Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh :
Deky Ardiansyah
( 4201214008 )
KOMUNIKASI POLITIK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi politik adalah proses penyampaian pesan, prose dimana informasi plitik
yang relevan diteruskan dari satu bagian system politik pada bagian lainnya, dan diantara system
system sosial dengan tingkat masyrakat disetiap tempat yang memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi diantara individu individu dengan berbagai kelompok juga. Sebab dalam
kehidupan bernegara setiap individu memerlukan informasi terutama mengenai kegiatan masing
masing pihak.
Tetapi sering juga timbul keluhan keluhan yang berupa kurangnya memahami dan
mendefinisikan komunikasi politik, terutama dipengaruhi oleh keragaman sudut pandang atau
paradigma terhadap kompleksitas realitas sehari hari, padahal perlu diketahui bahwa
pengetahuan terhadap komunikasi dan politik merupakan suatu peranan yang sangat penting
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dan perlu diketahui bahwa politik menyangkut perilaku penguasa dan berupa lahirnya
partai politik partai politik baru yang kita hanya menganggap persaingan persaingan kegiatan
berupa pemilu merupakan pesta politik untuk kalangan elit tetapi pemilu merupakan kegiatan
yang amat penting dalam menegakkan kedaulatan rakyat dan karena melalui pemilu seleksi
kepemimpinan dan perwakilan dapat dilakukan secara lebih adil.
Kebesaran suatu bangsa bergantung pada kemampuan rakyat, masyarakat umum, dan
massa untuk menemukan symbol dalam orang pilihan, karena orang pilihanlah yang mampu
membimbing massa. Setiap pemimpin dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi,
membentuk komunikasi, membentuk sikap, dan perilaku khalayak masyarakat yang mendukung
terhadap aktivitas kepemimpinannya.
Oleh karena itu kita mengangkat tema komunikasi politik untuk dibahas lebih lanjut
karena komunikasi politik memainkan peranan penting sekali didalam system politik dan
menjadi bagian menentukan dari sosialisasi politik, partisipasi politik, dan perekrutan politik.
.2 Rumusan masalah :
1. Apa pengertian komunikasi politik ?
2. Bagaimana proses komunikasi politik ?
3. Bagaimana hakikat dari komunikasi politik ?
4. Bagaimana sikap/perilaku penguasa politik dalam komunikasi politik ?
.3 Tujuan :
1. Menjelaskan pengertian komunikasi politik
2. Menjelaskan proses komunikasi politik
3. Menjelaskan hakikat dari komunikasi politik
4. Menjelaskan sikap/perilaku penguasa politik dalam komunikasi politik
.4 Manfaat :
1. Berperan aktif dalam menyampaikan aspirasi ataupun pesan kepada penguasa sebagai
masyarakat yang mempunyai kewajiban bersama dalam membangun bangsa dan
negara yang adil dan maju.
2. Memberikan indikasi atas petunjuk kepada masyarakat dan para pemerintah negara
(penguasa) tentang pentingnya komunikasi politik.
3. Mencegah dan menghindari serta menanggulangi bagaimana agar masyarakat paham
akan pengertian, proses, dan hakikat komunikasi politik, serta kewenangan dan
kewajiban penguasa.
BAB 2
PEMBAHASAN
Roelofs mengangkat buah pikiran nya tentang komunikasi politik dalam kalimat
sederhana yang menyatakan bahwa komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada
dalam setiap system politik. all of the function performed in the political system, political
socialization and recruitment, interest articulation, interest aggregation, rule making, rule
application, and rule adjudication, are performed by means of communication.
Apa yang dikemukakan oleh para pakar tersebut diatas cukup untuk memberi pedoman
dalam membentuk suatu pengertian tentang apa itu politik. Format pengertian itu semua muncul
dalam visi (sisi pandang ) beragam sesuai disiplin ilmu yang melatar belakanginya.
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka
ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa (penggabungan
kepentingan) untuk diperjuangkan menjadi public policy (Miriam Budiarjo).
Jack Plano dkk. Kamus Analisa Politik: penyebaran aksi, makna, atau pesan yang
bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur-unsur komunikasi seperti
komunikator, pesan, dan lainnya. Kebanyakan komunikasi politik merupakan lapangan
wewenang lembaga-lembaga khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah, atau
parpol. Namun demikian, komunikasi politik dapat ditemukan dalam setiap lingkungan sosial,
mulai dari lingkup dua orang hingga ruang kantor parlemen.
Pengertian tersebut menunjukkan pada sikap dan perilakuseluruh individu yang berada
dalam lingkup system politik, system pemerintahan atau system nilai baik sebagai pemegang
kekuasaan
maupun sebagai masyarakatuntuk terwujudnya suatu jalinankomunikasi antara pemegang kekuas
aan (pemerintah) denganmasyarakat yang mengarah kepada sifat-sifat integratif.
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi pada saat
keenam fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat
secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.
MESSAGE (PESAN)
Pesan komunikasi merupakan produk penguasa atau lembaga kekuasaan setelah melalui
proses encoding (proses penyusunan ide menjadi simbol atau pesan) atau setelah diformulasikan
kedalam simbol-simbol yang sesuai dengan kapasitas sasaran.
Pesan komunikasi politik adalah pesan yang berkaitan denganperan negara dalam
melindungi semua kepentingan masyarakat (warga negara). Bentuk pesannya dapat berupa
keputusan, kebijakan, dan peraturan yang menyangkut kepentingan dari keseluruhan masyarakat,
bangsa, dan negara. Dalam pembicaraan politik, komunikator lebih banyak menggunakan
instrumen komunikasi yang meliputi :
1. Lambang
Pembicaraan politik adalah kegiatan simbiotik. Kegiatan ini dapat berupa, (a)
pembicaraan otoritas dilambangkan oleh konstitusi, hukum. (b) pembicaraan kekuasaan
dilambangkan oleh Parade Militer. (c) Pembicaraan pengaruh dilambangkan oleh Mimbar partai,
Slogan, Pidato, editorial.
2. Bahasa
Bahasa dalam komunikasi politik merupakan suatu sarana yang sangat penting yang
memiliki fungsi sebagai cover bagi isi pesan (content message) yang akan disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan sehingga pesan tersebut memiliki daya tarik (interest) serta
mudah diterima oleh komunikan (masyarakat).
3. Opini Publik (Pendapat Umum)
Pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator politik dilakukan dengan
memperhatikan secara seksama pendapat umum atau pendapat yang berkembang dalam
realitas keidupan masyarakat yang ada dan mengemuka melalui media massa cetak, audio,
maupun audio visual serta media komunikasi langsung yang berasal dari elemen infrastruktur
politik yang mengartikulasi kepentingan masyarakat luas, baik melalui media dialog, diskusi,
konsep pemikiran maupun orasi di lapangan (demonstrasi). Semuanya ditujukan untuk
memelihara harmonisasi komunikasi antara komunikator politik dengan komunikan atau
khalayak (masyarakat).
3. Komunikasi Organisasi
Adalah proses penyampaian pesan (message) oleh komunikator politk kepada komunikan
(khalayak) atau komunikasi vertikal (dari atas ke bawah) dan horizontal (dari kiri ke kanan)
sejajar. Contohnya komunikasi antar sesama atasan, dan komunikasi sesama bawahan (staf),
serta komunikasi berperantara (pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin, news letter,
lokakarya).
Adapun tipe saluran komunikasi persuasif politik adalah meliputi:
1. Kampanye massa
Adalah proses penyampaian pesan persuasif (pengaruh) yang berupa program asas,
platform partai politik yang dilakukan oleh komunikator politik kepada calon pemilih (calon
konstituen) melaui media massa, cetak, radio, maupun televisi, agar memilih partai politik yang
dikampanyekannya. Contohnya kesejahteraan seluruh petani, akan terwujud apabila memilih
partai politik yang saya pimpin menang pemilu.
2. Kampanye Interpersonal
Adalah proses penyampaian pesan persuasif (pengaruh) yang berupa program, asas,
platform (garis perjuangan), pembagian kekuasaan partai politik yang dilakukan oleh
kemunikator politik kepada tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh yang luas terhadap calon
pemilih (calon konstituen) agar menyerukan untuk memilih partai politik yang
dikampanyekannya. Contohnya Dialog dan Lobby Ketua Tim Sukses Capres-cawapres SBY-JK
kepada Ketua Umum Partai Politik Bintang Reformasi dan tim lain kepada partai politik lain.
3. Kampanye Organisasi
Adalah proses penyampaian pesan persuasif (pengaruh) yang berupa program, asas,
platform (garis perjuangan), pembagian kekuasaan partai politik yang dilakukan oleh
kemunikator politik kepada kader, fungsionaris, dan anggota dalam satu organisasi partaipolitik
dan antar sesama anggota agar memilih partai politik yang dikampanyekannya. Contohnya Ketua
Partai Politik memberi pesan persuasif kepada anggotanya (vertiakal), dan atau antar sesama
anggotanya (horizontal).
KOMUNIKAN (PENDENGAR)
Komunikan atau khlayak dalam komunikasi politik adalah semua khalayak yang
tergolong dalam infrasturktur atau suprastruktu politik. Atau dengan kata lain semua komunikan
yang secara hukum terikat oleh konstitusi, hukum, dan ruang lingkup komunikator suatu negara.
Komunikan dapat bersifat individual atau perorangan, dapat juga berupa institusi,
organisasi, masyarakat secara keseluruhan, partai politik atau negara lain. Apabila komunikan
dijadikan sebagai objek dengan berbaga iketentuan normatif yang mengikatnya, sehingga
komunikasi tidak memiliki ruang gerak yang bebas, dapat dipastikan bahwa proses komunikasi
berada dalam sistem totaliter. Sebaliknya apabila komunikan bukan hanya sebagai objek tapi
dijadikan partner bagi komunikator, sehingga pertukaran pesan-pesan komunikasi dalam
frekuensi tinggi,maka dapatdipastikan bahwa sitem politik yang melandasi proses komunikasi
tersebut berada pada sistem demokrasi. Tolok ukur ini dapat pula digunakan bagi perkembangan
pendapat umum (public opinion) atau feedback (umpan balik). Dalam sistem totaliter baik
pendapat umum atau umpan balik hampir tidak berfungsi. Sedangkan dalam sisem demokrasi
pendapat umum atau umpan balik dijadikan alasan sebagai masukan (input) bagi penguasa untuk
menyempurnakan kebijaksanaan komunikasi pemerintah.
HAKIKAT KOMUNIKASI POLITIK
Pokok Pokok Komunikasi Politik
Dalam memahami dan mendalami komunikasi politk, perlu terlebih dahulu mengetahui
dan mempelajari hakikat komunikasi yang meliputi pengertian, unsur, dan fungsi dari
komunikasi politik. Pembahasan mengenai hakikat komunikasi yang meliputi hal diatas adalah
sebagai berikut:
a. Pengertian komunikasi politik
Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu
pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini
dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama melalui lembaga
politik (Astrid S. Susanto). (Telah dijelaskan di 2.1 Pengertian Komunikasi Politik)
b. Unsur-unsur Komunikasi Politik
Menurut Drs. Sumarno, AP, unsur komunikasi politik meliputi dua unsur, yaitu:
1). Unsur Komunikasi Politik dalam Lembaga Suprastruktur
Dalam unsur ini terdiri dari tiga kelompok yaitu yang berada pada lembaga Legislatif, Eksekutif,
dan Yudikatif. Pada ketiga kelompok tersebut terdiri dari elit politik, elit militer, teknokrat, dan
profesional group.
2). Unsur Komunikasi Politik dalam Lembaga Infrastruktur Politik
Dalam unsur ini terdiri dari beberapa kelompok, yaitu:
1) Partai politik
2) Interest group
3) Media komunikasi politik
4) Kelompok wartawan (sebagai within-put)
5) Kelompok mahasiswa (sebagai within-put)
6) Para tokoh politik
c. Fungsi Komunikasi Politik
Fungsi komunikasi poitk dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1). Aspek Totalitas
Fungsi komunikasi politik dalam aspek totalitas adalah mewujudkan suatu kondisi negara
yang stabil dengan terhindar dari faktor-faktor negatif yang mengganggu keutuhan nasional.
Artinya bahwa negara berkewajiban menyampaikan komunikasi politik kepada
masyarakat secara terbuka (transparan) serta menyeluruh (komprehensif) serta menghilangkan
hambatan (barier) komunikasi antara negara dengan masyarakat sehingga tercipta hubungan
yang harmonis diantara keduanya.
Fungsi komunikasi politik dalam hubungan suprastruktur dan infrastruktur politik adalah
sebagai jembatan penghubung antara kedua suasana tersebut dalam totalitas nasional yang
bersifat independen dalam berlangsungnya suatu sistem pada ruang lingkup negara.
Artinya bahwa pemerintah berkewajiban menyampaikan (artikulasi) semua kebijakan dan
keputusan politik kepada masyarakat dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Aspek yang dimaksud adalah aspek ideologi, ekonomi, sosial politik, hukum, dan hankam serta
aspek lain yng berhubungan dengan sikap dan perilaku politik Indonesia kepada pihak
internasional (luar negeri).
Konsep Pembahasan Komunikasi Politik
Menurut ilmuwan komunikasi, pembagian teori komunikasi dalam beberapa konsep
disesuaikan dengan sistem poliik yang berlaku pada negara yang bersangkutan. W. L. Rivers, W.
Schramm dan C. G. Cristians dalam bukunya Responsibility in Mass Communications
membagi tiga konsep, yaitu:
1. Authoritharianism
Konsep komunikasi politik dalam sistem Authoritharianism adalah komunikasi politik
dimana lembaga suprastruktur politik mengatur bahkan menguasai sistem komunikasi politik
yang menghubungkan antara suprastruktur dan infrastruktur.
Artinya, Negara lebih besar memiliki pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi
politik kepada masyarakat. Masyarakat tidak memiliki daya yang kuat untuk mengendalikan
sistem komunikasi atau bahkan hanya bisa menerima semua pesan komunikasi politik yan
disampaikan oleh negara aau pemerintah.
Contoh: Penerapan Sistem Komunikasi Politik dalam Negara Sosialis Komunis
2. Liberitarianism
Konsep komunikasi politik dalam sistem Liberitarianism adalah komunikasi politik
dimana lembaga infrastruktur politik memiliki kewenangan yang bersifat besar untuk mengatur
bahkan menguasai sistem komunikasi politk yang menghubungkan antara suprastruktur dan
infrastruktur politik.
Artinya, Masyarakat (society) lebih besar memiliki pengaruh dalam mengendalikan
media komunikasi politik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Negara hanya memiliki daya
untuk memantau atau mengendalikan sistem komunikasi agar tidak melanggar semua aturan atau
hukum yang berlaku dalam negara yang dapat berakibat kerugian pada masyarakat umum.
Contoh : Penerapan Sistem Komunikasi Politik dalam Negara Demokrasi.
3. Social Responsibility Theory
eluruhan. SelanjutnyaOrtega menyatakan bahwa suatu bangsa merupakan suatu massa manusia
yang terorganisasi, dan disusun oleh suatu minoritas individu yang terpilih (lihat S.P. Varma,
208).
Dari hasil pemikiran para ilmuwan tersebut pada prinsipnya menempatkan elit ke dalam
dua status yang berbeda, yaitu elitpemerintah (elit berkuasa) dan elit masyarakat. Elit berkuasa
merupakan kelompok kecil yang dapat menentukan arah kehidupan negara Sedangkan
elit masyarakat merupakan elit yang dapat mempengaruhi masyarakat lingkungan di dalam
mendukung atau menolak segala kebijaksanaan elit berkuasa. Karena itu elit berkuasa
sangat berkepentingan untuk menjalin komunikasi dengan elit masyarakat di dalam upaya
mewujudkan ideal kekuasaan. Ideal kekuasaan dapat dalam warna totaliter, dapat pula
dalamwarna demokrasi. Hal ini akan sangat bergantung pada sistem politikyang dianutnya.
Dalam kaitan elit politik, Karl Mannheim (1893 - 1947) dalambuku
berjudul Ideology and Utopia: An Introduction to the Sociologyof Knowledge, menghubungkan t
eori-teori elit dengan fasisme dan anti
intelektualisme. Mannheim membenarkan teori Pareto
tentangkekuasaan politik selalu dijalankan oleh minoritas (elit). Dalampemikiran Mannheim
terdapat pula pemikiran-pemikiran demokratis.Hal ini dapat diperhatikan dari ungkapannya
bahwa: Pembentukankebijakan sebetulnya ada di tangan
elit, tetapi hal ini bukan
berarti
masyarakat tidak demokratis. Menurut Mannheim bahwa dalam negara demokrasi, masyarakat
secara individual terbuka kesempatan untuk menjalankan pemerintahan, paling tidak individu
dapat menyalurkan aspirasinya. Hal ini mengandung makna bahwa kelompok
bawah dapat menggeser elit berkuasa selama mendapatdukungan masyarakat. Kelompok ini
akan merupakan elit baru yang memegang puncak kekuasaan.
Tipe elit tidak dapat digeneralisasikan ke dalam satu macamtipe, sebagaimana diungkap
oleh Schoorl dalam bukunya Sosiologidan
Pembangunan
(alih bahasa dari Sosiologie der
Modernisering) mengangkat lima tipe elit, yaitu:
a. elit kelas menengah;
b. elit dinasti;
c. elit kolonial;
d. kaum intelek revolusioner;
e. pemimpin-pemimpin nasional
Pertama, elit menengah. Elit ini berasal dari kelompok pedagang dan tukang yang termasuk
golongan
minoritas
keagamaan
atau
kebangsaan. Pola
keyakinan
atau ideologi
elit ini mudah berubah dan
bersifat individualistis.
Struktur masyarakat yang dicita-citakan
bersifat bebas dan terbuka terhadap inisiatif dan aktivitas swasta.
Kedua, elit
dinasti.
Elit
ini
sebagai
elit
aristokrat
yang
mempertahankan
tradisi dan status quo. Tradisi pulalah yang dijadikan dasar untuk melegitimasi kekuasaan
dan kewibawaan. Negara-negara yang termasuk elit ini, seperti: Jepang, Jerman,
Iran dan beberapa dikawasan Amerika Latin, Timur Tengah dan sebagian kecil di kawasan Asia.
Ketiga, elit revolusioner. Elit ini berpandangan bahwa nilai-nilai lama perlu dihapus karena
tidak cocok dengan tingkat kemajuan di bidangilmu pengetahuan dan teknologi. Elit ini berupaya
mewujudkan suatu sistem sosial politik baru yang diabdikan untuk kepentingan revolusi.
Perhatikan negara-negara komunis seperti Libia, Cekoslovakia, danlain-lain (juga Uni Soviet
sebagai negara nasional sebelum musnah di penghujung tahun 1991).
Keempat, elit nasionalistik. Elit ini merupakan kelompok pluralis, sehingga mudah mengundang
konflik antar pluralis. Adakalanya elitini sering bertindak tidak atas dasar kenyataan. Elit ini
timbul dari kegiatan sosio politik melawan penjajahan.
Kelima, adalah elit kolonial. Elit ini jarang mendapat kajian yang karena dianggap kurang
bermanfaat dan tidak memberi kontribusi terhadap referensi ilmu pengetahuan.
Namun demikian sekedar untuk
mengetahui bagaimana pengaruh elit kolonial
terhadap
proseskomunikasi, berikut ini penulis mengangkat teori yang diungkap Galtung tentang teori
"Centrum dan Peri-peri" sebagai penyempurnaan teori imperialisme. Menurut
Galtung, dua prinsip mekanisme untukmenciptakan dan memelihara imperialisme, yaitu:
a. Prinsip relasi interaksi vertikal.
b. Prinsip struktur interaksi feodal.
Dua prinsip yang diangkat Galtung, dijadikan tipe imperialisme dalam berbagai bidang, yaitu
bidang politik, ekonomi dan militer.
Dalam bahasan ini penulis hanya mengangkat prinsip struktur feodal yang diragakan
dalam suatu ragaan berikut ini:
Keterangan:
C = Negara Centrum (Imperialis, Kolonialis)
P = Negara Periferi (Negara yang bersifat ketergantungan, negarakoloni
atau jajahan).
Dari ragaan tersebut Anda dengan jelas dapat melihat bahwanegara jajahan tidak dapat
mengadakan komunikasi dengan jajahan lainnya (= dalam konteks komunikasi
internasional), kecuali hanyadapat mengadakan komunikasi atau relasi dengan negara penjajah
sebagai negara Centrum.
Dengan bergesernya isu global dari isu ideologi ke isu hak-hakasasi manusia sebagai
akibat perubahan peta politik global (polarisasiideologis antara Uni Soviet dan Amerika Serikat),
maka konsep initelah banyak ditinggalkan oleh berbagai negara di kawasan global ini.
Ungkapan di atas memberi suatu informasi bahwa peran elit, bagaimana
pun bentuk dan tipenya selalu menempati posisi penting,sikap perilaku memberi warna dominan
terhadap kondisi kehidupanmasyarakat. Pada umumnya setiap elit berupaya untuk menguasai
dan mengendalikan sumber-sumber komunikasi untuk mempertahankanstatus quo-nya.
2. Teori Kepemimpinan
Cecil A. Gibb menyatakan bahwa ahli pikir telah memusatkan perhatian
terhadap kepemimpinan ini sejak zaman Confuscius. Setelahitu banyak rumusan dan teori
kepemimpinan yang diungkap oleh para ilmuwan dan para pemikir lainnya.
Dari sekian banyak teori kepemimpinan pada prinsipnya meliputi empat
macam teori, yaitu: Unitary Traits Theory,Constellation of Traits Theory, Situational Theory
dan Interaction Theory. Teori pertama, menunjukkan bahwa seorang pemimpin selalumemiliki
karakter tertentu sebagai faktor pembeda terhadap masyarakat biasa. Teori ini disebut pula teori
orang besar (the greatman theory) yang memunculkan keistimewaan sikap perilaku. Contoh
Napoleon Bonaparte (1769 - 1981), seorang prajurit Perancis yang mampu menjadi seorang
Kaisar Perancis, Alexander The Great (356 323 SM) terkenal keberaniannya di dalam
memenangkan peperangan dan lain-lain.
Teori kedua, Constellation of Traits Theory yaitu teori yang memunculkan ciri-ciri seorang
pemimpin yang mempunyai nilai secara psikis dan fisik.
Teori ketiga, Situational theory yaitu teori kepemimpinan yang ditentukan oleh situasi waktu dan
tempat. Teori ini sebenarnya tidak mampu menggeneralisasikan tipe pemimpin yang muncul
pada waktu berbeda.
Teori keempat, Interaction Theory yaitu teori yang mempelajari dampak interaksi, sehingga
pemimpin dalam aktivitasnya merupakanreplika atau cerminan dari pengikutnya dan masyarakat
yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan mereka.
Teori-teori tersebut pada akhirnya bermuara pada sikap danperilaku pemimpin. Seorang
pemimpin dituntut mampu mengonstruksi nilai-nilai ideal ke dalam kenyataan empiris yang
dapat ditransformasi kepada pengikut dan masyarakat sekitarnya. Dampak yang lebih luas
diharapkan agar para pengikut tersebut mampu meng-encode(memformulasikan ke dalam
simbol-simbol) ulang sesuai kapasitas masyarakat, sehingga tumbuh sikap positif sebagai
dukungan terhadap kedudukan pemimpin dalam melakukan seluruh kebijaksanaannya. Seorang
pemimpin yang berhasil bukan hanya diukur oleh hasil yang dicapai selama masa jabatannya,
namun sampai batas mana dapat membentuk citra positif terhadap pribadi pemimpin tersebut,
sehinggaia dijadikan cerminan bagi pemimpin-pemimpin berikutnya.
Menurut Dan Nimmo pemimpin yang berhasil yaitu pemimpinyang mendapat dukungan
dari semua unsur kekuasaan yang ada dalam masyarakat. Pemimpin semacam ini
Dan Nimmo menyebutnya sebagai symbolic leader (pemimpin simbolik).
Dalam praktek, kepemimpinan simbolik harus tampil sebagai penggugah imajinasi dan
sebagai simbol aktivitas kehidupan. Ia bagaikan seorang actor yang bermain di pentas panggung
drama yang mampu menghanyutkan emosi semua penonton ke dalam alur cerita yang
dipentaskan. Ia dapat mentransformasi problem kehidupan ke dalam kenyataan empiris yang
dapat diterima para pengikut dan masyarakat umum. Kemampuan mentransformasi adalah
kemampuan berkomunikasi, kemampuan membentuk sikap dan perilaku khalayak, masyarakat
yang mendukung terhadap aktivitas kepemimpinannya. Minat para teoritisi dan ilmuwan
sangat tinggi intensitasnya di dalam menekuni masalah kepemimpinan (terutama kepemimpinan
negara), karena kewenangan dan kekuasaan yang melekat pada pemimpin, dapat menentukan
nasib berjuta-juta bahkan beratus juta umat manusia. Karena itu kekuasaan adalah hakikat
kepemimpinan yang mampu menggunakan kekuasaan tersebut. Kekuasaan sebagai batu penguji
bagi pemimpin untuk mempelajari dampak yang ditimbulkan dari dirinya terhadap orang lain
(lihat Natemeyer, 1978: 166).
Kekuasaan yang melekat pada pemimpin dapat diperhatikandari berbagai landasan, yaitu:
a.Expert power, kekuasaan yang berlandaskan pada suatu persepsi bahwa pemimpin harus
memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu.
b.Referent power, kekuasaan yang berlandaskan pada kesenangan,
kekaguman pengikut, sehingga mengidentifikasikan diri mereka terhadap pemimpin.
c.Reward power, kekuasaan yang berlandaskan pada keahlian dalam menggunakan metode
penghargaan terhadap pengikut dan masyarakatnya.
d.Legimate power, kekuasaan yang berlandaskan pada suatu persepsi
pengikutnya
bahwa
pemimpin memiliki legalitas atau kewenangan untuk melaksanakan pengaruh-pengaruh atas
mereka.
e.Coersive power, kekuasaan yang berlandaskan pada rasa takut dari para
pengikutnya yang tidak mengindahkan keinginan pimpinan yangselalu disertai hukuman (lihat
Astrid, 1975).
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi politik (political communication) adalah suatu proses dan kegiatan-kegiatan
membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi ke dalam suatu sistem politik dengan
menggunakan seperangkat simbol-simbol yang berarti yang melibatkan pesan-pesan politik dan
aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah."
Unsur-unsur komunikasi yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses
komunikasi yaitu unsur komunikator, karena komunikator dapat mewarnai dan mengubah arah
tujuan komunikasi. Sikap prilaku penguasa (elit politik) memberi dampak cukup berarti terhadap
lalu lintas transformasi pesan-pesan kominikasi baik yang berada dalam dalam struktur formal,
maupun yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai elit berkuasa ia mampu mengendalikan
dan menjalankan kontrol politik, sekaligus mengendalikan sumber-sumber komunikasi. Setiap
pemimpin dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi, membentuk sikap dan prilaku
khalayak, masyarakat yang mendukung terhadap aktivitas pemimpinannya.
Saran
Kebesaran suatu bangsa bergantung pada kemampuan rakyat, masyarakat umum, dan
massa untuk menemukan simbol dalam orang pilihan, karena orang pilihanlah yang mampu
membimbing massa.
Kita sebagai mahasiswa sekaligus masyarakat umum harus jeli dalam memilih calon
pemimpin bangsa. Ajang pemilihan umum merupakan pesta demokrasi bagi rakyat, adalah salah
satu jalan untuk menentukan orang pilihan yang mampu memimpin bangsa dan membimbing
rakyat. Untuk itu, gunakan hak pilih kita dengan sebaik-baiknya. Karena satu suara sangat
menentukan nasib bangsa kita ke depannya.