You are on page 1of 24

GANGGUAN BERBAHASA LATAH PADA ORANG TUA

Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikolinguistik


Dosen Pengampu : Prembayun Miji Lestari, S.S., M.Hum.

oleh
Uripatul Aeni
2611411005

PRODI SASTRA JAWA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas petunjuk, kekuatan, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Penulis juga menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, motivasi dari
beberapa pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terima kasih, kepada :
1. Ibu Prembayun Miji Lestari, S.S., M.Hum. selaku dosen mata kuliah Psikolinguistik,
yang telah memberikan motivasi, saran, masukan dan ilmu yang beliau berikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas akhir semester.
2. Orang tua yang senantiasa mendoakan saya selaku penulis sehingga tugas ini bisa
selesai pada waktunya tanpa gangguan yang berarti. Bagaimanapun ridha orang tua
adalah ridha Allah SWT.
Semoga amal kebaikannya akan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam makalah yang penulis buat ini,
untuk itu penulis menerima dengan senang hati apabila ada kritikan dari pihak manapun
sehingga dapat membangun kemampuan penulis dan terus berusaha dan belajar dari
kesalahan.
Akhirnya penulis berdoa semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca pada umumnya.

Semarang, 25 Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
1.1

Latar Belakang...................................................................................................................

1.2

Rumusan Masalah.............................................................................................................

1.3

Tujuan.................................................................................................................................

1.4

Manfaat..............................................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................................


2.1

Pengertian Latah...............................................................................................................

2.2

Penyebab Timbulnya Gangguan Latah............................................................................

2.3

Macam-macam dan Bahaya Latah...................................................................................

2.4

Latah, Penyakit atau Kebiasaan?.....................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................................


3.1

Pendekatan.........................................................................................................................

3.2

Teknik Pengumpulan Data................................................................................................

3.3

Teknik Analisis Data..........................................................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN.........................................................................................................


4.1

Identitas..............................................................................................................................

4.2

Pelaksanaan Wawancara dan Observasi..........................................................................

4.3

Hasil Observasi dan Wawancara......................................................................................

BAB V PENUTUP.............................................................................................................................
4.1

Simpulan Berdasarkan Hasil............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................

LAMPIRAN.......................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbahasa merupakan proses mengkomunikasikan bahasa
tersebut. Proses berbahasa sendiri memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh
otak manusia untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat. Secara teoritis proses berbahasa
dimulai dengan enkode semantik, enkode gramatika dan enkode fonologi. Enkode semantik
dan enkode gramatika berlangsung dalam otak, sedangkan enkode fonologi dimulai dari otak
lalu diteruskan pelaksanaannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan sistem syaraf otak
bicara. Ketiga enkode tersebut berkaitan dalam kegiatan produksi bahasa seseorang yang
juga berkaitan erat dengan hubungan antara otak dan organ bicara seseorang. Manusia yang
normal fungsi otak dan alat bicaranya tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, bagi
mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan
dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Jadi, kemampuan berbahasa terganggu.
Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses
berkomunikasi dan berbahasa. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya
gangguan berbahasa, yang kemudian faktor-faktor tersebut akan menimbulkan gangguan
dalam berbahasa. Gangguan berbahasa itu bermacam-macam. Diantaranya yang akan diteliti
lebih lanjut adalah mengenai latah atau ekollala. Untuk lebih mengerti mengenai gangguan
berbahasa yang satu ini, penulis meneliti dua orang tua yang mengalami gangguan berbahasa
latah yang bernama Masitoh dan ibu Kasmumah.
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa yang menyebabkan timbulnya latah ?
3. Bagaimana perilaku latah yang ditampilkan ?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi tentang (1) hal-hal yang
menyebabkan timbulnya latah, (2) Jenis perilaku latah yang ditampilkan

1.4 Manfaat
1. Manfaat Praktis
1

Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam bidang Psikolinguistik


terutama yang menyangkut masalah gangguan berbahasa, khususnya gangguan
berbahasa latah.
2. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah referensi dalam
bidang psikolinguistik.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Latah
2

Pengertian latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo atau
menirukan apa yang dilakukan orang lain. Tetapi, sebenarnya latah merupakan suatu sindrom
yang bersifat jorok dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, pengertian latah mempunyai arti:
1. Menderita sakit saraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain.
2. Berkelakuan seperti orang gila, misalnya; karena kehilangan orang yang dicintai.
3. Meniru-niru sikap, perbuatan, atau kebiasaan orang atau bangsa lain.
4. Mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh, jorok, berkenaan dengan kelamin.
Latah adalah suatu tindak kebahasaan pada waktu seseorang terkejut atau dikejutkan,
tanpa sengaja mengeluarkan kata-kata secara spontan dan tidak sadar dengan apa yang
diucapkannya, (Soenjono Dardjowidjojo, 2003 : 154).
Maramis (dalam Chaer, 2002: 154) mengatakan bahwa awal mula timbulnya latah
menurut mereka yang terserang latah adalah setelah bermimpi melihat banyak sekali penis
laki-laki sebesar dan sepanjang belut. Latah ini punya korelasi dengan kepribadian histeris.
Kelatahan ini merupakan excause atau alasan untuk dapat berbicara dan bertingkah laku
porno, yang pada hakikatnya berimplikasi invitasi seksual.
Selanjutnya, menurut Psikolog Eva Septiana Barlianto M.Si, latah adalah kebiasaan
mengulang kata-kata terakhir yang diucapkan berkali-kali terutama pada kondisi kaget atau
situasi tidak sesuai dengan orang yang bersangkutan. Latah bisa berupa kata lengkap atau
hanya potongan kata paling akhir. Khaltarina mengungkapkan bahwa, latah memiliki
dimensi gangguan fungsi pusat syaraf, psikologis, dan sosial. Berdasarkan kajian yang
dilakukan, gangguan latah biasanya tumbuh dalam masyarakat terbelakang yang menerapkan
budaya otoriter. Latah dianggap sebagai satu sindrom budaya masyarakat setempat.
Menurut Soenjono Dardjowidjojo ( 2003: 154 ) latah mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
1. Latah hanya terdapat di Asia Tenggara
2. Pelakunya hampir semua wanita

3. Kata-kata yang dikeluarkan umumnya berkaitan dengan seks atau alat kelamin pria
atau jantan
4. Kalau terkejutnya berupa kata, maka si latah juga bisa mengulang kata itu saja.
Contoh: bila si A dikejutkan dengan kata kuda, maka konon dia juga akan berkata
kuda.
Jadi, berdasarkan pendapat ahli di atas diambil kesimpulan bahwa latah merupakan
gangguan berbicara yang tidak jelas asal-usulnya, namun karena fungsi syaraf otak yang
salah. Pada umumnya latah terjadi karena perilaku lingkungan sosial dari penderita latah
tersebut.
Latah adalah sebuah perilaku yang kadang mengganggu dalam berkomunikasi.
Perkataan dan kadang disertai gerakan yang berulang-ulang membuat penderita latah terlihat
tersiksa dengan kondisinya.
Latah hanya ditemukan pada rumpun bahasa melayu, khususnya rumpun bahasa di
Asia Tenggara, jadi latah bersifat sistemik pada logat bahasa. Ini kemungkinan dipengaruhi
oleh kosakata yang banyak kita temukan berulang pada kosakata bahasa melayu yang tidak
ditemukan pada bahasa-bahasa lain. Misalnya kata sering-sering, kupu-kupu, pagi-pagi,
jalan-jalan dan seterusnya. Kosakata dalam bahasa melayu, bahkan semuanya bisa dibuat
berulang-ulang. Kemungkinan inilah yang menyebabkan latah hanya ditemukan pada rumpun
bahasa melayu tersebut.
Gangguan latah lebih banyak di dapat dan diderita oleh orang yang masih lajang
(remaja-dewasa). Jika gangguan latah dibawa sampai tua, gangguan ini susah untuk
disembuhkan lagi.
2.2 Penyebab Timbulnya Gangguan Latah
Latah adalah sebuah fenomena gangguan yang hanya ditemukan di Asia Tenggara
khususnya pada rumpun bahasa melayu. Dalam kajian ilmu psikologi latah termasuk Patologi
Terkait Budaya (Culture Bound Psychopathology). Jadi latah muncul karena adanya
pengaruh budaya dan kebiasaan setempat, yang akan mempengaruhi tingkah laku seseorang
yang berada pada budaya tersebut.
4

Tetapi, latah adalah sebuah kebiasaan yang abnormal, dengan tingkat risiko tertular
penyakit latah antar orang yang satu dengan yang lain tentu tidak sama. Faktor pemicunya
pun tidak sama, antara lain:
1. Faktor Pemberontakan
Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang, tanpa
merasa salah. Gejala ini semacam gangguan tingkah laku. Lebih ke arah obsesif
karena ada dorongan tidak terkendali untuk mengatakan atau melakukan sesuatu.
2. Faktor Kecemasan
Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap sesuatu
tanpa ia sadari. Rata-rata, dalam kehidupan pengidap latah, selalu terdapat tokoh
otoriter, bisa ayah atau ibu atau di luar lingkungan keluarga. Latah dianggap jalan
pemberontakannya terhadap dominasi orang tua yang sangat menekan.
3. Faktor pengondisian
Inilah yang sering disebut latah karena ketularan. Seseorang mengidap latah karena
dikondisikan lingkungan, misalnya di saat latah, seseorang merasa diperhatikan
lingkungannya. Dengan begitu, latah juga merupakan upaya mencari perhatian.
4. Faktor pikiran
Faktor ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya latah. Hal ini
disebabkan sebagai akibat dari suatu permasalahan berat atau suatu kejadian yang
sulit untuk dilupakan, sehingga tanpa ia sadari ia mengalami latah dalam dirinya.
Latah memang bukan gangguan psikologis yang serius dan malah banyak orang
menganggapnya sebagai hiburan atau sesuatu yang lucu. Namun jika seseorang ingin tampil
berwibawa atau tidak ingin lagi menjadi bahan godaan / tertawaan orang lain, maka harus
menghilangkan kebiasaan latah tersebut.
2.3 Macam-Macam dan Bahaya Latah
1. Ada empat macam latah yang kita ketahui, yaitu:
a. Ekolalia: mengulangi perkataan orang lain
b. Ekopraksia: meniru gerakan orang lain
c. Koprolalia: mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor
d. Automatic obedience: melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut,
misalnya; ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah seperti sujud atau
peluk, ia akan segera melakukan perintah itu.
2. Bahaya Latah
Latah sangat menyiksa jika mengobservasi penderitanya. Mereka kelihatan sangat
terganggu dengan segala tingkah lakunya yang repetitif baik dari segi verbal maupun
motorik. Bahaya lainnya adalah:
5

a. Mengekang Kreatifitas. Karena kita sudah terbiasa untuk meniru orang lain,
berbuat seperti orang lain bertingkah laku. akhirnya kita kehilangan daya untuk
mencipta hal-hal yang baru, yang lebih segar dan kita akan mapan dengan
kejumudan. be a leader dont be a follower.
b. Mengikis keberagaman. Jangan harap menemukan hal-hal baru jika budaya ini
terlanjur menjadi akut. semua orang akan memilih untuk seragam ketimbang
bersusah payah membuat hal yang sama sekali lain. Bisa-bisa slogan kita akan
berubah dari walaupun berbeda namun tetap satu jua menjadi walaupun satu
asalkan berbeda-beda. Baik Buruknya Tergantung Peniruan Menurut Evi Elviati,
Psi., psikolog dari Essa Consulting Group, baik buruknya anak bersikap latah
terhadap sang teman tergantung apa yang ditirunya. Jika sifatnya negatif, maka
orang tua harus segera menghentikan dengan memberinya penjelasan kepada anak.
Sebaliknya, jika yang dicontoh adalah hal-hal positif, maka orang tua justru harus
memberikan dukungan agar anak terus melakukan hal itu.
c. Latah adalah tingkah laku yang bisa dipelajari sehingga dapat menyebar ke orangorang disekitarnya.
d. Membuat komunikasi dan tingkah laku kelihatan kurang etis jika menderita latah.
e. Jika terjadi pada anak, akan menjadi ajang cemoohan bagi teman-temannya,
sehingga anak akan menarik diri dari pergaulan sosialnya atau minder.
2.4 Latah, Penyakit atau Kebiasaan?
Gangguan latah dalam ilmu bahasa dan komunikasi termasuk dalam kajian
psikolinguistik, yaitu sebuah cabang ilmu yang mempelajari psikologi dan linguistik
(bahasa). Dalam ilmu psikolingustik, latah termasuk dalam kelompok gangguan psikogenik.
Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi (2006 : 396) mengatakan, penyakit psikogenik
adalah satu penyakit fungsional yang tidak diketahui basis organiknya, karena itu, mungkin
disebabkan oleh konflik atau tekanan atau stress emosional.
Gangguan berbicara psikogenik adalah variasi cara berbicara yang normal, yang
merupakan ungkapan dari gangguan di bidang mental. Modalitas mental yang terungkap oleh
cara berbicara sebagian besar ditentukan oleh nada, intonasi, dan intensitas suara, lafal, dan
pilihan kata. Ujaran yang berirama lancar atau tersendat-sendat dapat juga mencerminkan
sikap mental si pembicara.
Latah adalah sebuah gangguan yang tidak mempunyai hubungan dengan gangguan
fisiologi otak yang merupakan pusat bahasa (pusat broka). Latah adalah sebuah gangguan
6

yang merupakan kebiasaan yang didentifikasi (menurut teori behavioris) ataupun karena
adanya tekanan dan kecemasan (menurut teori psikoanalisa). Dia adalah kebiasaan yang
diulang-ulang, dan terkadang orang mengalami latah, merasa senang dirinya mengalami
latah, sehingga tidak ada kemauan untuk menghilangkan kebiasaan latahnya tersebut.
Dalam ilmu psikologi, semua gangguan mempunyai sumber penyebab. Pandangan
mengenai sumber penyebab ini yang membedakan terapi-terapi psikologis, termasuk terapi
latah. Misalnya teori behavioris memandang bahwa latah adalah sebuah imitasi dan
identifikasi perilaku, sehingga metode terapinya adalah terapi tingkah laku.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun jenis dan ciri metode penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut :
7

Beberapa karekterisitik penelitian kualitatif, antara lain dapat disebutkan :


a) Pengungkapan makna (meaning) merupakan hal yang esensial;
b) Latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung;
c) Peneliti sendiri merupakan instrumen kunci.
d) Data kualitatif untuk mengungkap realitas ganda antara peneliti dan informan.
e) Sampel bertujuan (purposive sampling) sehingga mengutamakan data langsung.
f) Analisis data induktif, lebih memudahkan pendeskripsian konteks yang muncul.
g) Teori mendasar (grounded theory), yaitu mengarahkan penyusunan teori yang
mendasar dan dari lapangan langsung.
h) Disain bersifat sementara karena pola lapangan sulit dibakukan terlebih dahulu, disain
tampil dalam proses penelitian (emergent, evolving, developing).
i) Pensepakatan hasil terhadap makna dan tafsir atas data langsung dari sumbernya.
j) Modus laporan studi kasus agar terhindar dari bias akibat interaksi peneliti dengan
responden.
k) Penafsiran idiografik atau keberlakuan khusus yang diarahkan dalam penafsiran data
kualitatif, bukan nomotetik (keberlakuan umum).
l) Aplikasi tentatif akibat realitas ganda dan berbeda-beda.
m) Ikatan konteks terfokus, karena tuntutan pendekatan holistik.
n) Kreteria keabsahan, meliputi kredibilitas, transferbilitas, dependabilitas, dan
konfirmabilitas.
Hasil penelitian pendekatan kualitatif ini kemudian digambarkan dengan menggunakan
metode Statistika deskriptif. Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan
dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang
berguna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan
sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang
lebih besar. Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah, tabel, diagram, grafik, dan
besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data
yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti
dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini
antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus
data.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
8

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kali ini ada adalah teknik
wawancara dan observasi.
1. Teknik Wawancara
Menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam A. Sonhadji K.H (1994) wawancara dinyatakan
sebagai suatu percakapan dengan bertujuan untuk memperoleh kontruksi yang terjadi
sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan,
kerisauan dan sebagainya ; selanjutnya rekonstruksi keadaan tersebut dapat diharapkan
terjadi pada masa yang akan datang ; dan merupakan verifikasi, pengecekan dan
pengembangan informasi ( konstruksi, rekonstruksi dan proyeksi) yang telah didapat
sebelumnya.
Tahap-tahap wawancara meliputi :

Menentukan siapa yang diwawancarai

Mempersiapkan wawancara

Gerakan awal

Melakukan wawancara dan memelihara agar wawancara produktif

Menghentikan wawancara dan memperoleh rangkuman hasil wawancara

2. Teknik Observasi
Teknik observasi ini mula-mula dipergunakan dalam etnografi. Etnografi adalah
studi tentang suatu kultur. Tujuan utama etnografi ini adalah memahami suatu cara
hidup dari pandangan orang-orang yang terlibat didalamnya. Spradley (1980)
mengemukakan tiga aspek pengalaman manusia, apa yang dikerjakan (cultural
behavior) apa yang diketahui (cultural knowledge) dan benda-benda apa yang dibuat
dan dipergunakan (cultural artifacts), ketiga aspek ini yang dipelajari , apabila seorang
peneliti ingin memahami suatu kultur.
Lincoln dan Guba (1985) dalam A. Sonhadji K.H. , mengklasifikasikan observasi
menurut tiga cara :

Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan atau non


partisipan,

Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang (overt) atau penyamaran
(convert). Walaupun secara etis dianjurkan untuk terus terang, kecuali untuk
keadaan tertentu yang memerlukan penyamaran.
9

Ketiga menyangkut latar peneliti. Observasi dapat dilakukan pada latar alami
atau dirancang (analog dengan wawancara tak struktur dan wawancara
terstruktur). Untuk observasi yang dirancang bertentangan dengan prinsif
pendekatan kualitatif, yaitu fenomena diambil maknanya dari konteks sebanyak
dari karateristik individu yang berada dalam konteks tersebut. Oleh karena itu
teknik observasi yang kedua ini tidak dilakukan dalam penelitian kualitatif.

3.3 Teknik Analisis Data


Teknik penelitian yang dipergunakan adalah analisis deskriptif presentase yakni analisa
dalam penelitian digunakan untuk mengetahui dan menggambarkan mengenai keadaan
variabel. Dari variabel tersebut lebih lanjut ditafsirkan dengan menggunakan tabel kriteria
yang telah dibuat, dan kemudian data-data yang diperoleh ditarik kesimpulan mengenai
presepsi mahasiswa tentang tema yang diambil.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Identitas
a. Identitas Subjek I
Nama
Jenis Kelamin
Tempat/tanggal lahir
Usia
Tahun Agama

: Masitoh
: Perempuan
: Brebes, 19 Februari 1961
: 51 Tahun
: Islam
10

Suku
: Jawa
Pendidikan Terakhir
: MI (Madrasah Ibtidaiyah)
Alamat
: Kr Mulya Benda Sirampog Brebes 52272
Profesi
: Petani
Lama latah
: 25 Tahun
b. Identitas Subjek II
Nama
: Kasmumah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat/tanggal lahir
: Brebes, 14 Februari 1963
Usia
: 49 Tahun
Tahun Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan Terakhir
: MI (Madrasah Ibtidaiyah)
Alamat
: Kratagan Benda Sirampog Brebes 52272
Lama latah
: Hubungan dengan Subjek I : Teman
4.2 Pelaksanaan Wawancara dan Observasi
Subjek I :
Hari/Tanggal
: Rabu, 19 Desember 2012
Waktu
: Pukul 09.00 s/d 18.00 WIB
Tempat
: Rumah subjek dan lingkungan
Subjek II :
Hari/Tanggal
: Jumat, 21 Desember 2012
Waktu
: Pukul 09.00 s/d 18.00 WIB
Tempat
: Warung Subjek
4.3 Hasil Observasi dan Wawancara
4.3.1.1 Subjek I
Observasi Subjek I dilaksanakan di ruang tamu subjek, saat peneliti sedang
mengunjungi anak subjek yang tidak lain adalah teman satu sekolah saat dibangku
SD dan SMA. Dari observasi yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara
tersebut dihasilkan beberapa hasil diantaranya :
1. Penyebab timbulnya latah
Ibu Masitoh yang merupakan penyandang latah yang merupakan subjek
pertama penelitian ini merupakan salah satu seorang ibu yang bertugas sebagai
ibu rumah tangga sekaligus ibu yang bekerja sebagai buruh tani. Beliau adalah
istri dari bapak Solikhin. Dari pernikahan dengan bapak Solikhin Beliau
11

dikaruniai sembilan anak. Adapun sembilan anak tersebut adalah sebagai


berikut:

Anak pertama
Anak kedua
Anak ketiga
Anak keempat
Anak kelima
Anak keenam
Anak ketujuh
Anak kedelapan
Anak kesembilan

: Sikha
: Soleh
: Solekhah
: Taufikuurahman
: Nisfatul Fajriya
: Nur Fadilah
: Ali (Bogem)
: Eti Nur baeti
: Faiq

Akan tetapi, dari kesembilan anak tersebut lima diantaranya meninggal. Mereka
adalah anak nomor satu, tiga empat, lima dan enam. Mereka meninggal dikarenakan
rumah mereka yang tergolong angker (menurut kepercayaan keluarga tersebut). Hal
ini diperkuat dengan cara meninggal anak-anak mereka yang tidak wajar. Mereka
meninggal di saat umur mereka tergolong masih muda, karena belum sampai
menginjak umur satu tahun.
Hal tersebut di atas tentu manjadikan kedua orang tua tersebut menjadi stress
(bukan gila). Terlebih yang menjadi ibu, yang notabene mengandung mereka hingga
mereka dilahirkan. Ibu mana yang tidak sedih saat buah hatinya meninggal dengan
cara yang tidak wajar dan dalam usia yang masih muda. Akibatnya, hal tersebut
menjadikan stresnya pikiran dan bahkan hingga menjadi pemicu ia mengalami
gangguan latah.
Dari peristiwa di atas dapat diambil kesimpulan bahwa latah yang dialami
oleh si ibu atau dalam penelitian kali ini adalah subjek I, timbul sebagai akibat dari
stresnya memikirkan kelima anaknya yang meninggal secara tidak wajar dan dalam
usia yang sangat muda.
Jika ditinjau ulang, faktor penyebab timbulnya latah pada subjek I ini
merupakan faktor pikiran. Karena dalam hal ini si subjek memikirkan suatu kejadian
yang merupakan kejadian berat yakni meninggalnya kelima anaknya yang tidak wajar
dan masih dalam usia sangat muda.
2. Bentuk Pernyataan Bahasa pada Penyandang Latah.
Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo atau
menirukan apa yang dilakukan orang lain. Akan tetapi latah yang terjadi pada subjek
12

I kali merupakan latah yang tidak seperti umumnya. Karena pada umumnya latah
menirukan omongan orang lain. Akan tetapi gangguan berbahasa latah pada subjek I
ini seakan-akan sudah berpola. Dikarenakan saat ia latah ia hanya menggunakan
kata-kata tertentu dalam latahnya yakni dengan menggunakan kata:

Arip (keponakan)
Khojin (saudara jauh)
Joleh (adik kandung)
Mudah (adik kandung)

Merupakan beberapa kata yang sering dan diucapkan saat ia sedang latah.
Dalam latahnya tersebut ia justru tidak menggunakan nama anak-anaknya yang
meninggal yang merupakan akibat ia menjadi latah. Ia justru memanggil nama adik,
keponakan dan saudara jauhnya. Penyebab pastinya belum begitu jelas, ia hanya
menuturkan bahwa yang menjadi penyebab latah tersebut semenjak anak-anaknya
meninggal dan yang terucap adalah nama adik-adiknya dan keponakan, dan saudara
jauhnya.
Dalam pengucapan kata-kata tersebut, terdapat urutan tetap. Maksudnya adalah
saat si subjek I ini mengalami latah, ia menuturkan kespontanitasnya dengan
menggunakan kata kata tersebut secara urut. Adapun urutannya adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.

Joleh (adik kandung)


Mudah (adik kandung)
Arip (keponakan)
Khojin (saudara jauh)

Kata-kata tersebut terrucap saat ia hendak memanggil anak-anaknya,


memanggil orang lain yang ia kenal dan orang yang belum dikenal sama sekali,
menawarkan makanan atau minuman pada tamu yang dirumahnya, dan dikagetkan
oleh orang lain.
Sebagai salah satu hasil observasi adalah saat ia hendak memanggil anaknya
yang ketujuh yang bernama Eti, ia justru memanggil dengan sebutan Joleh, Mudah,
Arip, Khojin, tanpa terucap nama anak yang dimaksud. Sehingga untuk
mempermudah komunikasinya ia menyentuh si anak (jika anak yang lain berada
dalam satu ruangan), akan tetapi jika hanya ada salah satu anak di dalam rumah
tersebut maka si anak pasti sudah tahu siapa yang dimaksud oleh ibu mereka. Hal ini
menjadi salah satu penyebab tak pernah terpanggilnya nama anak-anak subjek I saat
dipanggil olehnya.
13

Selain itu kata-kata tersebut terucap saat ia hendak menawarkan makanan atau
minuman kepada tamu. Salah satu kalimatnya adalah
Eh, Joleh, Mudah, Arip, Khojin, kepengin minum apa, engko kanyulkanyul?
Padahal yang dimaksud adalah seorang tamu yang meruapakan teman dari anakmya.
Kemudian kata-kata tersebut terucap juga saat subjek I dikagetkan, entah itu
dari depan maupun belakang, dengan cara ditepuk bahunnya atau hanya disikut
perutnya. Akan tetapi, kali ini terdapat tambahan kata-kata yang ia ucapkan,
diantaranya seperti kata kanyal-kanyul, eh cus cus, cemplak, dan mencolat ayame.
Saat latah dalam kondisi seperti iti, latahnya bisa berdurasi satu menit. Dalam
waktu satu menit tersebut, secara bolak-balik hanya dengan mengucapkan kata-kata
Joleh, Mudah, Arip, Khojin ketambahan kata kanyal-kanyul dan lain-lain seperti
yang telah disebutkan di atas.
Latah yang dialami oleh subjek I hanya latah secara verbal (perkataan), bukan nonverbal (tindakan), dikarenakan saat ia disuruh untuk melakukan sesuatu, ia hanya kaget
dengan mengucapkan kata cus-cus, cemplak, kanyal-kanyul, dan lain-lain.
Menurut pengakuannya, latah yang dialaminya merupakan suatu anugerah sebab ia
bisa menghibur dirinya sendiri dan orang lain. Ia merasa ia tak pernah sedih semenjak
mengalami latah tersebut. Dalam kondisi sesedih apapun seperti saat ia tidak punya uang
sama sekali, ia tetap bisa tertawa bahkan tetap bisa menghibur orang lain disekelilingnya.
4.3.1.2 Subjek II
Observasi dan wawancara Subjek II dilaksanakan di warung subjek II, tepatnya
dimana warung tersebut adalah tempat untuk menjual bakso milik subjek II,
penelitian dilaksanakan saat membeli bakso sekaligus saat subjek II melayani para
pembeli bakso yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara. Dari observasi dan
wawancara tersebut dihasilkan beberapa hasil.
1. Penyebab timbulnya latah
Bu kasmunah atau yang lebih akrab dipanggil dengan nama ibu Munah
merupakan salah satu warga di dukuh Kratagan Desa Benda Kecamatan Sirampog
14

Kabupaten Brebes. Ia berprofesi sebagai penjual bakso di rumahnya. Suaminya turut


serta sebagai penjual bakso. Akan tetapi ibu Kasmunah menjual baksonya di warung
depan rumahnya. Sedangkan suaminya berjualan dengan cara berkeliling desa.
Ibu Munah, atau subjek ke II ini menuturkan bahwa, dirinya mengalami
gangguan berbahasa yang berupa latah ini dikarenakan karena ia mengikuti teman
temannya, seperti ibu Tasriah (tetangga dekat, sekaligus teman saat di sawah), ibu
Masoitoh atau subjek I. Ia mengaku bahwa sebelum ia menikah, ia hidup secara
normal. Tidak mengalami gangguan yang berupa latah ini. Akan tetapi, kemudian ia
menjadi latah setelah ia bertemu dengan mereka di dalam sutau majlis pengajian,
sawah (setelah si subjek II selesai berjualan bakso), dan percakapan sehari-hari saat
di rumah.
Dilihat dari penyebab tersebut di atas, latah yang dialami subjek II termasuk ke
dalam faktor pengondisian. Dimana faktor pengondisian inilah yang sering disebut
latah karena ketularan. Seseorang mengidap latah karena dikondisikan lingkungan, ia
menjadi latah sebagai kaibat dikarenakan tertular oleh teman-temannya.
2. Bentuk Pernyataan Bahasa pada Penyandang Latah.
Latah yang dialami oleh ibu Kasmunah merupakan latah yang seperti latah
pada kebahanyakan orang. Seperti yang diketahui ada beebrapa macam latah,
diantaranya :

Ekolalia: mengulangi perkataan orang lain


Ekopraksia: meniru gerakan orang lain
Koprolalia: mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor
Automatic obedience: melaksanakan perintah secara spontan pada
saat terkejut, misalnya; ketika penderita dikejutkan dengan seruan
perintah seperti sujud atau peluk, ia akan segera melakukan
perintah itu.

Latah yang dialami oleh ibu Kasmunah adalah macam latah yang
terdapat pada nomer satu, yakni latah ekolalia (mengulangi perkataan orang
lain). Ia hanya akan menirukan perkataan orang lain saat ia dikegetkan.

15

Dikarenakan saat ia latah, ia menirukan apa yang dikatakan oleh orang lain
ketika mengagetkan dirinya tanpa dengan tindakan. Latah yang seperti ini adalah
latah yang berbentuk verbal (perkataan).
Sebagai contoh saat seseorang yang mengagetkannya dengan perkatan Bi
Munah, Bi Munah..
Maka jawaban dari ibu Munah adalah dengan memanggil namanya sendiri,
yakni : Eh, ya Bi Munah Bi Munah.
Saat ia dikagetkan dengan menggunakan kata Rika lagi apa wa...
Maka jawabannya adalah Eh ya,, kiye lagi apa lagi apa..
Saat ia dikegetkan dengan cara ditepuk bahunya maka jawaban yang keluar
dari mulutnya adalah Eh ya cus, cus, cus.. eh cus.
Menurutnya latah yang sedemikan itu menjadi suatu hal yang menghibur
dirinya dan orang lain di saat sedang banyak permasalahan.
Menurut suaminya yang tidak lain juga berprofesi sebagai penjual bakso
keliling, latah yang dialaminya juga menjadi pemicu larisnya bakso yang ia dan
sanhg istri jual. Mereka menjadi langganan tetap di samping karena baksonya yang
tergolong enak, penjualnya juga yang ramah, lucu, baik, dan mampu menjadi hiburan
di saat mereka sedang makan bakso di warungnya.

16

BAB V
PENUTUP
4.1 Simpulan Berdasarkan Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor pikiran adalah faktor penyebab subjek I menjadi latah. Latah tersebut
diperoleh subjek karena fikiran yang stres akibat memikirkan lima dari sembilan
anaknya yang meninggal secara tidak wajar dan dalam usia yang masih sangat
muda. Kemudian penyebab timbulnya latah pada subjek II adalah faktor
pengondisian. Dimana subjek II mendapat gangguan latah dengan sendirinya
tanpa sadar sebagai akibat dari pergaulan sehari-hari di lingkungan rumah maupun
tempat kerja seperti sawah dengan teman-temannya seperti subjek I dan ibu
Tasriah.
2. Jenis perilaku latah yang ditampilkan kedua subjek berupa latah verbal. Latah
verbal yang tergambar dalam diri subjek I yaitu mengucapkan kata-kata yang
hampir berpola seperti . Joleh, Mudah, Arip, dan khojin. Selain itu ada pula kata
lain seperti kanyal-kanyul, cus, cemplak, dan lain-lain. Sedangakan subjek II
dalam perilakunya adalah dengan menirukan dengan apa yang diucapkan oleh
seseorang yang mengagetkan subjek II. Misalkan yang mengagetkan dengan kata
ayam maka subjek II pun akan mengucapakan kembali atau menirukan kembali,
akan tetapi dengan beberapa kali Eh ayam ayam ayam.
Dipandang dari timbulnya kata-kata dalam diri masing-masing subjek itu berbedabeda. Pada subjek I, biasanya latahnya keluar saat ia hendak memanggil

17

seseorang, sedangkan pada subjek II, latahnya keluar saat ia dikagetkan oleh
orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta. PT
Gramedia Pustaka Utama.
........, Metode Penelitian Kualitatif. 2010. Banjarmasin: Seminar Metodologi Penelitian
Program Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24440/5/Chapter%20I.pdf

diunduh pukul 19.00, tanggal 1 Desember 2012.


http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/viewFile/10730/10290

diunduh pukul 18.30, tanggal 1 Desember 2012.


http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-latah.html

diunduh pukul 15.30, tanggal 3 Desember 2012.


http://www.psychologymania.com/2012/03/latah-bisa-menular.html

diunduh pukul 19.33, tanggal 3 Desember 2012.


http://www.psychologymania.com/2012/03/penyebab-timbulnya-gangguan-latah.html

diunduh pukul 19.41, tanggal 3 Desember 2012.


http://www.psychologymania.com/2012/03/latah-penyakit-atau-kebiasaan.html

diunduh pukul 19.55, tanggal 3 Desember 2012.

18

LAMPIRAN

19

Subjek I
Gambar Subjek I : Salah satu aktifitas Subjek I saat di Rumahnya

Subjek II
Gambar Subjek II : Salah satu aktifitas Subjek II

20

4.1.1.1.1

4.1.1.1.2
4.1.1.1.3
4.1.1.1.4
4.1.1.1.5
Rekaman
dengan Subjek II
4.1.1.1.6
4.1.1.1.7
4.1.1.1.8
4.1.1.1.9
4.1.1.1.10
4.1.1.1.11

21

You might also like