Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Asites (Ascites) adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Asites
dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan di rongga
peritoneum dapat terjadi melalui 2 mekanisme dasar yakni transudasi dan eksudasi. Asites
yang ada hubungannya dengan sirosis hati dan hipertensi porta adalah salah satu contoh
penimbunan cairan di rongga peritoneum yang terjadi melalui mekanisme transudasi. Cairan
asites secara umum digolongkan memiliki gradien albumin serum asites (serum-ascites
albumin gradient /SAAG) yang tinggi atau rendah.
Asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik pada beberapa penyakit. Asites juga
menyebabkan pengelolaan penyakit dasarnya menjadi semakin kompleks. Infeksi pada cairan
asites akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya oleh karena itu asites harus
dikelola dengan baik
B. DEFINISI
Asites merupakan penumpukan cairan yang dapat ditemukan dalam cavum peritoneal.
Cairan asites umumnya berasal dari kompartemen yang mendukung visera hepatosplanik.
Dua faktor yang penting dalam pembentukan asites meliputi : peningkatan total sodium
dalam cairan tubuh, serta peningkatan tekanan sinusoid portal.
C. PATOFISIOLOGI
Pertukaran cairan antara darah dan cairan interstitial dikontrol oleh keseimbangan antara
tekanan darah kapiler yang mendorong cairan masuk ke dalam jaringan interstitial dan
tekanan osmotik dari plasma protein yang menarik cairan tetap tinggal dalam kapiler.
2. Grade 2
fisik
3. Grade 3
Tipe-Tipe Dari Asites Bergantung Pada Kadar Dari Gradien Albumin Serum-Asites
Gradien Tinggi ( 1,1 g/dL )
Sirosis
Karsinoma peritoneal
Hepatitis alkoholik
Asites pankreatik
Gagal jantung
Asites biliaris
Tuberkulosis peritoneal
Sindroma nefrotik
Serositis
Bowel Obstruction or Infarction
Gradien albumin serum-asites berkolerasi secara langsung dengan tekanan portal, dimana
pasien dengan gradien lebih besar dari atau sama dengan 1,1 g/dL dapat memiliki suatu
hipertensi portal (asites transudatif) dan pasien dengan gradien kurang dari 1,1 g/dL (asites
eksudatif). Konsentrasi protein total dari cairan asites dan aktivitas LDH secara umum
digunakan untuk mengklasifikasi cairan asites apakah eksudat atau transudat. Lihat tabel di
atas dengan klasifikasi dari tipe asites bergantung pada kadar dari gradien albumin serumasites.
Asites dapat dibedakan berdasar berbagai kondisi penyakit yang mendasarinya, hal tersebut
dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini :
Kondisi
Penampakan
kasar
Protein
g/dL
Gradien
Albumin
SerumAsites
Sirosis
Straw-colored
atau bilestained
< 25
(95%)
>1,1
Jumlah sel
Sel darah
merah >
10.000 /
L
Sel darah
putih, per
L
1%
<250 (90%);
predominan
mesothelial
Tes Lainnya
Neoplasma
Strawcolored,
hemoragik,
musinosis
atau chylous
>25
(75%)
<1,1
20%
Peritonitis
Tuberculosa
Jernih, turbid,
hemoragik,
chylous
>25
(50%)
Peritonitis
Pyogenik
Turbid atau
purulen
Bila
purulen
, >25
<1,1
Tidak biasa
Straw-colored
Bervari
asi, 1523
>1,1
10%
Gagal
jantung
kongestif
Nefrosis
Asites
pankreatik
(pankreatitis,
pseudocyst)
Straw-colored
atau Chylous
Turbid,
hemoragik,
atau chylous
<1,1
7%
<25
Sitologi, cell
block, biopsy
peritoneal
>1000 (70%)
; biasanya
70% limfosit
Biopsy
peritoneal,
stain dan
kultur untuk
basil tahan
asam
Didominasi
limfosit
polimorfonu
klear
< 100 (90%)
; biasanya
mesothelial,
mononuclear
<1,1
Tidak biasa
<250;
mesothelial,
mononuclear
<1,1
Bervariasi,
mungkin
blood
stained
bervariasi
(100%)
Bervari
asi,
biasany
a >25
>1000 (50%)
tipe sel
bervariasi
Stain gram
positif, kultur
Bila chylous,
ether
ekstraksi,
staining
Sudan
Peningkatan
amylase
dalam cairan
asites dan
serum
E. PENATALAKSANAAN
Terapi asites bergantung pada penyebabnya. Pada hipertensi portal penggunaan diuretik
dan restriksi garam biasanya efektif. Sementara itu, asites yang berkaitan dengan inflamasi
peritoneal atau malignansi tidak respon terhadap restriksi garam dan diuretik.
Terapi dapat diberikan dengan bentuk rawat jalan, namun rawat nginap dibutuhkan pada tiga
kondisi :
1. Untuk investigasi penyebab dari kelainan hepar
2. Edukasi intensif pasien dalam persiapan diet yang pembatasan sodium(Na) hingga 88
mmol setiap hari;
3. Monitoring konsentrasi elektrolit serum dan urin terhadap kadar nitrogen urea dan
kreatinin.
Restriksi cairan hanya perlu dilakukan bila konsentrasi serum sodium jatuh di bawah 120
mmol per liter. Juga penting untuk memperkirakan keseimbangan sodium dimana dapat
diperkirakan dengan monitor intake (diet, medikasi yang mengandung sodium dan cairan
intravena) serta ekskresi urin, hal ini karena : keseimbangan sodium negatif merupakan suatu
prediktor penurunan berat badan.
1. Obat-obatan
Kebanyakan pasien dengan asites sirosis respon terhadap diet restriksi sodium dan
diuretik. Kombinasi spironolakton dan furosemid merupakan rejimen yang paling efektif
untuk diminusi asites secara tepat. Dosis permulaan 100 mg sironolakton dan 40 mg
furosemid bersamaan setiap pagi. Bila tidak terdapat penurunan berat badan atau
peningkatan ekskresi sodium dalam urin setelah dua sampai tiga hari, dosis kedua obat
tersebut harus dinaikkan. Dosis kedua obat tersebut harus dinaikkan. Dosis pengobatan
harus ditingkatkan hingga 400 mg spironolakton per hari dan 160 mg furosemid tiap hari.
Hanya 10% pasien tidak respon terhadap pendekatan medis ini (diuretik dan diet restriksi
sodium)
2. Asites Resisten Diuretik
Bila pengobatan dengan diuretik di atas tidak memberikan kemajuan terhadap penurunan
jumlah asites, maka dapat digunakan terapi :
a. Parasentesis terapetik
b. Shunt LeVeen atau Denver (peritoneovenous)
c. Transplantasi hati
d. Ekstrakorporal ultrafiltrasi dari cairan asites dengan reinfusi
e. Transjugular intrahepatic portosystemic stent shunt
3. Parasentesis Terapetik
Parasentesis hingga 1 liter cairan dapat membantu penyembuhan gangguan nafas akut
sekunder terhadap asites. Pemindahan volume dan parasintesis total (paling besar
dilaporkan sebanyak 22,5 L) merupakan subjek diskusi sejak beberapa penulis
menganjurkan pergantian 10 gr albumin secara intravena untuk setiap 1 L cairan asites
yang dipindahkan dalam upaya untuk mencegah reduksi volume plasma, abnormalitas
elektrolit dan kreatinin. Bagaimanapun tidak jelas bila penggunaan albumin atau volume
expander lainnya seperti Dextran dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA