Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
meningkatkan laba (Attar, 2014). Mehr dan Hedges dalam bukunya Risk
management, Concept and Application, menulis bahwa tujuan umum (General
Objectives) perusahaan adalah :
1. Profit atau layanan yang efisien.
2. Good citizenship.
3. Kepuasan pribadi.
Perusahaan, termasuk bank, didirikan dengan berbagai macam tujuan seperti
menjadi agen pembangunan, memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi dan memenuhi harapan para pemangku
kepentingan termasuk pemerintah, regulator, pegawai, masyarakat, dan lain
sebagainya. Namun, tujuan pokok dari perusahaan termasuk bank adalah memberikan
nilai tambah dan meningkatkan kekayaan pemegang saham. Pemilik modal memiliki
berbagai pertimbangan dan pilihan bagaimana cara untuk menempatkan uang mereka
dan mengharapkan laba.
Dengan laba sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu
perusahaan menjadi paling penting dalam laporan tahunan. Selain itu, kegiatan
perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional juga
perlu dilaporkan sehingga diharapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan
dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan
operasional perusahaan. Prediksi kinerja keuangan suatu perusahaan pada umumnya
dilakukan oleh pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal perusahaan yang
memiliki hubungan dengan perusahaan yang bersangkutan seperti investor, kreditur,
dan pemerintah (Arthesa dan Handiman, 2006).
Namun terjadinya gejolak nilai tukar rupiah pada awal Juli 1997 menjadi
pemicu awal pemerintah melakukan pengetatan likuidasi. Kondisi ini kemudian
memunculkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, terutama
pasca pencabutan ijin 16 bank pada tanggal 1 November 1997. Hal ini berdampak
sangat buruk, terutama memicu terjadinya depresiasi kepercayaan terhadap
perbankan. Terjadinya penarikan dana secara besar-besaran mengakibatkan banyak
bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang sangat parah (mismatch) yang disusul
dengan kelangkaan likuiditas perekonomian secara keseluruhan (liquidity crunch).
Keadaan semakin diperparah dengan melambungnya suku bunga Pasar Uang Antar
Bank (PUAB) hingga mencapai 300% per tahun. Keputusan likuidasi 16 bank pada
tanggal 1 November 1997 dianggap sebagai pemicu krisis kepercayaan yang berlanjut
dengan terpuruknya sektor perbankan. Padahal, tindakan likuidasi itu diambil untuk
mencegah semakin meluasnya krisis perbankan (systemic risk) dan besarnya risiko
yang ditanggung masyarakat
umum di Indonesia sebai maksud agar bank-bank umum di Indonesia dapat bertahan
dalam menghadapi tantangan dan risiko yang semakin kompleks. Menurut Bank
Indonesia PBI 5/8/PBI/2003, risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu
peristiwa (events) tertentu. Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu
kejadian potensial , baik yang dapat diperkirakan (expected) maupun yang tidak dapat
diharapkan maupun yang tidak dapat diharapkan (unexpected) yang berdampak
negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank sehingga menurut Darmawi (2011)
beberapa risiko yang sering dihadapi oleh bank antara lain : risiko redit, risiko
likuiditas dan risiko operasional. Risiko kredit merupakan risiko yang timbul sebagai
akibat dari kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Indikator yang
digunakan untuk mengukur risiko kredit adalah NPL (Non Performing Loan) yaitu
perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan bank
kepada debitur. Risiko likuiditas merupakan risiko yang disebabkan oleh
ketidakmampuan bank memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. LDR (Loan to
Deposit Ratio) adalah indikator yang digunakan untuk risiko likuiditas. LDR
menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. LDR
dirumuskan dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan dana
pihak ketiga. Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan oleh kurang
berfungsinya proses internal bank, human error, kegagalan sistem teknologi, atau
akibat permasalahan eksternal. Untuk risiko operasional indikator yang digunakan
adalah BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan operasional). BOPO
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional.
Dalam jurnalnya Yushita (2008) mengatakan bahwa sebagai lembaga
intermediasi keuangan yang berbasis kepercayaan, risiko sangat penting dalam dunia
perbankan untuk menekan terjadinya kerugian akibat risiko maupun memperkuat
struktur kelembagaan maka dengan risiko yang semakin kompleks dalam industri
dalam hal keuangan, infrastruktur pendukung maupun sumber daya manusia (Sari,
2012). Tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan kepercayaan nasabah kepada
industri perbankan.
Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 merupakan wujud keseriusan
Bank Indonesia dalam masalah manajemen risiko perbankan. Keseriusan tersebut
lebih dipertegaskan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No.
7/25/PBI/2005 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi pengurus dan pejabat bank
umum, yang mengharuskan seluruh pejabat bank dari tingkat terendah hingga
tertinggi untuk memiliki sertifikasi manajemen risiko yang sesuai dengan tingkat
jabatannya (Idroes dan Sugiarto, 2006). Hal ini mengingat peningkatan kompetensi
sumber daya manusia menjadi salah satu syarat utama yang harus dilakukan oleh
perbankan agar mampu melakukan manajemen risiko dengan baik dengan
mempunyai sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang
memadai di bidang manajemen risiko serta standar profesi dan kode etik untuk
meningkatkan kualitas manajemen risiko dan good corporate governance industri
perbankan Indonesia (Yushita, 2008). Bank Indonesia menekankan bahwa perbankan
dalam menjalankan bisnis dan pengendalian diperlukan untuk mengatur risikorisikonya, yang mencakup risiko: identifikasi; pengukuran; pemantauan; dan
pengendalian (Idroes dan Sugiarto, 2006). Bank menerapkan manajemen risiko bukan
semata karena ingin menaati peraturan Bank Indonesia, melainkan juga untuk
memuaskan shareholders yang menuntut pengimplementasian manajemen risiko
dengan benar. Di sisi lain Bank Indonesia berkepentingan mempromosikan
manajemen risiko di industri perbankan. Hal ini harus dilakukan karena kondisi
sistem perbankan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem
keuangan (Yushita, 2008).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 13/30/DPNP/2011,
untuk mengukur tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan digunakan
rasio profitabilitas diantaranya terdiri dari ROA (Return on Asset) dan ROE (Return
on Equipty). Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur
yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Faktor lain yang juga
mempengaruhi kinerja perbankan adalah besarnya kredit bermasalah (non performing
loan) yang dimiliki oleh bank. Adapun kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia
untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) adalah : (1) Rasio
kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal inti minimum 6%, (2)
Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3) Pertumbuhan kredit riil sedikitnya
22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikitnya 50% dan rasio kredit
bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan perusahaan publik atau berencana
dalam waktu dekat menjadi perusahaan publik dan (5) Memiliki kemampuan menjadi
konsolidator. Rasio BOPO untuk industri perbankan nasional telah mencapai 91,5%
sehingga lebih efisien dibandingkan dengan bank-bank yang memiliki modal kecil
(Meliyanti, 2012).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.13/30/DPNP/2011, untuk
mengukur tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan digunakan rasio
profitabilitas. Rasio tersebut diantaranya terdiri dari ROA (Return on Asset) dan ROE
(Return on Equity). ROA adalah perhitungan laba sebelum pajak dibagi dengan total
aset. Sedangkan, ROE adalah perhitungan laba setelah pajak dibagi dengan modal
inti. Dan dalam penelitian ini Return on Asset (ROA) dipilih sebagai variabel
dependen dikarenakan rasio tersebut menggambarkan kemampuan bank dalam
menghasilkan laba. Semakin besar ROA semakin baik kinerja perusahaan karena
tingkat pengembalian atau return semakin besar. ROA ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan
laba kotor sehingga semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik kemampuan
atau kinerja bank.
Performing
Loan
(NPL)
yang
diteliti
oleh
Mawardi
(2005)
10
PENDAPATAN
OPERASIONAL
TERHADAP
KINERJA
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan yang
Batasan Masalah
Variabel bebas yang digunakan untuk penelitian ini adalah Non Performing
Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), sedangkan variabel terikatnya adalah ROA
untuk mewakili kinerja keuangan bank.
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji secara empiris:
11
1. Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial
terhadap kinerja keuangan bank umum konvesional yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2014.
2. Pengaruh Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan
terhadap kinerja keuangan bank umum konvesional yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2014.
1.5
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan
terutama perusahaan perbankan yang ingin menerapkan rasio-rasio Non
Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai upaya
peningkatan kinerja keuangan bank, efisiensi biaya operasional, dan
menyalurkan kredit secara efisien.
2. Manfaat bagi akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi teman-teman
mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan melakukan penulisan ilmiah
mengenai pengaruh Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio
(LDR) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap kinerja keuangan bank umum konvesional
12