Professional Documents
Culture Documents
RUMAH SAKIT
GRS
KATA PENGANTAR
Melihat dari tipe dasar bangunan, terdapat dua tantangan terbesar dalam industri desain arsitektur
yang pertama adalah bandara dan yang kedua adalah rumah sakit. Dua tipe bangunan tersebut
menjadi tantangan besar bagi seorang arsitek dan timnya untuk menyelesaikan sebuah rancangan
yang dapat bekerja dengan baik dan benar karena bukan hanya unsur estetika, komposisi,
pertimbangan keuntungan dan kerugian materi dari sebuah fungsi namun keberhasilan organisasi
ruang dan keselamatan banyak manusia menjadi faktor utama penentu sebuah rancangan rumah sakit
yang baik.
Fisik Rumah Sakit merupakan satu hal yang sangat penting bagi sebuah rumah sakit. Bidang fisik
termasuk bangunan dan performansi ruang, tata lansekap, dan infrastruktur pendukung mulai didekati
dengan indikator kenyamanan, keindahan, serta keberhasilan pada lingkungan yang kesemuanya
membangun citra layanan kesehatan dikelasnya. Bangunan yang indah, fungsional, efisien dan bersih
memberikan kesan yang positif bagi seluruh pengguna rumah sakit.
Pada dasarnya, fisik rumah sakit juga berhubungan langsung dengan kualitas layanan medik. Indikator
keberhasilan bangunan rumah sakit dapat dilihat dari kenyamanan dalam pemanfaatanya sehingga
memberikan sumbangan pada proses penyembuhan pasien dan produktivitas pelaku, prosedurprosedur layanan medik dapat terlaksana dengan efektif dan efisien, terjaga dengan mudah
kebersihanya.
Fenomena yang telah dijabarkan diatas menjadi dasar pertimbangan penyusunan buku Arsitektur
Rumah Sakit. Buku ini diharapkan mampu menjadi referensi tentang perencanaan, perancangan dan
pengelolaan fasilitas fisik rumah sakit yang dapat berguna bagi akademis, mahasiswa, penyedia jasa
dan praktisi industri bangunan, penyedia jasa dan pengguna pelayanan kesehatan, pengelola fisik dan
manajemen fasilitas kesehatan dan masyarakat pada umumnya. Penyusunan buku ini merupakan
respon atas kurangnya referensi buku Arsitektur Rumah Sakit khususnya referensi dalam negeri.
Pokok bahasan yang akan ditemukan dalam buku ini adalah berbagai hal yang terkait dengan
pedoman dan guidelines perencanaan rumah sakit, perancangan fasilitas, infastruktur bangunan
rumah sakit serta strategi pengelolaan dan manajemen fisik perencanaan rumah sakit serta isu-isu
kontemporer perencanaan dan perancangan fasilitas fisik rumah sakit.
Akhir kata buku ini berhasil disusun tidak lepas dari bantuan bernbagai pihak yang menyumbangkan
masukannya baik berupa saran maupun kritikan, dalam forum formal maupun informal. Semoga apa
yang ada di dalam buku ini bermanfaat dan memberikan stimulasi yang positif bagi pembaca dimasa
yang akan datang.
Selamat Membaca!
Yogyakarta, Maret 2010
PT. Global Rancang Selaras.
Tuntutan terhadap kinerja dan layanan kesehatan rumah sakit pada saat ini semakin tinggi. Kita tahu
bahwa kehidupan dapat bermula dirumah sakit dan begitupun dengan akhir, yang umumnya
dilewatkan dirumah sakit pula. Dalam perkembangan layanannya, rumah sakit berhubungan dengan
konsumen yang memelukan layanan kesehatan dan tidak hanya diperuntukan bagi pasien yang sakit.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
ii
BAB 2
Rencana Strategis
Organis, Berkembang, Bertahap
Kompak
Memberikan Harapan Sehat
Pengelompokan yang Tepat
Sirkulasi yang tepat dan Aksesibel
Hemat Energi dan Nyaman Thermal
Aman dan Tanggap Keadaan Darurat
`Hijau`
Mudah dan Murah Perawatan
Sesuai Target Konsumen dan Fasilitas yang Tepat
Mengakomodasi Kebutuhan dan perilaku Manusia
Kenyamanan Visual dan Tanggap Lingkungan
Mampu menjadi Aset Properti
1
2
3
3
3
4
5
5
6
6
7
7
8
8
BAB 3
BAB 4
ii
21
22
BAB 7
12
12
14
BAB 6
10
11
12
BAB 5
9
9
23
24
BAB 1
25
25
BAB 8
BAB 9
28
28
30
31
32
BAB 11
34
35
36
37
38
BAB 12
BAB 13
47
47
48
50
53
54
BAB 10
iii
65
65
73
74
Rekam Medik
75
76
77
78
78
81
82
83
84
DAFTAR PUSTAKA
93
94
96
96
97
98
iv
BAGIAN 1 I BAB 1
14 PRINSIP DASAR
PERENCANAAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
Dalam merencanakan komponen-komponen fisik rumah sakit yang meliputi perencanaan lahan,
bangunan dan infrastruktur, terdapat 14 prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan dikembangkan
lebih lanjut untuk menjadi arahan dasar dalam merencanakan rumah sakit sebagai suatu aset
properti.
Sering terjadi beberapa kasus kegagalan disebabkan karena pengembangan lahan dan bangunan
yang tidak didasarkan atas studi kelayakan serta perencanaan bisnis yang matang pada tahap awal
perencanaan. Akibat yang ditimbulkan dari kurang matangnya tahap perencanaan antara lain adalah
lahan tidak sesuai, bangunan terbengkalai, serta ketidaksesuaian antara aktivitas dengan wadahnya.
Melihat kecenderungan diatas pada akhirnya setiap organisasi baik profit maupun non profit mulai
mempertimbangkan pengelolaan dengan prinsip bisnis yang baik dan benar sehingga tercipta sebuah
bangunan yang mandiri dalam operasional, perawatan, proses tumbuh dan berkembang. Oleh karena
itu sebuah rumah sakit perlu dikembangkan berdasarkan rencana bisnis. Suatu perencanaan yang
dimulai dari perencanaan aktivitas, sumberdaya manusia, perlengkapan fasilitas, akan membawa
implikasi pada lahan, bangunan dan infrastruktur.
Proses pengelolaan aset pada dasarnya akan sangat dipengaruhi oleh proses perencanaan kegiatan.
Dengan kata lain, proses perencanaan strategis akan sangat mempengaruhi perencanaan masterplan
keseluruhan aset (serta masterplan masing-masing unit dan perencanaan fasilitas dalam masingmasing unit). Meski demikian, dapat dikatakan bahwa proses perencanaan aset akan mengikuti
proses sebagaimana berikut:
Identifikasi aset eksisting (lahan, bangunan, dan infrastruktur)
Penentuan visi bagi keseluruhan dan masing-masing asset
Perumusan strategi yang harus dilakukan pada keseluruhan dan masing-masing aset.
01
02
Pemanfaatan Lahan secara Optimal pada MasterPlan Fisik RSAB Muslimat Jombang dan RSAB Muslimat NU Ponorogo
03
Pengelompokan yang tepat juga akan memberi kedekatan ruang-ruang yang saling membutuhkan
kedekatan, dan memisahkan ruang-ruang yang membutuhkan pemisahan.
Zona Luar adalah zona yang harus dengan mudah diakses oleh masyarakat luas, seperti: layanan
gawat darurat, layanan rawat jalan, serta layanan administratif untuk umum. Zona Kedua adalah
zona yang menerima beban kerja dari zona terluar tadi, meliputi laboratorium, farmasi, dan radiologi.
Zona Dalam adalah zona yang menyediakan layanan rawat inap dan layanan lain bagi pasien. Zona
Terdalam adalah zona yang membutuhkan tingkat kesterilan tertentu dalam memberikan layanan,
seperti misalnya layanan bedah, melahirkan, serta rawat intensif. Terakhir adalah Zona Layanan,
yang memberikan layanan pada kegiatan rumah sakit, seperti misalnya dapur, laundry, IPSRS, pool
kendaraan, dan kamar jenazah.
2
1. Perbedaan Zona Academic Axis dan medic Axis pada Rumah Sakit Pendidikan
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
04
Sistem sirkulasi pada dasarnya terbagi dalam sirkulasi eksternal dan sirkulasi internal. Sirkulasi
eksternal akan didominasi oleh sirkulasi kendaraan bermotor dalam mengakses rumah sakit. Perlu
ada pembedaan antara akses utama rumah sakit bagi pengunjung, akses gawat darurat yang harus
dapat dicapai dengan mudah dan tidak terganggu akses yang lain, serta akses layanan dan karyawan.
Demikian juga parkir perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga secara kualitatif dan kuantitatif
memenuhi persyaratan yang ada. Pada umumnya diperlukan 1 parkir mobil bagi tiap 4 bed rawat inap
dalam sebuah rumah sakit .
Sirkulasi internal akan terbagi antara sirkulasi umum dan pengunjung serta sirkulasi pasien dan
layanan medik. Ada beberapa area yang sirkulasi pasien dan layanan medik perlu dipisahkan secara
sempurna dengan sirkulasi umum. Demikian juga pada bangunan bertingkat, adanya pemisahan
elevator yang digunakan oleh pasien berbeda dengan yang digunakan pengunjung umum.Pemisahan
sirkulasi pun terjadi pada sirkulasi pasien dan clean utilities (utilitas bersih) dibedakan dengan alur dirty
utilities (utilitas kotor).
Perletakan dan orientasi dari massa bangunan pun sangat mempengaruhi penghematan energi dan
kenyamanan thermal. Untuk mengurangi panas matahari di Indonesia, bangunan diorientasikan
membujur timur barat, bagian transparan atau bukaan diarahkan menghadap selatan dan utara
sehingga lebih menghemat energi pendinginan. Pada kondisi tertentu i kadang tidak dimungkinkan
untuk meletakan massa bangunan pada kondisi ideal diatas namun hal-hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan sunshading serta penggunaan material yang tepat (transparan atau bukaan seperti kaca
dan jendela pada bagian yang tidak terpanaskan dan pasangan masif pada bagian yang terpanaskan).
05
Selanjutnya perlu didukung dengan hal yang kedua, yaitu tersedianya pemadam kebakaran dengan
berbagai sistem, mulai dari hidrant hingga pemadam portable yang dapat menjangkau seluruh bagian
rumah sakit. Akses mobil pemadam kebakaran meruapakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan,
terutama di bagian perifer lahan rumah sakit, karena hidrant kerap tidak selalu dapat diharapkan dalam
beberapa kasus darurat.
Ruang terbuka hijau selayaknya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam perletakan massamassa bangunan rumah sakit. Untuk bangunan berlantai banyak, ruang terbuka setidaknya memiliki
jarak 10 m antar bangunan untuk dinding dengan dinding, 15 m untuk jendela dengan dinding, serta 20
m untuk jendela dengan jendela, agar privasi pasien tetap terjamin. Adanya pohon-pohon peneduh dan
pengarah bisa membantu privasi pasien, dan juga memberikan suasana hijau yang nyaman dan
membuat suasana penyembuhan lebih baik. Furnitur lansekap juga harus direncanakan, sehingga
lampu yang ada tidak menyilaukan, serta signage (penanda) yang direncanakan dapat tertata teratur
dan memudahkan wayfinding.
06
11. Rencanakan Rumah Sakit yang Sesuai Target Konsumen dan Memberi
Fasilitas
Setiap fasilitas publik, termasuk rumah sakit, akan memiliki target pasar tersendiri, sehingga fasilitasfasilitas yang dimiliki akan disesuai dengan target pasar yang hendak dilayani tersebut. Survey pasar
memungkinkan dapat mengidentifikasi keinginan konsumen saat ini. Lebih lanjut, rencana strategis
juga akan mengarahkan target konsumen di masa
Dalam kaitan dengan pemasaran, hal ini terkait dengan korelasi antara tema dengan positioning.
Dimana terdapat beberapa pertanyaan yang perlu diajukan, seperti misalnya Apa business-line
anda?, Di mana posisi produk anda?, Siapa pasar produk anda?, Apa citra yang diharapkan?,
serta Bagaimana menggubah citra tersebut?. Diharapkan rumah sakit memiliki konsep dan tema
yang kuat, yang mewadahi secara optimal kebutuhan manusia dan aktivitas, kuantitatif dan kualitatif,
maupun secara positif memberi tanggapan terhadap lingkungan, fisik dan non-fisik, sesuai dengan
tujuan dan aspirasi sang perancang dan klien.
Sebuah rumah sakit dengan target konsumen geriatrik, misalnya, perlu mengakomodasi berbagai
keterbatasan mobilitas yang dimilki para lansia tersebut. Sementara rumah sakit (atau bagian rumah
sakit) dengan target konsumen anak akan perlu memberi suasana ceria dan memberikan ruang-ruang
bermain yang membuat anak merasa lebih nyaman. Bagian rumah sakit untuk mereka yang harus
menjalani pengobatan terus-menerus (kemoterapi atau hemodialisis, misalnya) juga perlu diberi citra
yang lebih membuat pasien merasa at home dan bukannya menjadi preparat.
07
Ketiga, Teori Proksemik: Privasi, Teritorialitas, & Ruang Personal. Dimana Privasi adalah
kemampuan mengontrol keberadaan interaksi, untuk selalu memiliki pilihan, yang pada akhirnya
menjadi jembatan dalam mencapai interaksi yang diharapkan (Rappoport, 1977). Teritori adalah ruang
berbatas yang dipertahankan dan dimanfaatkan keberlangsungannya secara eksklusif oleh seorang
maupun sekelompok orang yang terkumpul berdasarkan isu yang sama, melibatkan identifikasi
psikologis terhadap ruang, dipaparkan melalui sikap kepemilikan dan pengaturan terhadap objek yang
terlibat dalam area tersebut. (Pastalan, 1970). Ruang Personal adalah wilayah dengan batasan visual
semu sekeliling lingkungan fisik seseorang dimana penyusup/pengganggu tidak dapat masuk
(Sommer, 1969).
13. Rencanakan Rumah Sakit yang Nyaman Visual dan Tanggap Lingkungan
Desain yang dilandasi tema yang kuat sangat dibutuhkan dalam perancangan rumah sakit dewasa ini.
Dalam arsitektur, terdapat beberapa prinsip-prinsip perancangan yang perlu diperhatikan, seperti
misalnya proporsi, skala, keseimbangan, keselarasan, kesatuan dan perbedaan, ritme, serta
penekanan.
Pertimbangan lingkungan juga merupakan sesuatu yang penting. Pertimbangan ini akan merupakan
dialog antara keselarasan dan kontras. Rumah sakit di lingkungan urban yang padat akan mempunyai
nilai tambah jika bisa berperan sebagi suatu oase bagi lingkungan di sekitarnya. Sementara pada
kawasan yang sedang berkembang, selain rumah sakit itu perlu menyiapkan perkembangan, adanya
peluang sebagai komponen dominan kawasan akan menuntut desain yang cukup berkarakter.
Manajemen aset adalah tata laksana, operasi, dan manajemen dari properti yang dimiliki atau
disewakan baik secara untuk keuntungan maupun non-profit, yang meliputi lahan, fasilitas dam
komitmen hukum dan finansial pemilik dan pengguna, dengan penekanan pada kumpulan properti
dalam portfolio. Manajemen Properti akan melihat berbagai properti sebagai aset tetap perusahaan,
dan akan berperan dalam menjaga market value, meningkatkan keuntungan, merancang tindakan
strategis, networking informasi mengenai aset tetap, telaah dan kontrol resiko, hingga perencanaan
tindakan pembelian, penyewaan, dan berbagai tindakan lain yang menyangkut properti.
Prinsip yang digunakan dalam pengelolaan aset adalah prinsip Highest and Best Use. Dimana prinsip
tersebut akan mengupayakan pemanfaatan potensi yang ada dengan mengupayakan nilai tambah
paling tinggi. Dalam hal ini meliputi lahan, bangunan, dan infrastruktur, sehingga komponen-komponen
yang memiliki nilai produksi ekonomi tinggi tidak akan menjadi tidak produktif. Upaya pengembangan
pertambahan modal (capital gain) akan dilakukan dengan menjadikan aset-aset tersebut benar-benar
memiliki nilai kompetitif. Prinsip Highest and Best Use ini juga mengharuskan rencana-rencana
tersebut dapat dilaksanakan secara fisik, diijinkan oleh hukum yang berlaku, didukung oleh pasar yang
ada, serta layak secara ekonomis. Hal ini pasti dipengaruhi oleh guna lahan (dulu, kini, yang akan
datang dan sekitar), serta utilitas, transportasi, dan perkembangan lingkungan kini dan yang akan
datang.
08
BAGIAN 1 I BAB 2
APA ITU
ARSITEKTUR
RUMAH SAKIT
Pengertian dan Komponen
1. Pengertian
Kata rumah sakit berasal dari kata hospital, yakni sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
menyediakan tempat untuk pasien rawat inap dalam jangka waktu tertentu. Rumah sakit biasanya
didirikan berdasarkan wilayah, oleh suatu organisasi/lembaga kesehatan (baik profit maupun nonprofit), badan asuransi maupun badan amal, termasuk donator secara langsung, bahkan organisasi
keagamaan individu atau yayasan.
Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri berarti rumah
atau tempat merawat orang sakit, tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan
yang meliputi berbagai masalah kesehatan.
Rumah sakit memiliki beberapa komponen yang terdiri dari pasien, staf, serta terdiri dari beberapa
departemen atau unit, misalnya :
Unit Gawat Darurat (UGD), unit rumahsakit yang menangani pasien yang mengalami sakit atau
luka cukup serius.
Urgent Care, pelayanan dan penanganan yang tidak bisa terjadwalkan. Pasien akan dirawat disini
apabila tidak mendapat rujukan atas luka yang dideritanya.
Trauma Center, memberikan pelayanan medis gawat darurat kepada pasien yang menderita luka
trauma. Termasuk didalamnya terdapat bagian perawatan seperti ruang bedah dan kamar operasi.
Intensive Care Unit (ICU), unit rumah sakit dengan spesialis khusus yang menawarkan
pengobatan dan perawatan secara intensif.
Burn Unit
Cancer Center (Pusat Kanker)
Coronary Care Unit, biasanya disebut juga ICCU, merupakan unit rumah sakit dengan spesialis
khusus yang menangani masalah jantung atau kondisi cardinal berkelanjutan yang membutuhkan
pengawasan dan perawatan secara intensif.
Surgery, merupakan fasilitas untuk melakukan tindakan bedah.
Physical Therapy, lebih mengarah kepada manajemen dan pencegahan perubahan kondisi
penyakit yang menyangkut kejiwaan melalui terapi-terapi khusus.
Orthopedic Services
Behavioral Health Services
Psychiatric Hospital, perawatan bagi pasien dalam masa pemulihan/stabilisasi krisis yang
menyangkut masalah kejiwaan
Labor and Delivery
Maternity, merupakan fasilitas untuk pelayanan dan penanganan seputar kehamilan atau
kandungan.
2. Komponen
09
Radiology
Respiratory Therapy
Rehabilitation Services
Nursing Unit/Nursing Station, adalah unit bagi paramedik agar dapat melayani pasien yang
biasanya telah dikelompokkan dengan klasifikasi tertentu untuk kemudahan pengawasan dan
perawatan bagi pasien tersebut.
Outpatient Department
Laboratory Services
Post Anesthesia Care Unit, adalah bagian yang paling penting dari rumah sakit yang meliputi
ruang operasi, termasuk tempat perawatan pasien dari proses pembiusan pasien.
Medical Records Department (Non-medical Departments)
Release of Information (Non-medical Departments), melayani sertifikat rekam medis
serta memberikan informasi yang perlu diketahui oleh pasien.
BAGIAN 1 I BAB 3
TIPE
FASILITAS KESEHATAN
RS Muhammadiyah Gresik
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
10
2. Puskesmas Karangkobar
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
Merupakan fasilitas dengan lingkup yang lebih kecil dari sebuah rumah sakit , yang seringkali dikelola
oleh pemerintah.
11
BAGIAN 1 I BAB 4
12
Pada tahap implementasi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengaturan pengaturan
suatu fungsi ruangan di dalam rumah sakit, antara lain:
1. Adanya kebutuhan aksesibilitas visual maupun fisik petugas ruang rawat terhadap situasi dan
kondisi ruang rawat.
2. Keberadaan pintu darurat untuk kebakaran pada setiap bagian akhir sal (sal normal menggunakan
terminal sub kompartemen untuk kebakaran).
Ruang rawat pada katagorisasi pelayanan yang berbeda (konsumenya), akan menuntut perlakuan
(treatment) yang berbeda pula, misalnya:
1. Bangsal untuk anak-anak
Bagian ini biasanya memiliki ukuran dengan ruang tersendiri yang lebih luas, dimaksudkan agar orang
tua dapat menemani dan mengawasi kondisi putra putri secara langsung sepanjang har i . S e b a g a i
tambahan disediakan ruang duduk dan pantry yang dibutuhkan oleh orang tua. Pembatasan waktu
kunjungan dikurangi demi kenyamanan keluarga yang datang membesuk (apabila jumlahnya lebih
dari dua).
2. Bangsal geriatrik ( Lansia)
Sal ini biasanya berukuran di atas rata-rata karena alat-alat perawatan yang besar ditempatkan
didalam ruangan perawatan ini. Extra day space, fasilitas wc dan bak mandi serta membutuhkan satu
ruangan tambahan untuk fisiotheraphy. Ruangan perawatan (treatment room) secara normal belum
terlalu dibutuhkan.
3. Bangsal bersalin
Meskipun pada umumnya bayi yang baru lahir selalu ditidurkan disisi ibunya sepanjang hari, tapi
kamar anak-anak atau bayi tetap dibutuhkan untuk menghindari terjadinya gangguan pada pasien
yang sedang tidur. Ruangan harus menyediakan kurang lebih setengah dari anggaran untuk membuat
kamar anak berupa tempat-temat tidur dalam ruangan. Bangsal ibu dan anak seharusnya saling
terhhubung dengan jarak yang dekat dan disarankan untuk membuat secara horisontal. Unsur penting
lain dari instalasi ini adalah klinik pra kelahiran, dimana klinik pra kelahiran pada umumnya
ditempatkan didalam atau berdekatan bagian rawat jalan.
4. Bangsal psychiatric
Bangsal ini menekankan pada kenyamanan mental/ psikologis sehingga seringkali muncul penataan
berupa kamar-kamar kecil untuk memberikan ruang pribadi bagi setiap pasien. Ruangan perlu
dikumpulkan dan didekatkan dengan tempat kunjungan psikiater harian dirumah sakit karena sangat
sedikit pasien yang akan menggunakan tempat tidur dan mayoritas akan menghabiskan waktunya
diperawatan harian rumah sakit.
Adanya jalur dari sistem komunikasi yang digunakan untuk perawat berkomunikasi dengan devisi lain
dalam satu ataupun antar wilayah. Alternatif solusi adalah membuat tombol pengaturan ganda, namun
hal ini selalu terbentur dengan masalah biaya.
13
Organisasi ruang dan program kegiatan meliputi karakteristik perilaku, layanan medis dan penunjang
medis, kisaran jumlah dan besaran ruangan, penempatan dan pengelompokan ruang, serta
karakteristik ruang.
14
1. Instalasi bedah
Saat ini jarang sekali ditemukan penggunaan ruang operasi yang terpisah dari instalasi bedah sentral.
Hal ini memberikan peluang untuk pengorganisasian yang lebih baik, pemanfaatan yang lebih
ekonomis oleh petugas dan penempatan hal-hal teknis yang terpusat. Yang sering menjadi
pengecualian dalam instlasai bedah adalah:
- Ruang bedah yang terpisah pada bangsal ibu dan anak yang digunakan untuk keperluan bedah
caesar pada situasi darurat.
- Ruang bedah darurat pada bagian penanganan kecelakaan/ IGD.
-Pembatasan ruang bedah yang terpisah dapat dilakukan juga dengan penempatan instalasi
dimana memiliki akses yang cepat dan langsung ke ruang bedah utama.
Adanya pemisahan antara sirkulasi yang bersih dan yang kotor di instalasi bedah sentral untuk alasan
pengendalian infeksi pada bentuk rancangan instalasi dimana biasanya perlu dibagi menjadi dua
sistem koridor terpisah. Selain itu terdapat tiga pola atur pergerakan yaitu pasien, petugas/ dokter dan
alur peralatan ruang bedah.
Fungsi utama dari instalasi adalah melayani ruang-ruang perawatan dan perlu adanya kedekatan
dengan ruangan tersebut, jika memungkinkan, ada hubungan horisontal dengan ruang yang
berkkaitan dengan pembedahan. Dalam hal ini, diperlukan akses yang cepat dari ruangan yang
menangani kecelakaan seperti unit gawat darurat, bangsal untuk melahirkan dan ICU. Sebagai
tambahan, perlu adanya jalur-jalur yang tepat untuk suplai, serta dibutuhkan untuk unit pasokan
bahan-bahan steril untuk memberikan akses bagi pengiriman peralatan-peralatan untuk pemrosesan/
pensterilan alat diantara waktu-waktu proses pengoperasian.
2. Instalasi Radiologi
Instalasi ini menggunakan bermacam-macam teknik X-ray untuk memproduksi foto dari berbagai
macam bagian tubuh dengan tujuan untuk proses diagnosis. X-ray memiliki kekuatan radiasi yang
sangat besar dan dapat membahayakan manusia jika penggunaannya dalam jumlah yang besar. Oleh
karena itu, ruang radio-diagnosis diwajibkan memiliki perlindungan khusus untuk mencegah
penyebaran radiasi. Salah satu contoh dari perlindungan adalah dengan menggunakan pelapis diding
barium. Panduan yang terperinci diberikan dalam peraturan-peraturan praktek yang telah diobservasi
secara ketat oleh perancang. Teknik tersebut digunakan juga pada instalasi yang memiliki potensi yang
berbeda, misal Thermografi yang menggunakan gelombang panas dan ultrasonik yang menggunakan
gelombang suara. Ada dua aliran alur sirkulasi utama dalam instalasi radiologi yaitu:
-Pasien
-Petugas pemrosesan film X-ray
Meskipun instalasi dapat melayani seluruh unit rumah sakit, tetapi harus ada hubungan fungsi yang
sangat dekat dengan klinik patah tulang dari bagian rawat jalan dan instalasi rawat darurat menangani
kecelakan. Akses langsung dari instalasi rawat darurat ke ruang sinar X ditujukan untuk mengani
kecelakaan dan penganan darurat lainnya.
3. Instalasi Rehabilitasi Medik
Pada instalasi ini terdapat berbagai macam teknik perawatan secara fisik seperti pelatihan-pelatihan
yang aktif maupun yang pasif untuk proses rehabilitasi dan pengembalian fungsi fisik pada kondisi
normal.
Pendingin ruangan keseluruhan dengan menggunakan filter udara yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan fungsi ruangan dan berbeda dari bagian-bagian lain dirumah sakit. Solusi dari
permasalahan tersebut adalah dengan menempatkan ruang bedah pada bagian paling atas
bangunan.
15
4. Kamar Mayat
Fungsi dari instalasi ini adalah untuk menerima mayat dari ruangan perawatan dan menyimpanya
didalam sebuah lemari pendingin hingga persiapan untuk diambil oleh sanak saudara atau oleh pihak
yang membutuhkanya, selain itu untuk mengadakan pengujian (forensik) agar mengetahui sebabsebab kematiannya. Ada beberapa keuntungan jika kamar mayat tersebut sejalan dengan instalasi
yang menangani cacat anatomi pada instalasi laboratorium, walaupun hal ini bukan suatu yang
esensial.
Meja-meja tempat penyimpanan mayat, membutuhkan air dan drainase serta ventilasi udara diluar
ruangan secara langsung untuk mencegah terjadinya kontaminasi saat mayat yang terkena infeksi
pada saat proses autopsi. Air yang terdapat pada meja-meja berasal dari tubuh mayat tersebut,
membutuhkan treatment dan saluran khusus. tempat penyimpanan mayat adalah sebuah refrigerator
yang berbentuk komartemen yang biasanya tediri dari tiga tingkat. Pemisahan tersebut diperlukan
pada mayat yang terinfeksi. Dalam hal ini dibutuhkan area lantai dasar dengan akses langsung dari
luar untuk kendaraan.
5. Instalasi Laboratorium
Instalasi ini menggunakan spesimen yang diambil dari pasien (seperti darah, jaringan, urine, dll) yang
akan diperiksa dengan menggunakan berbagai teknik laboratorium untuk mengkonfirmasikan dan
memberikan diagnosa. Devisi klinis terbesar dari instalasi ini (kecacatan anatomi, histology,
haematology, bacteriology, patology kimia, microbiology, dll) cenderung dilaksanakan pada bagian
yang terdiri atas perpaduan area laboratorium yang terbuka dan ruangan yang tidak terlalu besar untuk
dapat dijadikan sebagai kantor kepala devisi dan kepala bagian teknis.
Pertimbangan utama dalam desain sebuah instalasi adalah kemudahan untuk perkembangan dan
perubahan instalasi dimasa mendatang.
Meskipun kebutuhan untuk mengadakan perluasan secara fisik harus mereduksi beberapa perluasan
dengan menambah sistem otomatik, komputerisasi, dll, instalasi tetap merupakan sesuatu yang
mudah untuk terjadi perkembangan secara fisik.
Gymnasium memerlukan ruangan yang besar dan memiliki jarak lantai ke langit-langit ruangan yang
cukup tinggi, seringkali digunakan sebagai ruang bangunan yang terpisah dengan bagian belakang
yaang dihubungkan dengan instalasi utama oleh sebuah koridor yang tertutup. Bagian hidrotherapi
membutuhkan kontrol teknis khusus yang pengaturan temperatur, kelembaban, pemasangan
saringan dan lain-lain. Sal ini tidak disediakan bagi setiap program rehabilitasi instalasi. Walaupun
instalasi rehabilitasi medik melayani keseluruhan unit rumah sakit, proporsi terbesar terdapat pada
fungsi yang melayani pasien rawat jalan dan ditempatkan pada lokasi lantai dasar dengan akses yang
terpisah dengan lalu lintas ambulans. Ruang perawatan khusus perlu ditempatkan dan dirancang
secara khusus, dimana strecher yang siap setiap saat dengan akses yang memiliki aksesibilitas tinggi
karena fungsi ini digunakan oleh pasien yang mengalami kelumpuhan dengan tongkat atau penyagga,
pengguna kursi roda, dan alat bantu berjalan lainnya.
16
Hubungan fungsi yang sangat erat antara laboratorium dengan unit rawat jalan dan sejak pasien
tersebut datang ke laboratorium untuk memberikan spesimen. Penggunaan instalasi juga sangat
membutuhkan kuantitas suplai spesimen, oleh karena itu harus ada hubungan yang efisien dengan
jalur suplai yang terdapat dirumah sakit.
6. Instalasi Gawat Darurat
Instalasi ini membutuhkan ruang penerimaan, penanganan bantuan pernafasan, termasuk
penanganan lanjut terhadap pasien yang mengalami kecelakaan dan serangan jantung yang
membutuhkan penanganan rumah sakit segera mungkin. Tempat ini tidak diperuntukan untuk pasien
rawat inap, seluruh pasien yang membutuhkan perawatan, akan dialihkan ke ruangan untuk
perawatan umum atau pada ICU.
Kunci kedekatan dalam hal ini telah didiskusikan pada perencanaan bentuk bangunan dan seringkali
bentuk instansi ini merupakan sebuah kelompok-kelompok yang memiliki akses langsung ke instalasi
radiologi dan klinik patah tulang. Akses eksternal untuk ambulans merupakan prioritas utama, dengan
jalan masuk yang dibuat terpisah dengan jalan yang digunakan oleh pejalan kaki dan brankar pasien.
Didalam rumah sakit, sebagai tambahan berkaitan dengan hal diatas, harus memiliki akses yang cepat
menuju ke ruang operasi utama dan ruang ICU, dimana ada kemungkinan instalasi yang berada di
tingkat berbeda akan diprioritaskan untuk menggunakan lift.
Walaupun beberapa rumah sakit jarang menyediakan ruang operasi kecil, namun pada umumnya
fungsi tersebut digantikan oleh ruang penanganan utama yang dilengkapi pipa gas untuk keperluan
medis dan penyaring suplai udara untuk beberapa pembedahan yang bersifat emergency.
17
8. Poliklinik
Area untuk pasien rawat jalan dan merupakan satu instalasi yang areanya paling luas dalam rumah
sakit. Pasien memilih klinik sebagai tempat untuk melakukan konsultasi, latihan-latihan dan
pemulihan. Staf paramedis dari hampir seluruh spesialisasi dan disiplin bekerja dalam instalasi ini.
Oleh karena itu, untuk tujuan pedeskripsian, pengakomodasian dapat diklasifikasikan ke dalam:
- hal-hal yang berkaitan dengan instalasi
-tujuan umum klinik
-tujuan khusus area-area klinik
Hal yang berkaitan dengan instalasi. Area ini meliputi ruang penerimaan, ruang tunggu, dan
area-area yang nyaman bagi pasien dan pada umumnya dilengkapi oleh toko makanan kecil, tempat
bermain anak, toko kecil, ruang untuk menempatkan alat-alat kebersihan, kantor, tempat kursi roda,
fasilitas sanitary. Penempatanya tergantung pada perencanaan keseluruhan instalasi.
Tujuan khusus akomodasi. Ruangan konsultasi dan latihan mayoritas merupakan spesialisasi
klinis, tetapi beberapa akomodasi untuk beberapa spesialis tetap dibutuhkan, tujuannya adalah untuk
mengurangi dan meminimalkan proporsi dari ruangan untuk setiap spesialisasi. Sebagai contoh:
bedah gigi dan laboratorium, ruangan adiometri, area perawatan dermatology, opthalmic dan ruangan
opthoptic, klinik pemeriksaan anak.
Instalasi yang menangani pasien rawat jalan, memperlihatkan jumlah lalu lintas dari luar menuju ke
rumah sakit yang besar baik dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan kendaraan. Oleh
karena itu diperlukan penataan pintu masuk dan akses yang berasal dari luar dimana tidak
menyebabkan kekacauan pada sirkulasi. Oleh karena itu dipilih untuk menempatkan instalasi tersebut
pada lantai dasar tetapi bagian yang lain ditempatkan pada lantai atas dengan penyediaan lift yang
cukup.
9. Rawat Inap
Kelompokkan sesuai dengan golongan penyakit, di Indonesia secara umum diterapkan sebagai
berikut:
1. Ibu: obstetri dan ginekologi
2. Anak: infeksi, non infeksi dan bedah anak
3. Bedah
4. Penyakit Dalam: infeksi dan non infeksi
5. Syaraf
6. Umum termasuk: THT, gimul, mata
7. Kejiwaan
Tujuan umum kamar-kamar klinik. Instalasi yang mengurusi pasien rawat jalan dan jumlahnya
tergantung pada penaksiran daya tampung pasien untuk kapasitas tertentu. Ada dua tipe dasar dari
ruangan untuk berkonsultasi. Tipe A terdiri dari dua ruangan yang mengkombinasikan antara ruangan
untuk konsultasi dan ruang tindakan. Tipe B berupa satu ruangan untuk konsultasi yang diapit oleh dua
ruangan tindakan. Tipe A memberikan kesempatan untuk melakukan alokasi yang lebih fleksibel untuk
ruangan klinik karena spesialisasi yang berbeda dan membutuhkan penggunaan sejumlah ruangan
yang terdiri dari berbagai macam tipe pada klinik. Kecenderungan yang terjadi pada pegolahan kamar
tipe A adalah kamar dikelompokan dalam satu garis lurus tanpa sekat dan dipisahkan menjadi
kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok kamar klinik dilengkapi dengan perawatan, ruangan kotor
dan ruangan bersih, toko-toko, ruang resepsionis dan area ruang tunggu.
18
Pengelompokan diatas makin berkembang sesuai dengan jenis pelayanan, unggulan pelayanan
seperti: rawat inap infertilitas, rawat inap medical check up dan sebagainya.
Kelengkapan jaringan infrastruktur medik. Implementasi fisik antara lain: tersedia gas medik, vacuum,
suplai daya listrik medik dan non terjamin kontinu.
Mendorong kesembuhan pasien. Implementasi fisik antara lain: ketenangan, kenyamanan
menyangkut: pemandangan, sirkulasi udara, thermal. Mencegah infeksi nosokomial. Implementasi
fisik antara lain: rencanakan dinding, plafon bahkan lantai yang mudah dibersihkan, bentukan dan
material tidak memerangkap debu. Tersedia scrub- up
medis atau alkohol cuci tangan.
Perencanaan K3. Implementasi fisik antara lain: orientasi pencapaian ruang slob zink yang dekat
namun tidak langsung dari nurse station. Tersedia scrub up dan atau alkohol cuci tangan. Terdapat jalur
dan pintu khusus untuk barang kotor. Keamanan dan keselamatan. Implementasi fisik antara lain: grib
bar untuk pasien di koridor dankamar mandi. Bumper dinding sepanjang koridor pasien. Jalur evakuasi
dengan signage yang jelas. Sarana prasarana pengelolaan kebakaran dan sistem deteksi.
10.Instalasi farmasi
Secara umum perencanaan Farmasi terkait dengan akses sebagai penunjang Rawat Jalan, Rawat
Inap, IGD dan Instalasi medik lainnya. Pada umumnya Farmasi pusat berdekatan dengan Rawat
Jalan. Sedang pada Instalasi lain bisa menerapkan sistem satelit ataupun pos obat. Kesemua sistem
tersebut secara prinsip mempermudah pasien dalam menjangkau sekaligus mempermudah
operasionalisasi petugas keperawatan.
Pada Farmasi Pusat, inti pelayanan terletak pada ruang-ruang sebagai berikut:
a. Ruang racik: meja kerja, suplai daya listrik, kondisi udara yang baik, suplai air steril/bersih
b. Ruang simpan obat dipisahkan antara cairan, non dan khusus. Obat khusus direncanakan
lemari build in dengan tingkat kelembaban yang terkontrol dan terkunci
c. Ruang staf (locker) lengkap dengan lavatory
d. Pantry (ruang makan)
e. Ruang kepala Instalasi dan ruang tamu
f. Apotik dan area distribusi
g. Sebagian RS menerapkan manajemen stok obat yang memisahkan antara Gudang Obat IRJA
dan non- IRJA.
h. Kassa. Sebagian RS dengan beban kerja tinggi, perlu memisahkan kassa Askes dan nonAskes.
i. Ruang konsultasi.
11. Instalasi Sterilisasi/ CSSD
Kebijakan mengenai peraturan, cakupan, skala dan isi dari instalasi ini, telah berangsur-angsur
mengalami banyak perkembangan selama 10-15 tahun, juga prosesnya. Hal ini tercermin pada nama
yang berbeda di instalasi ini yaitu CSSD, TSSU, HSSU atau HSDU). Secara keseluruhan ini dari
instalsi ini adalah sterilisasi dan penanggulangan infeksi pada peralatan yang dipergunakan di rumah
sakit.
Sering perencanaan ruang rawat inap harus menyesuaikan dengan strategi manajemen seperti
misalnya: perlunya satelit farmasi, administrasi dan kassa. Termasuk dalam penataan aliran ruang.
Namun secara prinsip semua harus bertujuan bagi kemudahan pasien.
19
Dalam unit pemrosesan dan pemberian pelayanan, instalasi yang bersangkutan dan membutuhkan
sarana penguapan untuk autoclaves dan hubungan yang baik dengan rute-rute suplai internal,
khususnya untuk bagian kamar operasi. Pemrosesan peralatan-peralatan akan menimbulkan
kuantitas hawa panas yang sulit dikontrol. Oleh karena itu seringkali lokasi ditempatkan pada zona
industri dimana ada kemudahan dari pengorerasian pipa saluran untuk keperluan proses penguapan
alat.
20
BAGIAN 1 I BAB 5
TINJAUAN
SIRKULASI DAN ZONING
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Sirkulasi
Terdapat tujuh pertimbangan mendasar yang mempengaruhi desain pada distribusi sistem
pergerakan/sirkulasi yaitu :
1. Kuantitas dan frekuensi material yang dipindahkan untuk distribusi.
2. Kebutuhan ruang penerimaan.
3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan penanganan.
4. Distribusi pengguna masing-masing instalasi.
5. Tempat pembuangan dan pemrosesan kembali.
6. Tipe-tipe dari barang yang akan dipindahkan (termasuk yang perlu penanganan khusus).
7. Pilihan di antara sistem mekanik dan manual.
21
Ada tujuh prinsip dasar yang sifatnya fundamental untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi bentukbentuk bangunan yang memberi perhatian penuh mengenai keamanan kebakaran. Meskipun faktorfaktor ini penting, tetapi tidak berpengaruh besar terhadap keseluruhan bentuk bangunan :
1. Cara pembagian ruangan
2. Keterkaitan antara instalasi
3. Alternatif penyelamatan dan pada kondisi saat menemui jalan buntu
4. Jalur-jalur penyelamatan
5. Jarak tempuh
6. Hubungan eksternal
7. Akses untuk menanggulangi kebakaran
22
BAGIAN 1 I BAB 6
TINJAUAN
BENTUK DAN KARAKTERISTIK
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Karakteristik
Rumah sakit adalah bangunan yang memiliki keterpaduan yang mampu mengakomodasi fungsi-fungsi
secara luas. Faktor-faktor penting yang dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengembangan bentuk bangunan yang sesuai adalah :
1. Kemampuan untuk berkembang dan berubah agar mampu merespon kebutuhan-kebutuhan
dimasa mendatang, beberapa dapat dilihat pada saat perencanaan tetapi ada beberapa yang tidak
dapat diprediksi.
2. Hubungan antara instalasi yang memiliki keterkaitan dalam hal fungsi dan juga mengenai jalur-jalur
yang efisien bagi pergerakan orang dan suplai barang.
3. Persyaratan menyangkut masalah keamanan terhadap kebakaran serta metode evakuasi pasien.
4. Ekonomis dalam hal modal dan pembiayaan; kemudahan dan kecepatan konstruksi.
5. Kemampuan untuk membangun secara aktif dalam setiap tahap-tahap pembangunan.
6. Suasana yang tercipta dalam lingkungan fisik dapat dihasilkan dari adanya saling keterkaitan
antara bentuk bangunan dengan desain teknis.
7. Respons yang timbul dari hubungan secara fisik antara hal tersebut dengan masyarakat, dapat
diciptakan dengan memenuhi syarat estetika.
Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan harus bisa mereduksi hambatan-hambatan fisik untuk
masa mendatang dan untuk perkembangan-perkembangan yang tidak diduga. Oleh karena itu bentuk
bangunan harus open-ended dan dapat diperluas; pada detail, perencanaan dan teknik desain harus
membuka kesempatan untuk diadakannya perubahan internal dan penataan kembali ruanganruangan.
23
2. Karakteristik
Disisi yang lain, perencanaan dan perancangan fisik rumah sakit juga didasarkan pada kriteria
bangunan rumah sakit yang baik.
Dimana kriteria yang harus dijawab pada bagian ini antara lain:
a. Berarsitektur bagus
- Memberikan nilai positif pada komunitas dan konteks sosial
- Memperlihatkan komposisi yang baik
- Memberi nilai estetis baik eksternal maupun internal
b. Sesuai dengan lingkungan
- Menjadi tetangga yang baik terhadap lingkungan
- Sesuai dengan tapak dan persyaratan perencanaan kota
24
BAGIAN 1 I BAB 7
Penyelenggaraan upaya kesehatan di atas dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, yang meliputi
kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengamanan makanan dan minuman, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, kesehatan jiwa, pemberantasan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pengamanan zat adiktif, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pengobatan tradisional, serta
kesehatan mata.
Sebagai fasilitas kesehatan dan fasilitas sosial, rumahsakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya
termasuk dalam kategori fasilitas publik yang perlu dikelola secara optimal. Proses pengelolaan
fasilitas tersebut meliputi perencanaan dan pemrograman, perancangan, konstruksi dan penyediaan
fasilitas, penghunian dan pemanfaatan, serta evaluasi pasca huni. Masing-masing tahap dalam proses
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja fasilitas kesehatan,disamping agar lebih
memiliki dayatarik bagi masyarakat pada umumnya.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan kesehatan
tersebut diharapkan dapat menjangkau lingkup spatial yang cukup ekstensif, sehingga akses
masyarakat luas terhadap berbagai layanan kesehatan menjadi lebih baik, dan untuk itu diperlukanlah
berbagai macam fasilitas kesehatan dan unit-unit penyelenggara layanan kesehatan pada tingkat
komunitas.
25
Jenis kegiatan dalam evaluasi pasca huni akan tergantung pada interaksi antar
komponen dalam proses evalusi pasca huni:
1. Kriteria kinerja
a. Teknikal
b. Fungsional
c. Behavioral
2. Pengguna
a. Individu
b. Kelompok
c. Organisasi
3. Setting
a. Ruang
b. Bangunan
c. Fasilitas
Selain itu, evaluasi pasca huni juga memiliki tingkatan kecermatan sesuai
kebutuhan penggunanya, yang meliputi:
1. Evaluasi Pasca Huni Indikatif
2. Evaluasi Pasca Huni Investigatif
3. Evaluasi Pasca Huni Diagnostik
Bagi fasilitas Fasilitas kesehatan, evaluasi pasca huni perlu dikaitkan dengan
state of the art fasilitas Fasilitas kesehatan, yang meliputi beberapa aspek:
1. Dalam kriteria kinerja terdapat beberapa kriteria yang perlu diikuti, antara lain Standar Fasilitas
kesehatan, Standar Arsitektural untuk Fasilitas Kesehatan, khususnya Fasilitas kesehatan,
maupun hasil-hasil penelitian mengenai fasilitas kesehatan komunitas seperti Fasilitas
kesehatan
2. Dalam komponen pengguna meliputi penyedia jasa dalam Fasilitas kesehatan (pengelola,
dokter, paramedis, dan manajemen) maupun pengguna jasa Fasilitas kesehatan (individu
maupun kelompok masyarakat).
3. Dalam komponen setting perlu ditinjau komponen-komponen setting Fasilitas kesehatan yang
terdiri atas berbagai unit, bagian, ataupun kelompok fasilitas tertentu.
26
27
Optimalisasi lokasi dan ruang meliputi peningkatan dan pengkayaan nilai lokasi serta kualitas ruangruang dalam dan di luar fasilitas kesehatan, baik ruang keseluruhan fasilitas kesehatan sebagai
fasilitas, maupun ruang-ruang mikro dalam fasilitas kesehatan sebagai setting kegiatan. Interaksi
antara ruang pakai baik yang aktif maupun yang pasif dengan ruang layanan, interaksi antara ruang
dalam dengan ruang luar, serta interaksi antara setting budidaya dengan setting alam sangat
diperlukan. Dalam hal ini, diharapkan fasilitas kesehatan dapat memberi wadah bukan hanya kegiatan
layanan kesehatan secara sempit, melainkan juga layanan kesehatan secara luas dan bahkan juga
sebagai fasilitas sosial-edukasi-budaya secara proporsional.
Optimalisasi akses dan sirkulasi meliputi kemudahan pencapaian hingga pada perangkaian
pergerakan dalam fasilitas kesehatan sehingga menjadi efektif dan efisien. Akses menjadi hal yang
penting, mengingat salah satu keunggulan fasilitas kesehatan adalah potensi jangkauan layanan
kesehatan ke masyarakat luas di tengah komunitas mereka sendiri.
Optimalisasi konteks meliputi integrasi fasilitas kesehatan dengan konteks keruangan, sosial, dan
waktu. Konteks keruangan, dalam arti lingkungan di sekitar fasilitas kesehatan, layak untuk ditanggapi
sebagai sesuatu yang penting, dan dapat dilayani fasilitas kesehatan tersebut. Demikian juga dengan
konteks sosial, yang dapat menunjukkan karakteristik masyarakat di sekitar fasilitas kesehatan
tersebut, yang akan secara spesifik memberi keunikan pada fasilitas kesehatan dan menambah
dayatariknya. Optimalisasi konteks akan membuat fasilitas tersebut akan lebih mudah berkomunikasi
dengan masyarakat penggunanya.
Optimalisasi bentuk dan kelengkapan meliputi peningkatan secara fisik fasilitas kesehatan, baik yang
berupa bangunan (fixed elements), fasilitas dan perabot (semi-fixed elements) ataupun setting-setting
meso dan mikro bagi berbagai aktivitas penggunanya (non-fixed elements). Atau dapat juga dilihat
sebagai sistem pewadahan fungsi (ruang dan tata perabot yang ada) serta sistem penunjang fungsi
(pencahayaan, penghawaan, serta akustik). Dalam aspek bentuk ini, yang diperlukan adalah adanya
pemenuhan kebutuhan masa kini dan masa depan yang terujud dalam bentuk fisik dan fasilitas serta
teknik komunikasi yang digunakan.
28
Di sisi lain, Evaluasi Pasca Huni dapat membantu meningkatkan performansi Fasilitas kesehatan,
dengan mengetahui potensi dan permasalahan yang ada, untuk kemudian dapat dilakukan langkahlangkah perbaikan. Langkah-langkah tersebut dapat berupa kebijaksanaan, strategi, rencana,
program, hingga projek yang diperlukan. Jika dilihat dalam sistem perencanaan dalam manajemen,
dapat terlihat bahwa proses ini sangat erat kaitannya dengan manajemen fasilitas secara luas.
Dalam proses perencanaan dan perancangan, pada dasarnya terdapat 5 komponen utama yang perlu
didefinisikan secara jelas, yang meliputi:
1. Profil
: kondisi eksisting yang ada
2. Visi
: kondisi ideal yang diinginkan
3. Masalah
: jarak antara kondisi ideal dan kondisi eksisting
4. Strategi
: cara untuk mencapai visi
5. Aksi
: tindak nyata yang merupakan jabaran dari strategi
Kondisi Ideal
VISI
kondisi
eksisting
PROFIL
cara
mencapai
visi
STRATEGI
tindak nyata
AKSI
Profil
Kondisi eksisting perlu ditinjau dari setidaknya 5 aspek yang disebutkan di atas.
Kondisi tersebut perlu dinilai. Salah satu alatnya adalah Analisis SWOT (SWOT analysis), yang
meliputi:
- Strengths (kekuatan), yaitu faktor positif internal
- Weaknesses (kelemahan), yaitu faktor negatif internal
- Opportunities (peluang), yaitu faktor positif eksternal
- Threats (ancaman), yaitu faktor negatif eksternal
Visi
Visi dapat dirinci dalam waktu dimana visi tersebut diharapkan terjadi, dapat berupa:
- Jangka panjang, dengan durasi sekitar 10-20 tahun
- Jangka menengah, dengan durasi sekitar 5 tahun
- Jangka pendek, dengan durasi sekitar 1 tahun
Visi ini dapat juga terkait dengan tujuan atau sasaran, atau developmental goals dan developmental
objectives
jarak antara
kondisi eksisting dan kondisi ideal
MASALAH
29
Masalah
Masalah adalah jarak (discrepancy) antara kondisi ideal yang diharapkan dengan kondisi eksisting
sekarang ini. Perumusan problem statement membutuhkan langkah-langkah sebagaimana berikut:
- Mempelajari secara mendalam masalah yang dihadapi
- Membatasi daerah masalah secara lokasional, temporal, serta melihat kaitan dan pengaruhnya
terhadap masalah yang lain
- Menyiapkan data-data/informasi pendukung masalah
- Menyiapkan daftar tujuan dan sasaran
- Mengenali kisaran variabel-variabel yang perlu diperhitungkan
- Mengkaji ulang problem statement
Strategi
Strategi adalah cara untuk mencapai visi, yang dijabarkan dalam rencana atau rancangan.
Perumusan strategi terkait erat dengan perumusan tujuan dan sasaran bagi strategi
tersebut. Jika tujuan (goals) lebih bersifat ultimate serta tidak langsung, maka sasaran
(objectives) lebih bersifat langsung serta konkret. Tujuan pada dasarnya dapat berupa
pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, atau pemanfaatan peluang.
BAGIAN 1 I BAB 8
Aksi
Produk rancangan yang ada pada dasarnya dapat dibagi dalam:
- Kebijakan (policy)
- Rencana (plan)
- Arahan (guidelines)
- Program (program)
30
1. Kebutuhan vs Ketersediaan
Perkembangan teknologi dan kesadaran akan pentingnya keberadaan sebuah fasilitas kesehatan
yang memiliki brand image terpercaya, terbaik, dan terlengkap sesuai kualifikasi kelasnya,
berhadapan dengan realita keterbatasan lahan/site. Oleh karena itu, langkah-langkah taktis dan
cermat sejak proses persiapan, perencanaan hingga perancangan lahan menjadi sebuah keharusan.
Rata-rata luasan lahan untuk rumah sakit dengan tipe B ke atas, membutuhkan areal seluas 12 hektar,
tapi lokasi dengan luas seperti ini, susah untuk diperoleh, dan kalaupun ada, biasanya berada jauh
diluar kota dimana timbul banyak masalah tenaga kerja yang akan dipekerjakan di rumah sakit. Atau
pada situasi daerah kota yang sangat hiruk pikuk termasuk lokasi dimana pembangunan dilakukan
dengan merubah bentuk bangunan-bangunan yang telah ada sebelumnya yang tentunya akan
menjadi sangat mahal untuk kebutuhan KDB yang tinggi.
Luasan lahan yang dibutuhkan akan dipengaruhi oleh :
-Batas Koefisien Dasar Bangunan di lokasi tersebut
-Luasan bangunan yang diperlukan dalam perkembangan rumah sakit itu dalam kaitan
pertumbuhan kapasitas pelayanan
-Kebutuhan parkir dan akses
-Kebutuhan penjarakan bangunan-bangunan dalam pertimbangan teknik fisika bangunan maupun
kenyamanan okupansi.
-Ketersediaan ruang terbuka hijau untuk utilisasi dan kenservasi air tanah, kenyamanan visual dan
pengkondisian kualitas udara, pada cakupan lingkungan mikro.
Rumah sakit harus menempati lokasi terbaik dan yang terdekat dengan populasi yang dilayaninya.
Dekat kearah pusat jaringan transportasi untuk melayani masyarakat lokal serta luasan lahan yang
cukup memadai akan memberi lebih banyak peluang dan fleksibilitas perluasan. Selain itu penting
memperhatikan potensi ketersediaan sistem infrastruktur di luar site (off-site). Aspek yang harus
diperhatikan terkait dengan hal tersebut antara lain adalah:
a. Adakah jaringan listrik dan keterdekatan dengan gardu induk
b. Adakah jaringan telekomunikasi non-mobile
c. Adakah jaringan jaringan perpipaan air bersih yang dikelola PDAM atau perusahaan penyedia air
bersih lain
d. Adakah jaringan drainase di sekeliling lahan
e. Adakah jaringan air limbah dan sistem pematusan yang terhubung dengan sistem perkotaan
f. Adakah layanan pengelolaan sampah di kawasan sekitar rumah sakit
31
BAGIAN 1 I BAB 9
A. Unit Administrasi
- Ruang Kepala
- Ruang Sekretaris
- Ruang Staff
- Ruang Personalia
- Ruang Administrasi Umum
- Kantor Pembayaran
- Keuangan
- Arsip
- Ruang Rapat
- Informasi dan Pendaftaran
- Security
32
B. Unit Medis
- Poliklinik
- Gudang Medis
- Laboratorium Klinis
- Ruang Tunggu
- Ruang Dokter / Perawat Jaga
- Ruang Operasi
- UGD
- Radiology/ultrasound
- Pathology
- Rehabilitasi
- Physiotherapi
- Pediatry
Ekspladometri Rumah Sakit Pendidikan Universitas
BrawijayaCopyright : PT. Global Rancang Selaras
C. Unit Keperawatan
- Farmasi / Gudang Obat
- Sterilisasi / Clean Utility
- Rekam Medis
- R. Pembina
- Ruang Perawat
- R. Konseling
- Perawat Poliklinik
33
BAGIAN 2 I BAB 10
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Fleksibilitas dan Pentahapan
Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan
34
Kebutuhan akan pentahapan memiliki dampak yang dominan pada bentuk-bentuk bangunan yang
wajar. Ada dua pola dasar pentahapan yaitu :
1. Pada bangunan yang telah ada;
Proses desain harus menerapkan keterpaduan secara mutlak terhadap bangunan maupun tata
fungsi yang telah ada. Langkah mengawali proses desain adalah inventarisasi terhadap fungsi,
ruang bangunan serta infrastruktur eksisting yang bisa dimanfaatkan kembali baik dengan
penyesuaian maupun tidak. Dalam aksi penyesuaian itulah memungkinkan dilakukan
pemusnahan (demolition) atau penggantian (rehabilitation). Untuk gedung aset Negara atau
Pemerintah masing-masing aksi penyesuaian memiliki tata laksana tertentu.
2. Pada lokasi baru;
Tahap pembangunan rumah sakit pada lokasi baru memiliki keuntungan dari segi kebebasan
membuat desain, tetapi beberapa kerugiannya adalah harus menyediakan layanan-layanan yang
sifatnya mendasar pada tahap pertama. Hal ini membutuhkan biaya banyak dan cenderung
menggunakan modal yang tidak proporsional. Desainer juga dihadapkan pada masalah
mendesain dasar-dasar yang akan mendukung instalasi, yang bisa dijabarkan dari kapasitas dan
berusaha menemukan cara bagaimana dapat menyediakan servis yang dapat dikembangkan
dalam tahap berikutnya serta tetap memelihara efisiensi operasional dan mengoptimalkan
hubungan antar instalasi.
Pengaruh yang paling besar adalah jangka waktu yang panjang yang dilalui diantara tahap-tahap
tersebut. Dalam hal ini akan berimplikasi terhadap fungsi yang terdapat didalamnya (baik yang
lengkap atau bagian instalasi) dan hal-hal teknis (ketentuan pembatasan bagi kebutuhankebutuhan awal atau membuat antisipasi untuk kebutuhan-kebutuhan dikemudian hari).
Jika hal ini sudah bisa dipertimbangkan dalam waktu tertentu, diantara tahap-tahap pembentukan
bangunan dan strategi teknis dibutuhkan untuk tujuan perkembangan maksimal dan potensi
perubahan, konsisten dengan mengesampingkan tujuan yang menyangkut penetapan biaya
serendah mungkin. Ada dua tujuan yang tidak dapat terelakkan yang berpotensi menciptakan
konflik kebutuhan-kebutuhan dan sebuah keseimbangan yang hanya dapat dicapai oleh
perdebatan berbagai disiplin ilmu dan kerelaan pihak-pihak untuk berkompromi secara
operasional maupun secara teknis.
Sebagian besar bangunan rumah sakit harus melakukan pembangunan secara bertahap. Ada tiga
alasan pentingnya pentahapan untuk hal ini yaitu :
1. Kebutuhan untuk membangun sebagai jawaban dari rencana strategik. Pertimbangan bisnis
strategis layanan sehubungan dengan kalkulasi biaya investasi terhadap estimasi pemasukan.
Namun hal tersebut tidak semata berdiri sendiri, terdapat peran sosial yang harus diemban oleh
rumah sakit sebagai misi utama dari sekedar perhitungan untung rugi
2. Pertimbangan kontraktual; kebutuhan untuk membagi pembangunan kedalam unit-unit kerja
bangunan yang dapat ditangani oleh manajemen dengan memuaskan
3. Pembatasan modal untuk proyek pembangunan; hal ini seringkali berasal dari kebijakan
penyediaan untuk implementasi secara bertahap yang lebih dari satu kali proses pembangunan.
Terdapat faktor resiko penyerapan layanan terhadap aspek pembiayaan yang harus mencapai titik
imbang secara wajar
35
36
BAGIAN 2 I BAB 11
PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
RUMAH SAKIT
prinsip dan implementasi
Perencanaan infrastruktur
Rumah sakit harus memiliki fasilitas tetap yang menyediakan pelayanan medis baik infrastruktur
off-site maupun infrastruktur on-site.
37
2. Perencanaan Infrastruktur
Penyediaan sarana prasarana pada fasilitas kesehatan utamanya ditujukan untuk melindungi,
memelihara dan atau mempertinggi derajat kesehatan. Oleh karena itu, untuk memelihara kualitas
lingkungan atau mengendalikan faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan harus ditunjang
dengan peralatan serta sistem pengelolaan yang memadai sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
bersifat teknis kesehatan.
Peraturan dan standar diatas merupakan acuan yang harus dipatuhi dalam meraih kinerja infrastruktur
yang baik. Selanjutnya perencanaan infrastruktur dilaksanakan seiring dengan perencanaan
arsitektural terkait dengan bangunan serta keberadaan lahan. Dalam materi Masterplan, perencanaan
infrastruktur berada dalam lingkup sistemik belum mengarah pada detil alat atau jaringan ataupun detil
kapasitas.
38
d.Arah dan distribusi pipa mengikuti bangunan atau tegak lurusnya. Ini berarti tidak ada distribusi
saluran diagonal/ miring terhadap bangunan.
e.Semua jaringan air bersih merupakan jaringan bawah tanah diluar bangunan. Distribusi saluran
tidak boleh melalui ruang fungsional kecuali dibawah ruang sirkulasi.
f.Pengawasan kualitas air secara rutin sehingga suplai air bersih tetap aman dan tidak menimbulkan
gangguan/bahaya terhadap kesehatan.
g.Seluruh kebutuhan air bersih di suplai dengan sistem perpipaan didukung roof dan ground tank set
yang berfungsi pula sebagai reservoir dan water treatment set.
h.Untuk kepentingan kemudahan operasi dan pemeliharaan, optimalisasi distribusi serta sistem
kontrol, maka direncanakan zona distribusi air bersih. Zona distribusi didasarkan pada kedekatan
atau pengelompokan bangunan.
39
a. Pendekatan penghitungan kebutuhan air panas untuk bangunan Rumah sakit adalah sekitar 130
liter per tempat tidur per hari. Jika kapasitas maksimal yang akan dilayani oleh sistem air panas di
Rumah sakit maksimal adalah 300 TT, maka debit air panas yang harus disiapkan adalah 39.000
liter perhari.
b. Penyediaan air panas diarahkan pasokan ke unit sterilisasi serta sebagian kecil untuk kepentingan
laundry dan pengelolaan laundry Rumah sakit.
c. Sistem penyediaan air panas diperoleh dengan memanaskan air dari energi diesel untuk
perebusan. Sistem yang diterapkan menggunakan sistem boiler terpusat.
d. Penempatan jaringan pipa distribusi air panas diletakkan diatas dengan mempertimbangkan
tingkat keamanan dan tidak mengganggu aktivitas utama.
40
Beberapa asumsi dan dasar perencanaan sistem pengelolaan limbah cair di lingkungan Rumah sakit
adalah sebagai berikut :
a. Saat ini Rumah sakit belum memiliki sistem pengelolaan limbah cair yang sempurna dan
paripurna. Sistem pengelolaan limbah cair yang ada saat ini masih berupa sistem yang
sederhana.
b. Kapasitas maksimal pelayanan adalah 300 TT.
c. Pendekatan penghitungan volume limbah cair pada bangunan rumah sakit adalah asumsi 80%
konsumsi air bersih akan terbuang sebagai limbah cair. Sehingga kapasitas pengelolaan limbah
cair di Rumah sakit adalah 700 liter/hari/TT x 300 TT x 80% = 168.000 liter/hari atau 168 m3.
d. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari perletakan sistem jaringan dibawah bangunan
atau ruang fungsional kecuali pada ruang sirkulasi, untuk memudahkan perawatan, pemeliharaan
dan pemantauan.
e. Zona instalasi pengolahan limbah cair direncanakan terpisah dan berjarak dari ruang fungsional
lain mengingat suhu yang dikeluarkan, bau yang keluar dan getaran yang dihasilkan saat
pengolahan.
f. Untuk mengurangi akibat dari hal diatas serta gangguan visual maka disarankan menggunakan
elemen lansekap berupa tanaman rapat setidaknya setinggi 120 cm mengelilingi zona instalasi
pengolahan limbah cair.
41
2. Sampah Non-Medis
Merupakan buangan padat (solid waste) diluar sampah medis atau klinis diatas. Umumnya
sampah non-medis berasal dari:
- Aktivitas kantor administrasi berupa kertas dan alat tulis
- Aktivitas dapur dan bagian gizi berupa sampah mudah busuk yang berasal dari penyiapan
pengolahan dari penyajian makanan, sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur
dan lain-lain
- Aktivitas laundry berupa pembungkus dan kemasan
- Aktivitas halaman/kebun berupa sisa pembungkus, daun ranting, debu
- Aktivitas umum berasal dari pengunjung berupa kemasan makanan-minuman, sisa makanan
Secara sistematik, sistem pengelolaan yang direncanakan untuk Rumah sakit adalah sesuai
dengan Gambar berikut ini:
Non Medis
Dapur
Seleksi basah
atau kering
Bin
Pengumpul
Seleksi basah
atau kering
Bak Sampah
Umum
Seleksi menurut
potensi bahaya
Alat
pengumpul
Medis
Kontainer
Incenerator
TPA Kota
Malang
Sanitary
Landfill offsite
42
Yang dimaksud di sini adalah cara penanganan dan tindakan yang dilakukan dalam usaha-usaha
perlindungan bangunan terhadap bahaya kebakaran, yaitu mulai dari pengenalan adanya api sampai
pemadamannya.
1. Manual
Dalam sistem ini, bila terjadi kebakaran, seseorang yang melihat atau mengetahuinya harus menuju ke
signal box atau tempat-tempat umum lainnya. Satu tarikan manual tertentu dalam box akan
menyalakan seluruh tanda bahaya atau alarm yang dapat terdengar dari seluruh penjuru bangunan,
yang memberitahukan selain tanda adanya bahaya kebakaran, juga menjadi peringatan bagi orangorang yang berada dalam bangunan untuk melakukan usaha pemadaman. Adapun usaha
pemadaman itu sendiri juga dilakukan dengan peralatan yang serba manual.
2. Semi Automatic
Sistem ini merupakan gabungan dari cara kerja Fire Protection sistem manual dengan Fire Protection
sistem otomatis. Bila suatu ketika terjadi kebakaran, maka secara otomatis tanda bahaya kebakaran
akan berfungsi, sedangkan tindakan selanjutnya adalah usaha mengatasi/memadamkan kebakaran
tersebut yang masih dikerjakan dengan sistem manual.
3. Automatic
Pada sistem ini, peralatannya bekerja secara otomatis, baik dalam mendeteksi bahaya kebakaran
yang kemudian langsung memberikan tanda bahaya, maupun dalam mengatasi/memadamkan
kebakaran. Karena peralatan bekerja secara otomatis, maka dengan sendirinya pencegahan dan
pengatasan bahaya kebakaran dapat berlangsung dengan cepat dan kemungkinan adanya perluasan
area kebakaran dan akibat-akibatnya dapat dikurangi semaksimal mungkin. Bangunan multi storey
kebanyakan menggunakan sistem otomatis, selain karena lebih cepat, cara kerjanya juga lebih efisien.
43
Fungsi Ruang
Detector
Smoke Detector
Rate of Rise Detector
Rate of Rise Heat Detectoe
Rate of Rise Heat Detector
Rate of Rise heat Detector
Smoke Detector
Fixed Temperature Detector
Fixed temperature Detector
Jenis Detector
44
Ruang
Ruang Pasien
Kamar Rawat
Hall & Coridor
Ruang Operasi Umum
Ruang Recovery
Ruang X-Ray
Toilet
Gudang
Utility
Kantor
Parkir
45
3. Baterai
Baterai sering digunakan untuk mensuplai kebutuhan tenaga listrik dalam keadaan emergency yang
terbatas, terutama untuk penerangan dan server komputer. Beberapa unit ditempatkan pada individual
cabinet atau pada rak untuk instalasi yang lebih besar dan selalu dilengkapi dengan peralatan
automatic charging.
Keuntungan pemakaian sumber tenaga baterai adalah :
- Tidak memerlukan ruangan sendiri yang terpisah
- Dapat dipasang pada sistem sentral dan didistribusikan melalui saluran dari baterai langsung melalui
fasilitas yang ada.
Kekurangan sumber tenaga baterai adalah :
- Lamanya terbatas
- Mahal.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nama Ruang
Ruang Pasien
Kamar Rawat
Ruang Pemerikasaan
Ruang Operasi Umum
Meja Operasi
Ruang Recovery
Ruang X Ray
Hall & Coridor
Kamar Mandi dan WC
Gudang
Utility
Tangga
Ruang Kontrol
Kantor
Parkir
46
Iluminasi (Lux)
100
100
300
300
30000 - 52000
300
75 100
100
100
100
200
50
400
300
50 100
Standar Intensitas Penerangan
BAGIAN 2 I BAB 12
Secara umum dapat dikatakan bahwa ada 3 pendekatan dalam manajemen fisik. Pertama adalah
pendekatan bagi rumah sakit yang belum ada atau belum beroperasi, dimana diperlukan suatu
rencana dari awal: masterplan, rencana fisik, hingga rancangan detail. Kedua, adalah pendekatan bagi
rumah sakit yang telah beroperasi dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Serta terakhir bagi
rumah sakit yang telah menemui berbagai masalah dalam pengembangannya, dan justru terasa
stagnan, dengan kondisi fisik (dan bisa jadi mempengaruhi layanan) yang memburuk.
2. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik
Tujuan perencanaan aset fisik rumah sakit secara umum adalah untuk:
1. Memperoleh keterpaduan antara rencana pengembangan program pelayanan kesehatan
dengan rencana pengembangan fisik, yang dapat diandalkan baik dalam jangka panjang,
menengah, maupun jangka pendek.
2. Memperoleh arah pengembangan fisik, sekaligus sebagai kerangka dasar bagi
pengembangan-pengembangan bangunan serta infrastruktur di lingkungan umahsakit
3. Memperoleh dasar bagi pentahapan pengembangan fisik, dikaitkan dengan pengembangan
program pelayanan kesehatan maupun dengan manajemen rumah sakit
secara
keseluruhan.
Sasaran penyusunan rencana pengembangan fisik rumah sakit secara umum adalah untuk:
1. Optimalisasi fungsi, baik yang ada sekarang, maupun yang direncanakan mendatang
2. Optimalisasi ruang untuk mengakomodasi fungsi yang ada sekarang maupun fungsi yang
direncanakan mendatang
Manajemen fisik tidak hanya berkaitan dengan arsitektur semata-mata, melainkan juga akan melihat
rumah sakit sebagai sebuah asset properti, baik dalam kaitannya dengan lahan, bangunan, maupun
infrastruktur. Hal ini akan terkait secara erat dengan aktivitas, layanan, serta program stratejik.
Karenanya, integrasi antara manajemen fisik rumah sakit degan manajemen strategis rumah sakit
menjadi sangat penting.
47
Perencanaan
Strategis
Komitmen
Tata Aktivitas
Tata Ruang
Tata Massa
Tata Sirkulasi
Tata Konteks
Kinerja
Meningkat
Terjemahan
Program dalam
bentukan fisik
Pengembangan
Fisik
Bagan diatas menggambarkan strategi rumah sakit kedepan sangat mempengaruhi konsep fisik yang akan dikembangkan.
Rencana Strategis yang saat ini sudah dimiliki biasanya akan dianalisis untuk penerjemahan menjadi program fisik.
3. Optimalisasi sirkulasi dengan mempertimbangkan jejalur sirkulasi yang telah ada, namun
dengan upaya menghubungkan secara lebih efektif dan efisien fungsi-fungsi yang terkait
dalam lingkungan Rumah sakit
4. Meningkatkan kualitas estetika, kekuatan konstruksional, serta performansi fungsional yang
disandang oleh massa dan bentuk bangunan
5. Menanggapi konteks dan lingkungan secara positif, baik dari sisi fungsional-higiene,
maupun secara estetika-perancangan kawasan.
48
Secara lebih rinci, alur kerja yang lazim diterapkan adalah sebagai berikut :
Pemrograman Strategis
untuk fisik
Prioritas pemrograman,
penganggaran
Fisik
Analisis Situasi
Benchmarking
dengan Visi
Konsep pengembangan
fasilitas fisik
Strategis
49
Dalam pelaksanaannya, kerangka ini akan dikembangkan bersama antara konsultan dengan para stakeholders yang terkait dalam
pertemuan konsultatif di rumah sakit. Penjabaran tersebut akan meliputi kegiatan-kegiatan sebagaimana berikut :
50
51
Selain itu perencanaan dan perancangan fisik fasilitas kesehatan juga perlu didasarkan pada kualifikasi fasilitas pelayanan
kesehatan yang secara diagramatis disajikan pada diagram berikut ini :
Posyandu
Perawatan di rumah
Farmasi
Toko Obat
Balai Pengobatan
RSIA, RSB
Pusat Kesehatan Masyarakat
Perawatan sendiri
Pengawasan
Perawatan Otomatis
Informasi dan bimbingan
Pengarahan Pelayanan
Kesehatan Negara
Perawatan Sosial
Perawatan Utama
Perawatan Luar Jangkauan
Informasi dan bimbingan
Perawatan terencana
Perawatan darurat
Diagnosis kompleks
Perawatan dan pengobatan
pasien inap
Rumah
52
Dalam pelaksanaannya, produk masterplan fisik hingga pada rancangan yang dapat
dilaksanakan/konstruksi akan meliputi hal-hal berikut:
A. Rencana Induk Pengembangan Fisik (Physical Masterplan)
Terdiri dari :
1. Hasil Analisis Purna Huni (Post Occupancy Evaluation)
a. Analisis Lahan
- Analisis Aspek Lokasi
- Analisis Aspek Transportasi dan Sirkulasi
- Analisis Aspek Guna Lahan dan Zoning
b. Analisis Bangunan
- Analisis Aspek Fungsional
- Analisis Aspek Teknikal
- Analisis Aspek Behavioral
c. Analisis Infrastruktur
Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Brawijaya
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
- Analisis Infrastruktur Off-Site
- Analisis Infrastruktur On-Site
2.Program Fasilitas Fisik (Facility Program)
a. Program Kegiatan
- Karakteristik Pelaku
- Layanan Medis dan Penunjang Medis
- Kegiatan Non Medis
b. Program Ruang
- Jumlah dan Besaran Ruang
- Penempatan dan Pengelompokan Ruang
- Karakteristik Ruang
Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Lampung
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
c.Program Pengelolaan
- Fasilitas Fisik dalam Perspektif Strategis dan Perspektif Bisnis
- Pembiayaan dan Pentahapan
- Pengelolaan dan Kelembagaan
3.Rencana Pukal dan Pentahapan (Block Plan and Phasing Plan)
a. Tata Aktivitas
- Sistem Aktivitas
- Hubungan Antar Aktivitas
b. Tata Sirkulasi
- Sirkulasi Eksternal dan Parkir
- Sirkulasi Internal
c. Tata Ruang
- Sistem Ruang Fungsional
- Sistem Ruang Terbuka Hijau
d. Tata Massa
Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Mataram
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
- Sistem Intensitas Bangunan
- Performansi Kuantitatif dan Kualitatif Bangunan
B. Rancangan Rumah Sakit, terdiri dari :
1.Konsep Rancangan dan Prarancangan (Design Concept & Predesign)
2.Pengembangan Rancangan (Design Development)
3.Desain Pelaksanaan dan Gambar Kerja (Detailed Engineering Design dan Working Drawing),
Rencana Anggaran Biaya (Cost Estimation), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (Performance
Spesification)
5. Produk
53
BAGIAN 2 I BAB 13
PERENCANAAN FASILITAS
RUMAH SAKIT
1. Pelayanan Pasien Dalam Rumah Sakit / Inpatient
A. Instalasi Gawat Darurat
Fungsi
Memberikan pelayanan kesehatan karena kondisi gawat darurat dan memerlukan penanganan cepat
dan tepat, meliputi kasus bedah (traumatologi dan terkait dengan organ tubuh bagian dalam) dan non
bedah (penyakit dalam, anak dan syaraf).
Ukuran Umum
Jumlah bed pada unit ini tidak boleh melebihi 35 bed, meskipun maksimal yang dianjurkan adalah 30
bed. Berbeda dengan bagian Ibu dan rawat Anak dengan jumlah maksimal 20-25 bed. Paling tidak,
25% dari jumlah keseluruhan bed merupakan single bed, dengan tiap-tiap persyaratan fasilitas yang
memadai.
54
55
- Terakomodasi panel kontrol untuk ruang rawat pasien. Panel-panel tersebut meliputi katub gas atau
oksigen, rumahan untuk panggilan perawat, jam digital, tombol tanda alarm, stop kontak bawah,
papan monitor dengan perlengkapan outlet, lampu atas tempat tidur dan lampu tarik-ulur.
56
57
58
Pemilihan door hardware harus menyediakan jaminan keamanan pasien dengan penggunaan yang
mudah oleh staf, khususnya pada situasi darurat, seperti tombol tekan digital di lokasi darurat sebagai
pengganti sistem pengaktifan dengan kunci. Perlindungan earth leakage (kebocoran) terhadap sirkuit
listrik dan temper proof outlets harus disediakan di dalam fasilitas penyakit jiwa. Pertimbangan harus
diberikan pada proses pengaktifan system alarm oleh staf. Pengaktifan bisa dari call points yang
tersembunyi yang cocok atau transmitter personal yang bisa dipindah. Ketika fasilitas penyakit jiwa
terletak di dalam bangunan bertingkat tinggi, akses menuju ruang luar di atas ground level, (seperti
balkon, atap, dan lain-lain) harus dicegah.
- Jumlah Tempat Tidur
Jumlah maksimum tempat tidur di dalam unit perawatan penyakit jiwa sebaiknya 30. Sekurangkurangnya 50% tempat tidur sebaiknya diletakkan di dalam single bed rooms, masing-masing
dengan akses menuju fasilitas kamar pasien yang lain. Akses langsung bisa dipilih, tapi tidak
diharuskan.
- Kamar Pasien
Kamar pasien harus mengikuti standard berikut:
a. Ukuran minimum kamar, kamar-kamar eksklusif, built in robes, meja, lemari, alcoves (ruang kecil
di dalam suatu kamar), peralatan mekanikal yang dipasang di lantai dan lain-lain adalah:
b. Single bed room 10.5 m2
c. Two bed room 17.5 m2
d. Four bed room 30 m2
- Acoustic Privacy
Akustik ruang harus dipertimbangkan dan diakomodasi dengan baik.
- Security and Glazing
Semua jendela dan panel-panel observasi harus dipasangi dengan kaca yang aman atau material
alternatif lainnya yang sesuai, seperti polycarbonate dan lain-lain.
Unit perawatan atau bagian unit perawatan yang aman, bergantung pada level perlengkapan/syarat,
harus mempunyai suatu kesatuan barrier yang tahan (lantai, dinding, plafond dan penetrations pintu
dan jendela) untuk memastikan penahanan yang disebutkan di atas. Untuk tambahan, konstruksi dan
perabot harus menyediakan perlindungan dari self injury dan kerusakan properti seperti pergeseran
door handles, pencahayaan yang tahan terhadap vandalisme, dan lain-lain.
59
- Jendela
Pada bagian jendela yang dapat dibuka, memiliki fitur keamanan/elemen-elemen pengamanan
yang efektif seperti jendela-jendela sempit yang tidak memungkinkan pasien untuk lari, harus
disediakan. Dilengkapi pula dengan kunci-kunci yang dikontrol oleh staf rumah sakit. Elemenelemen estetis sebisa mungkin dikurangi pada bagian ini.
Pada Unit Perawatan Penyakit Akut, tiap pasien sebaiknya mempunyai akses menuju kamar
pasien, atau toilet terpisah dan kamar mandi. Kelengkapan tersebut akan dapat menunjang
perlindungan dari perlukaan pada diri sendiri dan kerusakan properti. Bisa dilakukan, tetapi tidak
diharuskan, bahwa kamar pasien bisa diakses langsung dari kamar-kamar pasien yang lain dan
tidak melalui area koridor umum.
- Cermin. Kaca-kaca harus dari kaca yang aman atau bahan lain yang cocok yang tahan dan
konstruksi yang tahan pecah atau tidak mudah hancur.
- Nurse Station
Harus ada 'nurses station' sehingga staf yang bertugas dalam aktifitas rutin dapat mengawasi
pasien secara berkala. Hal ini dilakukan untuk menghindari pasien merasa bahwa mereka 'selalu
diawasi'. Dalam hal ini, 'charting area' harus disediakan dengan persyaratan privasi akustik dan
visual yang memadai. Jendela observasi diluar area pasien dapat digunakan jika pengaturannya
tetap mengkondisikan file-file pasien tidak dapat dibaca dari luar 'charting space'.
- Ruang sosial ( Ruang-ruang Harian )
Setidaknya terdapat 2 ruang sosial yang terpisah harus disediakan, satu ruang digunakan untuk
'quiet activities' , dan satu ruang lainnya digunakan untuk 'noisy activities'. Area tersebut ukurannya
3,75 m2 untuk tiap pasien dengan ukuran ruang minimal 12 m2 tiap ruang. Ruang tersebut
digunakan untuk ruang makan. Tambahkan 1,5 m2 per pasien untuk kebutuhan area makan.
sebuah pantry berdampingan dengan area makan juga harus disediakan. Ukuran dan kebutuhan
pantry akan bergantung pada fasilitas yang direncanakan
- Group Therapy
Ruang bagi kelompok terapi harus tersedia. Ruang ini dapat digabungkan dengan 'quite space'
seperti disebutkan di atas. Ruangan bagi kegiatan terapi membutuhkan penambahan ruang seluas
0,7 m2 untuk tiap pasien dan ukuran ruang minimal seluas 21 m2 , serta tertutup untuk kebutuhan
privasi.
- Koridor
Variasi dari lebar minimum koridor bergantung pada :
a. Fungsi yang diakomodir.
b. Kelengkapan peralatan untuk menggunakan fasilitas tersebut.
- Gudang Perlengkapan
Ruang gudang untuk troli, kursi roda dan lain sebagainya, dapat berada di luar unit psikiatri dengan
catatan bahwa dibuat akses yang baik untuk perlengkapan tersebut sebagaimana dibutuhkan.
- Pemeriksaan dan Perawatan
Minimal 1 ruang pemeriksaan dan perawatan harus tersedia untuk setiap 30 bed unit rawat psikiatri.
Ruangan ini dapat menggunakan fasilitas bersama dengan unit perawatan lainnya. Lokasi dalam
unit psikiatri tidaklah esessial, tapi harus dapat di akses dengan mudah ke unit tersebut.
- Occupational Theraphy
2
Tiap unit psikiatri harus memiliki 1,5 m ruangan terpisah bagi tiap pasien untuk kegiatan terapi
2
dengan minimum total area 20 m .
Ruang tersebut harus menyediakan area untuk :
a. handwashing
b. work tops
c. gudang
d. displays
60
Area terapi dapat mengakomodasi lebih dari 1 unit perawatan. Ketika unit perawatan psikiatri
memiliki kurang dari 16 kamar, fungsi area terapi dapat diwujudkan dalam area bagi aktivitas yang
menyebabkan kebisingan. Dengan kata lain, dibutuhkan 1 m2 tiap pasien tambahan pada total luas
area.
- Ruang Terpisah (Seclusion Rooms)
Di dalam unit perawatan kejiwaan harus ada ruangan terpisah untuk pasien yang membutuhkan
keamanan atau perlindungan. Ruangan tersebut harus berlokasi di tempat yang memungkinkan
adanya pemantauan secara langsung dari staf perawat. Ruangan yang ada dapat difungsikan
sebagai ruang harian ataupun ruangan bagi satu pasien saja. Konstruksi dan perencanaan harus
dilaksanakan dengan matang untuk mencegah adanya pasien yang sembunyi, melarikan diri,
terluka maupun bunuh diri. Misalnya, menghindari adanya tirai yang panjang di jendela, dan lain
sebagainya.
Seclusion rooms dimaksudkan untuk ditempati dalam jangka waktu pendek oleh pasien yang
menjadi korban bunuh diri. Penyelesaian, penyesuaian, dan konstruksi harus mengikuti kaedah
ketentuan unit perawatan : Keamanan, Keselamatan, dan Hak Pasien. Pintu harus terbuka dan
memungkinkan untuk perawat melakukan observasi terhadap pasien dengan tetap
memperhatikan privasi dari pasien tersebut.
61
62
Ruang ini sebaiknya ditambahkan atau berada di dekat ruang perlengkapan kotor(dirty utility
room), dengan akses menuju koridor luar untuk memudahkan pengangkutan tanpa melewati
ruang kelahiran(birth room).
Gudang Anestesi
Ruang penyimpanan untuk tabung gas untuk keperluan medis sebaiknya disediakan. Apabila
perlatan anestesi yang digunakan mudah memiliki sifat terbakar, sebuah ruang terpisah
sebaiknya disediakan untuk peralatan tersebut dan disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku. Ruang ini dapat berbagi atau dapat dikases juga dari ruang operasi.
Ruang Kerja Anestesi
Hanya pada ruang melahirkan yang berukuran besar, digunakan untuk membersihkan,
melakukan beberapa tes, dan penyimpanan peraltan anestesi. Dan sebaiknya dilengkapi
dengan meja kerja(work counter), sink, dan area untuk memisahkan barang-barang yang
bersih dan kotor.
Tempat/Ruang penyimpanan Peralatan
Sebuah ruang untuk peralatan dan persediaan (supplies) dibutuhkan pada ruang melahirkan.
Pada fasilitas yang lebih kecil, cukup menyediakan suatu area saja(spat dipisahkan dengan
partisi), tidak memerlukan ruang khusus.
Ruang Ganti Staf
Sebaiknya dipisah antara ruang ganti pria dan wanita yang bekerja di ruang melahirkan. Namun
dapat juga berbagi fasilitas sentral. Minimal disediakan sebuah toilet di didalam maupun di
dekat ruang melahirkan.
Staff Lounge
Fasiltas lounge untuk staf obstetris sebaiknya disediakan pada fasilitas ruang kelahiran yang
besar.
Conference/Handover Room
Bergantung pada besar kecilnya ukuran dari ruang melahirkan. Ruang untuk konferensi,
pergantian staf (staf handover), interview, dan training untuk staf sebaiknya disediakan pada
fasilitas yang lebih besar untuk digunakan oleh para personil dari Ruang kelahiran(teknisi,
suster, dokter). Lounge dapat dijadikan satu dengan ruang ini apabila memungkinkan.
Ruang untuk Pembersih (Cleaner's Room)
Ruang untuk pembersih yang secara eksklusif digunakan oleh ruang melahirkan sebaiknya
disediakan.
Stretcher/Trolley/Equipment Park
Perlu disediakan suatu ruang untuk penyimpanan stretchers(tandu), trolleys(tempat tidur yang
disorong), dan perlengkapan untuk pergerakan/perpindahan lainnya.
Nursery (Ruang Bayi)
Apabila lokasinya jauh dari ruang ibu (maternity ward), maka ruang bayi yang terpisah untuk
observasi pasca kelahiran perlu ditambahkan pada ruang kelahiran.
Formula Preparation Room
Digunakan untuk melayani ruang bayi, dan juga diperlukan apabila ruang kelahiran jauh dari
ruang ibu (maternity ward).
Intensive Care (Obstetric)
Fasilitas ini sangat dibutuhkan untuk penggunaan obstetric (obstetric use), dan sebaiknya
dilokasikan sedekat mungkin dengan ruang melahirkan.
Alternative Birthing Unit
Unit ini merupakan unit yang berbasis bidan (mid wife based) yang memungkinkan untuk
memilih alternative dalam melahirkan tanpa ber suasana (clinical environment), tapi dilengkapi
dengan peralatan medis yang memadai. Ukuran unit hendaknya dapat memenuhi persyaratan
kesehatan dan keamanan untuk pasien dan staf. Unit ini perlu diletakkan berdekatan dengan
ruang melahirkan dan ruang operasi. Ruang-ruang berikut ini merupakan standar minimum
yang perlu dipenuhi :
63
Birthing/Lounge Room
Ruangan ini harus mempu mengakomodasi kegiatan-kegiatan berikut:
1. relaksasi di kursi lounge
2. keperluan untuk makan/ dinning facilities (meja, dan kursi makan)
3. keperluan pantry/dapur(termasuk kitchen sink dari bahan stainless steel)
4. keperluan melahirkan, tempat tidur untuk melahirkan, bangku untuk melahirkan, tikar, bean
bag, dll
5. tempat penyimpanan peralatan
6. tempat penyimpanan stok-stok yang steril
7. gas untuk keperluan medis
8. privasi
9. clinical handwashing
10. dan akses langsung menuju halaman privat juga sebaiknya ada.
Entry (Tempat Masuk)
Tempat masuk/entry perlu tertutup/screened untuk privasi.
Gudang
Sebaiknya mudah diakses dari birthing/lounge room atau lobby tempat masuk.
Ensuite/Bathroom
Ruangan ini hendaknya dilengkapi dengan toilet, shower, tempat cuci tangan, dan merapikan
diri (grooming).
Fitout/Finishes (Perlengkapan)
Perlengkapan yang ada sebaiknya menyesuaikan budaya taupun gaya setempat. Item-item
medis perlu diletakkkan sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau. Untuk penutup lantai,
sebaiknya diberi finishing dengan non-slip vinyl di bawah area tempat tidue dan penggunaan
karpet sebagai keseluruahn penutup lantai lebih direkomendasikan. Penutup lantai kamar
mandi sebaiknya dipilih yang non-slip material. Untuk fininshing dinding dan langit-langit
disesuaikan dengan kondisi setempat. Penggunaan tirai dapat diterima dan direkomendasikan.
Pencahayaan
Pencahayaan sebaiknya lokal, walaupun pengecualian bisa dilakukan untuk lampu
pemeriksaan yang bergerak.
Pintu Keluar Darurat
Lokasi dan ukuran pintu yang cocok sebaiknya disiapkan untuk pemindahan bed darurat ke
tempat melahirkan/operasi.
Penghawaan Udara
Ruang-ruang sebaiknya dikondisikan udaranya dengan kontrol temperatur pada lounge. Hal ini
perlu dipertimbangkan karena suhu badan ibu yang baru melahirkan cenderung bervariasi.
Akustik
Unit sebaiknya memiliki isolasi akustik yang baik dari area sekitarnya.
64
G. Unit Peranotologi
Fungsi
Unit Perinatologi adalah instalasi untuk perawatan bagi bayi yang baru lahir, dan membutuhkan
perawatan lebih lanjut.
H. Unit Haemodealisis
Fungsi
Adalah Unit Instalasi Cuci darah, yaitu tindakan mengeluarkan sisa metabolisme ( koreksi elektrolit
darah ), dan cairan tubuh melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat
melewati membrane semipermiabel di dalam ginjal buatan.
Tata letak dan persyaratan ruang
Unit ini biasanya terletak berdekatan dengan Unit laboratorium.
Unit ini minimal terdiri dari :
1. Ruang Cuci darah (dilengkapi lavatory)
7. Ruang konsultasi
2. Ruang Cuci darah Hepatitis (dilengkapi lavatory)
8. Ruang kepala HD
3. Ruang cuci darah HIV (dilengkapi lavatory)
9. Ruang CAPD
4. Ruang tungggu
5. Nurse station
6. Ruang dokter
64
65
o Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak licin.
o Harus disediakan gantungan untuk lampu bedah dengan profil baja yang dipasang
sebelum pemasangan plafond.
o Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
o Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter
bakteri. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang
masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah.
o Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus
dibuat ruang antara.
o Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat kedalam ruang operasi perlu dipasang
jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah
loket yang dapat dibuka-tutup.
o Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau diatas
langit langit.
o Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
o Dilengkapi dengan sebuah sarana komunikasi darurat dengan bagian kontrol dan
laboratorium Unit Bedah Sentral.
66
B. Laboratorium
Fungsi
Memberikan pelayanan diagnostik untuk mendukung IGD, instalasi rawat jalan, radiologi, dan rawat
inap.
Tata letak dan persyaratan ruang:
1. Berdekatan dengan IGD dan radiologi.
2. Mudah dijangkau dari poliklinik dan IRNA.
3. Udara dalam laboratorium tidak boleh beredar pada satu tempat yang sama karena rentan akan
kontaminasi zat-zat aditif, sehingga harus ada akses untuk dapat segera membuang udara.
4. Jika udara akan diedarkan kembali, dianjurkan sistem filtrasi yang sangat baik.
5. Sangat dianjurkan adanya exhaust, tetapi harus memilliki jalur tersendiri agar tidak
mengkontaminasi ruang lain.
6. ingkup kerja laboratorium harus dapat menampung perlengkapan penting seperti vacum, gas medik,
dan electrical services.
7. Ruang pengambilan/penerimaan spesimen harus terpisah dari ruangan pemeriksaan untuk
menghindari kontaminasi.
8. Harus ada almari pendingin untuk menyimpan reagensia tertentu.
9. Ruang pengambilan hasil dapat disatukan dengan administrasi.
Persyaratan Udara, Pencahayaan, Suhu, Kelembaban dan Indeks Kebisingan untuk Ruang Operasi:
Standar Parameter Ruang Operasi
67
Ruang Makan
Ruang Ganti
Toilet
- Fasilitas Umum/ Penunjang
Fasilitas-fasilitas publik (dapat secara bersama-sama atau dikhususkan) yang sebaiknya
disediakan antara lain :
Ruang tunggu
Telepon umum
C. Radiologi
Umum / Fungsi
Peralatan & Ruang harus bisa mengakomodasi fungsi, prosedur khusus seperti terapi balok elektron,
perawatan radiasi, penggambaran resonansi magnetik, tomografi komputer, unit scan,
angiocardiografi, dll.bukanlah fasilitas yang biasanya ada, & tidak ada keterangan tentangnya di
dokumen ini. Ketika peralatan di atas merupakan bagiang dari fasilitas maka fungsi & desainnya harus
diberikan untuk kebutuhan spesifik untuk keefektifan operasi, aksesibilitas, keamanan & martabat
pasien. Sonografi & Ultrasound adalah fasilitas yang biasanya dipakai, karena itu peralatan inilaha
yang akan dijelaskan pada panduan ini.
68
Perletakan peralatan pada tingkat lantai dan pergerakan yang aman bagi pasien
Ukuran diameter kabel elektrikal yang ber efek pada ruangan kamar (di lantai
maupun plafond)
D. Patologi
Umum / Fungsi
Sebagai dasar kebutuhan, sebuah rumah sakit menyediakan layanan bedah (surgical ) dan/ atau
Kelahiran (obstetric) yang sebaiknya dapat di akses dan di layani selama 24 jam via telepon dengan
layanan bedah termasuk :
- Haematology (pengecekan darah)
- Klinik kimia (apotik)
- Analisis urin
- Mikrobiologi (virus, bakteri, dll)
- Anatomi patologi (urai bedah)
- Cytology (bedah sel)
- Bank darah
69
Lokasi
Fasilitas pathology, jika tergabung, paling baik diletakkan berdekatan dengan area layanan
yang sering dipakai, antara lain ruang operasi dan ruang kelahiran.
E. Mortuary/ Otopsi
Umum / Fungsi
Unit mortuari atau otopsi adalah fasilitas untuk menempatkan jasad, guna dilakukan peninjauan lebih
lanjut terhadap jasad tersebut oleh pihak-pihak yang berwenang.
Klasifikasi
1. Otopsi forensik (koroner)
Bila kematian dari seseorang disebabkan oleh hal-hal yang tidak wajar, seperti:
Bunuh diri
Juga termasuk kedalamnya kematian dengan cara yang wajar namun belum
diketahui penyebab kematiannya.
2. Hospital autopsi
Dilakukan berdasar permohonan dan oleh praktisi medik jika otopsi forensik tidak
mendapatkan hasil.
70
Proses Otopsi
Proses otopsi dibagi dalam 4 level.
Level 1 - jasad hanya diterima tanpa dilakukan otopsi.
Level 2 - jasad idterima dan diamati tanpa dilakukan otopsi.
Level 3 - jasad diterima dan dilakukan otopsi.
Level 4 - jasad diterima dan dilakuka otopsi namun lebih ke arah mengajari melakukan
otopsi kepada calon praktisi.
F. DENTAL (GIGI)
Umum / Fungsi
Fasillitas ruang bedah gigi dan mulut pusat seperti ruang operasi pada umumnya. Ruangan ini bisa
berupa bangunan tunggal yang berdiri sendiri atau tergabung pada fasilitas umum bedah.
71
Resepsionis
R. Ganti (pasien&karyawan)
Toilet/kamar mandi (pasien&karyawan)
Rekam medik
Kantor manajer
R. Dokter
R. Konsultasi
R. Istirahat karyawan
R. Serba guna
R. Kerja karyawan
Cleaning service
Pembuangan
Penyimpanan
Workshop
Aturan bakunya, ukuran luasan ruang endoscopy 4 x 5 m2. Jika peralatan video digunakan, maka
ukuran minimal luasan ruang berkembang menjadi 5 x 6 m2. Luasan yang lebih fleksibel sangat
dianjurkan untuk mengadaptasi perkembangan di masa yang akan datang. Tinggi langit-langit harus
2,7 meter atau lebih. Ruang harus dilengkapi bedah minor yang lazimnya digunakan untuk tindakan
anestesi umum dengan instalasi gas medis, sistem pembangkit tenaga, pencahayaan, penghawaan
serta ventilasi yang memadai. Akses langsung ke workroom sangat disarankan. Lebar pintu masuk
harus dipertimbangkan untuk akses troli. Dinding kedap air, lantai, dan perawatan langit-langit sangat
penting untuk kemudahan pembersihan.
Workroom
Workroom wajib memiliki fasilitas
- pembuangan limbah cair dan feses (slophopper),
- basin yang memiliki tingkat kecekungan yang dalam, dan pengering untuk endoscope
prewashing,
- suplai air panas dan air dingin,
- bangku/tempat duduk untuk aktivitas benchtop (dilakukan dalam posisi duduk) seperti
pengeringan, pengecekan dan pemeliharaan endoscope dan persiapan specimen;
- lemari dengan ventilasi untuk penyimpanan endoscope
- disinfektor otomatis endoscope
- area penyucihamaan untuk scope manual antara udara yang tersimpan dan terventilasi (pada
level tinggi dan rendah)
- fasilitas cuci tangan klinis
- tempat pembuangan limbah umum dan infectious waste
- pencahayaan yang tepat memperlihatkan warna
- Gudang obat
Ruang Endoscope
Jumlah dan pengoperasian ruang endoscope harus ditetapkan dan ukuran ruang bervariasi tergantung
dari:
- Penggunaan peralatan video
- Pengobatan bedah laser
- Fluoroscopy
- Aktivitas berbagai bidang
- Penelitian
- Penggunaan sinar-X
72
Refrigerator/freezer
Peralatan kebersihan ultrasonic (optional, tapi disarankan)
Ventilasi
Udara yang dipadatkan (compressed air), dan suction untuk pembersihan ruangan.
Sumber listrik sesuai yang diperlukan di kebocoran bumi.
Gudang umum untuk peralatan dan aksesoris ruangan lain.
Luas lantai yang cukup untuk dibiarkan bersih, terbuka, bebas.
Pergerakan staf dengan alat (untuk menghindari kerusakan).
Physiotherapy
Layanan physiotherapy harus menyediakan fungsi atau fasilitas:
Individual treatment area atau area untuk privasi pasien
Staff handwashing facilities di ruang treatment. Satu fasilitas handwashing dapat
melayani beberapa ruang treatment
Sebuah exercise area dengan fasilitas yang tepat untuk level layanan tertentu.
Tempat menyimpan linen yang bersih. Dapat berupa lemari atau mobile storage trolley.
Tempat menyimpan peralatan dan persediaan.
Storage untuk linen berminyak dan limbah
Fasilitas untuk berpakaian bagi pasien; tempat menyimpan pakaian yang aman,
nyaman, dll.; shower dan fasilitas toilet. Kebutuhan ini digunakan juga bagi outpatient
dan dapat diakses oleh penyandang cacat.
Ice-making facilities tersedia di atau dekat fasilitas kesehatan ini.
Occupational Therapy
Beberapa fasilitas yang harus diikutsertakan:
handwashing facilities;
gudang untuk peralatan dan persediaan;
akses toilet bagi diffabel;
area aktivitas bersama
Lain-lain
Beberapa layanan yang juga mungkin tersedia mencakup Pediatry, Speech Pathology,
Dietetics, Psychology and Social Work. Harus disediakan juga ruang konsultasi, ruang
tunggu, dan akses untuk outpatient. Ruang konsultasi, speech pathology, dan Psychological
Counselling harus memiliki acoustic untuk privasi dan kenyamanan.
73
Fungsi
Sebagai tempat dimana data data mengenai catatan medis pasien disimpan dan didata sebagai
arsip.
74
R.Disku
si
B. Fabrikasi
- Area pencampuran obat
- Ketetapan dari pembungkusan dan pemberikan label
- Area pengendalian mutu
C. Gudang/ Penyimpanan
- Penyimpanan limbah
- Gudang/Penyimpanan yang aktif
- Gudang/Penyimpanan dengan pendingin.
- Gudang/penyimpanan alkohol dan cairan yang mudah menguap dengan konstruksi seperti
diperlukan oleh peraturan relevan untuk unsur dilibatkan.
- Gudang/penyimpanan yang aman untuk narkotika dan obat/drugs yang dikontrol.
- Gudang/Penyimpanan untuk peralatan dan persediaan umum yang tidak digunakan.
D. Administrasi
- Ketetapan untuk cek silang dari pengobatan dan profil obat dari pasien individu. Lemari atau rak
penyimpanan untuk sistem pengembalian informasi obat.
- Ruang atau area terpisah untuk fungsi kantor yang mencakup meja tulis, penyimpanan,
komunikasi, dan referensi.
- Ketentuan untuk konseling dan instruksi pasien (mungkin adalah di ruang terpisah dari apotik).
- Ruang untuk pendidikan dan pelatihan (mungkin di ruang multi tujuan bersama dengan unit
yang lain).
E. lain-lain
- Fasilitas handwashing harus tersedia di dalam tiap ruang terpisah di mana pengobatan terbuka
ditangani.
A. Dispensing (pembagian)
- Poin(kounter) pengambilan dan penerimaan terkendali.
- Area untuk tinjauan ulang dan perekaman dari order/pesanan.
- Area pencampuran yang dilakukan tanpa persiapan.
- Konter dan lemari bekerja untuk aktivitas berkenaan dengan farmasi.
75
Menyediakan akses yang nyaman ke lemari karyawan, shower, ruang bersantai/sofa, dll. Pada
umumnya merupakan fasilitas bersama dengan staf rumah sakit yang lain.
Jika solusi yang intravenous (kedalam pembuluh darah) disiapkan di apotik, tersedia suatu area
pekerjaan yang steril dengan bangku aliran berlapis dan kerudung. Pengaturan dan konstruksi
harus mematuhi persyaratan menurut undang-undang dan Standard yang relevan.
Pertimbangan untuk diberikan ke persyaratan phisik dari aktivitas spesialis seperti persiapan
yang cytotoxic, jika dilaksanakan.
Fungsi
Fungsi laundry adalah Menerima, mensortir, dan memproses linen dan lakan kotor rumah sakit, untuk
menjaga kelayakan dan kebersihan pelayanan pasien. Linen - linen yang kotor dibawa dan diproses
pada instalasi laundry yang terletak pada area servis. Kemudian linen yang telah bersih dikirimkan
untuk ditampung pada gudang linen bersih yang pada umumnya terletak di setiap lantai instalasi rawat
inap.
76
Fungsi:
Memberikan pelayanan konsumsi gizi bagi unit perawatan, ICU, IGD, dan unit kandungan.
77
78
Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi IPSRS
Untuk membedakan jenis-jenis sampah, baik digunakan keranjang sampah dan kereta pengangkut
sampah yang dibedakan menurut warnanya. Ukuran kereta pengangkut dan keranjang sampahnya
ditentukan dari kuantitas sampah rumah sakit dan berapa titik pengumpul sampah yang mungkin
diadakan. Sedangkan pembedaan warna tersebut akan lebih memudahkan staf terutama saat
pergantian shift kerja staf kebersihan.
Pengukuran minimalisasi sampah dapat dilakukan dengan sistem bar code atau penimbangan
sampah. Hal ini akan terasa agak sulit pada awalnya terutama pada rumah sakit dengan skala kecil,
tetapi akan sangat bermanfaat pada sebuah institusi rumah sakit yang cukup besar, di mana
pengaturan sampah sudah cukup membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dapat pula dipakai sistem
terpadu di mana diterapkan biaya kebersihan sesuai kuantitas sampah yang dihasilkan.
Area pembuangan sampah harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat mengamankan material,
mengurangi dekomposisis organik, mencegah bau keluar, tetapi tetap memungkinkan staf untuk
membersihkan tempat sampah, troli pengangkut, dan area itu sendiri. Pada rumah sakit yang cukup
mampu dapat dipasang sistem pembersih mekanikal. Pada unit ini mungkin dapat diterapkan sistem
penguapan dan pengeringan dengan udara. Uap yang terbentuk pada proses disinfeksi sampah cair
masih harus distabilisasi sebelum dialirkan menuju pembuangan.
79
Pemisahan material yang dapat didaur ulang pada titik pengguna akan membutuhkan jumlah gudang
yang lebih besar dibandingkan apabila material tersebut dicampur. Muatan kereta yang 240 liter tadi
diasumsikan untuk metode campur ini, mengingat cara terpisah akan tidak praktis diterapkan pada
area seperti rawat inap.
Perkiraan jumlah kereta 240L yang dibutuhkan untuk tiap bagian rumah sakit harus didasarkan pada
campuran pilihan pengumpulan material daur ulang.
Kebutuhan ruang kereta dorong untuk material daur ulang tidak diperlukan untuk area bangsal.
Prosedur penanganan sampah berbeda harus disediakan untuk benda tajam (jarum), jaringan (tubuh
manusia), cytotoxic, dan zat radioaktif. Benda tajam harus ditampung dengan aman baik pada
pembuangan ataupun wadah daur ulang. Untuk keperluan ini dinding tempat penyimpanan benda
tajam biasanya diberi perlakuan khusus.
Penampungan sampah sebaiknya dipisahkan melalui jalur sampah medis yang disediakan dan
disetujui kontraktor pembuangan. Beberapa tim manajemen rumah sakit membutuhkan incinerator
meskipun tidak ada peraturan untuk menyediakan pengemasan secara benar. Buangan wadah benda
tajam yang didaur ulang umumnya disebabkan oleh suplai dari kontraktor, dan tidak memerlukan
proses pemindahan kecuali oleh kontraktor. Jaringan pada manusia, cytotoxic (racun pada jaringan
tubuh) dan zat radioaktif sangat jarang terjadi dan jumlahnya kecil, kecuali rumah sakit memiliki fasilitas
khusus bagi sampah tersebut. Ruang penyimpanan bagi zat-zat tersebut tidak terlalu diperlukan di
area perawatan.
Tempat penyimpanan kecil harus disediakan di bagian yang membuang jaringan manusia. Jaringan ini
harus dipindahkan ke bagian manajemen penanganan sampah, segera setelah diambil (dibekukan jika
perlu), dan ke incinerator. Buangan cytotoxic dan zat radioaktif harus diawasi oleh staf yang
berpengalaman, umumnya apoteker. Pembuangan zat-zat ini umumnya tidak terlalu sering.
Sampah berupa jaringan tubuh manusia, racun sitotoksik, dan material radioaktif umumnya dihasilkan
secara tak teratur dan dalam jumlah relatif kecil, kecuali rumah sakit tersebut memiliki fasilitas khusus
yang menyebabkan produksi sampah jenis tadi di atas normal. Dibandingkan sampah jenis lain,
meterial-material ini umumnya tidak terlalu banyak mengambil tempat pada area pengolahan. Hanya
dibutuhkan wadah khusus untuk penampungan sementara jaringan tubuh manusia untuk secepatnya
dibekukan segera setelah dibuang, untuk selanjutnya mungikn dimasukkan dalam incinerator.
Sedangkan racun sitotoksik dan bahan radioaktif membutuhkan penanganan khusus oleh tim yang ahli
di bidang tersebut (biasanya ahli farmasi atau BATAN di Indonesia). Penanganan sampah seperti ini
rutinitasnya dapat lebih longgar.
B. Area Kantor
Ruang dengan luasan yang memadai dan direncanakan sesuai kebutuhan harus dialokasikan untuk
penyimpanan kereta dorong 240L pada tempat-tempat strategis di setiap area kantor. Aspek yang
penting dalam manajemen sampah yang baik tergantung pada produksi sampah dalam memenuhi
proses pemisahan sampah.
Titik-titik pembuangan yang memadai dibutuhkan pada area perawatan, agar jarum dapat dikontrol dan
terlihat saat sudah tiba waktunya untuk dibuang. Dalam kondisi ini, biasanya dibutuhkan
bantalan/lapisan tambahan pada dinding kontainer. Kontainer pembuangan benda tajam dapat
dibuang melalui saluran pembuangan klinis apabila jalur tersebut memang dirancang untuk itu.
Umumnya rumah sakit menyediakan pembakaran sampah (incinerator) untuk keperluan ini.
Sedangkan bagi material tajam yang masih dapat digunakan, disediakan kontainer khusus yang
terpisah.
80
Kereta sampah biasa harus selalu diletakkan dekat dengan kereta kertas daur ulang untuk mengatasi
pemisahan sampah biasa dengan material daur ulang yang tidak sistematis.
Titik-titik pengumpulan pos kerja harus mudah diakses oleh staff yang bertanggungjawab atas
pembuangan dan pemindahan serta penggantian kereta dorong. Kereta dorong tidak boleh terakses
publik dan sebaiknya tidak terlihat pada area yang diamankan. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit
memungkinkan untuk menghancurkan laporan-laporan penting dan rahasia sebelum dibawa ke area
daur ulang (penanganan sampah). Lokasi fasilitas penghancur dokumen sebaiknya diletakkan
berdekatan dengan area penyimpanan kereta (yang digunakan untuk menyimpan dokumen rahasia
yang akan dibuang tersebut). Area pembuangan sentral untuk benda-benda yang membutuhkan
kerahasiaan, memberikan pengamanan ekstra dalam pelaporannya.
81
Fasilitas
A. AKSES AMBULANS
Akses utama keluar dan masuk mobil ambulans tidak boleh bergabung dengan akses lalu lintas
yang padat, sehingga ambulans dapat beroperasi dengan cepat.
B. RAMPS
Ramp harus disesuaikan dengan standar yang ada, selain itu harus ada hubungan dengan
akses pengangkutan dan penurunan pasien.
C. ANTAR JEMPUT AMBULANS
Titik antar jemput mobil ambulans harus terlindungi dari hujan dan panas, selain itu, pintu
masuk dan keluar mobil ambulans harus memiliki jarak yang cukup jauh dengan pintu masuk
utama dan jauh dari jarak pandang orang-orang di sekitarnya. Akses jalan, dari mobil ambulans
ke ruang UGD atau ruang penting lainnya harus dibuat seefisien mungkin, aman, dan nyaman.
Selain itu, akses ini tidak boleh melewati area publik.
Perpustakaan
Di sini nantinya akan dapat diletakkan berbagai literatur medis yang dapat digunakan untuk mencari data bagi para staf pegawai.
Selain itu, ruang ini perlu dilengkapi dengan fasilitas audio-visual.
Ruang Kuliah
Ruang kuliah ini nantnya akan digunakan sebagai fasilitas belajar bagi para calon-calon perawat atau pegawai lainnya.
Gudang
Sebagai fasilitas penyimpan alat-alat pembelajaran.
Perawatan Anak
Perawat-perawat terbaik sangat direkomendasikan untuk fasilitas perawatan anak ini. Area perawatan
anak meliputi:
- tempat bermain anak
- toilet anak dan staf
- loker tempat simpan jaket atau sepatu
- tempat tidur anak
- tempat meyimpan mainan
- kantor staf
- pantry
- tempat bermain outdoor yang aman
- view ke luar (bukan jalan raya) yang baik dan tenang
beberapa area service yang mendukung dapat diletakkkan berdekatan dengan area ini.
82
PERHENTIAN AMBULAN
RUANG ENDOSCOPY/TINDAKAN
(anestetik/tindakan )
83
KEMUNGKINAN TAHAP 3. PEMULIHAN
(penyegaran, instruksi pasca operasi, recliners.
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan zonasi fungsi yang telah
ditentukan sehingga dapat berkaitan dengan zonasi yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu
dengan mengelompokkan fungsi ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit
sebagai berikut :
Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang
perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan. Persyaratan ruang sebagai
berikut :
Permukaan dinding rata dan berwarna terang
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan
pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
Langit-langit harus terbuat dari bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan,
kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela
minimal 1,00 meter dari lantai.
Ventilasi dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi
alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, dapat dilengkapi dengan
penghawaan mekanis (exhauster) .
Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.
Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti
pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang
sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang
penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah
dengan ketentuan persyaratan sebagai berikut :
Dinding permukaan rata dan berwarna terang.
Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari
lantai dan sisanya dicat warna terang.
Dinding ruang penginderaan medis berwarna gelap, dengan ketentuan dinding
disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di
ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi
dengan transfer cassette.
A. Tata Fungsi
Zona Fungsi Dalam Rumah Sakit
Zona 1 wilayah ini berkarakter publik. Ruang publik direncanakan berada di area yang
sangat publik dengan tingkat pencapaian yang tinggi. Di dalam ruang publik berlangsung
aktivitas-aktivitas pelayanan rumahsakit kepada publik, diantaranya instalasi gawat
darurat, instalasi rawat jalan, kebidanan, farmasi dan diagnostik.
Zona 2 wilayah ini berkarakter privat. Publik dapat mengakses area ini namun terbatas.
Wilayah ini menerima limpahan kerja dari zona luar dan membutuhkan akses khusus
untuk mendukung pelayanan khusus: program ruang yang direncanakan pada zona ini
adalah fasilitas rawat inap.
Zona 3 wilayah yang menyediakan dukungan bagi aktivitas rumahsakit: kantor
pengelola rumah sakit dan ruang serbaguna.
84
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan
pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka
harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela
minimal 1,00 meter dari lantai.
Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.
85
d. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi
kebakaran atau kejadian darurat lainnya.
e. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan didisain sedemikian rupa dan dilengkapi
dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar
ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi
f. Fasilitas selasar/koridor penghubung antar massa bangunan
g. Fasilitas selasar/koridor services dan utilitas
Kualitas sirkulasi dibedakan di dalam pengelompokan, yaitu:
a.
Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh pengunjung umum dengan
berbagai keperluan di dalam rumah sakit.
b.
Sirkulasi medik, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh staf medik rumah sakit dalam
melaksanakan tugas-tugas pelayanan kesehatan.
c.
Sirkulasi barang dan servis, yaitu sirkulasi yang digunakan untuk distribusi mobilisasi
barang atau logistik, dan fungsi-fungsi pemeliharaan.
Sirkulasi Eksternal
Merupakan perencanaan sirkulasi diluar bangunan. Sirkulasi eksternal rumah sakit dibedakan dalam
pengelompokan yaitu:
a.
Sirkulasi gawat darurat, yaitu akses langsung menuju IGD. Karakter sirkulasi ini cepat
dan bebas hambatan.
b.
Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi oleh pengunjung umum dari luar menuju ke poliklinik,
pusat diagnostik atau besuk ke rawat inap.
c.
Sirkulasi staf, yaitu akses karyawan medik maupun non-medik menuju zona aktivitas.
d.
Sirkulasi barang dan servis, terdiri dari drop-off bahan di instalasi gizi, operasi
pemeliharaan IPAL dan incenerator, sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran.
Dalam kondisi luar biasa yaitu bila terjadi gawat darurat massal maka keempat area dropping tersebut
bisa digunakan secara bersama-sama untuk menghindari terjadinya antrian panjang.
Sirkulasi eksternal memiliki prinsip mengoptimalkan akses dari jalan utama. Sistem sirkulasi eksternal
dipisahkan antara sirkulasi menuju Unit Gawat Darurat dan VK dengan sirkulasi menuju diagnostik,
administrasi, rawat jalan dan rawat inap. Pemisahan akses ini dibuat untuk memudahkan akses
menuju ke Unit Gawat Darurat dan VK tanpa diganggu oleh sistem sirkulasi publik menuju ruang-ruang
fungsional lain dalam rumah sakit
Sirkulasi eksternal ditunjang oleh area parkir serta dropping zone. Dropping zone paling penting adalah
naik turunnya pasien dari kendaraan pengangkut. Direncanakan area tersebut terlindung dari hujan
panas, dengan penerangan cukup di malam hari dan dilengkapi signage yang jelas. Ada 4 zona
dropping terpisah, yaitu:
86
a.
b.
c.
d.
e.
Intensitas cahaya yang tinggi diberikan pada area-area yang aktivitasnya membutuhkan konsentrasi
dan memiliki resiko bahaya yang lebih dibanding ruangan lainnya. Seperti pada ruang pemeriksaan
dan pengolahan sampel di laboratorium, ruang racik instalasi farmasi, dan ruang-ruang yang memiliki
fungsi sebagai ruang tindakan dan operasi.
Beberapa prinsip mengenai pencahayaan buatan pada rumahsakit adalah sebagai berikut :
o Intensitas cahaya pada tiap ruangan hendaknya dapat diatur dengan mudah
o Perbedaan intensitas cahaya yang gradual akan sangat membantu pasien untuk
beradaptasi terhadap ruang yang akan dituju. Oleh karena itu diperlukan ruang-ruang
transisi untuk menuju ruangan dengan intensitas cahaya yang berbeda.
o Sumber-sumber cahaya hendaknya dilindungi untuk meminimalisasi cahaya
menyilaukan dan temperatur yang tinggi. Penggunaan beberapa lampu dengan
intensitas rendah lebih baik daripada satu lampu dengan intensitas tinggi.
o Menghindari bahan-bahan yang dapat mengakibatkan silau (glare) pada pintu, jendela,
dinding, lantai dan funiture.
o Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya
dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
o Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan
barang/peralatan perlu diberikan penerangan.
o Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk
malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada
titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik
Pada area-area publik yang penting seperti ruang receptionist, pendaftaran, dan lobby direncanakan
kuantitas pencahayaan yang lebih, yaitu di atas 100 fc (footcandles). Pencahayaan yang memadai
pada area publik dapat meningkatkan rasa aman.
87
Penggunaan sunshading dapat digunakan untuk mereduksi pencahayaan alami di sisi Barat dan
Timur, dan perlu diupayakan sedemikian rupa sehingga mudah dalam perawatannya.
Penghawaan
Konsep pengolahan dan pengendalian udara (penghawaan) pada ruang pada hakekatnya terdiri dari
tiga hal yaitu:
pengendalian kalor/panas dan suhu serta penggunaan bahan material bangunan (jenis,
tekstur), zat pelapis/cat (warna), orientasi bangunan terhadap arah sinar matahari dan
angin, tata hijau lingkungan mempengaruhi seberapa besar atau seberapa kecil
panas/kalor yang diserap atau dikeluarkan untuk menciptakan suhu nyaman bagi
pengguna yaitu berkisar 25-26 C.
pengendalian kelembaban udara. Kelembaban udara yang nyaman bagi tubuh adalah
sekitar 40-70%. Salah satu strategi untuk mengendalikan kelembaban udara dalam ruang
yaitu dengan mempercepat proses penguapan. Hal ini dicapai dengan mengoptimalkan
aliran sirkulasi udara (ventilasi). Ventilasi diperoleh dengan memanfaatkan perbedaan
bagian-bagian ruangan yang berbeda suhunya, dan karena berbeda tekanan udaranya.
Pengendalian pertukaran udara. Kesegaran udara dalam ruang serta kesehatannya
diukur dengan besarnya kadar zat asam (CO2) tidak melebihi 0.1-0.5%. Pergantian udara
dalam ruang dikatakan baik apabila untuk ruangan dengan dimensi 5 m3 /orang, udara
dalam ruang harus diganti 5 kali per jam. Semakin kecil rasio ruang perorang, frekuensi
pergantian udara semakin tinggi.
88
Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya tidak digunakan
sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang.
Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I
dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan efisiensi 30 % dan saringan II (filter
bakteri) dipasang 90 %. Untuk mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung
hendaknya mempelajari khusus central air conditioning system.
Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross ventilation) dan
dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi dibandingkan
ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air conditioner)
Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner dipasang
pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20 meter dari langitlangit.
Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali sebulan harus
disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin glikol), atau disaring dengan
elektron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet.
Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan pengambilan
sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu, dan gas).
Pengendalian Kebisingan
Konsep pengendalian kebisingan ditujukan untuk mengatasi kebisingan dari dalam bangunan
(interior noise/impact noise) dan dari luar bangu
Indeks Kebisingan Menurut Jenis Ruangan atau Unit
No
Kebisingan Max
(Waktu pemaparan 8 jam dalam satuan dBA)
Ruang Pasien:
-saat tidak tidur
45
-saat tidur
40
45
Anestesi, pemulihan
45
Endoscopy, Lab
65
Sinar X
40
Koridor
40
Tangga/Ramp
45
Kantor / Lobby
45
Ruang alat/Gudang
45
10
Farmasi
45
11
Dapur
78
12
Ruang cuci
78
13
Ruang Isolasi
40
14
80
89
Ketentuan pemerintah melalui Permenkes telah menetapkan tingkat kebisingan yang diijinkan untuk
sebuah pelayanan kesehatan seperti rumah sakit yaitu antara 35 dB sampai 45 dB, sehingga
penyelesaian pengendalian kebisingan diupayakan melalui elemen interior seperti dinding atau partisi
di mana untuk rumah sakit paling tidak harus dapat meredam bunyi dengan frekuensi 40 dB - 45 dB
(Sinha, 1985).
Konsep yang digunakan untuk mengatasi masalah kebisingan adalah mengolah tata letak dan
perencanaan interior, pemilihan material bangunan serta finishing dinding sedemikian rupa yang dapat
mendukung pengendalian kebisingan tersebut. Di sisi lain, perencanaan tata massa bangunan juga
berperan dalam pengendalian kebisingan.
Penggunaan material seperti karpet, baik pada lantai maupun dinding dapat mereduksi kebisingan
sampai 70%. Penggunaan ceiling yang tepat juga dapat mereduksi kebisingan terutama dari lantai ke
lantai. Kebisingan juga dapat dihindari dengan tidak menggunakan bahan-bahan logam pada furniture
D. Struktur Bangunan
Bahan Bangunan
Pemanfaatan material tetap mengutamakan segi ekonomis melalui penggunaan bahan bangunan
yang umum dan mudah didapat, namun diperoleh mutu konstruksi yang baik serta penyelesaian fasad
arsitektural yang memadai untuk mewujudkan citra kelas pelayanan prima.
Sistem Pondasi
Sistem pondasi yang digunakan tergantung dari karakter dan kemampuan daya dukung tanah di lahan
Rumah sakit yang direncanakan
Dinding Interior
Dinding ruang daIam diupayakan tetap mengutamakan segi kesehatan, yaitu menggunakan bahan
finishing dinding dan sistem konstruksi yang mudah dibersihkan, tidak menyimpan debu atau kotoran
dan warna yang dipilih adalah warna hangat untuk menunjang suasana penyembuhan. Pada ruang
tertentu yang telah diatur sesuai dengan standar persyaratan maka kualitas dinding menuruti aturan
dalam standar tersebut.
Bahan Lantai
Untuk menentukan bahan lantai perlu dihindari bahan-bahan yang licin untuk menghindari selip.
Penggunaan material yang licin, seperti keramik hendaknya dikombinasi dengan tekstur agar tidak
terlalu licin. Bahan-bahan seperti keramik, kayu, karet, vinyl dapat digunakan sebagai bahan lantai
yang sesuai untuk kursi roda dan stretcher. Bahan lantai dengan kandungan vinyl lebih tahan terhadap
abrasi.
Lantai dengan lapisan karet adalah bahan yang paling ideal untuk menghindari selip, terutama di toilet.
Keramik dengan tekstur atau berukuran kecil dengan banyak joint lebih baik dari pada keramik polos,
karena mempunyai daya tarik lebih besar sehingga menghindarkan selip
90
Bahan-bahan yang dapat dikatakan anti selip adalah bahan-bahan yang mempunyai koefisien
pergeseran minimal 0.6 (0.8 untuk ramp) dalam keadaan basah maupun kering. Bahan yang
memenuhi kriteria ini adalah karet. Bahan karet dapat menghindarkan selip, tahan terhadap abrasi,
minyak dan alkali, akan tetapi bahan karet tidak direkomendasikan pada dapur dan ruang operasi.
Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran
pembuangan air limbah. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah dibersihkan.
Bahan Atap
Hal Iain yang perlu diperhitungkan adalah penanggulangan masalah kebocoran pada waktu hujan,
yaitu dengan cara:
- memperhitungkan kemiringan atap
- memberi Iapisan plastik atau aluminium foiI pada bagian daIam atap
- memeriksa akurasi bentuk satuan genteng
- memeriksa kualitas genteng.
Kombinasi material penutup atap dipakai laminated glass ataupun fiberglass untuk kepentingan
memasukkan cahaya dalam ruang. Penutup plafon sebagai komponen atap menggunakan bahan
kedap suara dan mampu menjadi sekat api (fire proofing). Hal tersebut menjadi bagian dari upaya
mewujudkan kenyamanan privacy serta keselamatan bangunan.
91
Tekstur dan warna sangat mempengaruhi kesan pengguna ruangan terhadap ruangan. Ruangan
berkarakter hangat dapat membuat pengguna didalamnya merasa waktu berjalan lebih lambat.
Sedangkan, di dalam ruangan yang berkarakter dingin, waktu seakan berjalan cukup cepat. Oleh
karena itu, karakter dingin sangat sesuai digunakan pada ruang-ruang operasi. Karakter dingin dapat
dibentuk dari warna lighting, warna material serta furnitur yang ada di dalamnya.
Perbedaan yang kontras antara dinding dan lantai dapat membantu mengidentifikasi batas. Pintu
hendaknya berwarna kontras untuk memudahkan way finding pada saat kebakaran. Minimalkan
penggunaan cermin, karena dapat memecah konsentrasi dan orientasi. Pembatasan tekstur dan
warna perlu dilakukan untuk membantu pasien gangguan jiwa yang sensitif.
F. Aspek Keamanan dan Evakuasi
Sistem pengamanan pada rumah sakit direncanakan menggunakan dua sistem, yaitu aktif dan pasif. Sistem
keamanan aktif dapat menggunakan sistem monitor video (CCTV) yang diletakkan pada area-area yang kritis.
Sistem ini memungkinkan petugas untuk memonitor segala sesuatu yang terjadi dalam waktu 24 jam.
Sistem keamanan pasif didapat penataan lansekap dan pencahayaan luar ruangan yang memadai pada areaarea yang kritis, terutama pada malam hari. Sistem keamanan pada perencanaan fisik juga mencakup sistem
pengamanan bahaya kebakaran yang terkait dengan usaha evakuasi.
92
BAGIAN 3
ISU KONTEMPORER
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
pendekatan-pendekatan yang merespon isu kontemporer
Perkembangan jasa layanan medis tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan jaman dimana
berbagai isu kontemporer muncul dari waktu ke waktu. Isu tersebut muncul dalam relasi desakan
strategis pertimbangan pengelolaan, akibat pergeseran karakter pelayanan merespon dinamika
teknologi medik, ataupun perkembangan dalam rekayasa teknik termasuk perkembangan bahan
bangunan. Isu kontemporer misalnya besaran fasilitas sesuai tingkat okupansi yang memungkinkan
pertumbuhan, adanya tuntutan performa gedung sesuai dengan kelas layanan, performa fisik
bangunan beserta lingkungan terhadap kemudahan pemeliharaan dan biaya, tuntutan konservasi
bangunan dalam status benda cagar budaya dengan adaptasi fungsi baru, konservasi lahan dan
konservasi energi untuk kepentingan pelestarian dan keberlangsungan adalah sebagian isu-isu
mutakhir yang mengemuka dasawarsa ini.
Pada bab ini akan dibahas tentang pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dalam menanggapi
beberapa isu kontemporer.
Strategi penting adalah rumusan besaran dan jenis layanan dalam perspektif Renstra Rumah Sakit.
Dalam rumusan tersebut telah mewadahi kebijakan manajerial terkait dengan pentahapan serta
investasi. Terkait dengan fasilitas, maka beberapa hal ini harus menjadi pertimbangan yaitu:
a.Semua komponen struktur bangunan adalah tetap (fix) .
b.Pentahapan struktur bangunan harus didasarkan pada perencanaan beban maksimal serta
ketinggian struktur gedung tertentu.
c.Usia teknis bangunan dan infrastruktur diperhitungkan 25 tahun sesuai syarat dalam
Keciptakaryaan.
d.Pentahapan pelaksanaan sistem infrastruktur harus didasarkan pada rancangan sistem
keseluruhan yang matang.
e.Ruang pelayanan didasarkan pada persyaratan tertentu sehingga tidak semua ruang bisa
mengalami alih fungsi.
Bangunan gedung bisa diasumsikan sebagai alat produksi. Kapasitas alat produksi yang lebih
besar dari pada penjualan akan mengakibatkan inefisiensi. Inefisiensi secara langsung
akan menghasilkan biaya produksi tinggi yang lambat atau cepat akan menggulung lapangan bisnis
kita. Untuk itu sangat diperlukan penanda arah dan waktu. Kapan harus memperluas bangunan
sebagai tuntutan penambahan jenis atau kapasitas pelayanan dan sebaliknya kapan harus menunggu.
Secara prinsip gedung beserta infrastruktur penunjangnya sebagai aspek fisik akan mengikuti strategi
non fisik. Namun secara langsung investasi pembangunan gedung menjadi salah satu komponen
utama perhitungan biaya yang harus dikalkulasi dengan cermat tingkat pengembaliannya.
93
Oleh karena itu hal apa yang bisa menjadi pertimbangan pengelola dan pembuat kebijakan untuk
fasilitas kesehatan diantaranya adalah:
a.Laksanakan pembangunan gedung jika okupansi telah tinggi (>70%). Implikasi jika okupansi
terlalu tinggi maka kualitas pelayanan akan turun seiring dengan penurunan sanitasi dan daya
dukung gedung.
b.Laksanakan pembangunan gedung jika instalasi baru tersebut merupakan instalasi vital yang
mempengaruhi kinerja unit pelayanan lain. Misalnya Rawat Jalan akan membutuhkan mutlak
sarana prasarana diagnostik seperti pula rawat inap memerlukan instalasi rawat darurat dalam
kapasitas yang tepat.
c.Laksanakan pembangunan jika sarana prasarana penting telah rusak dan tidak bisa digunakan
lagi.
d.Rencanakan dan laksanakan pemeliharaan rutin.
e.Secara keuangan agenda pembangunan konstruksi baru bisa diagendakan setelah 6-7 bulan
kecuali pertimbangan khusus.
Jika prinsip prasyarat diatas belum ada, maka yang bisa dilaksanakan adalah:
a.Rehabilitasi gedung termasuk sarana prasarananya
b.Laksanakan perbaikan dalam kerangka pemeliharaan
c.Konsolidasi keruangan dalam konsep renovasi atau rehabilitasi
Dalam ilustrasi tersebut diatas dituntut pemahaman teknis sebaik pertimbangan manajemen strategik.
Maka sedikit banyak perlu memahami komponen utama struktur bangunan yaitu pondasi, kolom, balok
beton, plat beton. Secara prinsip seluruh beban diatas tanah akan disalurkan kebawah oleh sistem
struktur serta dilandaskan ke tanah keras. Pondasi merupakan komponen bangunan terbawah yang
meratakan dan atau menyalurkan beban. Sistem dan jenis pondasi sesuai dengan daya dukung tanah
serta besar beban yang disalurkan. Besaran beban yang melampaui daya dukung tanah dan pondasi
akan menyebabkan rusaknya pondasi. Sehingga hindarkan penambahan beban struktur baru disemua
sistem struktur lama kecuali ekstensi yang telah diperhitungkan dari awal.
Dalam perkembangan bahan bangunan memungkinkan dipilih material dinding ringan permanen
(hebel) sehingga bisa mengurangi beban yang harus didukung oleh struktur bangunan atas. Selain itu
didukung adanya produk khusus adukan, acian, dan spesi yang memiliki daya rekat baik dengan berat
lebih ringan dengan nama dagang antara lain mortar utama.
Selain itu adanya produk lapisan ringan dengan kemudahan aplikasi serta kekuatan untuk menjadi
partisi ruangan sangat bermanfaat. Bahan yang tepat bahkan tidak saja menjadi penyekat ruang
namun sekaligus sebagai peredam suara dengan fleksibilitas yang baik untuk dipasang vertikal
sebagai komponen dinding atau horisontal sebagai komponen plafon. Masih banyak lagi dukungan
kemajuan teknologi bahan yang mendukung kebutuhan di lapangan.
Rehabilitasi, renovasi dan perbaikan secara mutlak harus dengan anggaran belanja yang lebih rendah
sekitar maksimal 2/5 biaya pembangunan konstruksi baru. Oleh karena itu pahami dan putuskan
secara strategis.
94
Tuntutan dasar terhadap layanan kesehatan adalah profesional dan bersih. Dari dua tuntutan dasar
tersebut maka implikasi terhadap fasilitas antara lain:
a.Tata ruang yang sesuai dengan kebutuhan layanan dengan antisipasi terhadap kapasitas
maksimal
b.Hubungan antar unit layanan sesuai dengan kebutuhan kenyamanan pasien sepenting standar
medik
c.Rancang bahan yang awet, aman, dan tidak menangkap debu. Dukung kondisi bersih melalui
rancangan warna dan cahaya. Kemudahan pemeliharaan dan efisiensi bujet akan menjadi
penyeimbang keputusan dalam perancangan bangunan
Salah satu komponen bangunan yang membentuk citra layanan adalah penutup lantai. Keragaman
produk di lapangan memberi peluang banyak pilihan. Secara teknis yang menjadi pertimbangan
adalah ketebalan bahan, ketebalan lapisan permukaan untuk keramik, keseragaman dimensi,
kemampuan dukung, dan meski tidak terlalu vital yaitu keawetan warna dan kemenerusan produksi
tiap tipe. Dengan teknologi pembuatan yang baik dihasilkan keramik yang homogen. Homogenitas
tersebut membuat lebih kuat dan hasil tanpa pori-pori. Salah satu produk di pasaran menggunakan
nama Indogress.
Kebutuhan medik tertentu lebih bersifat mutlak dibanding pertimbangan lainnya. Sebagai contoh
fasilitas gedung di unit Bedah telah memiliki standard clean room tertentu dengan syarat aliran ruang
menyangkut sterilitas, bahan permukaan serapat mungkin tanpa celah meminimalkan sambungan,
menghindari sudut yang sulit dalam pemeliharaan sampai dengan dukungan kelengkapan infrastruktur
yang baku. Perkembangan bahan yang mendukung diantaranya lapisan permukaan lantai tanpa celah
berbahan vynil dengan ketebalan tertentu. Aplikasi menggunakan bahan perata dan perekat berlapis
menghasilkan permukaan datar. Lapisan permukaan anti gores dan anti bakteri menghindari cacat
permukaan yang sering tidak dapat dicegah dalam penggunaan alat bergerak. Selain itu pertimbangan
keamanan pengguna adalah karakter anti selip. Lembar material fleksibel memungkinkan
dilengkungkan dalam sudut tertentu. Di pasaran salah satunya dengan nama dagang tajima.
Bahan yang mendukung kebutuhan fasilitas yang bersih dan sehat antara lain plint lantai. Plint lantai
merupakan penutup permukaan lengkung antara lantai dan dinding. Sekaligus kepingan bahan
tersebut menghindari munculnya kotor pada permukaan bawah dinding akibat pengepelan lantai.
Penyiasatan beberapa kali berhasil dipraktekkan terutama pada fasilitas Rumah Sakit yang telah
terbangun dan layanan telah berjalan. Untuk menyesuaikan pencitraan bangunan terhadap layanan
digunakan konsep mengangkat kulit wajah (face-lift). Pertimbangan utama adalah:
a.Bahan dan sistem kulit baru tidak boleh merusak atau membebani struktur yang telah ada.
b.Kulit baru harus sesuai dengan tuntutan aktivitas ruang dalam dibaliknya.
c.Garis rancangan dan pembentuk kulit baru harus sesuai dengan pencitraan layanan (brand
image).
Bahan yang ada di pasaran penunjang kepentingan tersebut antara lain lembaran aluminium cladding
dalam modul tertentu dengan keragaman warna serta teknik dan bahan penggantung rangka hollow.
Namun disisi lain secara bersamaan tim perancang fasilitas harus menyesuaikan dengan tuntutan
meraih segmen pasar yang sesuai. Pencitraan terhadap layanan yang tercipta dari fasilitas harus
sesuai dengan kelas sasaran. Pencitraan yang berlebihan justru berakibat tidak menguntungkan.
Kondisi tersebut mengakibatkan calon pembeli tidak berani observasi atau spekulasi membeli layanan
sehingga berpindah pada alternatif yang sesuai dengan kemampuan dan harapan. Sedang dari sisi
pengelolaan ketidaksesuaian bisa berakibat unit biaya lebih besar dibanding pemasukan. Dalam
dinamika perkembangan rekayasa bangunan dan material, tuntutan tersebut tidak sulit untuk
diwujudkan.
95
Atau bahan kaca dengan warna beragam yang terus mengalami peningkatan karakter antara lain tidak
meneruskan sinar UV, lapisan dan teknik tertentu menghindari pecah serpih, anti jamur atau noda,
lapisan tertentu yang menghambat kemenerusan pandangan.
Bahkan dalam rancangan yang ekonomis, perubahan warna cat dinding dalam komposisi yang baik
akan menghasilkan perubahan citra bangunan. Perkembangan teknologi dan bahan pembentuk cat
memudahkan dalam memperoleh perlindungan dinding, penutupan pori-pori yang sempurna, lapisan
anti bakteri, anti jamur, anti noda. Sebagai contoh dalam produk di pasaran dengan nama Jotun.
Material didukung oleh kehandalan pantauan pabrik yang ketat dalam syarat kondisi bidang aplikasi
membuat hasil pengecatan yang baik.
Kemudahan pemeliharaan antara lain dengan pertimbangan ada tidaknya sistem yang bisa
menjangkau komponen bangunan secara mudah. Sebagai contoh komponen atap bangunan pada
gedung bertingkat sedang hingga tinggi. Untuk itu secara fungsional perlu dipilih bahan yang tahan
lama, segmen tidak mudah lepas, serta mempunyai daya dukung tinggi. Disisi lain pertimbangan
kelengkapan alat pendukungnya..
Terkait dengan biaya, pilihan material bangunan dipertimbangkan dalam aspek ketahanannya. Salah
satu yang mempengaruhi usia teknis bahan adalah ketepatan dalam pengkondisian seperti yang
dipersyaratkan. Perubahan suhu serta perbedaan kelembaban akan berpengaruh terhadap fisik
bahan.
Hal kecil yang perlu dipertimbangkan juga adalah efisiensi penggunaan bahan terhadap rancangan.
Oleh karena semua bahan bangunan memiliki dimensi modul yang sama atau hampir sama disetiap
jenisnya, maka penggunaan ukuran dengan perhitungan kelipatan akan tidak menyisakan bahan
bangunan.
Sebagai contoh aplikasi pengecatan bertekstur pada ruang dalam sebaiknya dihindari karena
permukaan tersebut menuntut bebas debu sehingga tidak tepat mengaplikasikan jendela hidup disisi
lain, dengan demikian perlu pengkondisian udara buatan yang harus diperhitungkan dalam bujet
konsumsi listrik. Namun teknik pengecatan tersebut masih memungkinkan diaplikasikan pada
permukaan dinding luar bangunan untuk menghasilkan citra alami. Kualitas cat yang baik dengan
kandungan anti lumut dan bakteri bisa mencegah turunnya kualitas permukaan dinding. Ataupun
penggunaan batu alam dengan treatment tertentu untuk lapisan permukaan anti lumut.
96
Secara prinsip tindakan pelestarian lebih tepat untuk ditekankan pada keberlangsungan bangunan
terkait dengan kehidupan. Artinya aset cagar budaya yang lestari tidak saja secara fisik namun juga
pemanfaatan gedung tersebut dalam fungsi baru yang tanggap terhadap perkembangan dan sesuai
dengan guna ruang dominan sekitarnya. Dengan demikian tidak menutup kemungkinkan dilaksanakan
pembangunan gedung baru diantara aset cagar budaya dengan menjawab tolok ukur kesesuaian
sebagai berikut: Gaya (style), Kriya (workmanship), Bahan (materials), Kegunaan (function), dan
Kesinambungan (continuity).
Tindakan dan metode dalam penanganan pelestarian bangunan dan lingkungan adalah:
a.Inventarisasikan secara lengkap seluruh aset bangunan, lahan dan infrastruktur
b.Kajian delineasi dan status bangunan beserta lingkungannya
c.Konsultasikan rencana tindakan pelestarian ke Balai Pelestarian Bangunan Cagar Budaya yang
ada di provinsi
d.Susun rencana teknis dan detil perancangan
e.Implementasi rencana
97
Kondisi mutlak terhadap hasil aktivitas rumah sakit adalah pentingnya pengolahan sampah medik
secara khusus, pengelolaan limbah cair sehingga faktor infeksi tidak mencemari lingkungan serta
eksplorasi air tanah secara bijaksana.
Berhubungan dengan konsumsi energi, rumah sakit merupakan salah satu fungsi yang membutuhkan
dukungan energi tinggi. Sumberdaya tersebut antara lain: listrik, bahan bakar untuk operasionalisasi
alat catu daya cadangan listrik, air bersih, tanah sehat, udara bersih. Dalam segala kondisi pelestarian
sumberdaya merupakan hal yang tidak disangkal. Untuk itu rancangan bangunan beserta sistem
penunjangnya diarahkan untuk pemanfaatan yang lestari. Hal sederhana yang digunakan sebagai
template pada penataan lay-out instalasi rawat jalan/poliklinik pada masterplan Rumah sakit adalah
menempatkannya dalam sebuah jejalur paralel yang memungkinkan diletakkannya ruang tunggu di
sisi luarnya sehingga ruang tunggu tersebut dapat memanfaatkan bantuan pencahayaan dan
penghawaan alami (tidak secara total), sehingga dapat memotong biaya operasional yang harus
dikeluarkan.
Rancangan struktur merupakan aspek penting terhadap keamanan bangunan. Struktur serta bahan
gedung harus mempunyai kelenturan atau daktilitas yang baik serta mempunyai daya tahan terhadap
kerusakan. Perhitungan pembebanan dalam perencanaan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) didukung kesempurnaan dalam pelaksanaan menjadi aspek metodologi yang dipersyaratkan.
Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa telah dikeluarkan dan disosialisasikan
oleh Departemen Pekerjaam Umum. Dalam pedoman tersebut telah mengatur metode dan cara antara
lain: penempatan dan pengaturan tulangan, teknik sambungan antar komponen balok-plat-kolompondasi, kualitas tahan tekan beton minimum 175 kg/cm2 dan kekuatan tarik baja 2400 kg/cm2.
Semua material bangunan selalu mempunyai spesifikasi teknis yang tidak boleh dilanggar untuk
mendapatkan keamanan struktur sehingga perencanaan dan pelaksanaan merupakan kunci utama
yang tidak boleh ditinggalkan salah satu.
Keamanan lain yang harus diperhitungkan adalah keselamatan pengguna. Hal tersebut menyangkut
jalur evakuasi yang jelas, memenuhi standar dimensi, jumlah dan sebaran serta bahan bangunan yan
tepat. Selanjutnya dukungan terhadap keamanan dan keselamatan pengguna adalah bagian dari
peran utilitas mekanikal dan elektrikal. Hal tersebut antara lain: kinerja alat deteksi asap, api serta suhu
panas; hidran atau lain sebagai bagian dari sistem pengendalian kebakaran; sistem penangkal petir
yang aman. Tidak ada satupun bahan dan sistem yang mengatakan dirinya aman terhadap bencana.
Namun dengan perencanaan yang tepat dan cermat maka waktu kritis bisa terlampaui sebelum
memasuki waktu luruh/rusak teknis bahan.
Terkait dengan hal tersebut, maka pertimbangan lokasi menjadi faktor penting. Pilih lahan yang tidak
dekat dengan bahaya seperti misalnya perbukitan rawan longsor, lahan yang memiliki jenis tanah
sensitif (tanah mengembang), ataupun tepi pantai terbuka. Jika tidak dimungkinkan pemilihan lokasi
yang lebih baik maka diperlukan sistem pengamanan dengan rekayasa teknis yang tepat.
98