Professional Documents
Culture Documents
BIOKIMIA
Disusun Oleh:
PRAKTIKUM 1
ANALISIS KUANTITATIF AMONIA DAN UREA
DALAM URINE
I.
TUJUAN
1. mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kadar amonia dan urea
2. mahasiswa mampu menegakkan diagnosis kelainan fungsi hati.
II. SKENARIO
Seorang dokter gigi menunda pencabutan gigi seorang pasien karena dari pemeriksaan
riwayat penyakit diketahui pasien tersebut pernah menderita penyakit sirosis hati. Dokter
gigi merujuk pasien ke laboratorium untuk mengetahui apakah masih ada tidaknya
kelainan fungsi hati pasien.
normal seperti: bau oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, petai,
durian, asperse dll. Bau obat-obatan seperti terpentin, menthol dsb, Bau amoniak
biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet atau karena reaksi oleh bakteri
yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.Bau keton sering pada penderita kencing
manis, dan bau busuk sering terjadi pada penderita keganasan (tumor) di saluran kemih.
PENETAPAN AMMONIA
Dengan aerasi amonia dalam urine dipindahkan masuk ke dalam larutan HCl atau H2SO4
yang volume dan normalitasnya diketahui. Banyaknya ammonia dapat diketahui dengan
jalan menitrasi sisa asam tersebut dengan larutan standard NaOH.
PENETAPAN UREA
Pada penetapan urea, sebelum dilakukan aerasi, pada urine diberikan urease dengan
maksud mengubah urea menjadi ammonia. Baru kemudian dilakukan aerasi untuk
memindahkan ammonia ke dalam larutan asam. Banyaknya ammonia hasil hidrolisis dan
urea. Dengan demikian banyaknya urea dalam urine dapat dihitung.
6. NaOH 0,1 N
3. Kapril alkohol
8. Buret
4. Enzim urease
9. Pipet volume
V. CARA KERJA
Memperhatikan rangkaian alat berikut:
VI. PERHITUNGAN
Misalkan :
NH2
C=O
+ H2 O
Urease
2 NH3 + CO2
NH2
2NH3 + H2SO4
(NH4)2SO4
H2SO4 + 2NaOH
Na2SO4 + H2O
Banyaknya asam sulfat sebelum bereaksi dengan ammonia dalam urine = d N mgrek
Banyaknya asam sulfat sesudah bereaksi dengan ammonia dalam urine = b N mgrek
Jadi, banyaknya ammonia yang terdapat di dalam a ml urine termasuk hasil hidrolisis
urea urine =
(d. N-b. N)mgrek =(d-b)Nmgrek.
Kadar ammonia dalam urine =
K1 =
K1 =
x
(
)
)
K1 = kadar ammonia (NH4OH) dalam urine dinyatakan dalam gram NH4OH/100 ml urine
a
K2 =
= banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi sampel tanpa enzim urease
= banyaknya ml NaOH yang diperlukan pada titrasi sampel dengan enzim urease
VII. HASIL
1. Kadar ammonia dalam urine
K1
=
= 0,08736 gram/100 mL urine
Atau
K1
=
= 0,08736 gram/100 mL urine
2. Kadar urea dalam urine
K2
=
=
(
(
)
)
=
= 0,06912 gram/100 ml urine
VII. KESIMPULAN
Jadi , dari hasil praktikum yang telah kelompok kami lakukan, didapatkan hasil bahwa kadar
ammonia dalam urine sebanyak 0,08736 gram/100 mL urine, sedangkan kadar urea dalam
urine sebanyak 0,06912 gram/100 ml urine. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
ammonia dalam urine lebih banyak dibandingkan kadar urea dalam urine, dan ini berarti
bahwa fungsi hati masih normal dan tidak mengalami kelainan fungsi, seperti sirosis hati.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
PRAKTIKUM 2
ANALISIS KUANTITATIF GLUKOSA DARAH
METODE HAGEDRON JENSEN
I.
TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pemeriksaan kadar gula darah untuk membantu
menegakkan diagnosis penyakit diabetes mellitus.
II.
SKENARIO
Seorang dokter gigi menunda pencabutan gigi seorang pasien karena dari pemeriksaan
riwayat penyakit diketahui pasien tersebut menderita penyakit diabetes mellitus. Dokter
gigi merujuk pasien ke laboratorium untuk mengetahui kadar gula pasien.
2K3Fe(CN)6 + 2Kl
2KF4(CN)6 + I2
6 O2 + C6H12O6
6CO2 + 6H2O
2K4Fe(CN)6 + 3ZnSO2
K2Zn3(Fe(CN6)2 + 2 K2SO4
I2 + 2Na2S2O3
Na2SO6 + 2 Nal
Dari jumlah K-ferricyanida yang bereaksi dengan glukosa, banyaknya glukosa dapat
diketahui.
Reagen
1. 0,45 % ZnSO4
2. 0,1 NaOH yang baru
3. Larutan K-ferricyanida (1,65 gram K-ferricyanida + 174 gram K2HPO4 + 11,2 gram
KOH + akuades dijadikan 1 liter). Larutan ini dapat tahan sampai 1 bulan.
4. Larutan KL, ZnSO4, NaCl (10 gram ZnSO4 dan 10 gram NaCl dilarutan dengan
akuades menjadi 200 ml). Kemudian tiap akan dipergunakan tambahkan 5 gram Kl
untuk tiap 200 ml.
5. Larutan 5% asam asetat
6. Larutan amilum 1% dalam NaCl
7. Larutan Na thiosulfat 0,005 N (dibuat baru dalam akuades masak)
8. Larutan Kl 0,005 N (1,178 gram dalam 1 liter akuades yang dimasak)
V.
PERHITUNGAN
Setiap ml Na-thiosulfat 0,005 N yang digunakan sesuai dengan 174 mgram glukosa/100 ml
darah.
Misalkan :
1.
Titrasi blanko ( a)
2.
Titrasi sampel ( b )
Maka Na-thiosulfat yang digunakan untuk mentitrasi iodium yang dibebaskan oleh Kferricyanida = (a-b), dan kadar glukosa tiap 100 ml darah = ( a- b ) x 174 mgram. Nilai
normal pada keadaan puasa: 80-120 mgram/100 ml darah.
VI. HASIL
Titrasi a = 1
Titrasi b = 0,5
Perhitungan titrasi Iodium
= ( a- b ) x 174
= ( 1- 0,5 ) x 174
= 0,5 x 174
= 87 mgram/100 ml darah
VII. KESIMPULAN
Jadi dari hasil praktikum yang telah kelompk kami lakukan, didapatkan hasil perhitungan
kadar gula darah sebesar 87 mgram/100 mL darah, yang berarti normal dan tidak
mengalami penyakit diabetes mellitus, karena kadar normal gula darah adalah sebesar 80120 mgram/100 ml darah.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
PRAKTIKUM 3
PENCERNAAN
I.
TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa akan dapat menjelaskan pencernaan protein dan lemak pada saluran
pencernaan dimulai dari mulut, lambung, dan usus.
II.
DASAR TEORI
Sistem pencernaan merupakan salah satu komponen vital dalam menunjang kehidupan sebab sistem
pencernaan manusia terdiri dari semua organ yang berfungsi untuk mengunyah, menelan, mencerna, dan
mengabsorpsi makanan serta mengeliminasi makanan yang tidak dapat dicerna dan tidak dicerna
tubuh. (Watson,
2002)
Sistem
pencernaan
pada
manusia,
prosesnya
meliputi :
memasukkan, menyimpan makanan sementara, mencerna secara fisik dan kimiawi, absorbsi,
menyimpan sementara dan defekasi. (Anonim, 2010) Sistem pencernaan juga disebut perut, saluran
alimentary atau jalur gastrointestinal. Sistem pencernaan terentang dari bagian bawah kepala
menelusuri seluruh badan (torso). (Anonim, 2010) Pada dasarnya, sistem ini melakukan lima tugas terpisah
yang berurusan dengan pemprosesan dan penyebaran nutrisi. Pertama, ia mengatur
asupan, ataupengambilan makanan. Kedua, ia mengirim makanan ke organ-organ untuk penyimpanan
sementara. Ketiga, ia mengendalikan mekanisme pemecahan makanan dan pencernaan kimianya.
Keempat, ia bertanggung jawab untuk penyerapan molekul nutrisi. Kelima, ia memberikan penyimpanan
sementara dan penghancuran produk limbah. (Anonim, 2010). Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu. (Raden, 2010) Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi
disepanjang saluran pencernaandan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang
terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi
di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus. (Anonim, 2009)
Proses pencernaan terjadi pada saluran pencernaan dimulai dari mulut, sampai tempat
pelepasan. Bahan makanan yang terdapat di saluran pencernaan masih terletak di luar
badan (tubuh). Bahan yang telah dicerna masuk ke dalam badan menembus atau diabsorbsi
dan
kimotripsin
adalah
enzim
proteolitik
(pemecahan
protein),
menghidrolisis protein alami. Proteosa dan pepton yang datang dan lambung
dihidrolisis menjadi polipeptid. Kimotripsin mempunyai pengaruh menggumpalkan
susu lebih kuat dari pada tripsin.
b. Eksopeptidase (karboksi peptidase, amino peptidase & dipepdase)
Karboksi peptidase adalah eksopeptidase yang menghidrolisis ikatan peptid
terminal pada gugus karboksil, sedang amino peptidase adalah eksopeptidase yang
berkerja pada ikatan peptid terminal pada gugus amino bebas. Sedang dipeptidase
bekerja menghidrolisis ikatan peptid antara 2 asam amino. Proteose-proteose usus
ialah enzim yang menghidrolisis protein makanan menjadi asam-asam yang akan
diserap oelh mukosa usus dan diangkut lewat peredaran darah.
c. Amilase
Amilase pankreas berupa alpa amilase, kerjanya menghidrolisis amilum manjadi
maltosa pada pH 7,1.
d. Lipase
Lipase begitu juga streapsin, menghidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol,
monogliserid dan digleserid. Lipase pankreas khusus menghidrolisis ikatan ester
primer yaitu posisi 1 dan 3 pada trigliserida.
e. Koresterol ester (hidrolase ester kolesterol)
Menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol dan asam lemak maupun
mengkatalisis pembentukan kolesterol dan asam lemak, tergantung pada
kesetimbangan reaksinya.
f. Ribonuklease dan deoksiribonuklease
Ribonuklease memecah asam ribonukleat menjadi nukleotida-nukleotida, sedang
deoksiribonuklease
nukleotida.
memecah
asam
dioksiribonukleat
menjadi
nukleotida-
Empedu
Empedu dihasilkan oleh hepar dan disimpan di dalam kantong empedu. Kalau pencernaan
berlangsung, empedu disekresi ke dalam usus, empedu membantu pencernaan dan
bercampur dengan getah pankreas.empedu berupa zat cair kental, rasanya pahit, bersifat
basa. Empedu manusia berwarna kuning agak coklat, sedang pada hewan herbivora
biasanya berwarna hijau. Cairan empedu terdiri dari air, asam empedu, musin, koresterol,
lemak, asam lemak, dan garam-garam anorganik. Dengan adanya Na+ dan K4 , empedu
bersifat basa dan terbentuk asam-asam kolat. Cairan empedu dapat menurunkan tegangan
muka hingga dapat mengemulsi lemak yang penting pada proses pencernaan lemak.
Empedu juga dapat menetralkan asam lambung yang masuk ke usus. Fungsi lainnya yaitu
untuk mengeluarkan obat-obatan, racun, pigmen empedu, dan bahan anorganik.
Tambahkan pada tabung no. 1: 2 pipet HCl 0,4% dan 5 tetes karnim fibrin.
Tabung no. 3: didihkan, ditambahkan 2 pipet HCl 0,4% dan 5 tetes karmin fibrin.
Kumurlah dengan air bersih, dibuang, kemudian kumur lagi dengan 20 ml NaCl 0,2% ,
ditampung.
Air kumur ditampung dalam gelas beker, gojog dan kemudian disaring.
Siapkan 3 tabung reaksi dan isilah ketiga tabung tersebut dengan 5ml saliva encer
tersebut diatas (hasil kumuran).
Tempatkan ketiga tabung tersebut pada penangas air dengan suhu 37C
Isi tabung III, dikenakan uji I2 hingga menunjukan tes I2 negatif (warnanya biru hilang).
Kemudian dilanjutkan tes Benedict. Catatlah hasilnya.
Lakukan tes I2 untuk cairan di tabung I dan tabung II. Bagaimana hasilnya? Mengapa?
Ketiga tabung ditempatkan diatas penangas air pada suhu 37C. Terjadinya warna
merah pada larutan menandakan adanya pencernaan.
Kemudian dilanjutkan iji Benedict sampai terbentuk endapan berwarna merah bata.
Kedalam tabung reaksi yang telah diisi 3 ml HNO3 pekat dituang 1 ml larutan empedu
encer malalui dinding tabung sehingga terjadi 2 lapisan.
Percobaan 1 :
Gambar :
Hasil :
Tabung 1
Tabung 2
Ungu pekat
Tabung 3
Ungu terang
Kesimpulan:
Jadi yang bisa dicerna adalah tabung 1 dan 3, karena protein hanya bisa dicerna dalam
suasana asam. Tabung 3 terang karena dipanaskan. Tabung 3 terang karena
dipanaskan. Tabung 2 pekat karena tidak ada enzim (hanya aquades).
Percobaan 2 :
Gambar :
Hasil :
Tabung 1
Larutan
Tabung 2
Tabung 3
Kehitaman.
Kesimpulan :
Tabung 1 didihkan jadi saliva rusak jadi tidak bisa mengubah amilum menjadi gula.
Tabung 2 ditambahkan HCl 0,2 yang bersifat asam dan sama seperti tabung 1
salivanya rusak. Sedangkan Tabung 3 hanya ditambahkan amilum dan tidak diberi
perlakuan, dan ditambahkan reagen Benedict (kuning) larutan menjadi bening
kembali, hal tersebut membuktikan bahwa, mengandung gugus aldehid.
Percobaan 3 :
Gambar :
Hasil :
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Merah (jernih)
Kesimpulan :
Larutan berwarna merah maka terjadi pencernaan.
Percobaan 4 :
Gambar :
Hasil :
Terbentuklah endapan merah bata pada tabung.
Kesimpulan :
Enzim amilase dalam pankreas mengubah amilum menjadi gula sederhana.
Percobaan 5 :
Gambar :
Hasil :
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Putih cream
Merah muda
Kesimpulan :
Pada tabung 1 dan 2 terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi putih cream
dan putih cream hijau + sedikit merah muda. Hal ini disebabkan pada tabung 1 dan 2
terdapat ekstrak pankreas dan empedu yang mengandung enzim yang dapat mencerna
lemak (susu). Sedangkan pada tabung 3 tidak terjadi perubahan warna (tetap merah
muda). Hal ini disebabkan pada tabung 3 hanya terdapat akuades saja, sehingga lemak
(susu) tidak tercerna, yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada reaksi
tersebut.
Percobaan 6 :
Gambar :
Hasil :
Warna yang timbul pada bidang batas lapisan adalah coklat kehitaman.
Kesimpulan :
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa warna pigmen yang
terkandung pada empedu adalah coklat kehitaman.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
PRAKTIKUM 4
ANALISISN KOLESTEROL DALAM DARAH
METODE LIEBERMAN BURCHARD
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1. mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah
II.
DASAR TEORI
Pada metode ini, kolesterol total berupa kolesterol bebas dan ester kolesterol diekstraksi.
Jumlah kiolesterol ditentukan kolorimetris dengan menerapkan reaksi LiebermannBurchard dan dibandingkan dengan larutan standard kolesterol yang diketahui (Dawiesah,
1989 : 99). Namun dalam kegiatan ini menggunakan larutan standar sebagai pembanding.
Reaksi Liebermann-Burchard merupakan dasar penentuan fotometri kolesterol. Cuplikan
kolesterol dilarutkan dalam kloroform direaksikan dengan asetat anhidrat dan sedikit asam
sulfat pekat akan terjadi pewarnaan yang khas untuk sterol tunggal (Schunack,et al., 1990 :
81). Pada reaksi Liebermann-Burchard larutan akan berubah warna dengan segera menjadi
merah dengan cepat akan menjadi biru-violet (Kolekalsiterol kolesterol) dan untuk
selanjutnya akan menjadi hijau (ergokalsiferol) ( Schunack, et al., 1990 : 634).
Bila kolesterol direaksikan dengan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat dalam
lingkungan bebas air, maka akan terbentuk warna hijau biru yang intens akibat
pembentukan polimer hidrokarbon tak jenuh
BAHAN
1. Asam Asetat glacial
2. Asam asetat anhidrat
3. Asam sulfat pekat
4. Natrium sulfat anhidrat
5. Kolesterol
6. Air demineral
V.
HASIL
1.
Sampel
= 0,584
2.
Blanko
=0
3.
Baku
= 0,103
Konsentrasi Kolesterol
=
=(
)
(
=
= 1133,98 mg/100 ml
(
(
)
)
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil perhitungan
bahwa konsentrasi kolesterol yang terkandung dalam darah yang digunakan pada
percobaan ini adalah sebesar 1133,98 mg/100 ml. Hal ini menunjukkan bahwa darah
tersebut normal, karena kadar normal kolesterol dalam darah < 2000 mg/100 ml.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
PRAKTIKUM 5
ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C
I.
TUJUAN
1. mahasiswa dapat menjelaskan cara menganalisis kuantitatif vitamin C
II.
DASAR TEORI
Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam berbagai
buah-buahan dan sayuran. Vitamin C dapat disintesis dari glukosa atau diekstrak dari
sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali diisolasi dari air jeruk
nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928. Vitamin C bertindak ampuh mengurangi oksigen,
nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C bekerja sinergis dengan tokoferol
yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam area lipid membrane dan protein.
Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan kadar zat besi dalam tubuh. Ada beberapa
metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah metode
spektrofotometri UV-Vis (panjang gelombang 265 nm) dan metode iodimetri. Metode
Spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar campuran dengan spektrum yang
tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah
digunakan untuk instrumentasi analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak
digunakan di bidang analisis kimia sedangkan iodimetri merupakan metode yang sederhana
dan mudah diterapkan dalam suatu penelitian
Bahan pewarna ini akan hilang warnanya oleh senyawa lain seperti asam askorbat, tetapi
spesifitasnya dapat ditingkatkan sampai batas tertentu dengan melakukan reaksi di dalam
larutan asam yang mana substansi yang mengganggu hanya bereaksi lambat 2,6
dikhlorofenolindofenol dapat dibeli dalam bentuk tablet. 1 tablet ekuivalen dengan 1 mg
asam askorbat (vitamin C).
Gelas ukur
2.
3.
Pipet volume 10 ml
4.
Ballpipet
5.
Erlenmeyer
6.
BAHAN
1.
2.
Buah segar
3.
Kertas saring
V.
HASIL
Percobaan 1
-
Semangka
: 10,2 ml
Jeruk
: 16,7 ml
Percobaan 2
-
Semangka
: 9,6 ml
Jeruk
: 16, 9 ml
Perhitungan
-
Jeruk percobaan 1
Jeruk percobaan 2
Semangka percobaan 1
Semangka percobaan 2
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kelompok saya lakukan, didapatkan hasil perhitungan
bahwa pada buah jeruk terkandung kadar vitamin C sebanyak 1, 4696 mg vitamin C / 10
mg sampel dan 1, 4872 mg vitamin C/ 10 mg sampel. Sedangkan pada buah semangka
terkandung kadar vitamin C sebanyak 0,8976 mg vitamin C / 10 mg sampel dan 0, 8448
mg vitamin C / 10 mg sampel. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan vitamin terdapat
lebih banyak pada buah jeruk daripada buah semangka.
LAMPIRAN
Laporan sementara:
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.
Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi Wahyuningsih.
1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud, Jakarta
Arifin, Helmi, Vivi Delvita dan Almahdy, 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap
Fetus
Arthur. Kamus Pintar Bergambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Ekawati,Evy Ratnasari.2012. Hubungan Kadar Glukosa darah Terhadap Hypertrigl
yceridemia Pada Penderita Diabetes Mellitus.Surabaya.Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga
Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC, alih bahasa
oleh dr. Petrus Andrianto.
Gunarso, Wisnu. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga, 1979.
Hidayat, dkk. 2006. Mikrobiologi Industri.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996. Kimia
Organik II. Depdikbud, Jakarta.
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Lubsan,N.Bekker, H.J., De Vries.L.A.1947.Gorter E dan De Groof.W.C.Klinische
Diagnostik druk
Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, Universitas
Andalas.
Pratiwi,D.A. 2004. Modul dasar-dasar biokimia. Jakarta : Bina Aksara.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sinosuke, N. 2009. http://bagiilmunohara,blogspot.com/2009/04/uji-urin.html. (online: 13
Desember 2009). Team Biokimia. 2009. Petunjuk Praktikum Biokimia. Jember:
Jember University Press.
Syarifuddin. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran, 2006.