jumlah energi pengaktif untuk suatu tahapan reaksi
cukup besar dan mengingat banyaknya tahapan reaksi perantara
dalam suatu proses metabolisme, maka dapat diperkirakan betapa
banyaknya energi yang dibutuhkan. Untuk mengatasi kebutuhan
energi yang cukup besar tersebut, sel mengembangkan suatu
mekanisme efisiensi melalui sistem enzimatis. Enzim adalah
katalisator organic yang mampu menurunkan energi aktivasi suatu
reaksi.

Enzim adalah katalisator organik atau biokatalisator yang


dihasilkan oleh sel. Enzim dapat mempercepat reaksi, tetapi enzim
sendiri tidak mengalami perubahan. Jumlah enzim sebelum dan
sesudah reaksi tetap. Jumlah dan jenis enzim di dalam sel sangat
banyak. Enzim terutama terdapat pada kompartemen membran
(terikat pada membran; ingat bahwa membran terdiri atas molekul
lipoprotein) dan sebagian lagi terdapat dalam plasma.
A. Mekanisme kerja enzim
Enzim menaikan kecepatan reaksi dengan cara menurunkan
energi aktivasi yang diperlukan agar suatu molekul mencapai keadaan
stedy-statenya. Berikut contoh perbandingan kebutuhan energi
aktivasi beberapa reaksi dengan katalisator biasa dan katalisator
enzim:
Reaksi
Energi aktivasi yang dibutuhkan (kalori)
Pemecahan H2O2
18 000

Katalisator
Tanpa katalisator
Pt koloidal

11 700
Katalase dari hati
5 500
Inversi sukrosa
26 000

H+
Invertase dari khamis

11 500

Hidrolisa kasein
20 600

HCl
Trypsin

12 000
H+

Hidrolisa etilbutirat
13 200

Lipase dari pancreas


4 200

Dalam reaksi-reaksi enzimatis terjadi ikatan sementara antara


enzim dengan substratnya. Ikatan sementara ini bersifat labil dan
hanya berikatan dalam waktu yang singkat. Sel;anjutnya ikatan ini
akan pecah kembali menjadi enzim dan hasil akhir atau produk.
S

ES

E :
S :
ES:
P :

enzim
substrat
ikatan sementara enzim substrat
hasil akhir atau produk

1.

Nomenklatur enzim
Pemberian nama enzim pada umumnya didasarkan atas nama
substrat yang dikatalitis atau daya katalisa suatu enzim dengan
penambahan akhiran ase.
Oleh The International Union of
Biochemistry
(1961),
berdasarkan
daya
katalitisnya,
enzim
dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu:
2. Oksidoreduktase yaitu enzim yang mengkatalitis reaksi oksidasireduksi
3. Transferase yaitu enzim yang mengkatalitis reaksi pemindahan
gugus-gugus tertentu
4. Hidrolase yaitu enzim yang mengkatalitis reaksi hidrolisa
5. Lyase (liase) yaitu enzim yang mengkatalitis reaksi pengambilan
gugus yang menghasilkan ikatan rangkap atau penambahan gugus
pada ikatan rangkap
6. Isomerase yaitu enzim yang mengkatalitis reaksi isomerasi
7. Ligase atau sintetase yaitu enzim yang mengkatalitis reaksi
penggabungan dua molekul, biasanya disertai dengan pemecahan
nukleotida trifosfat (misalnya ATP) tau senyawa lain yang sejenis

8.

Tempat kerja enzim


Berdasarkan atas tempat kerjanya enzim-enzim dapat dibedakan
dalam dua golongan, yaitu:
9. Endoenzim. Enzim ini disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim
yang bekerjanya di dalam sel. Enzim-enzim ini adalah enzim yang
dipakai pada proses-proses sintesis di dalam sel dan dalam proses
penghasilan energi.
10. Eksoenzim. Enzim ini disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim
yang bekerja diluar sel. Fungsi utama enzim ini adalah untuk
mencerna sebelum dihidrolisa lebih lanjut
Perbedaan lain pada kedua enzim tersebut adalah: energi yang
dihasilkan oleh endoenzim dapat dimanfaatkam untuk aktivitas hidup,
sebaliknya energi dari reaksi yang dilakukan oleh eksoenzim tidak
dapat dimanfaatkan oleh aktivitas hidup.

11.

Susunan enzim dan spesifitas enzim


Pada umumnya enzim yang dikenal bersifat protein. Protein
penyusun enzim dapat berupa protein-protein sederhana atau protein
yang terikat pada gugus-gugus non-protein. Jika suatu enzim dianalisis,
maka enzim dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu koenzim dan
apoenzim. Koenzim merupakan zat yang bersifat non-protein, nonkoloid, dan termostabil. Apoenzim merupakan koloid-koloid protein dan
bersifat termolabil. Koenzim dan apoenzim jika berdiri sendiri-sendiri
tidak menunjukkan keaktifan. Apoenzim jika bergabung dengan
koenzim disebut holoenzim. Selain kedua gugus enzim tersebut, pada
bagian protein enzim terdapat gugus yang bukan protein yang disebut
gugus prostetik.

12.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim


Karena enzim merupakan protein dan dibentuk didalam
kompartemen sel, maka semua factor yang mempengaruhi protein dan
sel, juga akan mempengaruhi kerja atau kegiatan enzim. Faktor-faktor
penting yang mempengaruhi kerja enzim adalah:
13.
Konsentrasi enzim dan substrat
14.
Tempratur
15.
pH
16.
Adanya penghambat (inhibitor)
17.
Penggiat (aktivator)
18.
Penginduksi (inductor)
Kehidupan mikrobia dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan.
Setiap perubahan lingkungan akan segera mempengaruhi mikrobia
tersebut. Selain enzim yang merupakan bagian susunan sel normal,

pada mikrobia dapat terbentuk enzim baru akibat rangsangan luar.


Enzim yang terbentuk dengan cara demikian disebut enzim adaptif
(inducible enzyme). Enzim yang merupakan susunan normal sel
dinamakan enzim konstitutif dan enzim ini secara umum jumlahnya
tetap.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa metabolisme merupakan
proses kimia yang terjadi didalam sel, dengan ribuan reaksi biokimia
terkendali. Sel yang merupakan unit terkecil dari kehidupan dapat
dianggap sebagai mesin kimia yang unik dan kompleks dengan
kemampuan melaksanakan proses biokimia yang beraneka-ragam.
Tiap organela sel melakukan fungsi yang spesifik dan saling
terkoordinasi secara baik satu sama lainnya. Untuk memudahkan
pemahaman mengenai proses metabolisme yang terjadi, maka yang
pertama dibahas adalah proses asimilasi C atau yang lazim disebut
proses fotosintesis (suatu bentuk proses anabolisme). Alasan utama
mengapa pembahasan ini didahulukan adalah karena semua bentuk
kehidupan sangat tergantung pada senyawa karbon organic yang
dihasilkan proses fotosintesis.
FOTOSINTESIS
Berdasarkan kemampuan pemanfaatan sumber karbonya,
makhluk hidup dibagi dalam dua kelompok, yaitu autotrof dan
heterotrof. Autotrof adalah makhluk hidup yang dapat menggunakan
karbon anorganik sebagai satu-satunya sumber karbon. Sedang
heterotrof adalah makhluk hidup yang hanya dapat memanfaatkan
karbon organik sebagai satu-satunya sumber karbon.
Kelompok autotrof dapat diabgi lagi menjadi dua kelompok
berdasarkan pemanfaat sumber energi untuk fiksasi karbon
anorganiknya (CO2), yaitu fototrof dan kemotrof. Fototrof adalah
kelompok yang mampu menggunakan cahaya (Matahari) dalah bentuk
foton sebagai sumber energinya. Sedang kemotrof adalah kemlompok
yang menggunakan sumber energi kimia sebagai sumber energinya.
Jika dirunut lebih jauh energi kimia yang dimanfaatkan oleh kelompok
kemotrof sebenarnya berasal dari energi yang ditangkap dan disimpan
kelompok fototrof. Oleh karena itu dalam pembahasan selanjutnya kita
lebih memfokuskan pada proses fototrof (proses fotosintesis).
Proses fotosintesis hanya dapat berlangsung pada makhluk
hidup yang memiliki organela sel yang disebut kloroplas (tumbuhan
tinggi, paku, lumut, ganggang, dan beberapa jebnis bakteri). Di dalam
kloroplas terdapat pigmen-pigmen yang dapat menangkap energi
cahaya (korofil dan pigmen lain).
Sesungguhnya reaksi yang terjadi di dalam sel yang
mengandung kloroplas tidak sesederhana rumusan 6 CO 2 + 6 H 2O

C6H12O6 +
6O2. Reaksi yang sesungguhnya terdiri atas dua
tahapan. Tahapan pertama reaksi penangkapan energi cahaya
(foton) oleh klorofil atau pigmen lain yang dimiliki tumbuhan, yang
disebut reaksi terang. Pada fase ini energi foton dengan mekanisme
fotofosforilasi akan diubah menjadi ATP dan NADPH2 dalam suatu
rangkaian reaksi enzimatis (rangkaian skema Z). Tahapan kedua
adalah fiksasi CO2 melalui suatu rangkaian reaksi kimia yang disebut
siklus Calvin dengan bantuan ATP dan NADPH 2. Hasil reaksi terang
akan diubah menjadi C6H12O6 (glukosa). Tahapan kedua ini disebut juga
sebagai reaksi gelap.

1. Reaksi terang
Klorofil bukan satu-satunya pigmen yang mampu menangkap
energi foton. Klorofil hanya mampu menangkap energi foton untuk
kisaran spectrum cahaya biru, ungu, dan merah. Sedangkan pigmen
lain seperti karotenoid (kuning, merah, dan ungu) dan fikobilin (biru
dan merah) akan menyerap energi foton sesuai spectrum warnanya.
Namun karena pigmen bukan klorofil , maka pigmen tidak
memanfaatkan energi foton tersebut untuk proses fotosintesis. Energi
yang ditangkap akan diserahkan ke klorofil melalui mekanisme yang
disebut resonansi induktif. Pada proses ini klorofil berperan sebagai
pusat reaksi dan yang dapat berperan sebagai pusat reaksi hanyalah
klorofil a.
Himpunan energi dari proses resonansi indukti akan digunakan
untuk memecahkan molekul air menjadi H2 dan O2 (fotolisis).
Fotolisis ini terjadi pada pusat reaksi yang disebut fotosistem II (PS II
atau P 680). Pada pusat reaksi ini juga, elektron pada atom H akan
tereksitasi dari orbitnya masuk kerangkaian skema Z. Diodalam
perjalanannya elektron berenergi tinggi imi akan melepas energi yang
dimilikinya untuk reaksi pembentukkan ATP dari ADP dan P an-organik.
Diakhir perjalanannya electron tersbut akan ditangkap oleh suatu
akseptor hydrogen NADP, sehingga terbentuk NADPH2.

2. Reaksi gelap (fiksasi CO2)


Fiksasi CO2 akan berlangsung di dalam stroma (cairan yang
terdapt dalam kloroplas). Pada tahap awal CO 2 akan ditangkap suatu
senywa beratom karbon lima (C5) yaitu Ribulosa bis-fosfat (RuBP).
Untuk membentuk satu molekul glukosa dibutuhkan 6 molekul RuBP
yang digunakan menangkap 6 molekul CO 2. Senyawa yang terbentuk
akan direduksi oleh 12 NADPH2 dan dengan tambahan 12 ATP senyawa
tersebut menjadi tidak stabil. Senyawa tersebut akan pecah menjadi
12 PGAL (fosfogliseral-dehida atau G3P = glyceraldehida 3
phosphate). PGAL adalah suatu senyawa beratom C3.

6 RuBP + 6CO 2 + 12NADPH 2


12NADP + 12ADP + 12Pi

12ATP

12PGAL

Dari 12 molekul PGAL yang terbentuk, 10 diantaranya melalui


beberapa rangkaian reaksi biokimia kembali akan membentuk 6
molekul RuBP. Satu molekul PGAL akan mengalami isomerasi menjadi
dihidroksi-asetonfosfat (DHAP). Selanjutnya DHAP akan bereaksi
dengan PGAL yang tersisa membentuk fruktosa 1,6 difosfat. Melalui

beberapa tahap reaksi biokimia fruktosa 1,6 difosfat diubah menjadi


glukosa.
PGAL

DHAP

Fruktosa 1,6 difosfat


Glukosa 6 fosfat glukosa
PGAL
Pi

fruktosa 6 fosfat
Pi

Glukosa adalah produk fotosintesis, namun glukosa tidak dapat


ditransportasikan keluar dari kloroplas. Oleh sebab itu untuk
mengeluarkan produk fotosintesis dari kloplas, maka produk
fotosintesis harus diubah dulu menjadi sukrosa.
Fruktosa 6 fosfat Fruktosa
Pi
Sukrosa
Glukosa 6 fosfat G 1 P UDP Glukosa
UTP
Pi

UDP

Karena PGAL sebagai produk sebagai produk awal fiksasi CO 2


adalah suatu senyawa beratom C3, maka pola fotosintesis ini
dinamakan fotosintesis C-3.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam siklus Calvin
senyawa yang dipergunakan untuk menangkap CO 2 adalah RuBP.
Ternyata RuBP yang diharapkan mampu memfiksasi CO 2, afinitasnya
lebih besar terhadap terhadap O2. Akibatnya RuBP akan teroksidasi dan
pecah menjadi PGAL dan fosfoglikolat. Peristiwa ini dikenal sebagai
fotooksidasi. Hal ini tentunya sangat merugikan. Sistem fotosintesis
C-3 terutama terdapat pada tumbuhan di daerah lintang sedang. Di
daerah tropik yang panas, untuk mengantisipasi kondisi lingkungan,
tumbuhan senantiasa membuka stomata untuk memperlancar
transpirasi (penguapan). Konsekuensinya, selain CO2 bebas masuk ke
mesofil, O2 juga bebas masuk ke mesofil. Karena afinitas RuBP lebih
besar terhadap O2 dibandingkan terhadap CO2, maka dengan
terbukanya stomata peristiwa fotooksidasi peluangnya makin besar.
Untuk mengatasi hal tersebut, tumbuhan mengembangkan suatu
mekanisme fotosintesis yang lebih maju, dimana fiksasi CO 2 tidak
dilakukan oleh RuBP, tetapi dilakukan oleh Fosfoenol piruvat (PEP)
yang afinitasnya kepada CO2 lebih besar.
Fotosintesis yang dikembangkan menggunakan PEP untuk fiksasi
CO2, hasilnya adalah asam oksaloasetat, suatu senyawa beratom C-4.
Oleh sebab itu system ini dinamakan Fotosintesis C-4. Pada system

C-4, CO2 difiksasi oleh PEP disekitar stomata dan mesofil. Asam
oksaloasetat yang dihasilkan selanjutnya diubah menjadi asam malat
dan ditransportasikan ke berkas pembuluh angkut (bundlesheat). Di
pembuluh angkut asam malat didekarboksilasi menjadi CO2 dan
asam piruvat. Asam piruvat dikeluarkan kembali dari berkas pembuluh
angkut dan ditransportasikan kembali ke stomata. CO 2 yang bebas
akan difiksasi RuBP (masuk ke siklus Calvin) selanjutnya akan
membentuk glukosa. Dengan demikian system fotosintesis C-4 lebih
efisien dibandingkan dengan system C-3. Contoh tumbuhan dengan
fotosintesis system C-4 adalah tebu, jagung, bayam, dan sebagainya.
Tanaman yang tumbuh dilingkungan ekstrim panas dan kering
(gurun) atau pada tempat yang tidak memiliki akses air (misalnya di
batang pohon) mengembangkan system fotosintesis yang lebih maju
lagi. Untuk menghindari penguapan pada siang hari yang panas dan
kering, tanaman menutup stomata pada siang hari sehingga tidak ada
fiksasi CO2. Fiksasi dilakukan pada malam hari, sehingga terjadi
akumulasi asam malat di jaringan daun. Karena fenomena demikian
system fotosintesis ini dinamakan system metabolisme asam
krasulasean (Crassulacean acyd metabolism = CAM). Disebut
demikian karena system ini pertama kali ditemukan pada tanaman
crassulaceae (jenis kaktus).

RESPIRASI
Respirasi adalah proses katabolisme yang merupakan
pemecahan senyawa organic (umumnya) menjadi senyawa yang lebih
sederhana dan dihasilkan sejumlah energi. Seperti yang sudah
diungkapkan sebelumnya, proses respirasi juga berlangsung dalam
beberapa tahapan reaksi biokimia terkendali. Karena berlangsung
dalam beberapa tahapan, maka pembebasan energi juga berlangsung
secara bertahap. Seperti proses fisik lainnya, proses pembongkaran
energi dalam respirasi juga sangat dipengaruhi hokum termodinamika.
Meskipun tahapan reaksi biokimia memiliki efisiensi yang cukup tinggi,
tetap ada sejumlah energi yang terlepas ke lingkungan dalam bentuk
panas, dan bentuk ini tidak dapat dimanfaatkan tubuh untuk aktivitas
kehidupan.
Selanjutnya akan dibahas tentang proses respirasi yang
memanfaatkan glukosa sebagai substrat. Proses pemecahan glukosa
sampai menjadi CO2 dan H2O secara sempurna dan menghasilkan
sejumlah energi harus melalui tahap berikut:
1. Proses glikolisis
Glukosa adalah suatu molekul yang stabil. Untuk dapat
memecahkannya maka molekul tersebut harus dibuat tidak stabil
(mencapai kondisi steady statenya) dengan penambahan ATP. Glukosa
akan berubah menjadi glukosa-6-fosfat. Glukosa-6-fosfat selanjutnya
mengalami isomerasi mejadi fruktosa-6-fosfat. Fruktosa-6-fosfat
selanjutnya akan bereaksi kembali dengan ATP membentuk fruktosa
1,6 difosfat, dan bentuk ini tidak stabil sehingga mudah pecah
menjadi dihidroksiaseton fosfat dan 3-fosfo gliseral-dehida.
Selanjutnya kedua senywa tersebut melalui beberapa tahapan reaksi
biokimia akan berubah menjadi asam piruvat dan menghasilkan 2
NADH dan 4 ATP.

Tahapan glikolisis tidak membutuhkan


O2. Namun demikian ada tidaknya O 2 di
lingkungan sel akan menentukan arah
reaksi selanjutnya. Jika dilingkungan sel
tersedia O2 (aerobik), maka asam
piruvat selanjutnya akan masuk ke
siklus
Krebs.
Jika
sebaliknya
(anaerobik)
maka
asam
piruvat
memiliki dua kemungkinan arah reaksi.
Kemungkinan pertama, asam piruvat
direduksi
menjadi
asam
laktat
(misalnya kejadian pada otot yang
kekurangan oksigen). Kemungkinan
kedua,
asam
piruvat
mengalami
dekarboksilasi menjadi asetaldehida
yang selanjutnya direduksi menjadi
etanol (kejadian ini misalnya pada
2. Dekarboksilasi oksidasi piruvat menjadi asetil-KoA
Jika di lingkungan sel terdapat O2, asam piruvat akan mengalami
proses dekarboksilasi (pembebasan satu molekul CO 2) dan oksidasi
(pembebasan atom H) serta bereaksi dengan KoASH membentuk
asetil-KoA. Atom H yang dibebaskan akan ditangkap NAD menjadi
NADH. Selanjutnya asetil-KoA akan memasuki siklus krebs.
3. Daur asam sitrat atau siklus Krebs
Begitu memasuki siklus Krebs, asetil-KoA akan bereaksi dengan
asam oksaloasetat membentuk asam sitrat (karena itu dinamakan juga
daur asam sitrat). Melalui beberapa tahapan reaksi biokimia akan
terjadi terjadi dekarboksilasi, hidrasi, dan oksidasi sehingga akan
dibebaskan 2 CO2, 3 NADH, 1 FADH, dan 1 ATP untuk setiap satu
molekul asetil-KoA bergabung dengan asam oksaloasetat. Pada
akhirnya karena ada pembebasan CO 2 danpembebasan H, asam sitrat
akan berevolusi kembali membentuk asam oksaloasetat. Dengan
demikian melalui beberapa tahapan reaksi antara akan terbentuk
suatu siklus.
4. Fosforilasi oksidatif
Untuk aktivitas hidup energi yang dapat dimanfaatkan hanya
energi dalam bentuk ATP. Untuk itu semua senyawa berenergi tinggi
hasil respirasi (NADH dan FADH) harus ditransformasikan lebih dulu
menjadi ATP. Tempat tramnsformasi tersebut adalah pada jalus
pengangkutan electron yang disebut juga fosforilasi oksidatif. NADH
dan FADH sebelum memasuki jalur ini, terlebih dulu dipecah.
Pemompaan ion H melewati membran pada enzim ATP-ase akan
terbentuk ATP. Setiap NADH energi yang dikandungnya mampu
digunakan untuk membentuk 3ATP. Sedangka FADH energinya hanya

mampu digunakan untuk membentu 2ATP. Ion H yang bebas


selanjutnya akan ditangkap oleh O2 (berperan sebagai akseptor H)
sehingga terbentuk air H2O. Secara keseluruhan ATP yang terbentuk
dari pemecahan satu molekul glukosa secara sempurna adalah 36 ATP.
Energi tersebut setara dengan 686 Kkal/mol.
Pada dasarnya substrat respirasi tidak terbatas hanya glukosa,
dapat juga berasal dari lemak, amilum, sukrosa, fruktan, dan
sebagainya. Yang pasti, apapun substratnya, untuk masuk menjadi
substrat respirasi, maka bentuk-bentuk diatas harus diubah menjadi
salah satu bentuk senyawa antara yang terdapat pada tahap reaksi
glikolisis sampai siklus Krebs. Lemak misalnya melalui oksidasi beta
diubah menjadi aseti-KoA. Sukrosa diubah dulu menjadi glukosa dan
fruktosa.
Tahapan glikolisis terjadi di sitosol. Piruvat yang terbentuk
selanjutnya diangkut secara aktif ke matriks mitokondria. Perubahan
piruvat sampai asetil-KoA terjadi di matriks. Selanjutnya siklus Krebs
terjadi di matriks dan dan membran dalam mitokondria (kristae).
Sedangkan fosforilasi oksidatif sepenuhnya berlangsung dimembran
dalam mitokondria.
Fungsi respirasi tidak semata-mata hanya untuk menghasilkan
energi bagi aktivitas hidup. Fungsi lain adalah menghasil senyawa
antara building block untuk pembentukan makro molekul lain, seperti
lemak dan asam amino serta protein.
METABOLISME NITROGEN
Nitrogen penting untuk pembentukan asam amino. Pembentukan
asam amino merupakan tahapan awal dari pembentukan protein yang
sangat diperlukan dalam keberlangsungan aktivitas hidup. Sebagai
contoh, enzim adalah protein yang dikatagorikan sebagai protein
fungsional. Selain itu protein juga diperlukan untuk membentuk
struktur (protein struktural) misalnya rambut dan kuku.
Dasar kerangka karbon yang diperlukan dalam sintesa asam
amino berasal dari senyawa-senyawa antara yang terbentuk sepanjang
tahapan reaksi glikolisis hingga siklus Krebs. Tahapan yang paling
penting adalah pembentukan asam glutamate dari -ketoglutarat.
Sebab hanya melalui tahapan ini N anorganik dapat masuk ke jalur
organic. Sedangkan pembentukan asam-asam amino lainnya, gugus
amina diperoleh dengan cara transdeaminasi, yaitu pemutusan
gugus amina pada asam amino tertentu dan memindahkannya ke
senyawa antara tertentu untuk membentuk asam amino yang baru.

Pada pembentukan asam amino yang lain, senyawa antara dapat


dilihat pada peta metabolik. Setelah asam amino terbentuk secara
komplet, baru sintesa protein dapat dilakukan. Spesifikasi protein yang
akan dibentuk ditentukan oleh informasi genetic yang ada pada
kromosom.

METABOLISME LEMAK
Di dalam tubuh, senyawa karbon berperan penting sebagai
penyedia energi dan karena tubuh memiliki efisiensi dalam
penggunaan energi, maka kelebihan makanan ( terutama senyawa

karbon) akan dikonversi sebagai cadangan di dalam tubuh terutama


dalam bentuk lemak . Keunggulan lemak sebagai cadangan makanan
karena sifatnya yang hidrofobik sehingga tidak mudah larut dan
terhidrolisa. Disamping itu gugus lemak mengandung energi yang jauh
lebih besar dibandingkan gugus karbon senyawa lain untuk bobot yang
sama. Lemak lebih efisien sebagai cadangan makanan.
Lemak terdiri atas satu molekul gliserol dan tiga molekul asam
lemak sehingga dinamakan triasilgliserol. Pembentukan lemak
diawali dari pembentukan gugus gliserol dari senyawa antara glikolisis
yaitu dihidroksiaseton-fosfat. Selanjutnya adalah pembentukan asam
lemak. Karena asam lemak hamper seluruhnya tersusun atas atom C
berjumlah genap, maka diperkirakan asam lemak dibangun dari
penambahan berulang suatu unit berkarbon dua (2C) yaitu malonilSKoA. Penambahan satu molekul malonil-SKoA ke molekul primer
membutuhkan 2 NADPH2, yang selanjutnya akan terbentuk suatu
molekul asam lemak sederhana dengan 4 atom C yaitu asam butirat
CH3CH2CH2COOH. Demikian seterusnya dengan penambahan satu
malonil-SKoA dan dua molekul NADPH 2 akan terbentuk asam lemak
baru. Setelah asam lemak terbentuk, asam lemak kemudian digabung
dengan gliserol sehingga terbentuk lemak triasilgliserol. Biosintesis
lemak berlangsung di sitosol.
Katabolisme lemak di dalam sel dimulai dengan bekerjanya
enzim lipase yang dapat memutuskan ikatan-ikatan ester sehingga
asam-asam lemak terlepas dari gliserol. Gliserol selanjutnya diuraikan
menjadi dihidroksiaseton-fosfat kembali dan masuk ke jalur lanjutan
glikolisis. Sedangkan asam lemak akan dikatabolis melalui jalur betaoksidasi (-oksidasi), yaitu pemotongan asam lemak secara
bertahap (dua atom C setiap kali pemotongan) yang menghasilkan
asetil-SKoA. Asetil-SKoA selanjutnya akan masuk ke siklus Krebs.
Disamping menghasilkan asetil-SKoA, setiap pemotongan dua atom C
dari gugus asam lemak akan dihasilkan 1 NADH 2 dan 1 FADH2. Sedang
satu molekul asetil-SKoA jika masuk ke siklus Krebs akan menghasilkan
3 NADH2, 1 FADH2, dan 1 ATP. Jadi dari satu kali pemotongan satu
gugus beratom C-2 akan dihasilkan 4 NADH2 (4x3 ATP) + 2 FADH2 (2x2
ATP) + 1 ATP = 17 ATP (bandingkan dengan oksidasi glukosa 6-C
secara sempurna hanya menghasilkan 36 ATP).

You might also like