Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN
Disusun oleh:
Offering G
Kelompok 1
Afifah Nur Aini
(130342603484)
(130342615328)
Khaizzatul Mufarrokhah
(130342615330)
Lailatul Qomariyah
(130342603489)
(130342603485)
(130342603482)
A. Topik
Pewarnaan endospora dan identifikasi bakteri dari letak endosporanya
B. Waktu Pelaksanaan
Hari: Selasa
Tanggal: 11 Februari 2014
Tempat: Laboratorium mikrobiologi (O5 303) Universitas Negeri Malang
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa dapat melakukan pewarnaan endospora.
2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi bakteri dari letak endospora pada
bakteri
D. Dasar Teori
Endospora adalah struktur spesifik yang ditemukan pada beberapa jenis
bakteri. Karena kandungan air endospora sangat rendah bila dibandingkan
dengan sel vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat dan sangat
refraktil bila dilihat di bawah mikroskop. Endospora sangat sukar diwarnai
dengan pewarna biasa, sehingga harus digunakan pewarna spesifik dan yang
biasa digunakan adalah malachite green. (Darkuni. 2001)
Dua jenis bakteri yang dapat membentuk spora misalnya Clostridium dan
Bacillus. Clostridium adalah bakteri yang bersifat anaerobic, sedangkan
Bacillus pada umumnya bersifat aerobic. Struktur endospora mungkin
bervariasi untuk setiap jenis spesies, tapi umumnya hamper sama. Endospora
bakteri merupakan struktur yang tahan terhadap keadaan lingkungan yang
ekstrim misalnya kering, pemanasan, dan keadaan asam.
Bakteri pembentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan, sinar,
kekeringan, panas, dan kedinginan. Kebanyakan bakteri pembentuk spora
tinggal di tanah, namun spora bakteri dapat tersebar di mana saja.
Pembentukan Endospora
Pada kondisi yang tidak menguntungkan beberapa bakteri seperti
Bacillus, dan Clostridium memproduksi bentuk pertahanan hidup yang
disebut endospora. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Spora bakteri berbeda
dengan spora pada jamur, pada bakteri sporanya tidak mempunyai fungsi
sebagai alat reproduksi. Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan
ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun
(desinfektan, antibiotic) dan radiasi UV. Merupakan fase tidur dari bakteri.
Endospora
mampu
bertahan
sampai
kondisi
lingkungan
kembali
berlangsung lama.
Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel praspora. Masing-masing sel menerima DNA anakan. Selanjutnya terjadi
fagositosis sel praspora oleh sel induk, sehingga sel praspora menjadi
bentukan yang disebut protoplas.
Tahap ketiga adalah perkembangan protoplas yang disebut perkembangan
spora-awal (forespore). Pada perkembangan spora-awal belum terbentuk
peptidoglikan, sehingga bentuk spora-awal tidak beraturan (amorfus).
Pembentukan
korteks
(peptidoglikan).
Spora-awal
menyintesis
dan
pembungkus
spora
berbeda.
dan
dormansi
endospora.
Tahap terakhir adalah pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga
spora yang telah matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolic yang terjadi
sampai spora siap untuk melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya
berlangsung sekitar 15 jam.
Fungsi Endospora
Endospora dibentuk oleh bakteri, pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan, missal kekurangan nutrisi dan air, suhu yang sangat panas
atau sangat dinging serta racun. Endospora berupa tubuh berdinding tebal dan
sangat resisten (tahan).
Fungsi Endospora ini sebagai pelindung dari bakteri. Endospora
mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding
endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan
terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi
lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
Endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang kurang
menguntungkan daripada sel vegetatif bakteri. Proses pembentukan spora
dinamakan proses sporulasi. setelah kondisi lingkungan membaik, endospora
akan pecah menjadi sel vegetatif kembali, dinamakan proses germinasi.
Metode Pengecatan Endospora
Endosopora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya,
tetapi sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang
menjadi dasar dari metode pengecatan spora secara umum. Pada metode
Schaeffer-Fulton yang banyak dipakai dalam pengecatan endospora,
endospora diwarnai pertama dengan malachite green dengan proses
pemanasan. Larutan ini merupakan pewarna yang kuat yang dapat
berpenetrasi ke dalam endospora.
Setelah perlakuan malachite green, biakan sel dicuci dengan air lalu
ditutup dengan cat safranin. Teknik ini akan menghasilkan warna hijau pada
endospora dan warna merah muda pada sel vegetatifnya.
E. Alat dan Bahan
Alat:
Mikroskop
Kaca perparat
Kaca penutup
Lampu spiritus
Menutup bakteri dengan kertas hisap dan di genangi dengan zat warna
larutan hijau malakit 0,5%
Meletakkan kaca benda di atas air mendidih selama 5 menit
Mengawasi kaca benda selama proses pemanasan agar tidak kering
Membilas dengan air kran sampai sisa air bilasan menjadi bening
Menggenangi kaca benda dengan pewarna safranin 0,5% selama 30
detik
Membilas dengan air kran hingga tersisa preparat bakteri
Mengamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran yang kuat,
Endospora berwarna hijau terang dan sel vegetatif tampak berwarna
merah kecoklatan
G. Data
Ada atau
Koloni
tidaknya
spora
Bentuk
spora
Letak spora
ada
bulat
tengah
ada
lonjong
tepi
Gambar
H. Analisis Data
Pewarnaan endospora bakteri pada praktikum kali ini, bahan yang
digunakan adalah zat warna hijau malakit yang berfungsi untuk mewarnai
endospora bakteri pada saat pemanan bakteri selama 5 menit diatas air
mendidih. Preparat bakteri terus digenangi zat warna hijau malakit selama
proses pemanasan agar zat warna hijau malakit tidak kering sehingga
menutupi seluruh bagian bakteri yang akan diamati, kemudian preparat
dibilas menggunakan air kran, hal tersebut bertujuan agar warna hijau dari
malakit hanya terdapat pada bagian endospora sedang bagian lain tetap
jernih. Setelah itu preparat digenani oleh pewarna safranin yang bertujuan
untuk mewarnai bagian lain bakti yang bukan daerah terbentukya
endospora, yaitu sel vegetatif lainnya.
Pada koloni A letak endospora berada di tengah sel vegetatif, dan
endospora berbentuk bulat. Sedangkan pada koloni B letak endospora
cenderung di tepi sel vegetatif, dan bentuk endospora sedikit lonjong dan
I. Pembahasan
Pada koloni A yang diberi pewarnaan dari larutan hijau malakit dan
safranin. Hasil yang didapat dari tabung kultur bagian paling atas
didapatkan bahwa ada spora bakteri. Spora tersebut berbentuk bundar
terletak pada bagian tengah (berwarna hijau) dan berwarna merah pada
bagian samping.Warna merah pada bakteri lebih banyak daripada warna
hijaunya karena mungkin saat pengabilan bakteri agak berada pada bagian
yang banyak makanan.
Endopsora bakteri berwarna hijau dikarenakan endospora tersebut
menyerap warna hijau dari larutan hijau malakit. Menurut (Prescott, 2002)
warna merah disamping endospora tersebut adalah lapisan luar atau eksin
yang tidak bias menyerap warna larutan hijau malakit sehingga yang
tertinggal warna dari larutan safranin (merah).
Pada koloni B yang diberi pewarnaan dari larutan hijau malakit dan
safranin. . Hasil yang didapat dari tabung kultur bagian paling atas
didapatkan bahwa ada spora bakteri. Spora tersebut berbentuk bundar
terletak pada bagian tengah (berwarna hijau) dan berwarna merah pada
bagian samping.Warna merah pada bakteri lebih banyak daripada warna
hijaunya karena mungkin saat pengabilan bakteri agak berada pada bagian
yang banyak makanan.
Endopsora bakteri berwarna hijau dikarenakan endospora tersebut
menyerap warna hijau dari larutan hijau malakit. Menurut (Prescott, 2002)
warna merah disamping endospora tersebut adalah lapisan luar atau eksin
yang tidak bias menyerap warna larutan hijau malakit sehingga yang
tertinggal warna dari larutan safranin (merah).
J. Kesimpulan
1. Pewarnaan endospora bakteri menggunakan zat warna hijau malakit
yang dapanaskan diatas air mendidih selama 5 menit dan digenangi
pewarna selama 30 detik untuk mewarnai sel vegetatif bakteri.
2. Pada koloni pertama terdapat spora berbentuk bulat. Hasilnya pada
bagian tengah berwarna hijau dan bagian samping berwarna merah,
warna merah ini lebih banyak daripada warna hijaunya (sporanya).
Pada koloni kedua terdapat spora berbentuk lonjong. Hasilnya pada
bagian tengah berwarna hijau dan bagian samping berwarna merah,
warna merah ini lebih banyak daripada warna hijaunya (sporanya).
Lampiran
Koloni A
Koloni B
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Darkuni. 2001. Mikrobiologi. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1989. Penuntun Praktik Mikrobiologi Pangan. Bogor: IPB
Press.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Anlisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Prescott. 2002. Microbiology. New Zaeland Dermatological Society Inc.
Volk, Wesley A.; Wheeler, Margaret F. 1992. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:
Airlangga.